NPM : 200405010005
Kelas: Hukum, 2020A
Soal:
Didalam proses penyelidikan terhadap obyeknya, ilmu negara sebagai
Ilmu mempunyai metode penyelidikan, sebut dan jelaskan metode-
metode yang digunakan dalam penyelidikan ilmu negara.?
1. Ilmu negara
Kelahiran dan keberadaan Ilmu Negara tidak dapat lepas dari jasa George
Jellinek, seorang pakar hukum dari Jerman yang kemudian dikenal sebagai bapak
Ilmu Negara, pada tahun 1882 ia telah menerbitkan buku dengan judul Allgemeine
Staatslehre (Ilmu Negara Umum), buku ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya
Ilmu Negara. Istilah Ilmu Negara dikenal dengan beberapa istilah, antara lain:
1. di Belanda dikenal dengan istilah Staatsleer,
2. di Jerman dikenal dengan istilah Staatslehre,
3. di Perancis dikenal dengan istilah Theorie d’ etat, sedangkan
4. di Inggris dikenal dengan istilah Theory of State, The General Theory of
State, Political Science, atau Politics.
Dalam menyusun bukunya Allgeimeine Staaslehre George Jellinek
menggunakan methode van systematesering (metode sistematika), dengan cara
mengumpulkan semua bahan tentang ilmu negara yang ada mulai zaman kebudayaan
Yunani sampai pada masanya sendiri (sesudah akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20
dan bahan-bahan itu kemudian disusunnya dalam suatu sistem.
Berkaitan dengan perbedaan penyelidikan objek antara Ilmu Negara dengan
Ilmu Lain yang pembahasan sama, yaitu Negara, bahwa Hukum Tata Negara RI dan
Ilmu Politik Kenegaraan memandang objeknya, yaitu negara dari sifatnya atau
pengertiannya yang konkret, artinya objeknya itu sudah terikat pada tempat, keadaan
dan waktu, jadi telah mempunyai objek yang pasti, misalnya negara Republik
Indonesia, negara Inggris, negara Jepang dan seterusnya. Kemudian, dari negara
dalam pengertiannya yang konkret itu diselidiki atau dibicarakan lebih lanjut
susunannya, alat-alat perlengkapannya. Wewenang serta kewajiban daripada alat-alat
perlengkapan tersebut dan seterusnya.
Sedangkan Ilmu Negara memandang objeknya itu, yaitu Negara, dari sifat atau
pengertiannya yang abstrak, artinya objeknya itu dalam keadaan terlepas dari tempat,
keadaan dan waktu, belum mempunyai ajektif tertentu, bersifat abstrak-umum-
universal.
1.Pengertian Negara dan Unsur-unsurnya
Istilah negara sudah dikenal sejak zaman Renaissance, yaitu pada abad ke-15. Pada
masa itu telah mulai digunakan istilah Lo Stato yang berasal dari bahasa Italia, yang
kemudian menjelma menjadi L’etat’ dalam bahasa Perancis, The State dalam bahasa
Inggris atau Deer Staat dalam bahasa Jerman dan De Staat dalam bahasa Belanda.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian negara seperti dikemukakan oleh
Aristoteles, Agustinus, Machiavelli dan Rousseau.
Sifat khusus daripada suatu negara ada tiga, yaitu sebagai berikut.
1 Memaksa
Sifat memaksa perlu dimiliki oleh suatu negara, supaya peraturan perundang-
undangan ditaati sehingga penertiban dalam masyarakat dapat dicapai, serta
timbulnya anarkhi bisa dicegah. Sarana yang digunakan untuk itu adalah polisi,
tentara. Unsur paksa ini dapat dilihat pada ketentuan tentang pajak, di mana setiap
warga negara harus membayar pajak dan bagi yang melanggarnya atau tidak
melakukan kewajiban tersebut dapat dikenakan denda atau disita miliknya.
2 Monopoli
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.
Negara berhak melarang suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu hidup
dan disebarluaskan karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3 Mencakup semua
Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa, kecuali
untuk mendukung usaha negara dalam mencapai masyarakat yang dicita-citakan.
Misalnya, keharusan membayar pajak.
Hal yang dimaksud unsur-unsur negara adalah bagian-bagian yang menjadikan
negara itu ada. Unsur-unsur negara terdiri dari:
1. Wilayah, yaitu batas wilayah di mana kekuasan itu berlaku. Adapun wilayah
terbagi menjadi tiga, yaitu darat, laut, dan udara.
2. Rakyat, adalah semua orang yang berada di wilayah negara itu dan yang
tunduk pada kekuasaan negara tersebut.
3. Pemerintah, adalah alat negara dalam menyelenggarakan segala kepentingan
rakyatnya dan merupakan alat dalam mencapai tujuan.
4. Pengakuan dari negara lain. Unsur ini tidak merupakan syarat mutlak adanya
suatu negara karena unsur tersebut tidak merupakan unsur pembentuk bagi
badan negara melainkan hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya
negara. Jadi, hanya bersifat deklaratif bukan konstitutif. Pengakuan dari
negara lain dapat dibedakan dua macam, yaitu pengakuan secara de facto dan
pengakuan secara de jure.
2.Teori Tujuan Negara dan Teori Asal Mula Negara
Setiap negara mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Tujuan negara
merupakan masalah yang penting sebab tujuan inilah yang bakal menjadi pedoman
negara disusun dan dikendalikan sesuai dengan tujuan itu. Mengenai tujuan negara itu
ada beberapa teori, yaitu menurut Lord Shang, Nicollo Machiavelli, Dante, Immanuel
Kant, menurut kaum sosialis dan menurut kaum kapitalis.
Ada beberapa paham tentang teori tujuan negara, yaitu teori fasisme,
individualisme, sosialisme dan teori integralistik.
Kemudian, mengenai teori asal mula terjadinya negara selain dapat dilihat
berdasarkan pendekatan teoretis, juga dapat dilihat berdasarkan proses
pertumbuhannya.
Asal mula terjadinya negara dilihat berdasarkan pendekatan teoretis ada beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
1 Teori Ketuhanan
Menurut teori ini negara terbentuk atas kehendak Tuhan.
2 Teori Perjanjian
Teori ini berpendapat, bahwa negara terbentuk karena antara sekelompok manusia
yang tadinya masing-masing hidup sendiri-sendiri, diadakan suatu perjanjian untuk
mengadakan suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan bersama.
3 Teori Kekuasaan
Kekuasaan adalah ciptaan mereka-mereka yang paling kuat dan berkuasa
4 Teori Kedaulatan
Setelah asal usul negara itu jelas maka orang-orang tertentu didaulat menjadi
penguasa (pemerintah). Teori kedaulatan ini meliputi:
Konsep Negara
Konsep merupakan kemponen terpenting untuk tercapainya suatu teori.
Konsep lahir dalam pikiran (mind) manusia sehingga bersifat abstak.
Berikut ini akan diuraikan sejumlah konsep negara dari para ilmuan, filosof, dan
teolog tempo dulu.
1. Organisasi kebiasaan bersama (public good)
Socrates (469-399 S.M.)
Socrates menjedi kiblat pemikiran karena sering di sebut olah plato dalam karya-
karyanya. Ada pun pemikiran socrates tentang negara adalah bahwa negara bukanlah
organisasi yang dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi
merupakan jalan susunan objektif berdasarkan pada hakikat manusia sehingga
bertugas menjalankan peraturan-peraturan yang objektif mengandung keadilan dan
kebaikan umum, tidak hanya melayani kebutuhan penguasa yang berganti-ganti
orangnya.
Plato (429-347 S.M.)
Plato adalah murid setia socrates yng banyak memperoleh tradisi keilmuan filsafat
gurunya. Sebagai pemikir reputasi plato barangkali melebihi reputasi gurunya.
Reputasi pemikiran Plato dapat diketahui dari hasil karyanya yaitu :
- Politeia ( Negara)
- Politicos ( ahli Negara)
- Nomea (undang-undang)
Menurut Plato Negara itu adalah merupakan lembaga atau organisasi yang
mementingkan kebajikan (pengetahuan) umum atau kebaikan bersama.
Aristoteles (384-322 S M)
Walaupun Aristoteles merupakan murid dari Plato tapi dalam pemikirannya mengenai
Negara sangatlah berbeda. Aristoteles membahas konsep-konsep dasar ilmu politik,
melalui asal mula Negara, Negara ideal, warga Negara ideal, pembagian kekuasaan
politik, keadilan dan kedaulatan, dan lain sebagainya. Aristoteles mengatakn bahwa
Negara adalah lembaga politik yang paling berdaulat meskipun bukan berarti Negara
tidak memiliki batas kekuasaan. Negara memiliki kekuasaan tertinggi hanya karena ia
merupakan lembaga politik yang memiliki tujuan yang paling tinggi dan mulia.
Tujuan dibentuknya Negara adalah yejahtrakan seluruh warga Negara, atau hamper
sama dengan tujuan hidup manusia. Ini artinya, Negara merupalan organisasi politik
yang bertujuan menggapai kebahagiaan bersama, berbentuk kebahagiaan dengan
jumlah yang besar dengan itu kebahagiaan individu akan tercapai dengan
tersendirinya.
2. Organisasi teokrasi
Santo Agustinus
Pemikiran Agustinus tentang Negara, pertama Negara terdiri dari dua bentuk yaitu :
Negara Tuhan dan Negara Iblis atau Negara keduniawian.
Dalam Negara tuhan (the city of Good daalm bhs inggris) terdapat kejujuran,
keadilan, keluhuran, dan kesejatraan. Sedangkan Negara Iblis (civitas terena
(yunani) ) diliputi nafsu, penghianatan, kemaksiatan, kejahatan, dan kebobrokan.
Dalam Negara Tuhan tidak dikenal kekuasaan politik, yang ada hanyalah kepatuhan
terhadap Tuhan sebagai implpomentasi langsung dari kedaulatan Tuhan. Keadilan
adalah nilai fundamental dalam Negara Tuhan.
Negara Tuhan ditandain oleh Imam, ketaatan, dan kasih Tuhan, menjunjung tinggi
nilai moralitas terpuji seperti : kejujuran, keadialan, keluhuran budi, keindahan dan
lain-lain. Negara tuhan diciptakan sebelum adanya manusia, bahkan telah ada
sebelum semesta diciptakan.
3. Organisasi Kekuasaan
Niccolo Machiavelli (1469-1527 M)
Pemikiran Machiavelli mengenai hubungan Negara sebagai organisasi kekuasaan
yaitu :
1. kekuasaan dan Negara hendaknya dipisahkan dari moralitas dan Tuhan
2. kekuasaan sebagai tujuan, bukan instrunen untuk mempertahankan nilai-nilai
moralitas dan agama
3. penguasan yang baik harus mengejar kejayaan dan kekayaan karena keduanya
merupakan nasib mujur yang dimiliki oleh penguasa
4. kekuasaan merupakan raison d,entre Negara. Negara merupakan simbolis kekuasaan
politik tertinggi yang bersipat mencakup bersama.
5. dalam mempertahankan kekuasaan setelah merebutnya dibagi menjadi dua yaitu :
- memusnahkan, membumianguskan seluruh Negara, dan membunuh seluruh
keluarga penguasa lama.
- Melakukan kolonisasi dan menjalin baik dengan Negara tetangga dekat
6. kekuasaan yang didapat secara keji dan jahat bukan merupakan nasib baik. Jika ia
melakukan kekejamann hendaknya mengiringinya dengan tindakan simpati, kasi
sayang kepada rakyat, dan menciptakan kebergantungan rakyat kepadanya untuk
menghindari pembrontakan.
7. seorang penguasa perlu mempelajari sifat yang terpuji maupun yang tidak terpuji. Ia
harus berani melakukan tindakan yang kejam, bengis, kikir, dan khianat asalkan baik
bagi Negara dan kekuasaan. Untuk mencapai tujuan, cara apapun dapat dilakukan.
Penguasa tidak perlu takut untuk dicintai asalkan ia tidak di bencu rakyat.
8. penguasa Negara dapat menggunakan cara binatang dalam menghadapi lawan-lawan
politiknya. Seorang penguasa dapat mencontoh peringai singa yang menggretak di
suatu saat dan perangai ruba yang tidak bisa dijebak di saat lain.
9. sseorng penguasa yang mempunyai sikap yang jelas apakah sembagai musuh atau
kawan akan lebih dihargai daripada bersikap netral.
4.Organisasi Hukum
Thomas Aquineas (1226-1274 M.)
Kekuasaan dan Negara menurut Thomas tidak terlepas dari huum kodrat atau hukum
alam. Hukum abadi adalah kebijaksanaan dan akal budi abadi Tuhan. Bertitik tolak
dari hukum kodrat tersebut, Thomas berpendapat bahwa eksitensi Negara bersumber
dari sifat alamiah manusia. Salah satu sifat alamiah manusia adalah wataknya yang
bersifat sosial dan politis.hukum kodrat ialah yang mendasari prilaku dan aspirasi
manusia membentuk Negara. Beberapa argument mengapa manusia membutuhkan
Negara :
1. manusia adalah bagian integral dari alami. Karena itu manusia tidak hanya
bergantung dan membutuhkan manusia lain, melainkan berbagai subtansi alam-
hewan, tumbuhan, mineral, lautan, udara, dan lain-lain.yang berada diatas bumu ini.
2. sisi lain watak alamiah manusia adalah manusia bertindak sesuai dengan
intelegensinya karena manusia adalah mahluk yang berpikir.
3. seorang manusia sederajat dengan manusia lainnya. Posisi derajat itu diterima
manusia sejak pertama kalinya manusia dilahirkan ke dunia.
6. Organisasi Integralistik
George F. Hegel (1770-1831 M.)
Hegel berpendapat bahwa negara bersifat unik karena ia memiliki logika, nalar,
sistem berpikir, dan berperilaku tersendiri yang berbeda dengan organ politik apa
pun. Karena itu bisa saja umpamanya negara menegasi kebebasan atau kemerdekaan
individu dengan asumsi bahwa individu tidak memiliki makna dalam totalitas negara.
Ia harus labur dalam kesatuan negara. Dalam persefektip semacam ini, individu tidak
mungkin bisa menjadi kekuatan oposisi berhadapan dengan negara.
Negara juga bertujuan untuk memberikan kebebasan yang sempurna kepada manusia.
Manusia sebagai individu, terkatung-katung dan diperbudak oleh nalirinya. Dengan
dmikian, maka hidup akan tercipta jika individu menyerahkan diri kpada negara.
Prof. Soepomo
Negara integralistik didasarkan pada premis bahwa kwhidupan kebengsaan dan
kenegaraan terpatri dalam suatu totalitas. Negara tidak boleh berpihak pada kelompok
tertentu atau mayoritas dan menindas kolompok yang lemah dan minoritas, apalagi
hanya membela kepentingan segelinir orang. Tidak ada diskriminasi sedikit pun dala
bentuk apa pun dalam kehidupan bernegara.
Dua model negaran integralistik yaitu : Negara Dai Noippon ( jepang), dan Negara
Nazi Jerman. Keduanya dinilai memiliki corak ketimiran yng cocok dengan kondisi
Indonesia.
Konsep negara dapat ditarik dalam empat persepetif atau sudut pandang utama yaitu :
1. Sudut pandang politis. Titik tolak pandangan ini adalah kekuasaan. Artinya, negara
dilihat sebagai organisasi kekuasaan. Operasional konsep kekuasaan adalah
kemungkinan untuk melaksanakan kehendak sendiri dalam kerangkan suatu
hubungan sosial.
2. Sudut pandang sosiologi. Titik tolak pandangan ini adalah masyarakat. Negara
dipahami sebagai organisasi tertinggi yang dipengruhi kuat oleh keberadaan
masyarakat. Operasional konsep masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
3. sudut pandang yuridis. Titik tolak pandangan ini adalah hukum. negara diartikan
sebagai bagian dari tata hukum dan organisasi besar yang harus tunduk pada hukum.
Oprasional konsep hukum adalah segala peraturan yang dibuat untuk mengatur
tatatertib kehidupan bersama.
4. Sudut pandang religi. Titik tolak pandangan ini adalah agama atau Tuhan. Artinya
negara dinyatakan sebagai fasilitas atau tempat bersemayam Tuhan di bumi. Dalam
konsep operasional agama dimaksudkan sebagai sesuatu kepercayaan yang dianut
olae umat manusia untuk menemukan hakikat hidup dan hubungan denagn Tuhan
Eropa Kontinental.
Lahir di Jerman-
Asal Anglo Saxon, Amerika Serikat, Inggris, Malaysia.
Belanda-Perancis-
Indonesia
Dari segi objek kajian, Ilmu Negara dan Ilmu Politik sama-sama mempelajari
mengenai negara. Namun dalam Ilmu Negara, fokus utamanya adalah mempelajari
mengenai susunan, bentuk-bentuk, sifat umum negara, dan lembaga-lembaga
kenegaraan. Sedangkan dalam Ilmu Politik, pembahasan lebih ditekankan pada hal-
hal kehiduapan kenegaraan dalam praktik.
Dari segi metode atau pendekatan, Ilmu Negara membahas mengenai hal-hal
kenegaraan dari segi yuridis konstitusional. Sedangkan Ilmu Politik dalam
menemukan kajiannya melalui cara-cara empiris dan sosiologis. Dengan demikian,
keadaan dari pembahasan Ilmu Negara cenderung statis, diam, dan kering
dikarenakan mempelajari teori atau hal-hal yang bersifat teoretis, seperti lembaga-
lembaga kenegaraan. Sedangkan Ilmu Politik cenderung berkeadaan dinamis,
berproses dan bergerak dikarenakan pembahasannya lebih ditekankan pada hal-hal
yang bersifat praktis atau merupakan penerapan dari berbagai teori-teori Ilmu Negara.
Penerapan berbagai teori tersebut akan menimbulkan penilaian-penilaian atau analisis
terhadap aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi tindakan-tindakan kenegaraan dan
kekuasaan (political action).
[1] http://adzata.blogspot.co.id/2012/11/semua-tentang-materi-ilmu-negara.html diaks
es pada tanggal 16 Oktober 2015.
[2] http://bemfakum.blogspot.co.id/2010/09/materi-mata-kuliah-ilmu-negara.html dia
kses pada tanggal 18 Oktober 2015.
[3] Materi Kuliah Ilmu Negara oleh Prof. Arief Hidayat, Fakultas Hukum Universitas
DIponegoro, 19 September 2011.