Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL MANAJEMEN KEPERAWATAN

KEGIATAN DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

Dosen pengampu :Ns Mahmud Ady Y, S. Kep., MM


Disusun Oleh: Kelompok 1

Nama Kelompok:

1. Agustin Adi Purnomo


2. Khusnul chotimah
3. Vita Putri Rahayu
4. Lilin Fitria
5. Ika Nur Rahmawati
6. Megy Febrianti
7. Hidayah Auliyatur Rohma
8. Nuril Haqiqi
9. Meliana aparilia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr.SOEBANDI JEMBER
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kinerja mejadi tolak ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang menunjukkan
akuntabilitas lembaga pelayanan dalam rangka tata pemerintahan yang baik (good
goverdance) dalam pelayanan kesehatan, berbagai jejang pelayanan dan asuhan pasien
(patien care) merupakan tujuan utama, serta pelayanan kesehatan merupakan kontinum
asuhan pelayanan kesehatan. Upaya untuk memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan
klinis pada umumnya dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti:
gugus kendali mutu, penerapan standart keperawatan, pendekatan-pendekatan
pemecahan masalah, maupun audit keperawatan.
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu memberi pelayanan kesehatan yang
profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem pelayanan kesehatan yang terpadu
dalam menyelesaikan masalah yang hampir tidak ada pemecahannya. Seorang tenaga
kesehatan dituntut untuk mampu melakukan perencanaan harian dalam menyelesaikan
masalah tersebut, hasil penelitian dilakukan oleh Iqbal Ahmad menunjukkan refleksi
kasus mampu meningkatkan individu dalam membuat perencanaan harian. Refleksi
kasus membutuhkan pengetahuan baru serta kompetensi dalam keterampilan klinik
termasuk didalamnya adalah perilaku yang positif, pembelajaran berkelanjutan, evidance
base praktice serta kolaborasi interdisiplin sehingga diharapkan mampu untuk
meningkatkan profesionalisme bagi tenaga kesehatan.
Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat menjadi tantangan, dimana
mutu pelayanan yang tinggi akan mejadi tuntutan dari pelanggan. Peningkatan
profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya degan pemecahan
masalah yang muncul dalam pelayanan kesehatan salah satunya yaitu refleksi kasus di
Indonesia diperkenalkan melalui diskusi resleksi kasus (DRK) sebagai sebuah metode
baru. Apabila dilaksanakan secara rutin dan konsisten oleh kelompok masing-masing
akan dapat medorong perawat lebih memahami hubungan standart dengan kegiatan
pelayanan yang dilakukan sehari-hari.
Dengan refeksi kasus maka seorang perawat akan melakukan introspeksi terhadap
tindakan atau kegiatan kerja yang sudah dilakukan sehingga peningkatan kualitas kerja
yang diharapkan. Untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan melalui penyelenggaraan
rumah sakit, perlu dilakukan penilaian baik internal, maupun eksternal. Penilaian internal
dilakukan diseluruh komponen rumah sakit salah satunya yaitu dengan DRK seperti yang
jelaskan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
836/MENKES/SK/VI/20054. Mempraktekkan DRK juga dapat dikatakan sebagai bagian
“in-service training ” yang sangat efektif dan sangat efisien. Kesadaran akan kebutuhan
untuk berkembang adalah menjadi salah satu tanggung jawab perawat terhadap dirinya
sendiri dan profesinya. Melalui  peningkatan profesionalisme setiap anggota profesi akan
dapat pula meningkatkan kinerja perawat sesuai standar dalam memberikan pelayanan
yang  bermutu untuk memenuhi harapan masyarakat.
Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan. Diskusi yang
berdasarkan kasus mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaraan dan pemberian
umpan balik hasil penelitian ini diperkuat oleh Chris Dawber menunjukan bahwa diskusi
refleksi kasus yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam hubungan interpersonal serta mempunyai
dampak positif terhadap perawatan klinis oleh perawat.
B. Tujuan
1. Mengembangkan profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.  
2. Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan.
C. Manfaat
1. Meningkatkan aktualisasi perawat.  
2. Membangkitkan motivasi belajar perawat.
3. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.
4. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa
tertekan.
5. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:
1) Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
2) Penyempurnaan SOP dan SAK
3) Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.
D. Metode
Diskusi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Kinerja Klinis


Meningkatkan kinerja harus memecahkan masalah-masalah kinerja dan eksploitasi
kesempatan penampilan tersebut. Permasalahan kinerja adalah outcomes yang tidak
memuaskan atau tidak diinginkan atau masalah pelayanan yang mengganggu
pencapaianout comes yang diinginkan konsumen. Kesempatan penampilan diri
diperlukan untuk meningkatan outcomes pelayanan atau proses dimana pelayanan
diberikan. Peningkatan kinerja adalah perubahan. Perubahan adalah indikasi dimana ada
satu perbedaan antara apa yang aktual dan apa yang diharapkan. Perubahan yang
direncanakan memerlukan keputusan. Bleich mengatakan bahwa ada dua type keputusan
yaitu, diagnostik dan evaluasi. Keduanya memerlukan ketrampilan berpikir kritis, tetapi
keduanya sangat berbeda. Keputusan diagnostik terdiri dari pengumpulan, analisis dan
sintesa data. Evaluasi berkaitan dengan pengambilan keputusan mengenai nilai terhadap
ide, pemecahan, metoda dan material. Standar digunakan untuk menilai keabsahan hasil
kegiatan, efektifitasnya, ekonomis, dan tingkat kepuasan.
Didalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit disusun berupa kegiatan
komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur, proses dan output atau outcome
secara objektif, sistematik dan berlanjut seperti tertulis pada tabel 2.1 tentang proses
manajemen keperawatan. Memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan
tehadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan
memecahkan masalah yang terungkapkan, sehingga pelayanan yang diberikan di rumah
sakit berdaya guna dan berhasil guna.

Struktur atau Input Proses Hasil atau Output


- Deskripsi pekerjaan - Kepemimpinan & support - Staf termotivasi
- Standart Klinis kualitas Asuhan Kep./Keb. - Standarisasi
- Indikator Kinerja - Monitoring IKK - Kepuasan Pasien
- Pendidikan feedbackkan hasil dan - Kepuasan Staf
Berkelanjutan coaching untuk mencapai - Peningkatkan outcome
- Keterampilan standar kinerja yang kesehatan
Manajerial Klinis dibutuhkan.
- Refleksi Diskusi Kasus
Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien merupakan
bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu klien dalam pemulihan
dan peningkatan kemampuan dirinya melalui tindakan  pemenuhan kebutuhan klien
secara komprehensif dan berkesinambungan sampai klien mampu untuk melakukan
kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan.

Proses keperawatan adalah tindakan aktivitas yang ilmiah dan rasional yang
dilakukan secara sistematis terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian ,diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan manajemen


harus memperhatikan pengembangan manajemen kinerja yang dinyatakan sebagai
kebijakan nasional dalam rangka terciptanya pelayanan keperawatan yang
profesional. Semua tempat pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit
harus melaksanakan pengembangan manajemen kinerja, termasuk melaksanakan
Diskusi Refkesi Kasus.

B. Diskusi Reflelsi Kasus


Refleksi klinis merupakan alat yang sangat kuat untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan klininis dan profesionalisme. Refleksi merupakan  pendekatan
pembelajaran ketrampilan klinis dan metakognotif. Strategi pembelajaran dengan
memperhatikan refelksi fokus internal dan eksternal baik secara lisan maupun tertulis.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan
mengelola asuhan keperawatan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu
pemahaman standar yang ditetapkan. DRK ini merupakan wahana untuk masalah dengan
mengacu pada standar keperawatan atau kebidanan yang telah ditetapkan. Selain itu,
DRK dapat meningkatkan profesionalisme perawat. Meningkatkan aktualisasi diri
perawat dan bidan, membangkitkan motivasi  belajar perawat, belajar untuk menghargai
kolega untuk lebih asertif dan meningkatkan kerja sama, memberikan kesempatan
individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta memberikan masukan
kepada pimpinan sarana kesehatan untuk penambahan dan peningkatan SDM  perawat
(pelatihan,pendidikan berkelanjutan, magang, kalakarya),  penyempurnaan SOP dan bila
memungkinkan, pengadaan alat.
Intercollegiate Surgical Curriculum Programe dan Fulya Mehta menyatakan
diskusi berdasarkan (refleksi) kasus ini di desain untuk memberikan  penilaian klinik,
pengambilan keputusan, penerapan ilmu pengetahuan terkini dibidang kesehatan serta
pemberian umpan balik dalam pembelajaran klinik. Diskusi berdasarkan kasus ini
merupakan program pembelajaran klinik yang terstuktur yang mebutuhkan alat bantu
(tool) yang digunakan sebagai panduan dari mentor dalam merefleksikan diskusi yang
akan membangun kemampuan keterampilan klinik . Pilot projec yang dilakukan oleh
Hether pada tahun 2011 menunjukan bahwa alat bantu panduan dalam diskusi
berdasarkan kasus ini tidak hanya menyelesaian permasahan pada pasien akan tetapi juga
dapat digunakan sebagai panduan dalam diskusi interdisiplin.
Menurut Heather ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam diskusi
berdasarkan (refleksi) kasus ini sebgai upata dalam pemecahan masalah:
1. Siapa yang membutuhkan perawatan dan kenapa?
2. Tujuan yang diharapkan dari intervensi
3. Bagaiamana cara melakukan dokumentasi?
4. Rencana tindakan, tindakan, pelayanan dan jumlah kunjungan dalam mencapai tujuan
5. Bagaimana peran pasien dan keluarga dalam proses pemecahan masalah?
6. Bagaiamana cara melakukan evaluasi dari keberhasilan intervensi dan  pembiayaan
yang efektif?
7. Apakah dibutuhkan pelayanan kesehatan yang lain dan skening?
C. Manajemen Kinerja Klinis dalam Diskusi Refleksi Kasus
Manajemen kinerja klinis bagi perawat merupakan model yang dikembangkan
berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh WHO bekerja sama dengan kelompok kerja
perawat tingkat nasional Depkes pada tahun 2001 (Keputusan Menkes No 836, 2005).
Kinerja merupakan kegiatan dalam mencapai tujuan dan diputuskan oleh pimpinan.
Kinerja bukan outcome melainkan aksi dalam upaya untuk mencapai sebuah tujuan,
dalam hal ini diskusi repleksi kasus merupakan salah satu manajemen kinerja klinis
karena diskusi refleksi kasus merupakan suatu upaya dalam mencapai mutu pelayanan
keperawatan, sebagai bahan dasar dalam menentukan evaluasi dan perencenaan
selanjutnya. Sehingga diskusi refleksi kasus ini harus dilakukan di seluruh tatanan
kesehatan naik di rumah sakit ataupun di puskesmas.
Secara umum menurut Depkes (2005) terdapat 5 komponen peningkatan
manajemen kinerja klinis (PMK) yang harus dipenuhi oleh setiap insan perawat yaitu:
1. Standar dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan.
2. Uraian tugas yang jelas untuk setiap jenjang perawat
3. Indikator kunci dalam pelaksanaan kinerja klinik
4. Monitoring kinerja klinik yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkala
5. Diskusi refleksi kasus
Implementasi pengembangan pelayanan keperawatan rumah sakit merupakan
kegiatan pendampingan terhadap rumah sakit. Kementerian Kesehatan dalam
menerapkan pelayanan keperawatan sesuai standar yang telah ditetapkan. Hala ini juga
digunakan sebagai acuan pentingnya penerapan diskusi refleksi kasus dalam pelayanan
keperawatan. Adapun prinsip-prinsip yang perlu menjadi landasan dalam
pelaksanaannya adalah :
1. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
memiliki kontribusi yang penting dalam pencapaian mutu pelayanan yang diterima
oleh pasien.
2. Pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi pada keselamatan pasien dan
mempertahankan efisiensi dan efektifitas pelayanannya.
3. Dalam implementasi mempergunakan sumber daya yang ada, baik di dalam rumah
sakit maupun sumber lain yang tepat serta berfokus pada “improvement effort”.
4. Dalam implementasi, bekerja dalam tim dan antar profesi untuk meningkatkan
pelayanan.
5. Menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dengan menghargai
pengalaman- pengalaman terbaik yang ada di rumah sakit masing-masing.
6. Melakukan implementasi, perubahan dan pengembangan pelayanan keperawatan
harus dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit.
7. Dalam proses implementasi mengintegrasikan kebijakan-kebijakan dan regulasi yang
telah ada seperti SP2KP, PMK, Sistem Akreditasi Rumah Sakit, Pedoman Bimbingan
Teknis Pelayanan Keperawatan, Jenjang Karir dan Pedoman Indikator Mutu Klinik.
Sebagai panduan adalah standar pelayanan keperawatan RS Khusus yang sudah
disusun.
D. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus
1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang riwayat masa lalu dari kasus
yang akan didiskusikan serta bagaimana perkembangan kasus tersebut saat ini.
Beberapa poin penting yang perlu dikaji dalam tahap pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
1) Menilai bagaimana diagnosa medis pasien mempengaruhi wawancara Anda  
2) Bagaimana bias pribadi Anda atau asumsi mungkin mempengaruhi wawancara
Anda?
3) Menilai informasi yang Anda kumpulkan, apa yang Anda lihat sebagai  pola atau
hubungan antara gejala?
4) Berapa nilai data yang Anda kumpulkan?
5) Apakah beberapa pertimbangan yang dapat Anda simpulkan dari data? Apakah
ada alternatif solusi?
6) Apakah penilaian Anda mengenai pengetahuan dan pemahaman pasien atau
pemberi perawatan tentang diagnosis mereka dan kebutuhan untuk terapi fisik?
7) Sudahkan Anda melakukan verifikasi tujuan pasien dan sumber daya apa yang
tersedia?
8) Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, apakah Anda dapat menilai kebutuhan
untuk rujukan kepada tenaga kesehatan profesional lainnya?
2. Menentukan hipotesis awal
Penentuan hipotesis awal didasarkan pada struktur kerangka atau fungsi,
gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktivitas harian pasien,dan  pembatasan
partisipasi pasien. Berikut adalah poin refleksi yang perlu dikaji dalam penentuan
hipotesis awal:
1) Dapatkah Anda membangun hipotesis berdasarkan informasi yang dikumpulkan?
2) Apa yang didasarkan pada (bias, pengalaman)?
3) Bagaimana Anda dapat menentukan hipotesis? Bagaimana Anda dapat
menjelaskan alasan Anda?
4) Bagaimana informasi dan data kondisi pasien yang telah dikumpulkan dalam
mendukung hipotesis Anda?
5) Apakah yang Anda antisipasi dapat menjadi hasil/outcome bagi pasien
(prognosis)?
6) Berdasarkan hipotesis Anda, bagaimanakah strategi Anda dalam mempengaruhi
pemeriksaan?
7) Apa pendekatan atau urutan rencana atau strategi Anda untuk melakukan
pemeriksaan?
8) Bagaimanakah faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeriksaan Anda?
9) Bagaimanakah informasi diagnostik lainnya dapat mempengaruhi  pemeriksaan
Anda?
3. Pemeriksaan
Tahapan pemeriksaan mempertimbangkn tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran-pengukuran. Berikut adalah poin refleksi dari tahapan  pemeriksaan:
1) Menilai tes dan pengukuran yang Anda pilih untuk pemeriksaan,  bagaimana dan
mengapa Anda memilihnya?  
2) Menggambarkan dari tes ini, bagaimana tes tersebut dapat mendukung atau
meniadakan hipotesis Anda?
3) Dapatkah identifikasi dari tes dan pengukuran tersebut membantu Anda
menentukan perubahan status? Apakah tes dan pengukuran itu setidaknya mampu
mendeteksi perbedaan klinis penting?
4) Bagaimana Anda mengatur pemeriksaan? Apa yang mungkin Anda lakukan
secara berbeda?
5) Jelaskan pertimbangan untuk sifat psikometrik tes dan pengukuran yang
digunakan.
6) Diskusikan sistem lain yang tidak diuji, apakah dapat mempengaruhi masalah
pasien.
7) Bandingkan pemeriksaan temuan Anda untuk pasien ini dengan pasien lain
dengan diagnosis medis serupa.
8) Bagaimana pilihan tes dan pengukuran berhubungan dengan tujuan  pasien
4. Evaluasi
1) Bagaimana Anda menentukan diagnosis Anda? Bagaimana pendapat  pasien
tentang diagnosis yang Anda tentukan?  
2) Bagaimana hasil pemeriksaan Anda dapat mendukung atau meniadakan hipotesis
awal Anda?
3) Apa penilaian Anda tentang masalah yang paling penting untuk dikerjakan?
4) Bagaimana evaluasi ini berhubungan dengan tujuan pasien dan identifikasi
masalah?
5) Faktor-faktor apa yang mungkin mendukung atau mengganggu prognosis
pasien?
6) Bagaimana faktor lain seperti fungsi tubuh, faktor lingkungan, dan sosial
mempengaruhi  pasien?
7) Apa alasan Anda untuk prognosis, dan apa indikator prognostik positif dan
negatif?
8) Bagaimana tindakan yang akan Anda untuk mengembangkan hubungan
terapeutik?
9) Bagaimana mungkin setiap faktor budaya memengaruhi perawatan Anda dari
pasien?  
10) Apa pertimbangan Anda untuk perilaku, motivasi, dan kesiapan?
11) Bagaimana Anda dapat menentukan kapasitas untuk kemajuan menuju tujuan?
5. Rencana Tindak Lanjut
1) Bagaimana Anda memasukkan tujuan pasien dan keluarga?  
2) Bagaimana tujuan mencerminkan pemeriksaan dan evaluasi Anda?
3) Bagaimana Anda menentukan resep terapi fisik atau rencana perawatan
(frekuensi, intensitas, antisipasi layanan perawatan jangka panjang)?
4) Bagaimana elemen kunci dari rencana perawatan terapi fisik  berhubungan
kembali dengan diagnosis awal?
5) Bagaimana faktor personal dan lingkungan pasien mempengaruhi rencana
perawatan terapi fisik?
6. Rencana Kegiatan
1) Diskusikan semua pendekatan terapi fisik atau beberapa strategi (misalnya,
pembelajaran motorik, penguatan).  
2) Bagaimana Anda akan memodifikasi prinsip untuk pasien?
3) Apakah ada aspek yang spesifik tentang pasien yang perlu diingat?
4) Bagaimana pendekatan Anda berhubungan dengan teori dan bukti saat ini?
5) Ketika Anda merancang rencana intervensi Anda, bagaimana Anda memilih
strategi yang spesifik?
6) Apakah alasan Anda untuk strategi intervensi yang digunakan?
7) Bagaimana intervensi berhubungan dengan masalah utama yang telah
diidentifikasi?
8) Apakah mungkin Anda perlu mengubah intervensi untuk pasien tertentu dan
pemberi perawatan? Apa kriteria Anda untuk melakukannya?
9) Apa koordinasi dari aspek perawatan?  
10) Apa kebutuhan komunikasi dengan anggota tim lainnya?
11) Apa aspek dokumentasi?
12) Bagaimana Anda akan memastikan keselamatan?
13) Pendidikan Pasien atau pemberi perawatan:
14) Apakah strategi keseluruhan yang Anda lakukan dalam mengajar?
15) Jelaskan gaya belajar atau hambatan dan setiap akomodasi yang mungkin untuk
pasien dan pemberi perawatan.  
16) Bagaimana Anda dapat memastikan pemahaman?
17) Apa strategi komunikasi (verbal dan nonverbal) yang nantinya paling efektif.
7. Pemeriksaan Ulang
1) Mengevaluasi efektivitas intervensi Anda. Apakah Anda perlu mengubah apa
pun?
2) Apa yang telah Anda pelajari tentang pasien atau perawat yang Anda tidak tahu
sebelumnya?
3) Bagaimana kemajuan pasien saat ini terhadap tujuan dibandingkan dengan pasien
lain dengan diagnosis yang sama?
4) Apakah ada sesuatu yang diabaikan, disalahartikan, dinilai terlalu tinggi, atau
dinilai rendah, dan apa yang mungkin Anda lakukan secara berbeda? Akankah
hal ini dapat menunjukkan setiap potensi kesalahan yang telah Anda buat?
5) Bagaimana interaksi Anda dengan pasien atau pemberi perawatan dapat diubah?
6) Bagaimana hubungan terapeutik Anda dapat diubah?
7) Apakah terdapat kemungkinan faktor-faktor baru yang mempengaruhi kriteria
hasil dari pasien?
8) Bagaimana karakteristik kemajuan pasien mempengaruhi tujuan Anda,
prognosis, dan pengantisipasian hasil?
9) Bagaimana Anda dapat menentukan pandangan pasien (kepuasan atau frustrasi)
tentang kemajuannya ke arah tujuan? Bagaimana kemungkinannya dapat
mempengaruhi rencana perawatan Anda?  
10) Bagaimana terapi fisik mempengaruhi kehidupan pasien?
8. Hasil
1) Apakah terapi fisik yang efektif, dan apa ukuran yang Anda gunakan untuk
menilai hasilnya? Apakah ada perbedaan klinis minimum yang  penting?  
2) Mengapa iya atau mengapa tidak?
3) Kriteria apa yang Anda atau akan Anda gunakan untuk menentukan apakah
pasien telah mencapai tujuan nya?
4) Bagaimana Anda menentukan pasien siap untuk kembali ke rumah, masyarakat,
kerja, sekolah atau olahraga?
5) Hambatan apa (fisik, pribadi, lingkungan), jika ada, apakah dapat dipulangkan?
6) Apakah kebutuhan yang dapat diantisipasi terkait usia, dan apa yang menjadi
dasarnya?
7) Apakah peranan yang memungkinkan dari terapi fisik di masa yang akan datang?
8) Apa pandangan pasien atau pemberi perawatan dari kebutuhan terapi fisik di
masa yang akan datang?
9) Dapatkah Anda dan pasien / pemberi perawatan yang lain secara  bersama-sama
merencanakan rencana seumur hidup untuk sehat?
RENCANA STRATEGI

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

1. Pelaksanaan Kegiatan
Hari / tanggal :
Pukul :
Topik : Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Tempat :
Sasaran  :
2. Metode
- Diskusi
- Tanya jawab
3. Media
- Alat tulis
4. Pengorgnisasian
Kepala ruangan :
Supervisor :
Ka Tim 1 :
Ketua Kelompok :
Anggota :
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PELAKSANAAN DISKUSI REFLEKSI KASUS DI RUMAH SAKIT

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PELAKSANAAN DISKUSI REFLEKSI KASUS DI RUMAH
SAKIT
No. Dokumentasi
Tanggal disahkan
pertama kali
Tanggal Revisi
Pengertian Kegiatan diskusi untuk merefleksikan pengalaman praktek suatu kasus
tertentu terhadap konsep pengetahuan baru atau  praktek baru.
Tujuan 1. Meningkatkan pengembangan profesionalisme secara  berkelanjutan
bagi perawat melalui kegiatan  pembelajaran sepanjang hayat.
2. Meningkatkan performa klinik perawat melalui siklus  perubahan
berbasis evidence-based practice.
Leader Manajer Kasus
Stakeholder terkait 1. Kepala Ruangan (Manajer Personil atau Perawat)
2. Staff Keperawatan (Perawat Klinis atau Perawat Pelaksana)
3. Komite Keperawatan
Alat / Bahan 1. Dokumentasi asuhan keperawatan
2. Sinopsis tentang ide, gagasan atau informasi terkait kasus yang
dibuat berdasarkan analisis hasil penelitian
3. Standar Asuhan Keperawatan sesuai kasus (jika ada)
4. SPO tindakan terkait kasus (jika ada)
5. Hasil audit keperawatan (jika ada)
6. Tool refleksi
Output 1. Rekomendasi untuk merubah praktek sesuai  pengetahuan / informasi
yang baru
2. Rekomendasi untuk mencari informasi-informasi tambahan lainnya
yang menguatkan
3. Rekomendasi untuk mempertahankan praktek yang sudah
dilaksanakan karena sesuai dengan pengetahuan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Noprianty, R. (2018). Nursing Manajemen. Yogyakarta: CV Budi Utama. 

Nurdayat. (2007). Program Manajement.jakarta: airlangga.

Nursalam. (2017).Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika


contoh role play

Perawat : khusnul

Ketua Tim : Adi

Fasilitator : Nuril

Penyaji : hidayah

Peserta 1 : ika

Peserta 2 : memel

Peserta 3 : lilin

Peserta 4 : megi

Peserta 5 : vita

DISKUSI REFLEKSI KASUS

Paisen dengan diagnose medis Gout Arhtritis dengan hasil TTV 110/90 mmHg, HR 70
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,50C, Pasien masih mengeluh nyeri yang hebat di bagian
lututnya. Berdasarkan keadaan tersebut perawat melaksanakan DRK.

Perawat mengutarakan keadaan pasien dan meminta persetujuan untuk diadakan DRK kepada
ketua TIM.

Perawat (Khusnul) : “Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi Pak Hasyim.”

Ketua Tim (Adi) : “Waalaikumsalam Wr. Wb. Selamat pagi”

Perawat (Khusnul) : “Pak, pasien kamar 5 bernama Tn. B, pasien sudah 3 hari dirawat dan
nyerinya masih terasa hebat, pasien juga masih tampak lemas. Pasien
belum menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Jadi, saya
bermaksud untuk melakukan DRK terhadap An. B. Apakah bapak
setuju?”
Ketua Tim (Adi) : “Ya, saya setuju. Bagaimana persiapannya dan kapan akan
dilakukan?”

Perawat (Khusnul) : “Saya sudah menyiapkan tim yang bias melakukan DRK sesuai
dengan jadwal yang ada. DRK dilakukan besok tanggal 12 November
2020, untuk waktunya masih menunggu kesepakatan Tim.”

Ketua Tim (Adi) : “Baiklah, silahkan dilanjutkan. Saya tunggu informasi selanjutnya
ya.”

Perawat (Khusnul) : “Baik pak, saya permisi dulu.”

“DRK dilakukan pada tanggal 12 November 2020 di ruang perawat pukul 09.00 WIB. DRK
dihadiri seluruh anggota TIM dan kegiatan DRK pun dimulai.”

Fasilitator (Nuril) : “Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi. Selamat datang di Diskusi
Refleksi Kasus yang sudah rutin kita adakan setiap bulannya. Hari ini
kita melakukan refleksi kasus yang telah kita sepakati sebelumnya
yaitu tentang Typhoid. Sebelumya kita sepakati terlebih dahulu waktu
diskusi kita hari ini. Bagaimana jika diskusi dilaksankan selama 60
menit?”

Peserta (Memel, ika, lilin, megi, vita) : “Yaa, setuju.”

Fasilitator (Nuril) : “Baiklah seperti biasa, diharapkan semua peserta dapat mengikuti
diskusi dengan baik dan mengikuti perjalanan diskusi dengan aktif.
Untuk acara hari ini, materi akan disajikan oleh penyaji selama 15
menit, setelah itu dilanjutkan diskusi selama 30 menit. Kepada
penyaji dipersilahkan untuk menyampaikan materi.”

Penyaji (Hidayah) : ‘Assalamualaikum Wr. Wb. Pada diskusi kali ini, kita akan
membahas tentang typhoid yang dialami An. B selama 7 hari ini,
demam masih naik turun, mual, muntah dan tampak lemas. Artritis
gout merupakan bentuk artritis inflamatorik yang terjadi pada
individu dengan kadar asam urat darah yang tinggi. Asam urat ini
dapat membentuk kristal dengan bentuk, seperti jarum di sendi.
Diagnose yang diambil adalah nyeri akut. Dari diagnose tersebut,
kami telah memberikan intervensi untuk nyeri akut berupa :
1. Observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Mengkaji skala nyeri pasien.
3. Mengajarkan teknik non-farmakologi.
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik untuk
menurunkan nyeri.

Fasilitator (Nuril) : “Baik, langsung saja jika ada yang ingin disampaikan dari teman-
teman silahkan untuk menyampaikan satu-persatu.”

Peserta 1 (Ika) : “Bagaimana dengan pengimplementasian teknik non farmakologi?


Apakah terapi tersebut dinilai efektif dalam menurunkan skala nyeri
pasien?.”

Peserta 2 (Memel) : “Iya, itu benar. Saya juga pernah mengimplementasikan terapi non-
farmakologi untuk menurunkan nyeri, saat itu saat itu saya
menggunakn tenik relaksasi napas dalam, dan itu terbukti dapat
menurunkan skala nyeri pasien.”

Penyaji (Hidayah) : “Oh iya, benar. Bukan hanya teknik relaksasi napas dalam, ada
beberapa teknik non farmakologi yang terbukti dapat menurunkan
nyeri gout arthritis, salah satunya yaitu pijat refleksi.”

Peserta 3 (Lilin) : “Saya belum memahami bagaimana terapi-terapi tersebut dapat


efektif menurunkan nyeri gout arthritis, Ners dan bagaimana
prosedurnya?”

Penyaji (Hidayah) : “Secara garis besar prosedur pelaksanaannya dimulai dari tahap
pemijatan pemanasan, tahap penekan pada titik sesuai dengan keluhan
pasien, lalu ditutup dengan tahap pemijatan pendinginan. Untuk
pasien dengan keluhan nyeri sendi penekanan yang dilakukan yaitu
pada titik 11. Nah untuk lebih memudahkan pengimplemantasiannya
alangkah lebih baiknya dibuat SOP terkait pijat refleksi tersebut.

Peserta 4 (Megi) : “Ya, saya sangat setuju Ners. Oh iya ners setelah ini kapan bisa
langsung dapat di praktikkan ke pasien-pasien yang mengalami nyeri gout arthritis Ners?”
Fasilitator (Nuril) : “Setelah nanti kita bagikan SOPnya bisa langsung dielajari dan
diterapkan ke pasien-pasien tersebut begitu. Mungkin ada yang ingin disampaikan atau sudah
cukup? Waktu masih sisa 5 menit.”

Peserta 5 (Vita) : Kapan SOP bisa kami dapatkan Ners?

Fasilitator (Nuril) : Setelah diskusi ini selesai secepatnya akan kami bagikan SOPnya.
Kemudian hal-hal yang berhubungan dengan SOP bisa ditanyakan terpisah kepada saya, Ners
Diyah, dan Ners Khusnul. Bagaimana apakah ada yang ditanyakan lagi?

Peserta 5 (Vita) : “Terimakasih sudah cukup jelas.”

Fasilitator (Nuril) : “Alhamdulillah, diskusi hari ini telah berakhir. Dapat saya simpulkan
bahwa pasien dengan gout arthritis akan mengalami nyeri, sebagai
perawat kita harus berupaya untuk menurunkan skala nyeri pasien,
intervensi yang bisa dipilih salah satunya yaitu dengan menggunakan
teknik non farmakalogi misalnya teknik relaksasi napas dalam dan pijat
refleksi. Baik, karena diskusi telah selesai, kita beri tepuk tangan untuk
kita semua. Jangan lupa mengisi daftar hadir di lembar yang sudah
disediakan. Saya akhiri diskusi kali ini, Wassalamualaikum Wr. Wb.”

Anda mungkin juga menyukai