YOGYAKARTA Issues
Rizqi Ridho Atmadja
2021, Vol.3 (1).
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Politeknik Ilmu
Email : Rizqiatmadja392@gmail.com Pemasyarakatan
Review
Abstrak
Klitih sendiri berasal dari kalimat bahasa Jawa yang berarti suatu aktivitas mencari angin di
luar rumah atau keluyuran. Kasus klitih pada dasarnya merupakan fenomena anak muda di
Yogyakarta dan sekitarnya yang ingin mencari jati diri atau pengakuan terutama dari
lingkungan persahabatan mereka selain itu juga sebagai pelarian dari mereka yang memiliki
masalah dengan orang tua mereka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis deskriptif dengan metode studi kasus. Dengan menempatkan
klitih sebagai objek analisis untuk dianalisis secara menyeluruh dan terperinci meliputi
faktor-faktor kelompok sosial, keluarga, pelaku klitih dan juga dari segi psikologis.
Kata Kunci: Klitih, Pendekatan, Objek
Abstract
Klitih itself comes from a Javanese sentence which means an activity to find the wind
outside the house or wander. The klitih case is basically a phenomenon of young people in
Yogyakarta and its surroundings who want to find their identity or recognition, especially
from their friendly environment as well as as an escape from those who have problems with
their parents. The approach used in this research is to use descriptive analysis with case study
method. By placing the klitih as the object of analysis to be analyzed thoroughly and in detail,
including the factors of social groups, families, klitih actors and also from a psychological
perspective.
Key Word. Klitih ,Approach, Object
A. Pendahuluan Belakangan ini kasus klitih
Klitih sendiri berasal dari yang terjadi di Daerah Istimewa
kalimat bahasa Jawa yang berarti Yogyakarta dan sekitarnya yang
suatu aktivitas mencari angin di luar dikenal dengan tindakan kekerasan
rumah atau keluyuran. Ada juga dengan senjata tajam yang
yang menyebut kegiatan klitih melibatkan komunitas remaja
sebagai penyebutan terhadap Pasar sekolah yang merupakan anak-anak
Klitikan Yogyakarta di mana artinya dibawah umur. Yang mana hal ini
adalah melakukan aktivitas yang cukup meresahkan dan menimbulkan
tidak jelas dan bersifat santai sambil kekhawatiran dikalangan masyarakat
mencari barang bekas dan Klitikan. khusunya masyarakat yang
beraktifitas atau bekerja hingga larut
Klitih, menurut sosiolog malam.
kriminal dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) Suprapto mempunyai Pada awalnya, klitih hanyalah
makna yang positif. Klitih merupakan berupa kegiatan perundungan antar
kegiatan untuk mengisi waktu luang. geng sekolah yang terjadi di kawasan
Namun, makna itu kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dan
menjadi negatif ketika kegiatan sekitarnya. Namun, semakin lama,
mengisi waktu luang itu diisi dengan klitih mengalami berkembang yang
melakukan tindak kejahatan di jalan, saat ini menjadi kegiatan
menyerang orang lain secara acak perampokan dan kekerasan yang
tanpa motif yang jelas. Sementara dilakukan oleh sekelompok geng
istilah “nglitih” digunakan untuk sekolah yang targetnya berkembang
menggambarkan kegiatan jalan-jalan dari geng musuh menjadi masyarakat
santai. Akan tetapi, makna klitih awam. Yang paling umum, klitih
kemudian mengalami pergeseran arti dilakukan di tempat sepi dan terjadi
menjadji aksi kekerasan dengan pada malam hari.
senjata tajam atau kegiatan
kriminalitas anak di bawah umur di Kasus klitih pada dasarnya
luar batas kewajaran yang merupakan fenomena anak muda di
mengakibatkan rasa takut untuk Yogyakarta dan sekitarnya yang
masyarakat. Dimulai dari keributan ingin mencari jati diri atau
satu remaja berbeda sekolah dengan pengakuan terutama dari lingkungan
remaja yang lain kemudian berlanjut persahabatan mereka selain itu juga
dengan melibatkan komunitas sebagai pelarian dari mereka yang
masing-masing. Aksi saling memiliki masalah dengan orang tua
membalas terus terjadi dan sengaja mereka. Untuk membuktikan itu,
dipelihara turun temurun menjadi terkadang mereka membutuhkan
tradisi negatif yang sampai saat ini barang bukti berupa barang milik
masih terjadi. Permasalahannya, geng pesaing atau setidaknya
motif klitih amat beragam dan yang melakukan perundungan terhadap
mengerikan, korban mereka bisa jadi geng pesaing.
amat acak. Permusuhan antar geng
Pada kasus klitih sudah
atau menyasar pada warga biasa
banyak menimbulkan keresahan dan
yang tidak bersalah.
rasa takut untuk masyarakat.
Dikarenakan umumnya pembegalan kelompok begal yang lebih banyak
dilakukan ditempat yang sepi dan jumlahnya.
pada malam hari atau pada dini hari
dengan sasaran utamanya adalah Aksi klitih yang dilakukan
masyarakat yang bekerja dan dapat terjerat dalam hukum Tindak
beraktivitas pada malam hari. Sering pidana penganiayaan, di antaranya,
kali pelaku klitih melakukan aksinya diatur dalam Pasal 351 Kitab
secara berkelompok dengan Undang-Undang Hukum Pidana
menggunakan sepeda motor dan (“KUHP”) yang berbunyi:
saling berboncengan dengan pakaian 1. Penganiayaan diancam dengan
serba tertutup seperti mengenakan pidana penjara paling lama
jaket dan masker wajah. Tujuanya dua tahun delapan bulan atau
adalah untuk menutupi identitas pidana denda paling banyak
mereka supaya tidak mudah dikenali empat ribu lima ratus rupiah.
baik oleh korban maupun CCTV 2. Jika perbuatan mengakibatkan
yang kemungkinan terdapat di luka-luka berat, yang bersalah
tempat kejadian perkara selain itu diancam dengan pidana
sering kali para pelaku menyimpan penjara paling lama 5 tahun.
senjata tajam dibalik jaket mereka. 3. Jika mengakibatkan mati,
Dalam hal ini sasaran target diancam dengan pidana
yang disasar oleh para pelaku begal penjara paling lama 7 tahun.
atau klitih ini merupakan kelompok 4. Dengan penganiayaan
geng yang berbeda atau kelompok disamakan sengaja merusak
klitih yang berpapasan dijalan tetapi kesehatan.
tidak jarang target mereka adalah 5. Percobaan untuk melakukan
warga yang masih beraktifitas di kejahatan ini tidak dipidana.
malam hari seperti karyawan lembur Dalam kasus yang lain, apabila
dan Ojek Online. Sering kali para tindakan klitih yang dilakukan secara
pelaku tidak segan-segan secara bersama-sama atau berkelompok,
semena-mena melakukan maka para pelaku, di antaranya, ada
pengambilan kendaraan korban yang tergolong pelaku dan turut
dengan paksaan dan tidak jarang serta. Sebagaimana dikutip dari
melukai korban apabila korban artikel Jerat Pidana Bagi Pelajar
melawan dan yang paling parah Pelaku Pengroyokan, yang turut serta
adalah hingga menghilangkan nyawa dapat dikenakan pidana dalam Pasal
korban. Pelaku juga sering kali tidak 55 KUHP:
ragu untuk melakukan pengejaran
terhadap korban ketika korban 1. Dipidana sebagai pelaku tindak
mencoba melarikan diri untuk pidana:
menyelamatkan diri. Tidak jarang 1) mereka yang melakukan, yang
juga kelompok begal atau klitih menyuruh melakukan, dan
saling bertemu dengan kelompok yang turut serta melakukan
begal lainya ketika dijalan dan perbuatan;
biasanya berakhir dengan bentrok di 2) mereka yang dengan memberi
lokasi atau salah satu melarikan diri atau menjanjikan sesuatu,
karena kalah jumlah dengan dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, 1. Pada tingkat penyidikan,
dengan kekerasan, ancaman penuntutan, dan pemeriksaan
atau penyesatan, atau dengan perkara anak di pengadilan
memberi kesempatan, sarana negeri wajib diupayakan diversi
atau keterangan, sengaja 2. Diversi sebagaimana dimaksud
menganjurkan orang lain pada ayat (1) dilaksanakan
supaya melakukan perbuatan. dalam hal tindak pidana yang
2. Terhadap penganjur, hanya dilakukan :
perbuatan yang sengaja a. diancam dengan pidana
dianjurkan sajalah yang penjara di bawah 7 tahun;
diperhitungkan, beserta akibat- dan
akibatnya.1 b. bukan merupakan
pengulangan tindak pidana.
Pelaku klitih yang mayoritas
pelakunya adalah anak-anak yang Tercantum dalam Pasal 1 ayat 7
masih sekolah yang rata-rata usianya Yang dimaksud diversi adalah
masih dibawah 18 tahun, maka pengalihan penyelesaian perkara
perbuatanya akan diberlakukan anak dari proses peradilan pidana ke
Undang-Undang Nomor 11 Tahun proses di luar peradilan pidana.
2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (“UU 11/2012”). Pasal Pasal 8 Ayat 1 mengenai proses
1 angka 3 UU 11/2012 menerangkan diversi dilakukan melalui
bahwa anak yang berkonflik dengan musyawarah dengan melibatkan anak
hukum adalah anak yang telah dan orang tua/walinya, korban
berumur 12 tahun, tetapi belum dan/atau orang tua/walinya,
berumur 18 tahun yang diduga pembimbing kemasyarakatan, dan
melakukan tindak pidana.2 pekerja sosial profesional
berdasarkan pendekatan keadilan
Pada Undang-Undang Nomor 11 restoratif.
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak tertulis sebagai berikut: Sehingga anak-anak pelaku
klitih yang masih berusia dibawah 18
Pasal 7 tahun masih memungkinkan untuk
dilakukan diversi dengan syarat
1
Fathan Qorib, ‘KITAB UNDANG-UNDANG pelaku mendapatkan pidana penjara
HUKUM PIDANA (KUHP)’, dibawah 7 (tujuh) tahun dan bukan
Hukumonline.Com, 2021 pengulangan tindak pidana atau
<https://www.hukumonline.com/pusatdata bukan seorang Residivis, seperti
/detail/lt4c7b7fd88a8c3/wetboek-van- yang tertulis pada pasal 7 UU Sistem
strafrecht-wvs/document/ Peradilan Pidana Anak.
lt4c7b80e3e064d> [accessed 1 September
2021]. Hasil kesepakatan dari proses
2
Fathan Qorib, ‘Undang-Undang Nomor 11 Diversi yang dilakukan saat
Tahun 2012 SISTEM PERADILAN PIDANA
persidangan diatur dalam pasal 11
ANAK’, Hukumonline.Com, 2012
<https://www.hukumonline.com/pusatdata
UU Sistem Peradilan Pidana Anak
/detail/lt5024cc61e623d/undang-undang- yang berbunyi.
nomor-11-tahun-2012> [accessed 1
Pasal 11
September 2021].
Hasil kesepakatan Diversi dapat B. Metode
berbentuk, antara lain: Pendekatan yang digunakan
1. perdamaian dengan atau tanpa dalam penelitian ini adalah dengan
ganti kerugian; menggunakan analisis deskriptif
2. penyerahan kembali kepada dengan metode studi kasus. Dengan
orang tua/Wali; menempatkan klitih sebagai objek
3. keikutsertaan dalam pendidikan analisis untuk dianalisis secara
atau pelatihan di lembaga
menyeluruh dan terperinci meliputi
pendidikan atau LPKS paling
lama 3 (tiga) bulan; atau faktor-faktor kelompok sosial,
4. pelayanan masyarakat. keluarga, pelaku klitih dan juga dari
segi psikologis.
Tercantum dalam pasal 13 Proses
peradilan pidana anak akan Menurut Bogdan dan Taylor,
dilanjutkan apabila proses diversi penelitian kualitatif adalah prosedur
tidak menghasilkan kesepakatan atau penelitian yang menghasilkan data
kesepakatan diversi tidak
deskriptif berupa kata-kata tertulis
dilaksanakan. 3
atau lisan dari orang- orang dan
Penanganan kasus ini perilaku yang dapat diamati.4
merupakan kasus yang memerlukan
keterlibatan banyak elemen bukan Dengan studi kualitatif dalam
hanya dari kepolisian melainkan juga analisis kasus klitih memiliki metode
dari elemen masyarakat, sekolah, pengumpulan data yang luas dan
kelompok sosial dan jug keluarga. tidak dibatasi kaegori tertentu
karena dengan melibatkan elemen- sehingga memudahkan dalam
elemen tersebut dapat memudahkan mempelajari dan menggali hasil
proses penanganan dan pencarian melalui aspek-aspek terkait dengan
solusi dalam memberikan pembinaan masalah yang akan diteliti dengan
terhadap pelaku menjadi lebih akurat subjek penelitian ini adalah klitih di
dan akan lebih mudah dalam kalangan remaja dengan aspek
melakukan evaluasi serta penelitian pada sosial kelompok,
pengawasan. keluarga serta dari segi psikologis
pelaku klitih.
Berdasarkan pendahuluan
tersebut, maka penulis mengambil C. Hasil
judul “ ANALISIS KASUS KLITIH Berdasarkan hasil anailisis
DI KALANGAN REMAJA terdapat aspek-aspek yang akan
YOGYAKARTA”. dibahas terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang melakukan klitih
diantaranya aspek kelompok sosial
3
‘UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM 4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
PERADILAN PIDANA ANAK’, 2012, p. 75 Kualitatif, Edisi revi (Bandung: PT Remaja
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details Rosdakarya, 2018)
/39061/uu-no-11-tahun-2012> [accessed 3 <https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.a
September 2021]. spx?id=1133305>.
dan keluarga serta ditinjau dari segi yaitu sebuah tindakan rasional
psikologis pelaku klitih. yang berdasarkan nilai, dilakukan
dengan tujuan yang ada kaitannya
1. Pandangan kelompok sosial dan dengan ilia-nilai yang diyakini
keluarga secara sendiri tanpa
Berdasarkan aspek pertama memperhitungkan prospek-
yang dilihat dari kelompok sosial dan prospek yang ada kaitannya
keluarga untuk dapat melihat dari sisi dengan berhasil atau gagalnya
yang lebih luas. Pandangan sebuah tindakan yang dilakukan
kelompok sosial dan keluarga tersebut.
melalui teori tindakan sosial dan c. Tindakan tradisional,
teori perubahan sosial menurut Max yaitu tindakan yang dilakukan
Weber.5 karena telah bersifat turun-
1) Teori Tindakan Sosial temurun dan akhirnya
Tindakan sosial merupakan berkelanjutan.
suatu perilaku, perbuatan seorang d. Tindakan Afektif,
individu atau kelompok dalam upaya yaitu sebuah tindakan yang
pencapaian tujuan dirinya. Tindakan dilakukan dengan dorongan emosi,
tersebut juga bisa dilakukan secara dan tentunya dilakukan dengan
berkelompok, sehingga memberikan pemikiran yang irrasional (tidak
pengaruh bagi lingkungannya. rasional). 6
Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, dan Elli Nur Hayati, ‘Implementasi Pola Asuh
Orang Tua Pada Remaja Pelaku’, PKS, 20 No 1 (2021), 91–102
Jamaludin, Adon Nasrullah, Dasar-Dasar Patologi Sosial, ed. by Beni Ahmad
Saebani, CV Pustaka Setia, pertama (Bandung, 2016)
<https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1146690> [accessed 5
September 2021]
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi revi (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018) <https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?
id=1133305>
Putra, Ahmad, and Sartika Suryadinata, ‘Menelaah Fenomena Klitih Di
Yogyakarta Dalam Perspektif Tindakan Sosial Dan Perubahan Sosial Max
Weber’, Asketik, 4.1 (2020), 1–21 <https://doi.org/10.30762/ask.v4i1.2123>
Qorib, Fathan, ‘KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)’,
Hukumonline.Com, 2021
<https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4c7b7fd88a8c3/wetboek-
van-strafrecht-wvs/document/lt4c7b80e3e064d> [accessed 1 September
2021]
———, ‘Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK’, Hukumonline.Com, 2012
<https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5024cc61e623d/undang-
undang-nomor-11-tahun-2012> [accessed 1 September 2021]
Ritzer, George, Douglas J. Goodman, and Nurhadi, Teori Sosiologi : Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern,
Kreasi Wacana, Terbaru (Bantul, 2011) <http://digilib.ub.ac.id/opac/detail-
opac?id=64582> [accessed 5 September 2021]
‘UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012
TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK’, 2012, p. 75
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39061/uu-no-11-tahun-2012>
[accessed 3 September 2021]