Disusun Oleh :
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi tentang
"Analisis Yuridis Terkait Perbandingan Konsep Negara Hukum Yang Dianut
Negara Indonesia Dengan Negara Amerika Serikat".
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Saya berharap semoga skripsi yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
A. Latar Belakang
1 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I, (Jakarta
Pusat : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hal. 11-
13
2 Dr. Widayati S.H M.H., Negara Hukum Konstitusi & Pembentukan Peraturan
Perundang Undangan, (Semarang : Unissula Press, 2016), hal. 1
mengantisipasi ekses ekses dari penyalahgunaan kekuasaan dari pemimpin atau
penguasa yang bersifat absolut.3
Gagasan terkait negara hukum dibangun dengan mengembangkan
instrumen hukum itu sendiri sebagai sistem yang fungsional serta berkeadilan,
dengan konstitusi sebagai grundnorm paling tinggi. Dimana tujuan dari negara
hukum itu sendiri untuk menjadikan hukum sebagai supreme, sehingga setiap
penyelenggara negara maupun pemerintah berkewajiban untuk tunduk pada
hukum, karena tidak ada kekuasaan di atas hukum (above the law) semuanya ada
di bawah hukum (under the law), dengan adanya kedudukan ini tidak akan ada
kesewenang wenangan (arbitrary power) atau penyalahgunaan kekuasaan (abuse
of power)4. Adanya pembatasan kekuasaan merupakan salah satu ciri negara
hukum dalam pelaksanaan kekuasaan negara, hal ini dilakukan dengan hukum
yang kemudian menjadi ide dasar paham konstitusionalisme modern. Oleh karena
itu, konsep negara hukum juga disebut sebagai negara yang dibatasi oleh
konstitusi. Dalam konteks yang sama, gagasan negara demokrasi atau kedaulatan
rakyat disebut pula dengan istilah constitutional democracy yang dihubungkan
dengan pengertian negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Rechstaat
Rechtstaat merupakan doktrin hukum Eropa kontinental yang berasal dari
sistem hukum Jerman. Rechtstaat adalah "negara konstitusional" yang membatasi
kekuasaan pemerintah berdasarkan hukum. Istilah ini sering dikaitkan dengan
konsep konstitusionalisme, namun keduanya berbeda karena konsep Rechtsstaat
juga mendukung sesuatu yang dianggap adil (seperti kebenaran moral berdasarkan
etika, rasionalitas, hukum, hukum alam, agama atau keadilan). Oleh karena itu,
merupakan kebalikan dari istilah Obrigkeitsstaat (negara yang berdasarkan
penggunaan kekuasaan secara sewenang-wenang). Dalam Rechtsstaat, kekuasaan
negara dibatasi untuk melindungi warga negaranya dari penyalahgunaan
kekuasaan. Warga negara memiliki kebebasan sipil yang dijamin oleh undang-
undang dan dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk menggunakan
haknya. Suatu negara tidak dapat menjadi negara demokrasi liberal jika tidak
memiliki konsep Rechtsstaat. Menurut Julius Stahl, konsep negara hukum yang
disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ mencakup empat elemen penting, yaitu:
a. perlindungan hak asasi manusia,
b. pembagian kekuasaan,
c. Pemerintahan Berdasarkan undang-undang,
d. peradilan tata usaha negara7
6 Ramli, Muhammad Afzal, dan Gede Tusan Ardika. “STUDI KRITIS TERHADAP
RAGAM KONSEP NEGARA HUKUM”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 10 No. 9, (Oktober
2019), hal. 133 DOI : https://doi.org/10.31764/mk:%20jih.v10i2.1969
7 Dandi Herdiawan Syahputra, “Perbandingan Teori dan Praktik Tata Negara Antara
Indonesia Dengan Inggris Hingga Amerika Serikat”, Jurnal Ilmu Hukum Prima, Vol. 6 No.
2, (2023), hal. 351
Dalam pandangan Rechstaat, ada tiga jenis negara hukum. Pertama, tipe
liberal, yang mengharuskan negara mengambil posisi pasif. Artinya, negara harus
mematuhi peraturan nasional. Pihak berwenang harus bertindak sesuai hukum. Di
sini, kaum liberal menginginkan adanya kesepakatan antara penguasa dan yang
diperintah dalam bentuk hukum. Kedua, negara hukum yang bertipe formil, yaitu
negara hukum yang mendapat persetujuan rakyat, segala tindakan penguasa
memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan hukum. Negara hukum
formil disebut negara hukum demokratis. Ketiga, jenis negara hukum materiil,
yaitu pengembangan lebih lanjut dari negara hukum formil; Perbuatan penguasa
harus berdasarkan hukum atau menyangkut legalitas, sehingga perbuatan
penguasa dalam suatu negara yang diatur oleh hukum substantif demi kepentingan
warga negaranya dibenarkan menyimpang dari hukum atau asas oportunitas.8
2. Rule Of Law
The Rule of Law merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan oleh
Albert Venn Dicey pada tahun 1885, yang ia uraikan dalam bukunya Introduction
to the study of the law of constitution. Sejak saat itu, rule of law menjadi objek
penelitian perkembangan negara hukum, bahkan telah menyebar ke setiap negara
hukum, bahkan ke setiap negara yang sistemnya berbeda-beda.9
Menurut A.V Dicey menguraikan adanya 3 ciri penting dalam setiap
negara hukum hukum yang disebutnya dengan istilah The rule of law, yaitu :
1. Supremacy of law, adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip
supremasi hukum,yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum
sebagai pedoman tertinggi.
2. Equality before the law, adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam
hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan
secara empiris
3. Asas Legalitas (Due Procces Of Law), dimana dalam setiap negara hukum,
dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya,yaitu
bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan
perundang undangan yang sah dan tertulis.10
8 Rokilah, “Dinamika Negara Hukum Indonesia: Antara Rechtsstaat dan Rule Of Law”,
Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 1, (Juni 2020), hal. 18
DOI: http://dx.doi.org/10.51825/nhk.v2i1.8167
9 Teguh Prasetyo, “Rule of Law dalam dimensi negara hukum indonesia”, Jurnal Ilmu
Hukum Refleksi Hukum, (Oktober 2010), hal. 133
10 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Konstitusi & konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta
Timur : Sinar Grafika, 2010), hal. 127-128
Indonesia sebagai negara yang lahir pada abad ke-20 menganut konsep
negara hukum berdasarkan prinsip konstitusionalisme. Hal ini terlihat dari
kesepakatan (konsensus) bangsa Indonesia pada saat ditetapkannya UUD 1945
sebagai konstitusi negara Indonesia. Dalam perkembangannya, kesepakatan ini
berkembang menjadi cita-cita bersama, yang biasa disebut juga filsafat negara
atau cita-cita negara (state ideals), yang menjadi landasan atau semboyan bersama
bagi falsafah negara dan warga negara dalam kaitannya dengan kehidupan
bernegara.11
Konsep negara hukum secara spesifik tertuang dalam Pasal 1 Ayat 3 UUD
1945 yang menetapkan Indonesia sebagai negara hukum. Dari pernyataan tersebut
terlihat jelas adanya pedoman atau tuntutan dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa. Pedoman ini harus dipatuhi oleh negara dan masyarakat secara
bersama-sama. Menyadari hak, tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang harus
dipenuhi oleh warga negara dan otoritas negara ini.12
Dalam membicarakan konsepsi rechtstaat dan the rule of law, maka negara
itu yang mempunyai kekuasan tertinggi (sovereign) adalah hukum bukan
kekuasaan. Bukan hukum yang tunduk pada kekuasaan tetapi kekuasaanlah yang
harus tunduk pada hukum. Ada rambu rambu kekuasaan yang batas-batasnya
ditentukan oleh hukum. Ini adalah tugu utama (prinsip) negara hukum.
Konsep negara Indonesia membagi hukum menjadi hukum publik dan
hukum privat. Pada saat yang sama, negara-negara yang menganut konsep rule of
law, seperti Inggris, tidak mengakui klasifikasi hukum tersebut. Mereka hanya
melihat tindakan benar atau salah. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hak dan
kewajiban yang timbul dari kewajiban hukum setiap individu (baik hubungan
warga negara dengan negara, maupun hubungan negara dengan warga negara
dan/atau hubungan antar warga negara).
1. Pendekatan Komparatif
2. Analisis Kualitatif