Anda di halaman 1dari 10

NEGARA HUKUM FORMAL DAN

NEGARA HUKUM MATERIL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

MESRAWATI HIA 222106023


DEPRIANUS WARUWU 222106009
SAUT DIMAN WARUWU 222106037
ASNAH YANTI GULO 222106003
WIBERTUS ZALUKHU 222106045
KERIUS BUULOLO 222106021
BOIOLIFU BERKAT H. ZEBUA 192119009

MATA KULIAH :
DEMOKRASI PANCASILA
DOSEN PENGAMPU :
SYUKUR KASIELI HULU S.H., M.H

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha-Esa karena dengan berkat
rahmat-Nya serta karunia-nya kami kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Demokrasi Pancasila dengan judul “Negara Hukum Formal dan Negara Hukum
Materil” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Kami kelompok 1
juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian isi tugas makalah kami ini, segala kekurangan dan kelemahan baik dalam
penulisan maupun dalam penyusunan masih banyak yang tidak sesuai, mohon dimaklumi.
Terima kasih.

Gunungsitoli, 15 November 2023

Penulis

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Pengertian Negara Hukum.......................................................................................2


B. Negara Hukum Formal............................................................................................3
C. Negara Hukum Materil............................................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................6

A. Kesimpulan .............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilanbagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alatperlengkapan negara atau
dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yangdemikian akanmencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya. Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya
“bahwa penyelenggaraannegara yang baik adalah yang didasarkan padapengaturan (hukum)
yang baik yang disebut dengan istilahnomoi”.

Kemudian ide tentangnegara hukum popular pada abad ke17 sebagai akibat dari
situasipolitik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme.Dalam perkembangannya,paham
negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan.Sebabpada akhirnya, hukum
yangmengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum
yang dibuat atas dasar kekuasaan dankedaulatan rakyat.

Dalam kaitannya dengan negara hukum, kedaulatan rakyatmerupakan unsur material


negara hukum, di samping masalah kesejahteraan rakyat. Salah satu asas penting negara
hukum adalah asas legalitas. Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan
gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk Undang-undang dan
berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak
mungkinmemperhatikan kepentingan rakyat.

Gagasan negara hukum menuntut agarpenyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah harus


didasarkan pada Undangundang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat
yang tertuangdalam Undangundang. Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti
upayamewujudkan duet integral secara harmonis antara paham kedaulatan hukumdan paham
kedaulatan rakyat berdasarkan prinsip monodualitas selaku pilar-pilar, yang sifat hakikatnya
konstitutif. Penerapan asas legalitas, menurutIndroharto, akan menunjang berlakunya
kepastian hukum dan berlakunyakesamaan perlakuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Negara Hukum?
2. Apa Itu Negara Hukum Formal?
3. Apa Itu Negara Hukum Materil?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum


Negara hukum adalah sebuah teori hukum yang berasal dari tradisi hukum Eropa yang
dipengaruhi oleh Romawi. Teori ini menjadi dasar dari hukum yang berlaku pada negara-
negara seperti Indonesia. Lawan dari teori ini adalah rule of law yang dikenal pada tradisi
hukum Inggris. Rechstaat merupakan suatu doktrin atau ajaran dari hukum Eropa Daratan
yang berasal dari sistem hukum dari negara Jerman.

Rechstaat merupakan negara yang mana menjadikan suatu hukum sebagai suatu dasar
bagi penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan yang ada. Hukum yang dijalankan pada
negara tersebut memiliki sifat yang adil dan baik. Di samping itu, hukum yang dijalankan
juga dapat membatasi tindakan yang berasal dari pemegang kekuasaan di dalam negara
tersebut. Jadi, yang bisa dimaknai dari rechstaat merupakan suatu negara yang bersandar pada
keyakinan bahwa kekuasaan dalam suatu negara harus senantiasa dijalankan berdasarkan
hukum yang adik, baik dan bijaksana, Hukum harus objektif tanpa memandang bulu.

Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah negara, dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum. Lebih lanjut disebutkan bahwa
dalam rangka merealisasikan pembatasan pemegang kekuasaan tersebut maka diwujudkan
dengan cara (disatu sisi keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan
disisi lain pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang.

A.Hamid S. Attamimi dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara hukum


(rechstaat) secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar
kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya
dilakukan dibawah kekuasaan hukum.

Menurut Philipus M. Hadjon, ide rechsstaat cenderung ke arah positivisme hukum yang
membawa konsekuensi bahwa hukum harus dibentuk secara sadar oleh badan pembentuk
undang-undang. Dalam negara hukum segala sesuautu harus dilakukan menurut hukum
(evrithing must be done according to law). Negara hukum menentukan bahwa pemerintah
harus tunduk pada hukum, bukannya hukum yang harus tunduk pada pemerintah.

2
B. Negara Hukum Formal (Nachwaker staat)
Negara hukum formal seringkali disebut juga dengan negara hukum liberal ataupun
nachwachker staat yaitu negara hukum yang menurut Kant dan Fichte merupakan negara
yang juga biasa disebut dengan negara dalam arti sempit. Tipe negara ini merupakan reaksi
atau antithese dari bentuk pertama yang dikemukakan sebelumnya. Hukum Formal adalah
suatu hukum yang mengatur serta mengikat tata cara menjalankan dan mempertahankan
peraturan yang ada pada hukum materil.

Selain itu, hukum juga merupakan hukum proses atau hukum acara yang di dalamnya
terdapat berbagai peraturan yang mengatur tentang bagaimna cara menjangkau suatu
permasalahan/ perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara hakim dalam mengambil
keputusan. Yang termasuk Sumber hukum formal yakni ialah undang-undang, kebiasaan,
doktin, yurisprudensi dan Traktat atau perjanjian Internasional, Contoh Hukum Formal :

1. Hukum Acara Pidana


2. Hukum Acara Perdata

sebelum tiba pada bentuk hukum formal, tipe negara dinamakan negara hukum liberal.
Dalam negara hukum liberal ini negara tidak dibenarkan untuk mencampuri dalam urusan
penyelengaraan kepentingan rakyat. Ini merupakan bentuk negara yang sangat berlawanan
dengan bentuk negara polisi (polizei staat). Akan tetapi tuntutan masyarakat menghendaki
faham liberalisme itu tidak dipertahankan lagi, sehingga negara pada waktu itu terpaksa harus
ikut campur tangan dalam urusan kepentingan rakyat. Hanya saja campur tangan ini masih
menurut saluran-saluran hukum yang sudah ditentukan oleh, sehingga lahirlah negara hukum
formal.

Dikatakan sebagai negara Nachtswakerstaat atau negara dalam ari sempit (sebagaimana
dikemukakan oleh Immanuel Kant dan Ficte) karena negara bertindak sebagai penjaga
malam, artinya bahwa negara hanya menjaga keamanan saja, negara baru bertindak apabila
keamanan dan ketertiban terganggu. Dalam negara hukum yang sempit ini dipisahkan
dengan tegas antara negara dan masyarakat. Negara tidak mencampuri segi-segi kehidupan
masyarakat, baik dalam segi ekonomi, sosial, kebudayaan dan sebagainya, sebab dengn turut
campurnya negara kedalam segi-segi kehidupan masyarakat, dapat, mengakibatkan
berkurangnya kemerdekaan seorang individu.

Lapangan pekerjaan administrasi negara dalam negara hukum semacam ini hanyalah
membuat dan mempertahankan hukum saja. jadi dalam negara hukum yang sempit ini hukum
admistrasi negara mulai muncul, meskipun masih terbatas. Oleh sebab itu maka unsur-unsur
yang terdapat dalam negara hukum yang sempit ini memuat adanya peradilan administrasi
Negara. Pada jenis negara hukum ini, cirinya yaitu:

1. hukum yang berlaku sudah melalui proses kesepakatan antara rakyat dengan
pemerintah dalam negara hukum.

3
2. Dalam negara hukum formal, tugas dan wewenang sistem pemerintahan dibatasi
oleh adanya undang-undang yang berlaku.
Negara hukum formal disebut juga dengan negara hukum yang menerapkan demokrasi.
Ciri-ciri dalam negara hukum formal sejalan dengan ciri–ciri negara hukum secara umum
yang ada di Indonesia.

C. Negara Hukum Materil (Walfare state-Negara Kesejahteraan)


Tipe negara hukum ini sering juga disebut sebagai negara hukum dalam arti yang luas
atau disebut pula sebagai negara hukum modern. Negara dalam pengertian ini bukan saja
menjaga keamanan saja tetapi secara aktif turut serta dalam dalam urusan kemasyarakatan
demi mensejahterakan rakyat. Oleh sebab itu pengertian negara hukum dalam arti luas sangat
erat hubungannya dengan pengertian negara kesejahteraan atau (welfare state).

Hukum Materil merupakan hukum yang menjelaskan perbuatan-perbuatan apa yang akan
dapat dihukum dan juga hukuman-hukuman apa yang akan dapat dijatuhkan. Selain dari itu,
hukum materil juga menentukan isi dari sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan maupun
sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum materil perhatian ditujukan kepada isi dari
peraturan tersebut.Contoh Hukum Material:

1. Hukum Perdata,
2. Hukum Dagang,
3. Hukum Pidana, dan lainya.
Dalam negara kesejahteraan sekarang ini tugas negara dalam menyelenggarakan
kepentigan umum menjadi sangat luas, kemungkinan melanggar kepentingan rakyat oleh
perangkat negara menjadi sangat besar. Untuk melaksanakan semua tugas tersebut, maka
administrasi negara memerlukan kemerdekaan, yaitu kemerdekaan untuk dapat bertindak atas
inisiatif sendiri untuk untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri terutama dalam penyelesaian
soal-soal genting yang timbul secara mendadak dan peraturan penyelesainnya belum ada,
yang belum dibuat oleh badan badan kenegaraan yang diserahi fungsi legislatif. Dalam hal
tersebut administrasi negara, dipaksa untuk bertindak cepat tidak dapat menunggu perintah
dari badan-badan kenegaraan yang diserahi fungsi legislatif.

Luasnya fungsi pemerintahan dalam negara hukum modern ini, maka tentu saja makin
luas pula peranan hukum administasi didalamnya. Dengan demikian maka dalam tipe negara
kesejahteraan sekarang ini peranan hukum administrasi sangat dominan. Sukar untuk
dibayangkan suatu negara modern saat ini tanpa adanya hukum administrasi negara
didalamnya.

Bahkan sebagaimana ditunjukkan W.Friedmann serta penulis-penulis lainnnya juga di


Inggris dan Amerika, konsep negara kesejahteran (welfare state) dan perkembangan sosial
telah mendesak perlunya diadakan pemikiran kembali mengenai peradilan administrasi itu.41

4
Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa negara-negara tesebut pada mulanya sukar sekali
menerima secara terbuka adanya peradilan administrasi.

Negara hukum material juga memberikan akses lebih kepada penguasa politik terhadap
hukum yang berlaku. Pada dasarnya, konsep negara hukum material hampir sama dengan
konsep negara hukum formal yang lebih dikembangkan. Wujud dari pengembangan tersebut
melalui tindakan penguasa yang harus berdasar undang-undang. Namun, dalam hal
mendesak, para pejabat politik diperbolehkan melanggar hukum demi kepentingan umum
warga negara.

Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut negara hukum modern, pemerintah
diberi tugas membangun kesejahteraan umum diberbagai lapangan kehidupan. Untuk itu
pemerintah diberi kewenagan atau kemerdekaan untuk turut campur dalam urusan warga
negara. Pemerintah diberi Freises Ermessen, yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah
untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi sosial dan keleluasaan untuk tidak terikat pada
produk legislasi perlemen.

Konsep negara hukum materiil (modern) dengan demikian berbeda dengan konsep negara
hukum formil (klasik) yang muncul pada abad ke-19. Pemerintah dalam negara hukum
materiil bisa bertindak lebih luas dalam urusan dan kepentingan publik jauh melebihi batas-
batas yang pernah diatur dalam konsep negara hukum formil. Pemerintah (eksekutif) bahkan
bisa memiliki kewenagan legislatif. Kewenagan ini meliputi tiga hal, pertama, adanya hak
inisiatif yaitu hak mengajukan rancangan undang-undang bahkan membuat peraturan
perundang-undangan yang sederajat dengan undang-undang tanpa terlebih dahulu persetujuan
parlemen, meskipun dibatasi kurun waktu tertentu. Kedua, hak delegasi, yaitu membuat
peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang, dan ketiga Driot ermesen
(menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih enunsiatif) (Mahfud MD,1993).

Jadi, Negara hukum materiil (negara hukum modern) atau dapat disebut Welfare State
adalah negara yang pemerintahnya memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam
urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara hukum adalah sebuah teori hukum yang berasal dari tradisi hukum Eropa yang
dipengaruhi oleh Romawi. Teori ini menjadi dasar dari hukum yang berlaku pada negara-
negara seperti Indonesia. Lawan dari teori ini adalah rule of law yang dikenal pada tradisi
hukum Inggris. Rechstaat merupakan suatu doktrin atau ajaran dari hukum Eropa Daratan
yang berasal dari sistem hukum dari negara Jerman. Negara hukum formal seringkali disebut
juga dengan negara hukum liberal ataupun nachwachker staat yaitu negara hukum yang
menurut Kant dan Fichte merupakan negara yang juga biasa disebut dengan negara dalam arti
sempit. Tipe negara ini merupakan reaksi atau antithese dari bentuk pertama yang
dikemukakan sebelumnya. Hukum Formal adalah suatu hukum yang mengatur serta
mengikat tata cara menjalankan dan mempertahankan peraturan yang ada pada hukum
materil. Hukum Materil merupakan hukum yang menjelaskan perbuatan-perbuatan apa yang
akan dapat dihukum dan juga hukuman-hukuman apa yang akan dapat dijatuhkan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Muchsan, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Yogyakarta,


Liberty, hlm. 52.

Sjachran Basah, 1977, Simposium Peradilan Tata Usaha Negara, BPHN, binacipta,
hlm.111

Muchsan, Op.Cit. hlm. 56 . 38Sjahran Basah, Loc.it

Jimly Assihddiqie, 2005, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta,
Konstitusi Press, hlm. 16-17.

Anda mungkin juga menyukai