kemasyarakatan.
Kompas. Peristiwa yang disorot pada masa itu ialah tawuran sebagai
l. Pendahuluan
SMA 70 dan SMA 6, kembali terjadi tawuran antar dua kelompok pelajar SMK
Yusianto menjadi korban terakhir tawuran yang kerap terjadi belakangan ini.
Barangkali hal diatas itulah yang membuat banyak pihak sudah lelah
dilakukan sejak era 80-an. Pada umumnya tawuran diamati para peneliti
sebagai perilaku bermasalah dan deprivasi sosial, frustasi agresi, dan sudut
pandang yuridis terhadap fenomena tersebut.
individu.1
tetap belum menggembirakan. Yang terjadi dari hari ke hari tingkat kekerasan
dalam tawuran pelajar kian meningkat, semakin nekat dan beringas, seperti
antara siswa pelaku tawuran dengan keluarga broken-home. Setali tiga uang
Salah satu hasil penelitian yang pernah dilakukan Mustapha dan Mansoer
(1998) juga telah menunjukkan tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
pribadi dan latar belakang berbeda dengan “kelompok” siswa yang tawuran.
teori yang mencoba menghubungkan siswa yang terlibat tawuran berasal dari
keluarga yang tak harmonis menjadi mitos yang salah. Para peneliti telah
sekolah berkualitas buruk dan berdisiplin rendah sering terlibat tawuran juga
sekolah yang secara sosial, status, dan akademis temasuk kelas atas,
sendiri ternyata tidak ada kaitannya dengan tingkat kecerdasan dan prestasi
temannya3.
Oleh karena itu, memang cukup banyak telaah yang perlu dilakukan
hampir lima tahun silam saja telah menimbulkan 14 korban tewas (ditambah
2
Ibid, 162 – 163.
3
Ibid, 163.
dengan korban Manggarai). Tidak menutup kemungkinan, lima tahun
meningkat drastis. Oleh karena itu, kekerasan kolektif yang telah merugikan
perhatian serius dari semua pihak, karena sudah merupakan perilaku yang
melanggar hukum.
oleh kepuasan yang diperoleh karena lawan menderita, luka, atau mati, dan
kelompok tertentu.4
dan dipengaruhi oleh motivasi tindakan tersebut. Dalam kriminologi harus ada
penjelasan kapan tindakan kekerasan itu disebut sebagai deviant dan kapan
karakter si pelaku. Maka harus dikaji apakah dalam situasi serupa tindakan
statusnya.
dan keberanian. Pada nilai ini yang dilihat adalah kehebatan fisiknya yang
5
Ibid.
ditandai oleh kekuatannya menanggung pukulan, menerima serangan, hingga
diintimidasi polisi dan pihak lain tatkala tertangkap akibat tawuran. Serta
sanksi kepada semua kelompok secara merata hampir sangat tidak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu, melihat sifat kolektif tawuran yang begitu rumit dan
khas, diperlukan suatu tindakan yang bersumber dari piranti hukum pidana,
pasal 170 KUHP. Pasal tersebut berbunyi,” barang siapa terang-terangan dan
barang diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.”
Pasal diatas selama ini dipandang memiliki suatu kendala dan penuh dengan
menunjuk pada suatu kelompok manusia yang lebih dari satu orang. Delik itu
Orientasi perlu lebih ditekankan pada penegakan isi pasal 170 dengan
yang adil, semua tergantung pada kerjasama aparat penegak hukum, polisi
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional akan jauh dari harapan.
Bahan Bacaan:
Peradaban, 2001)