Anda di halaman 1dari 9

Study Task 1.

Soal :

1. Apa dan bagaimana pengertian istilah-istilah yang dipadankan dengan Ilmu Negara di
Eropa Kontinental dan Anglo Saxon!
2. Apa sebabnya di Indonesia di gunakan istilah Ilmu Negara!
3. Bagaimana status Ilmu Negara dalam kerangka Ilmu Pengetahuan Hukum dan Ilmu
Kenegaraan!
4. Jelaskan Mengenai obyek, ruang lingkup dan metode Ilmu Negara!
5. Apakah metode Ilmu Negara yang digunakan oleh G. Jellinek, Hans Kelsen, dan R.
Kranenburg di Eropa Kontinental, dan metode yang digunakan oleh R.M Mac Iver di
Anglo Saxon!

Pembahasan Soal 1.

Jerman Belanda Prancis Anglo Saxon

Wetenschap der The General Theori


Staatwissenchaften Staatwetenchappen of State
Politiek
‘staat’ = negara ‘staat’ = negara ‘general’ = umum
‘wetenschap’ = ilmu
‘wissenchaften’ = ‘wetenchappen’ = ‘theori’ = teori
‘der politiek’ =
ilmu ilmu
politik ‘state’ = negara

Staatwissenchaft Staatwetenchap
‘staat’ = negara ‘staat’ = negara
‘wissenchaft’ = ilmu ‘wetenchap’ = ilmu

Staatslehre Staatsleer Théorie d’etat Theori of State


‘staats’ = negara ‘staats’ = negara ‘théorie’ = teori ‘theori’ = teori
‘lehre’ = pengajaran ‘leer’ = belajar ‘d’etat’ = negara ‘State’ = negara

1
Angewandte- Angewandte- Les Sciences Political Theori
Staatwissenchaft Staatwetenschap Politiques
‘political’ = politik
‘angewandte’ = ‘angewandte’ = ‘les sciences’ = ilmu
penerapan penerapan ‘theori’ = teori
‘politiques’ =
‘staat’ = negara ‘staat’ = negara politik/kebijakan
‘Wissenchaft’ = ilmu ‘Wetenschap’ = ilmu

Staatswissenschaften terdiri dari dua bagian yakni Staatswissenschaft SW yang


merupakan Ilmu Kenegaraan dalam arti sempit dan Rechtwissenchacft yang mencakup
mengenai HTN, HAN dan Hukum antar Negara atau Ilmu Negara dalam arti luas.
Staatswissenschaft dibagi kembali menjadi tiga konsentrasi yakni yang pertama Beschrei-
Bende SW (staatskunde) yang mendeskripsikan peristiwa yang terjadi terkait dengan Ilmu
Negara secara umum, selanjutnya Theoritische Staatswissenschaft (staatlehre) membahas
Ilmu Negara secara khusus dengan kajian terhadap bahan-bahan yang dikumpulkan yang
dimana didalamnya terbagi lagi menjadi dua yakni Algemeine Staatslehere (Ilmu Negara
Umum) dimana dikelompokkan lagi menjadi dua bagian mengkhusus yakni Algemeine
Soziale Staatslehre yang mengkaji Ilmu Negara secara sosiologis,misalnya seperti; Hak
istimewa, tipe Negara, legitimasi dan lenyapnya suatu Negara dan Algemeine
Staatsrechtlehre yang mengkaji Ilmu Negara secara yuridis misalnya seperti; Konstitusi,
Lembaga Negara, Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan. Dilanjutkan dengan Besondere
Staatslehre (Ilmu Negara Khusus) diuraikan kembali menjadi dua bagian yakni Individuelle
Staatslehre yang mengkaji dari sudut pandang sosiologis sedangkan Spezielle Staatslehre
adalah ilmu Negara khusus yang mengkaji dari sudut pandang yuridis. Bagian ketiga yakni
Angewandee/ Praktische Staatwisseschaft (politiek) adalah Ilmu Negara yang menerapkan
teori-teori kenegaraan.

Pembahasan Soal 2.

Di Indonesia terdapat beberapa istilah mengenai Ilmu Pengetahuan Negara seperti: Ilmu
Kenegaraan, Teori Negara, Ajaran Negara, dan Ilmu Politik. Tetapi mengikuti
perkembangannya, Indonesia menggunakan istilah Ilmu Negara. Hal ini bermula dari
penyelidikan seorang sarjana bernama George Jellinek yang berhasil merumuskan Ilmu
Negara yang sistematik sebagai satu kesatuan ilmu. Atas keberhasilannya tersebut, beliau

2
kemudian dikenal sebagai “Bapak Ilmu Negara”. Sistem ini mampu menggabungkan cabang
pengetahuan mengenai negara menjadi satu kesatuan dimana bagian-bagiannya saling
tergantung antara yang satu dengan lainnya. Karya besar Jellinek ini kemudian dituangkan
dalam buku berjudul “Allgemeine Staatslehre”, pemikiran ini kemudian diserap dan diadopsi
oleh beberapa negara. Di Indonesia sendiri istilah Ilmu Negara pada awalnya digunakan oleh
Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1946. Dalam kurikulumnya, UGM memasukkan
mata kuliah “Ilmu Negara” sebagai terjemahan dari istilah staatsleer yang berasal dari
Universitas Leiden, Belanda. Penerjemahan kata “Staatlehre” menjadi “Ilmu Negara” ini
dilakukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme yang mulai terbentuk pada masa itu.
Substansi mata kuliah staatsleer bersifat umum dan mencakup hal-hal pokok mengenai
pengertian dan asas-asas negara namun tidak bersifat kolonial. Hal tersebut sesuai dengan
situasi dan kondisi negara Republik Indonesia yang diawal kemerdekaannya sedang
membangkitkan semangat nasionalisme.

Pembahasan Soal 3.

Di dalam kurikulum fakultas hukum di Indonesia selalu terdapat mata kuliah Ilmu Negara,
walaupun kurikulum tersebut mengalami beberapa kali perubahan hingga yang paling akhir
adalah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa, dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata kuliah yang tedapat di dalam kurikulum fakultas
hukum universitas negeri disusun berdasarkan kesepakatan bersama Badan Kerjasama (BKS)
fakultas hukum negeri. Mata kuliah Ilmu negara tercantum di dalam kurikulum yang bersifat
nasional, yang dinamakan kurikulum inti. Di dalam kurikulum inti tersebut Ilmu Negara
merupakan mata kulliah wajib Nasional dan sebagai prasyarat terhadap mata kuliah lain
seperti HTN,HAN,HI,Hukum Pidana, dan Hukum perdata. Artinya bahwa setiap mahasiswa
fakultas hukum harus memprogramkan Ilmu Negara dalam suatu semester hingga hasil
belajarnya dapat dikreditkan dengan nilai sekurang-kurangnya C (cukup) sehingga dapat
menempuh mata kuliah yang dipersyarati tersebut.

Dari segi elemen kompetensi, Ilmu Negara merupakan salah satu mata kuliah yang tergabung
dalam kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan yang memberikan kompetensi
utama bagi lulusan fakultas hukum. Namun, pelajaran yang diperoleh dari Ilmu Negara lebih
bersifat teoritis apabila dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lain yang dapat

3
diaplikasikan secara langsung dalam praktik seperti HTN, HAN, HI, Hukum Pidana, Hukum
Perdata, serta Hukum Acara dan praktek peradilan. Di dalam kurikulum fakultas hukum di
Indonesia terdapat perbedaan mengenai bobot satuan kredit semester (SKS), tetapi kisarannya
antara 2 sampai dengan 3 SKS.

Pembahasan Soal 4.

Objek ilmu negara

G. Jellink mengemukakan bahwa objek kajian ilmu negara tidak hanya negara pada
umumnya seperti negara yang ada di seluruh dunia dan negara di dalam ide atau pikiran,
melainkan juga negara tertentu. Oleh sebab itu, ilmu negara meliputi dua bagian, yaitu Ilmu
Negara Umum (Allgemeine Staatlehre) dan Ilmu Negara Khusus tertentu (Basondere
Staatlehre). Kedua bidang ilmu tersebut melakukan kajian terhadap negara dari aspek hukum
dan aspek sosial. Dengan demikian, objek kajian kedua ilmu tersebut sama, yaitu negara dari
aspek hukum dan negara dari aspek sosial.

Ilmu negara umum mengkaji negara pada umumnya seperti esensi negara dalam arti umum.
Sedangkan Ilmu Negara Khusus melakukan kajian terhadap negara yang konkret ada,
misalnya adalah negara tertentu.

Ruang Lingkup Ilmu Negara

- Segi Sosial

Ruang lingkup ilmu negara dari aspek sosial yang dilakukan oleh Allgemeine Soziale
Staatlehre (Ilmu Negara Umum dari Apek Sosial) dan Individuelle Staatlehre (Ilmu Negara
Khusus dari Aspek Sosial) yaitu :

1. Pengertian Negara atau perkataan negara


2. Sifat hakikat atau karakteristik negara – hak istimewa negara
3. Legitimasi kekuasaan negara – dasar pembenar kekuasaan negara
4. Tujuan negara
5. Timbul atau asal mula dan lenyapnya atau hapusnya negara
6. Tipe-tipe negara

- Segi Hukum

4
Ruang lingkup ilmu negara dari segi hukum dilakukan di dalam Allemeine Staatrechtlehre
dan Speizielle Staatlehre.

1. Perbedaan hukum publik dan hukum perdata


2. Konstitusi negara
3. Sifat kekuasaan negara (kedaulatan negara)
4. Unsur-unsur negara
5. Lembaga-lembaga negara
6. Pewakilan negara
7. Fungsi negara
8. Sentralisasi dan desentralisasi
9. Bentuk negara dan pemerintahan
10. Negara-negara bersusun

Metode Ilmu Negara

1. Metode Deduksi, yaitu metode berdasarkan proses penyelidikan atas asas-asas yang
bersifat umum yang dipergunakan untuk menerangkan peristiwa-peristiwa khusus
(tertentu) atau penjelasan teoritis yang bersifat umum terhadap fakta-fakta yang bersifat
konkrit.
2. Metode Induksi, yaitu metode yang merupakan kesimpulan umum yang diperoleh
berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari peristiwa-peristiwa khusus atau
peristiwa-peristiwa konkrit. Cara kerja metode induksi merupakan kebalikan dari cara
kerja metode deduksi.
3. Metode Diakletis yaitu metode tanya jawab, proses penyelidikan dilakukan dengan cara
tanya jawab untuk mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu.
4. Motide filosifis, yaitu motide yang dalam proses penyelidikannya meninjau serta
membahas objek penyelidikan secara abstrak-idiil.
5. Metode perbandingan, yaitu suatu metode dengan mengadakan perbandingan diantara
kedua objek penyelidikan atau lebih, untuk menambah dan memperdalam pengetahuan
yang mendalam tentang objek yang diselidiki.
6. Metode sejarah, yaitu suatu motode dengan didasarkan pada analisis dari kenyataan-
kenyataan sejarah, yaitu ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangannya, sebab-
akibatnya sebagaimana terwujud dalam sejarah dan dari penyelidikan disusun asas-asas
umum yang dapat digunakan.

5
7. Metode sistimatik, yaitu metode dengan menghimpun bahan-bahan yang sudah tersedia,
terhadap bahan-bahan itu dilakukan pelukisan,penguraian, dan penilaian. Kemudian
dilakukan klasifikasi atau rubricering ke dalam golongan-golongan di dalam suatu
sistematik.
8. Metode hukum, yaitu metode yang dalam penyelidikannya menitik beratkan pada segi-
segi yuridis, sehingga faktor-faktor yang bersifat non-yuridis dikesampingkan.
9. Metode sinkretis, yaitu metode yang dalam penyelidikannya menggabungkan faktor-
faktor yang bersifat yuridis maupun non-yuridis.
10. Metode fungsional, yaitu metode yang dalam penyelidikannya mengkaji objek
penyelidikannya dengan menggandengkan gejala-gejala dalam dunia ini, masing-masing
tidak lepas satu sama lainnya, melainkan terdapat hubungan yang timbal balik atau
interpendent.

Pembahasan Soal 5.

- George Jellinek (Metode Sistematika)

Pada tahun 1882, George Jellinek, seorang pakar hukum dari Jerman menerbitkan buku
yang berjudul Allgemeine Staatslehre (Ilmu Negara Umum). Buku ini kemudian menjadi
cikal bakal lahirnya Ilmu Negara dan George Jellinek dikenal sebagai Bapak Ilmu
Negara. Dalam menyusun bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre, Jellinek
menggunakan metode van systematesering (metode sistematika), yaitu dengan cara
mengumpulkan semua bahan tentang ilmu negara yang ada sejak zaman kebudayaan
Yunani sampai pada masanya sendiri (sesudah akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20),
dan bahan-bahan itu kemudian disusun kembali dalam suatu sistem.

- Hans Kelsen (Metode Hukum)

Metode hukum (juridische atau legalistische methode) dinamakan juga metode


monismus, yaitu suatu metode yang di dalam proses penyelidikan menggunakan
pendekatan yuridis atau semata – mata melihat fenomena negara dari sudut pandang
hukum, sehingga faktor-faktor non-hukum dikesampingkan. Metode hukum atau monism,
digunakan oleh Hans Kelsen dalam bukunya: The Pure Theory of Law. Ia menulis: “the
methodology analysis to be positive because it is concerned solely with the law as it is, it
pays no attention to ideology, moral, ect (J.B. Curzon, 1979: 121). Dari kutipan Curzon
tersebut, metode yang digunakan Hans Kelsen merupakan metode hukum positif dengan
mengesampingkan fenomena non – hukum, seperti ideologi dan moral. Dengan demikian

6
negara sebagai obyek penyelidikan, dipandang selaku badan hukum (legal person) dan
Hans Kelsen memandang negara identik dengan hukum, sehingga hukum merupakan
personifikasi dari negara.

- R. Kraneburg (Metode Perbandingan)

Metode Perbandingan (Comparative Method), yaitu suatu metode dengan mengadakan


perbandingan diantara kedua objek penyelidikan atau lebih, untuk menambah dan
memperdalam pengetahuan yang mendalam tentang objek yang diselidiki.

- Mac Iver (Metode Historis-Perbandingan)

Metode Historis-Perbandingan merupakan suatu metode gabungan secara historis yang


penyelidikan dilakukan dengan analisis terhadap kenyataan-kenyataan sejarah, yaitu
dicermati dari pertumbuhan dan perkembangan fenomena negara, serta sebab akibatnya
sebagaimana terwujud dalam sejarah. Kemudian dilakukan perbandingan fenomena
negara di dunia dengan memanfaatkan ilmu – ilmu lain seperti ekonomi, sosiologi politik,
dan kebudayaan. Metode ini digunakan oleh Mac Iver di dalam kedua bukunya, yakni
Web of Government dan Modern State. Dalam menerapka metode historis-perbandingan,
Mac Iver juga memanfaatkan ilmu-ilmu lain. Dari sisi pendekatannya, ia dapat dikatakan
menggunakan metode interdisipliner.

7
Study Task 2.

Soal : Jelaskan hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik serta hubungan Ilmu Negara
dengan Hukum Tata Negara

Pemabahasan Study Task 2

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik

Dalam wacana tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan Pemilihan Legislatif dan Pemilihan
Presiden 2019 akan dipersingkat masa kampanyenya. Masa kampanye yang awalnya
memiliki jangka 1 tahun, dipersingkat menjadi 6 bulan. Sedangkan tahapan pelaksanaan
pemilu yang awalnya memiliki jangka waktu 22 bulan, dipersingkat menjadi 18 bulan
sebelum hari-H.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi Ilmu Negara yang menitikberatkan
pada pembelajaran teoritis dapat diterapkan dalam kehidupan berpolitik. Segala hasil
penyelidikan dari ilmu negara dapat di praktekkan dalam ilmu politik sebagai ilmu yang
bersifat praktis. Praktek ini bisa dilihat ketika terdapat kebijakan untuk mempersingkat waktu
dalam kampanye yang tentunya akan mengurangi perselisihan antar pihak yang pro terhadap
partai oposisi maupun pihak yang pro terhadap partai yang sedang berkuasa.

Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara

Dalam hubungan dengan Hukum Tata Negara, Ilmu Negara berfungsi untuk memberikan
dasar-dasar teoritis yang masih bersifat umum. Dasar-dasar teoritis ini dapat diterapkan untuk
membangun hukum tata negara yang lebih menekankan kepada praktek norma hukum dalam
arti positif. Ilmu negara berfungsi sebagai pengantar dari Hukum Tata Negara.

Study Task 3.

Soal : Jelaskan Hubungan Ilmu Negara dan Hukum Internasional berdasarkan wacana di
bawah!

Pembahasan Study Task 3

Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Internasional.

Perlu disimak pendapat Wirjono Prodjodikoro (mantan Ketua Mahkamah Agung, era tahun
1960 – an), dalam melihat perbedaan antara Ilmu Negara dan Hukum Internasional Publik, ia
mengemukakan bahwa “pada Ilmu Negara unsur hukum sebagai rangkaian kaidah – kaidah

8
atau norma – norma tidak merupakan unsur mutlak. Sebaliknya pada Hukum Internasional
Publik, adanya unsur norma hukum adalah mutlak”. Hukum Internasional Publik prinsipnya
mengatur hubungan antar pelbagai negara di dunia, dengan tujuan untuk mengejar
keselamatan dan tata – tertib dalam masyarakat dunia yang anggotanya terdiri dari pelbagai
negara, karena itu bersifat dinamis. Sebaliknya “Ilmu Negara” lebih bersifat statis dengan
menitikberatkan pada gambaran adanya pelbagai negara timbul (lahirnya), wujud (bentuknya)
dan berkembangnya. Dari pendapat Wirjono Prodjodikoro itu, nampak bahwa ada unsur
persamaan antara Ilmu Negara dan Hukum Internasional Publik, yakni sama – sama fokus
pada mempelajari negara seantero dunia (seluruh dunia).

Dalam wacana tersebut dijelaskan bahwa Presiden Joko Widodo menandatangani beberapa
kesepakatan dengan pihak Arab Saudi mengenai kerja sama Arab Saudi-Indonesia.
Hubungan antara Ilmu Negara dan Hukum internasional di wacana tersebut adalah adanya
keinginan dari kedua pihak negara tersebut untuk fokus dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di masing-masing negaranya. Hukum internasional disini menitikberatkan untuk
mengatur hubungan antara berbagai negara, khususnya negara Indonesia dengan Arab Saudi
sesuai dengan wacana tersebut, sedangkan Ilmu Negara yang sifatnya lebih teoritis
menekankan pada unsur-unsur negara, pengakuan, kedaulatan teritorial, yurisdiksi dan
tanggung jawab atau tanggung gugat negara, serta negara sebagai aktor utama hukum
internasional. Secara singkat, hubungan Ilmu Negara dan Hukum Internasional adalah
hubungan yang saling menguntungkan (simbiose-mutualis).

Anda mungkin juga menyukai