Materi Kewarganegaraan
FAKULTAS EKONOMI
PRODI S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
Jalan Raya Jatiwaringin, RT. 03 / RW. 04, Jatiwaringin, Pondok Gede, RT.009/RW.005,
Jaticempaka, Kec. Pd. Gede, Kota Bks, Jawa Barat 13077
BAB 3
Pengertian, sifat dan fungsi Negara
A.Pengertian Negara
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh
pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. Negara juga merupakan
suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di
wilayah tersebut, dan berdiri secara independent. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki
rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat
sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain. Ahli ilmu politik Miriam Budiardjo
dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2007) merangkum definisi- definisi negara sebagai berikut:
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya
melalui penguasaan (kontrol) monopolistis terhadap kekuasaan yang sah. Dalam An
Introduction to Politics (1951), Roger H. Soltau menyebutkan negara adalah agen atau
kewenangan yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama
masyarakat. Sementara menurut Harod J. Laski dalam The State in Theory and Practice (1947),
negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa. Negara secara sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok yang
merupakan bagian masyarakat. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerja sama untuk memenuhi terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat
menjadi negara ketika cara hidup yang harus ditaati, baik oleh individu maupun oleh asosiasi-
asosiasi, ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.
Secara umum, pengertian Negara dapat ditinjau dari empat sudut, yaitu:
Negara sebagai organisasi kekuasaan Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Pengertian
ini dikemukakan oleh Logemann dan Harold J. Laski. Logemann menyatakan bahwa negara
adalah organisasi kekuasaan yang bertujuan mengatur masyarakatnya dengan kekuasaannya
itu. Negara sebagai organisasi kekuasaan pada hakekatnya merupakan suatu tata kerja sama
untuk membuat suatu kelompok manusia berbuat atau bersikap sesuai dengan kehendak
negara itu.
Negara sebagai organisasi politik Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara
ketertiban dalam masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa. Dari sudut organisasi politik, negara merupakan
integrasi dari kekuasaan politik atau merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik.
Sebagai organisasi politik negara Bidang Tata Negara berfungsi sebagai alat dari masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia dan sekaligus
menertibkan serta mengendalikan gejala–gejala kekuasaan yang muncul dalam masyarakat.
Pandangan tersebut nampak dalam pendapat Roger H. Soltou dan Robert M Mac Iver. Dalam
bukunya The Modern State, Robert M Mac Iver menyatakan: Negara ialah persekutuan
manusia (asosiasi) yang menyelenggarakan penertiban suatu masyarakat dalam suatu wilayah
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang dilengkapi kekuasaan
memaksa. Menurut RM Mac Iver, walaupun negara merupakan persekutuan manusia, akan
tetapi mempunyai ciri khas yang dapat digunakan untuk membedakan antara negara dengan
persekutuan manusia yang lainnya. Ciri khas tersebut adalah: kedualatan dan keanggotaan
negara bersifat mengikat dan memaksa.
Negara sebagai organisasi kesusilaan Negara merupakan penjelmaan dari keseluruhan
individu. Menurut Friedrich Hegel: Negara adalah suatu organisasi kesusilaan yang timbul
sebagai sintesa antara kemerdekaan universal dengan kemerdekaan individu. Negara adalah
organisme dimana setiap individu menjelmakan dirinya, karena merupakan penjelmaan
seluruh individu maka negara memiliki kekuasaan tertinggi sehingga tidak ada kekuasaan lain
yang lebih tinggi dari negara. Berdasarkan pemikirannya, Hegel tidak menyetujui adanya
pemisahan kekuasaan karena pemisahan kekuasaan akan menyebabkan lenyapnya negara.
Pemilihan umum karena negara bukan merupakan penjelmaan kehendak mayoritas rakyat
secara perseorangan melainkan kehendak kesusilaan. Dengan memperhatikan pendapat
Hegel tersebut, maka ditinjau dari organisasi kesusilaan, negara dipandang sebagai organisasi
yang berhak mengatur tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sementara
manusia sebagai penghuninya tidak dapat berbuat semaunya sendiri.
Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat Negara sebagai kesatuan bangsa,
individu dianggap sebagai bagian integral negara yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk
menjalankan negara. Menurut Prof. Soepomo, ada 3 teori tentang pengertian negara: Pertama,
Teori Perseorangan (Individualistik) yang menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu
masyarakat hukum yang disusun berdasarkan perjanjian antar individu yang menjadi anggota
masyarakat. Kegiatan negara diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan kebebasan
pribadi. Penganjur teori ini antara lain Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau,
Herbert Spencer, Harold J. Laski. Kedua, Teori Golongan (Kelas) yang menyatakan bahwa
negara merupakan alat dari suatu golongan (kelas) yang mempunyai kedudukan ekonomi
yang paling kuat untuk menindas golongan lain yang kedudukan ekonominya lebih lemah.
Teori golongan diajarkan oleh Karl Marx, Frederich Engels, dan Lenin. Ketiga, Teori
Intergralistik (Persatuan) yang menyatakan bahwa negara adalah susunan masyarakat yang
integral, yang erat antara semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota masyarakat
merupakan persatuan masyarakat yang organis. Negara integralistik merupakan negara yang
hendak mengatasi paham perseorangan dan paham golongan dan negara mengutamakan
kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori persatuan diajarkan oleh Bendictus de
Spinosa, F. Hegel, Adam Muller.
B.Sifat Negara
Sifat negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat
menjadikannya suatu negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi
setiap warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi negara tersebut. Sifat suatu negara
terkadang tidaklah sama dengan negara lainnya, ini tergantung pada landasan ideologi negara
masingmasing. Namun ada juga beberapa sifat negara yang bersifat umum dan dimiliki oleh
semua Negara, yaitu:
Secara umum, hakikat Negara dibagi menjadi dua aspek, yakni sosiologis dan yuridis.
Berikut adalah penjelasannya: Sifat hakikat negara berkaitan erat dengan dasar-dasar atau
unsurunsur terbentuknya negara. Berikut ini diuraikan sifat dari hakikat negara yang ditinjau
dari berbagai segi seperti yang telah disebutkan oleh Geoege Jellinek, adapaun penjelasannya
seperti yang diuraikan di bawah ini meliputi:
Sifat dari Hakikat Negara Ditinjau dari Segi Sosiologis
Sifat dari hakikat negara dari segi sosiologis merupakan peninjauan negara yang
didasarkan pada anggota masyarakatnya (zoon politicon). Berikut beberapa pendapat
ahli yang mendukung sifat dari hakikat negara dari segi sosiologis.
Aristoteles – Menurut pakar satu ini, sifat dari hakikat negara merupakan suatu alat
yang semata-mata digunakan untuk memaksakan sekelompok manusia agar tunduk
terhadap tata tertib yang baik dalam masyarakat.
McDougal – Inti dari pernyataan McDougal negara adalah sekelompok manusia yang
merasa senasip dan memiliki tujuan yang sama. Dalam hal ini pengelompokan dapat
terjadi secara alamiah, disengaja, atau campuran keduanya serta bisa juga dibentuk
secara genologis.
Kranenburg – Kranenburg nemiliki pendapat yang sama dengan McDougal tentang
sifat dari hakikat negara. Adapun pengelompokan manusia dapat dibagi menjadi 4
(emapat) ukuran yaitu pada suatu tempat tertentu dan teratur; pada suatu tempat
tertentu dan tidak teratur; tidak berada pada suatu tempat tetapi teratur; atau tidak
berada pada suatu tempat dan tidak teratur.
Sifat dari Hakikat Negara Ditinjau dari Segi Yuridis
Sifat dari hakikat negara dari segi yuridis berarti suatu negara dilihat dari peraturan
atau ketetapan yang membentuk suatu negara, dalam hal ini ada beberapa pendapat
yakni:
Objek Hukum – Suatu negara dijadikan sebagai objek hukum oleh para penguasa
untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian negara dijadikan manusia sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu.
Subjek Hukum – Sebagai subjek hukum, negara bertindak dalam membentuk hukum
dan undangundang. Hukum dan undang-undang ini nantinya harus ditaati oleh
kelompok manusia yang tinggal di negara tersebut.
Penghalusan Hukum – Dalam hal ini penghalusan hukum dimaksudkan bahwa
negara merupakan perwujudan dari perjanjian oleh orang-orang tertentu yang
kemudian membentu sebuah lembaga bernama negara.
C.Fungsi Negara
Setiap negara selain mempunyai tujuan juga memiliki fungsiyang harus dipahami oleh setiap
warga negaranya.Apakah yang menjadi fungsi dari suatu negara? Untuk mengetahui tentang
fungsi suatu negara, Perlu kiranya mengetahui pengertian fungsi negara terlebih dahulu.Fungsi
negara adalah pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai,menunjukan gerak dalam dunia
nyata. Negara yang baik adalah negara yang dapat menggerakkan roda pemerintahan secara
efektif, Jika demikian maka berfungsi atau tidaknya sebuah negara dapat dilihat dari berjalan
atau tidaknya roda pemerintahan. Menurut Robert Mac Iver, fungsi negara dapat dibedakan
menjadi; fungsi negara tetap dilaksanakan oleh semua negara yakni fungsi di bidang
kebudayaan dan perekonomian.Fungsi kebudayaan dari negara terletak dalam aktivitas rakyat
sendiri. Dalam hal ini, negara hanya memajukan dan melengkapi serta mengidentifikasi usaha
– usaha rakyat. Fungsi kesejahteraan umun, berarti semua aktivitas negara yang secara
langsung ditunjukan pada perbaikan keadaann kehidupan rakyat. Ini berarti negara secara aktif
turut campur tangan dalam bidang perekonomian agar dapat memberi kehidupan yang layak
bagi semua warga negaranya.Sedangkan menurut Charles E. Merriam, negara mempunyai lima
macam fungsi yaitu: Keamanan ekstern, ketertiban intern,keadilan,kesejahteraan, dan
kebebasan.
Tiga fungsi negara menurut Montesquieu adalah :
1. Fungsi legislatif, Membuat Undang – undang
2. Fungsi Eksekutif, Melaksankan Undang – undang, dan
3. Fungsi Yudikatif, Untuk mengawasii agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili)
d.Fungsi Negara menurut Van Vollenhoven
Fungsi negara menurut Van Vollenhoven yaitu terdiri dari 4 fungsi yang dikenal dengan
istilah catur praja. Keempat fungsi yang dimaksud adalah:
1. Fungsi menyelenggarakan pemerintahan, bestuur.
2. Fungsi mengadili, rechtsprak.
3. Fungsi membuat peraturan, regeling.
4. Fungsi ketertiban dan keamanan, politie.
Untuk mewujudkan tujuan negara, negara kesatuan republik Indonesia mempunyai fungsi
mempertahankan negara, keamanan dan ketertiban, kesejahteraan dan Kemakmuran, serta
fungsi keadilan. Fungsi pertahanan negara merupakan segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan keselamatan
segenap bangsa dari segala macam ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara. Fungsi pertahanan dijalankan oleh tentara nasional Indonesia TNI. Fungsi keamanan
dan ketertiban masyarakat. Ditugaskan kepada kepolisian negara republik Indonesia. Agar
dalam masyarakat tidak timbul adanya kesenjangan sosial, pemerintah kewajiban untuk
mewujudkan kesejahteraan dan Kemakmuran masyarakat, dan pemerintah berusaha untuk
menegakkan keadilan dalam segala aspek kehidupanBaik politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan hukum
D. Bentuk Negara, Sifat Negara serta Fungsi Negara yang Ideal untuk
Indonesia
Jawab :