Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KASUS KLITIH DI KALANGAN REMAJA Journal of Correctional

YOGYAKARTA Issues
Rizqi Ridho Atmadja
2021, Vol.3 (1).
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Politeknik Ilmu
Email : Rizqiatmadja392@gmail.com Pemasyarakatan

Review

Abstrak
Klitih sendiri berasal dari kalimat bahasa Jawa yang berarti suatu aktivitas mencari angin di
luar rumah atau keluyuran. Kasus klitih pada dasarnya merupakan fenomena anak muda di
Yogyakarta dan sekitarnya yang ingin mencari jati diri atau pengakuan terutama dari
lingkungan persahabatan mereka selain itu juga sebagai pelarian dari mereka yang memiliki
masalah dengan orang tua mereka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis deskriptif dengan metode studi kasus. Dengan menempatkan
klitih sebagai objek analisis untuk dianalisis secara menyeluruh dan terperinci meliputi
faktor-faktor kelompok sosial, keluarga, pelaku klitih dan juga dari segi psikologis.
Kata Kunci: Klitih, Pendekatan, Objek

Abstract
Klitih itself comes from a Javanese sentence which means an activity to find the wind
outside the house or wander. The klitih case is basically a phenomenon of young people in
Yogyakarta and its surroundings who want to find their identity or recognition, especially
from their friendly environment as well as as an escape from those who have problems with
their parents. The approach used in this research is to use descriptive analysis with case study
method. By placing the klitih as the object of analysis to be analyzed thoroughly and in detail,
including the factors of social groups, families, klitih actors and also from a psychological
perspective.
Key Word. Klitih ,Approach, Object
A. Pendahuluan Belakangan ini kasus klitih
Klitih sendiri berasal dari yang terjadi di Daerah Istimewa
kalimat bahasa Jawa yang berarti Yogyakarta dan sekitarnya yang
suatu aktivitas mencari angin di luar dikenal dengan tindakan kekerasan
rumah atau keluyuran. Ada juga dengan senjata tajam yang
yang menyebut kegiatan klitih melibatkan komunitas remaja
sebagai penyebutan terhadap Pasar sekolah yang merupakan anak-anak
Klitikan Yogyakarta di mana artinya dibawah umur. Yang mana hal ini
adalah melakukan aktivitas yang cukup meresahkan dan menimbulkan
tidak jelas dan bersifat santai sambil kekhawatiran dikalangan masyarakat
mencari barang bekas dan Klitikan. khusunya masyarakat yang
beraktifitas atau bekerja hingga larut
Klitih, menurut sosiolog malam.
kriminal dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) Suprapto mempunyai Pada awalnya, klitih hanyalah
makna yang positif. Klitih merupakan berupa kegiatan perundungan antar
kegiatan untuk mengisi waktu luang. geng sekolah yang terjadi di kawasan
Namun, makna itu kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dan
menjadi negatif ketika kegiatan sekitarnya. Namun, semakin lama,
mengisi waktu luang itu diisi dengan klitih mengalami berkembang yang
melakukan tindak kejahatan di jalan, saat ini menjadi kegiatan
menyerang orang lain secara acak perampokan dan kekerasan yang
tanpa motif yang jelas. Sementara dilakukan oleh sekelompok geng
istilah “nglitih” digunakan untuk sekolah yang targetnya berkembang
menggambarkan kegiatan jalan-jalan dari geng musuh menjadi masyarakat
santai. Akan tetapi, makna klitih awam. Yang paling umum, klitih
kemudian mengalami pergeseran arti dilakukan di tempat sepi dan terjadi
menjadji aksi kekerasan dengan pada malam hari.
senjata tajam atau kegiatan
kriminalitas anak di bawah umur di Kasus klitih pada dasarnya
luar batas kewajaran yang merupakan fenomena anak muda di
mengakibatkan rasa takut untuk Yogyakarta dan sekitarnya yang
masyarakat. Dimulai dari keributan ingin mencari jati diri atau
satu remaja berbeda sekolah dengan pengakuan terutama dari lingkungan
remaja yang lain kemudian berlanjut persahabatan mereka selain itu juga
dengan melibatkan komunitas sebagai pelarian dari mereka yang
masing-masing. Aksi saling memiliki masalah dengan orang tua
membalas terus terjadi dan sengaja mereka. Untuk membuktikan itu,
dipelihara turun temurun menjadi terkadang mereka membutuhkan
tradisi negatif yang sampai saat ini barang bukti berupa barang milik
masih terjadi. Permasalahannya, geng pesaing atau setidaknya
motif klitih amat beragam dan yang melakukan perundungan terhadap
mengerikan, korban mereka bisa jadi geng pesaing.
amat acak. Permusuhan antar geng
Pada kasus klitih sudah
atau menyasar pada warga biasa
banyak menimbulkan keresahan dan
yang tidak bersalah.
rasa takut untuk masyarakat.
Dikarenakan umumnya pembegalan kelompok begal yang lebih banyak
dilakukan ditempat yang sepi dan jumlahnya.
pada malam hari atau pada dini hari
dengan sasaran utamanya adalah Aksi klitih yang dilakukan
masyarakat yang bekerja dan dapat terjerat dalam hukum Tindak
beraktivitas pada malam hari. Sering pidana penganiayaan, di antaranya,
kali pelaku klitih melakukan aksinya diatur dalam Pasal 351 Kitab
secara berkelompok dengan Undang-Undang Hukum Pidana
menggunakan sepeda motor dan (“KUHP”) yang berbunyi:
saling berboncengan dengan pakaian 1. Penganiayaan diancam dengan
serba tertutup seperti mengenakan pidana penjara paling lama
jaket dan masker wajah. Tujuanya dua tahun delapan bulan atau
adalah untuk menutupi identitas pidana denda paling banyak
mereka supaya tidak mudah dikenali empat ribu lima ratus rupiah.
baik oleh korban maupun CCTV 2. Jika perbuatan mengakibatkan
yang kemungkinan terdapat di luka-luka berat, yang bersalah
tempat kejadian perkara selain itu diancam dengan pidana
sering kali para pelaku menyimpan penjara paling lama 5 tahun.
senjata tajam dibalik jaket mereka. 3. Jika mengakibatkan mati,
Dalam hal ini sasaran target diancam dengan pidana
yang disasar oleh para pelaku begal penjara paling lama 7 tahun.
atau klitih ini merupakan kelompok 4. Dengan penganiayaan
geng yang berbeda atau kelompok disamakan sengaja merusak
klitih yang berpapasan dijalan tetapi kesehatan.
tidak jarang target mereka adalah 5. Percobaan untuk melakukan
warga yang masih beraktifitas di kejahatan ini tidak dipidana.
malam hari seperti karyawan lembur Dalam kasus yang lain, apabila
dan Ojek Online. Sering kali para tindakan klitih yang dilakukan secara
pelaku tidak segan-segan secara bersama-sama atau berkelompok,
semena-mena melakukan maka para pelaku, di antaranya, ada
pengambilan kendaraan korban yang tergolong pelaku dan turut
dengan paksaan dan tidak jarang serta. Sebagaimana dikutip dari
melukai korban apabila korban artikel Jerat Pidana Bagi Pelajar
melawan dan yang paling parah Pelaku Pengroyokan, yang turut serta
adalah hingga menghilangkan nyawa dapat dikenakan pidana dalam Pasal
korban. Pelaku juga sering kali tidak 55 KUHP:
ragu untuk melakukan pengejaran
terhadap korban ketika korban 1. Dipidana sebagai pelaku tindak
mencoba melarikan diri untuk pidana:
menyelamatkan diri. Tidak jarang 1) mereka yang melakukan, yang
juga kelompok begal atau klitih menyuruh melakukan, dan
saling bertemu dengan kelompok yang turut serta melakukan
begal lainya ketika dijalan dan perbuatan;
biasanya berakhir dengan bentrok di 2) mereka yang dengan memberi
lokasi atau salah satu melarikan diri atau menjanjikan sesuatu,
karena kalah jumlah dengan dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, 1. Pada tingkat penyidikan,
dengan kekerasan, ancaman penuntutan, dan pemeriksaan
atau penyesatan, atau dengan perkara anak di pengadilan
memberi kesempatan, sarana negeri wajib diupayakan diversi
atau keterangan, sengaja 2. Diversi sebagaimana dimaksud
menganjurkan orang lain pada ayat (1) dilaksanakan
supaya melakukan perbuatan. dalam hal tindak pidana yang
2. Terhadap penganjur, hanya dilakukan :
perbuatan yang sengaja a. diancam dengan pidana
dianjurkan sajalah yang penjara di bawah 7 tahun;
diperhitungkan, beserta akibat- dan
akibatnya.1 b. bukan merupakan
pengulangan tindak pidana.
Pelaku klitih yang mayoritas
pelakunya adalah anak-anak yang Tercantum dalam Pasal 1 ayat 7
masih sekolah yang rata-rata usianya Yang dimaksud diversi adalah
masih dibawah 18 tahun, maka pengalihan penyelesaian perkara
perbuatanya akan diberlakukan anak dari proses peradilan pidana ke
Undang-Undang Nomor 11 Tahun proses di luar peradilan pidana.
2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (“UU 11/2012”). Pasal Pasal 8 Ayat 1 mengenai proses
1 angka 3 UU 11/2012 menerangkan diversi dilakukan melalui
bahwa anak yang berkonflik dengan musyawarah dengan melibatkan anak
hukum adalah anak yang telah dan orang tua/walinya, korban
berumur 12 tahun, tetapi belum dan/atau orang tua/walinya,
berumur 18 tahun yang diduga pembimbing kemasyarakatan, dan
melakukan tindak pidana.2 pekerja sosial profesional
berdasarkan pendekatan keadilan
Pada Undang-Undang Nomor 11 restoratif.
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak tertulis sebagai berikut: Sehingga anak-anak pelaku
klitih yang masih berusia dibawah 18
Pasal 7 tahun masih memungkinkan untuk
dilakukan diversi dengan syarat
1
Fathan Qorib, ‘KITAB UNDANG-UNDANG pelaku mendapatkan pidana penjara
HUKUM PIDANA (KUHP)’, dibawah 7 (tujuh) tahun dan bukan
Hukumonline.Com, 2021 pengulangan tindak pidana atau
<https://www.hukumonline.com/pusatdata bukan seorang Residivis, seperti
/detail/lt4c7b7fd88a8c3/wetboek-van- yang tertulis pada pasal 7 UU Sistem
strafrecht-wvs/document/ Peradilan Pidana Anak.
lt4c7b80e3e064d> [accessed 1 September
2021]. Hasil kesepakatan dari proses
2
Fathan Qorib, ‘Undang-Undang Nomor 11 Diversi yang dilakukan saat
Tahun 2012 SISTEM PERADILAN PIDANA
persidangan diatur dalam pasal 11
ANAK’, Hukumonline.Com, 2012
<https://www.hukumonline.com/pusatdata
UU Sistem Peradilan Pidana Anak
/detail/lt5024cc61e623d/undang-undang- yang berbunyi.
nomor-11-tahun-2012> [accessed 1
Pasal 11
September 2021].
Hasil kesepakatan Diversi dapat B. Metode
berbentuk, antara lain: Pendekatan yang digunakan
1. perdamaian dengan atau tanpa dalam penelitian ini adalah dengan
ganti kerugian; menggunakan analisis deskriptif
2. penyerahan kembali kepada dengan metode studi kasus. Dengan
orang tua/Wali; menempatkan klitih sebagai objek
3. keikutsertaan dalam pendidikan analisis untuk dianalisis secara
atau pelatihan di lembaga
menyeluruh dan terperinci meliputi
pendidikan atau LPKS paling
lama 3 (tiga) bulan; atau faktor-faktor kelompok sosial,
4. pelayanan masyarakat. keluarga, pelaku klitih dan juga dari
segi psikologis.
Tercantum dalam pasal 13 Proses
peradilan pidana anak akan Menurut Bogdan dan Taylor,
dilanjutkan apabila proses diversi penelitian kualitatif adalah prosedur
tidak menghasilkan kesepakatan atau penelitian yang menghasilkan data
kesepakatan diversi tidak
deskriptif berupa kata-kata tertulis
dilaksanakan. 3
atau lisan dari orang- orang dan
Penanganan kasus ini perilaku yang dapat diamati.4
merupakan kasus yang memerlukan
keterlibatan banyak elemen bukan Dengan studi kualitatif dalam
hanya dari kepolisian melainkan juga analisis kasus klitih memiliki metode
dari elemen masyarakat, sekolah, pengumpulan data yang luas dan
kelompok sosial dan jug keluarga. tidak dibatasi kaegori tertentu
karena dengan melibatkan elemen- sehingga memudahkan dalam
elemen tersebut dapat memudahkan mempelajari dan menggali hasil
proses penanganan dan pencarian melalui aspek-aspek terkait dengan
solusi dalam memberikan pembinaan masalah yang akan diteliti dengan
terhadap pelaku menjadi lebih akurat subjek penelitian ini adalah klitih di
dan akan lebih mudah dalam kalangan remaja dengan aspek
melakukan evaluasi serta penelitian pada sosial kelompok,
pengawasan. keluarga serta dari segi psikologis
pelaku klitih.
Berdasarkan pendahuluan
tersebut, maka penulis mengambil C. Hasil
judul “ ANALISIS KASUS KLITIH Berdasarkan hasil anailisis
DI KALANGAN REMAJA terdapat aspek-aspek yang akan
YOGYAKARTA”. dibahas terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang melakukan klitih
diantaranya aspek kelompok sosial
3
‘UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM 4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
PERADILAN PIDANA ANAK’, 2012, p. 75 Kualitatif, Edisi revi (Bandung: PT Remaja
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details Rosdakarya, 2018)
/39061/uu-no-11-tahun-2012> [accessed 3 <https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.a
September 2021]. spx?id=1133305>.
dan keluarga serta ditinjau dari segi yaitu sebuah tindakan rasional
psikologis pelaku klitih. yang berdasarkan nilai, dilakukan
dengan tujuan yang ada kaitannya
1. Pandangan kelompok sosial dan dengan ilia-nilai yang diyakini
keluarga secara sendiri tanpa
Berdasarkan aspek pertama memperhitungkan prospek-
yang dilihat dari kelompok sosial dan prospek yang ada kaitannya
keluarga untuk dapat melihat dari sisi dengan berhasil atau gagalnya
yang lebih luas. Pandangan sebuah tindakan yang dilakukan
kelompok sosial dan keluarga tersebut.
melalui teori tindakan sosial dan c. Tindakan tradisional,
teori perubahan sosial menurut Max yaitu tindakan yang dilakukan
Weber.5 karena telah bersifat turun-
1) Teori Tindakan Sosial temurun dan akhirnya
Tindakan sosial merupakan berkelanjutan.
suatu perilaku, perbuatan seorang d. Tindakan Afektif,
individu atau kelompok dalam upaya yaitu sebuah tindakan yang
pencapaian tujuan dirinya. Tindakan dilakukan dengan dorongan emosi,
tersebut juga bisa dilakukan secara dan tentunya dilakukan dengan
berkelompok, sehingga memberikan pemikiran yang irrasional (tidak
pengaruh bagi lingkungannya. rasional). 6

Dalam teori tindakan sosial 2) Perubahan Sosial


masnusia akan melakukan suatu
perbuatan yang dikarenakan adanya Perubahan sosial memiliki
tujuan yang ingin didapatkan barulah banyak aspek terkait hubunganya
setelah itu dilakukan sebuah tindakan dengan kaidah-kaidah sosial, nilai-nilai
atau aksi. sosia dan lapisan-lapisan dalam
masyarakat. Perubahan sosial yang
terdapat empat tipe tindakan terjadi terjadi dikarenakan adanya
sosial yang dikemukakan oleh penyebab yang didasarkan berdasarkan
Weber, yaitu: situasi dan kondisi yang mempengaruhi
a. Tindakan rasionalitas Intrumental seseorang dalam berperilaku dan
berinteraksi sosial. Perubahan tersebut
yaitu tindakan ini ditujukan bisa berkaitan dengan sesuatu yang
dalammencapai tujuan-tujuan terjadi dalam lingkup masyarakat.
yang secara rasional dan
diperhitungkan dengan baik oleh
aktor yang melakukannya. 2.Segi Psikologis Pelaku

b. Tindakan rasionalitas nilai, Berdasar teori psikogenis


6
George Ritzer, Douglas J. Goodman, and
5
Ahmad Putra and Sartika Suryadinata, Nurhadi, Teori Sosiologi : Dari Teori
‘Menelaah Fenomena Klitih Di Yogyakarta Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Dalam Perspektif Tindakan Sosial Dan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, Kreasi
Perubahan Sosial Max Weber’, Asketik, 4.1 Wacana, Terbaru (Bantul, 2011)
(2020), 1–21 <http://digilib.ub.ac.id/opac/detail-opac?
<https://doi.org/10.30762/ask.v4i1.2123>. id=64582> [accessed 5 September 2021].
Teori ini menekankan sebab- dengan orang tua mereka. Sering kali
sebab tingkah laku delingkungan pelaku klitih melakukan aksinya secara
anak-anak dari aspek psikologis, berkelompok dengan menggunakan
antara lain intelegensi, ciri sepeda motor dan saling berboncengan
kepribadian, motivasi, sikap yang dengan pakaian serba tertutup seperti
salah, fantasi, rasionalisasi, mengenakan jaket dan masker
internalisasi diri yang keliru, konflik wajah.sasaran target yang disasar oleh
batin, emosi yang kontroversial, para pelaku begal atau klitih ini
kecendrunga psikopatologis dan lain- merupakan kelompok geng yang
lain. argumen sentral teori ini berbeda atau kelompok klitih yang
sebagai berikut: delingkuen berpapasan dijalan tetapi tidak jarang
merupakan bentuk penyelesaian atau target mereka adalah warga yang masih
konfensasi dari masalah psikologis beraktifitas di malam hari seperti
dan konflik batin dalam menanggapi karyawan lembur dan Ojek Online.
stimuli ekstrnal/sosial dan
Ketika seseorang atau remaja
pola-pola hidup keluarga yang tertarik untuk bergabung
yang patologis. Kurang lebih 90% dengan kelompok atau geng yang
dari jumlah anak-anak delingkuen memiliki banyak anggota atau bisa
berasal dari keluarga berantakan dibillang memiliki pengikut yang
(brokenhome) yang menyebabkan banyak, sering kali ada syarat-syarat
masalah psikologis personal dan tertentu yang mengharuskan remaja
adjument (penyesuaian diri) yang tersebut untuk melakukan tindakan
terganggu pada diri anak-anak kriminal, Untuk masuk kedalaman
sehingga mereka mencari konfensasi geng atau kelompok geng remaja
diluar lingkungan keluarga untuk dengan syarat melakukan tindakan
memecahkan kesulitan batinnya kriminal seperti klitih dengan
dalam bentuk perilaku delingkuen. menyakiti atau mengambil barang
Ringkasnya, delingkuensi atau korban sebagai syarat bergabung
kejahatan anak-anak merupakan dengan kelompok atau geng tersebut.
reaksi terhadap masalah psikis anak Tujuanya adalah untuk menguji
remaja.7 keseriusan, komitmen dan
keberanian anak remaja tersebut
D. Pembahasan dalam bergabung kedalam kelompok
Kasus klitih pada dasarnya atau geng yang dikehendaki
merupakan fenomena anak muda di
Yogyakarta dan sekitarnya yang ingin Faktor pendorong atau penyebab
mencari jati diri atau pengakuan remaja menjadi pelaku klitih ditinjau
terutama dari lingkungan persahabatan dari prespektif tindakan sosial dan
mereka selain itu juga sebagai pelarian perubahan sosial antara lain adalah :
dari mereka yang memiliki masalah a.Tanggungjawab orang tua yang
7 lemah dalam pengawasan
Adon Nasrullah Jamaludin, Dasar-Dasar
Patologi Sosial, ed. by Beni Ahmad Saebani, Peranan orang tua dalam mendidik anak
CV Pustaka Setia, pertama (Bandung, 2016) sangatlah penting dalam hal ini.
<https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.a Dikarenakan orang tua merupakan
spx?id=1146690> [accessed 5 September penanggung jawab pertama dan
2021].
merupakan pihak pertama yang paling atau keinginan tidak bisa dipenuhi oleh
sering berinteraksi dengan sang anak. orang tua maka akan ada kemungkinan
Sehingga sangat besar pengaruhnya remaja berfikir untuk melakukan
dalam membentuk karakter dan perilaku tindakan kriminal untuk mendapatkan
anak untuk kedepanya. Orang tua uang yang nantinya dapat digunakan
seharusnya terlibat aktif dalam untuk membeli barang yan
mengajarkan anak untuk bertanggung diinginkanya. 8
jawab, mengamati segala sesuatu
dengan berorientasi pada masalah, Dari aspek psikologi dapat
berupaya menyediakan waktu untuk dilihat kemungkinan tindakan klitih
anak. Ketika perhatian dan pengawasan yang sering terjadi di masyarakat
yang diberikan oleh orang tua terhadap adalah Pelaku memiliki dorongan
anaknya kurang maka sangat besar keinginan untuk melukai korbannya
kemungkinan sang anak akan mencari yang dikarenakan kurang mendapat
pelarian yang dapat memberikan kasih sayang dan perhatian dari orang
kesenangan dan kenyamanan dengan terdekat.
merasa diterima dan dianggap selain itu kemungkinan pelaku
keberadaanya dalam suatu kelompok. melakukannya hanya untuk kesenangan
pribadi pada usia saat menginjak
b. Lingkungan dan Teman dewasa, karena ingin menunjukkan jati
Sebaya diri mereka dan merasa mereka hebat
Lingkungan juga berperan karena berani serta untuk mendapatkan
dalam mempengaruhi perkembangan pengakua dari kelompok atau geng
remaja, baik secara psikologis maupun tertentu. Hal yang paling sering
secara fisiologis. Lingkungan yang baik dilakukan yaitu pelaku mempunyai
akan berpotensi menjadikan anak sistem integral (dapat mengulangi
berkembang menjadi baik, sedangkan perbuatan yang sama) karena akibat
lingkungan yang buruk akan penggunaan minuman keras yang
menjadikan anak berkembang menjadi tujuanya untuk menghilangkan
pribadi yang buruk. Lingkup kesadaran sehingga pelaku akan lebih
pertemanan dalam proses memiliki keberanian dan tidak merasa
perkembangan juga berperan penting bersalah dikarenakan dalam kondidi
ketika terbiasa berteman dengan anak- mabuk dengan kesadaran yang tidak
anak yang berperilaku buruk maka akan penuh bahkan tidak menyadari
buruk pula siklus pertemanan yang perbuatanya.
dijalin hingga dewasa. kemungkinan lainya adalah
pelaku melakukan kejahatan terdorong
dari lingkungan yang mempunyai
c. Kondisi Ekonomi Keluarga kelompok tertentu (geng) dan
Faktor dalam kondisi ekonomi mempunyai musuh, yang mana
berpengaruh terhadap pengasuhan tujuanya adalah untuk menunjukan
orang tua kepada anaknya. Hal ini bahwa kelompok/geng memiliki
terkait dengan dukungan yang bersifat
material untuk kelangsungan hidup 8
dan Elli Nur Hayati Ahmad Riyadi, Hadi
keluarga, baik untuk pendidikan dan Suyono, ‘Implementasi Pola Asuh Orang Tua
kebutuhan sehari-hari. Ketika kebutuhan Pada Remaja Pelaku’, PKS, 20 No 1 (2021),
91–102.
kekuatan dan layak untuk ditakuti oleh dan sang anak tidak kekurangan
kelompok lain. Umumnya para Pelaku perhatian dan kasih sayang sehingga
klitih memiliki pola pikir masih muda akan tumbuh menjadi remaja yang
dari usia 14 Tahun sampai 22 Tahun
dapat memberikan dampak positif.
yang mereka masih menempuh dunia
pendidikan dan ada juga yang tidak Untuk remaja yang sudah
menempuh dunia pendidikan SMA terlanjur terjerumus kedalam
(Sekolah Menengah Atas).
kelompok geng klitih bisa
E. Kesimpulan melibatkan pihak LPKA atau pihak
Berdasarkan hasil penelitian lain yang berkompeten dalam
dapat disimpulkan bahwa yang menangani kasus tersebut. Untuk
mendasari perilaku klitih adalah memberikan bimbingan dan
hubungan keluarga dan orangtua pembinaan yang tepat dan mampu
yang kurang memiliki ikatan yang membawa si remaja kejalan yang
erat yang mengakibatkan sang anak seharusnya.
berkembang tanpa perhatian dan
pengawasan penuh dari orang tuanya
sehingga sang anak berkembang dan
tumbuh menjadi remaja yang
mencari jati diri diluar arahan yang
seharusnya dan mengakibatkan si
remaja terjerumus kedalah kelompok
atau geng kriminal dan akhirnya
terbentuklah karakter yang serupa
dengan kawan-kawan dalam
kelompok geng tersebut , selain itu
faktor ekonomi juga berpengaruh
dalam tindakan klitih. Yang mana
akan mengakibatkan seseorang atau
remaja melakukan aksi nekat untuk
mendapatkan uang ketika sudah
dalam posisi terdesak dan merasa
tidak memiliki cara lain selain
melakukan tindakan kriminal seperti
klitih.
Yang dapat dilakukan dari
pihak dari keluarga adalah dengan
memberikan perhatian dan
pengawasan terhadap anak agar
perkembangan dapat selalu dipantau
Daftar Pustaka

Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, dan Elli Nur Hayati, ‘Implementasi Pola Asuh
Orang Tua Pada Remaja Pelaku’, PKS, 20 No 1 (2021), 91–102
Jamaludin, Adon Nasrullah, Dasar-Dasar Patologi Sosial, ed. by Beni Ahmad
Saebani, CV Pustaka Setia, pertama (Bandung, 2016)
<https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1146690> [accessed 5
September 2021]
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi revi (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018) <https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?
id=1133305>
Putra, Ahmad, and Sartika Suryadinata, ‘Menelaah Fenomena Klitih Di
Yogyakarta Dalam Perspektif Tindakan Sosial Dan Perubahan Sosial Max
Weber’, Asketik, 4.1 (2020), 1–21 <https://doi.org/10.30762/ask.v4i1.2123>
Qorib, Fathan, ‘KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)’,
Hukumonline.Com, 2021
<https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4c7b7fd88a8c3/wetboek-
van-strafrecht-wvs/document/lt4c7b80e3e064d> [accessed 1 September
2021]
———, ‘Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK’, Hukumonline.Com, 2012
<https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d/undang-
undang-nomor-11-tahun-2012> [accessed 1 September 2021]
Ritzer, George, Douglas J. Goodman, and Nurhadi, Teori Sosiologi : Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern,
Kreasi Wacana, Terbaru (Bantul, 2011) <http://digilib.ub.ac.id/opac/detail-
opac?id=64582> [accessed 5 September 2021]
‘UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012
TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK’, 2012, p. 75
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39061/uu-no-11-tahun-2012>
[accessed 3 September 2021]

Anda mungkin juga menyukai