(Jurnal)
Oleh
Muhammad Eko Sutrisno
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
Tawuran pelajar merupakan salah satu perbuatan anak yang dapat dikategorikan
sebagai kenakalan remaja (juvenile deliquency), yang menjadi tradisi mengakar di
kalangan pelajar. Meningkatnya aksi tawuran pelajar sendiri dapat meningkatkan
angka tindakan kriminal. Di Bandar Lampung khususnya, tidak sedikit aksi
tawuran terjadi baik yang melibatkan sekolah-sekolah swasta maupun negeri.
Upaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar, adalah upaya
yang penulis lakukan untuk menjelaskan sejauh mana penegakan yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum terutama kepolisian dalam penegakan hukum terhadap
aksi tawuran yang di lakukan oleh pelajar. Pendekatan masalah yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis
empiris. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil
wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh dari studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat di simpulkan bahwa: upaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran
antar pelajar dilakukan melalui upaya non-penal (preventif) dengan melalukan
mediasi sebagai bentuk upaya kepolisian dalam menerapkan restorative justice.
Namun, jika pelaku sudah berulang kali melakukan aksi tawuran maka dapat di
berikan upaya penal (represif) dengan dikenakan Pasal 170 KUHP atau Pasal 351
KUHP yang mengacu pada undang-undang sistem peradilan pidana anak. Karena
mengingat usia rata-rata pelajar masih tergolong dalam usia anak, sehingga kasus
tersebut hanya dapat diproses melalui sistem peradilan pidana anak. Penulis
menyaranan melalui penelitian ini agar pemerintah hendaknya membuat peraturan
khusus yang mengatur tentang aksi tawuran, serta aparat penegak hukum,
keluarga, sekolah dan masyarakat hendaknya menjalin kerjasama dan koordinasi
yang baik.
By
1
Ramadina Savitri. 2017. Jurnal: “Kajian
Kriminologi Terhadap Pelaku Tawuran Antar 3
Tawuran pelajar berasal dari kata “tawur” dan
Pelajar Sekolah Menengah Atas Di Kota “pelajar”. Tawur adalah perkelahian beramai-
Yogyakarta.” Yogyakarta: FH-UGM. hlm. 3. ramai, perkelahian massal, perkelahian yang
2
Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi. tiba-tiba terjadi antara kedua pihak yang
1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara berselisih. Kamus Besar Bahas Indonesia atau
Baru. hlm. 131. KBBI.
Gambar 1.1. Data Tawuran Antar buruk yang di timbulkan dari tawuran
PelajarTingkat Nasional Pelajar tidak hanya merugikan sendiri bagi
pelaku ternyata tawuran dapat
merugikan semua pihak, Dampak–
damapak negatif akibat tawuran
diantaranya yaitu:6
1. kerugian fisik, pelajar yang ikut
tawuran seperti luka- luka baik
ringan maupun luka berat karena
Sumber : website Komisi Perlindungan lemparan benda tumpul atau batu
Anak Indonesia. dan adu fisik dengan tangan
kosong,
Data dari website pemerintah yang 2. masyarakat sekitar tempat
terdapat pada grafik diatas dijelaskan terjadinya tawuran, contohnya
bahwa dari tahun 2011-2016 rusaknya rumah warga akibat pel
menunjukan bahwa anak pelaku tawuran ajar yang tawuran melempari
pada tahun 2011 sebanyak 64 kasus, batu dan mengenai rumah warga.
pada 2012 sebanyak 82 kasus, untuk 3. menggangu kenyamanan
tahun 2013 sebanyak 71 kasus, pengendara jalan, karena tawuran
Kemudian pada tahun 2014 sebanyak 46 banyak terjadi di pusat kota
kasus, dan pada tahun 2015 sebanyak dimana banyak aktivitas dari
126 kasus serta ditahun 2016 sebanyak warga masyarakat.
41 kasus.4 Ketua Komnas PA Arist 4. terganggunya proses belajar
Merdeka Sirait menyatakan berdasarkan mengajar karena dengan adanya
Pantauan data Komisi Nasional tawuran ini para pelajar tidak
Perlindungan Anak, telah terjadi 147 nyaman dalam mengikuti
kasus tawuran antar pelajar sepanjang pelajaran, ini di akibatkan rasa
tahun 2012 yang mengakibatkan 82 yang berkecamuk dalam dirinya
orang pelajar tersebut meninggal secara seperti rasa takut, gelisah dan
sia-sia. rasa ingin balas dendam yang
mendorong diri mereka yang
Berdasarkan data diatas, saat ini kondisi terlibat tawuran untuk
pelajar sangat mengkhawatirkan karena mengabaikan proses
banyaknya penyimpangan yang pembelajaran atau membolos dan
mengakibatkan adanya pelangaran memilih untuk menyelesaikan
hukum. Oleh karena itu, perlu adanya perkara dengan jalan tawuran.
penanganan mulai dari upaya 5. Menurunnya moralitas para
penanggulangan tawuran antar pelajar pelajar kedua sekolah, ini
sampai dengan penegakan hukum diwujudkan secara nyata dengan
terhadap pelaku antar pelajar tersebut.5 mengutamakan kekerasan
Kasus di atas adalah bukti dari efek sebagai jalan menyelesaikan
4
bankdata.kpai.go.id. diakses tanggal 04 April
2017 pada pukul 14.00 WIB. 6
Septian Bayu Rismanto, “Model Penyelesaian
5
Selama 2012: 147 Kasus Tawuran, 82 Pelajar Tawuran Pelajar Sebagai Upaya Mencegah
Mati Sia-Sia. Di kutib dari Terjadinya Degradasi Moral Pelajar Studi
www.bandarlampungnews.com/m/index.php?ctn Kasus Di Kota Blitar Jawa timur”, Vol.2, No.1,
=1&k=politik&i=13950 pada tanggal 16 April 2013, hlm. 9.
2017 pukul 13.13 WIB.
konflik dan mengumbar kata-kata berkaitan dengan permasalahan yang
kotor sebagai luapan emosi. akan dibahas. Setelah data terkumpul
6. hilangnya perasaan peka, dan diolah, kegiatan selanjutnya adalah
toleransi, tenggang rasa dan analisa data. Dalam penelitian ini yang
saling menghargai antar sesama digunakan adalah analisis kualitatif,
pelajar. yaitu dengan cara mendeskripsikan data
yang diperoleh dalam bentuk penjelasan
Berdasarkan latar belakang yang telah dan uraian-uraian kalimat. Dan dapat
diuraikan diatas, maka permasalahan ditarik kesimpulan secara induktif yaitu
yang akan dibahas dalam skripsi ini suatu cara berfikir dari hal-hal yang
adalah sebagai berikut: bersifat umum lalu diambil kesimpulan
1. Bagaimanakah upaya penegakan secara khusus. Dari kesimpulan-
hukum terhadap pelaku tawuran kesimpulan yang telah diambil kemudian
antar pelajar (Study Kasus Wilayah disampaikan saran-saran.
Hukum Kota Bandar Lampung)?
2. Apakah faktor-faktor penghambat II. HASIL PEMBAHASAN
dalam penegakan hukum terhadap
pelaku tawuran antar pelajar (Study A. Upaya Penegakan Hukum
Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Terhadap Pelaku Tawuran Antar
Lampung)? Pelajar (Studi Kasus Wilayah
Hukum Kota Bandar Lampung)
Pendekatan masalah dalam penelitian ini Muladi dan Barda Nawawi Arif
menggunakan pendekatan secara yuridis berpendapat bahwa dalam menegakkan
normatif dan yuridis empiris. Pendekatan hukum pidana harus melalui beberapa
secara yuridis normatif yaitu pendekatan tahap yang dilihat sebagai usaha atau
yang dilakukan dengan cara mempelajari proses rasional yang sengaja
teori-teori dan konsep-konsep yang direncanakan untuk mencapai suatu
berhubungan dengan masalah. Dan tertentu yang merupakan suatu jalinan
pendekatan normatif atau pendekatan mata rantai aktifitas yang tidak termasuk
kepustakaan adalah metode atau cara bersumber dari nilai-nilai dan bermuara
yang dipergunakan di dalam penelitian pada pidana dan pemidanaan. Tahap-
hukum yang dilakukan dengan cara tahap tersebut adalah:7
meneliti bahan pustaka yang ada.
1. Tahap Formulasi
Sumber dan jenis data, jenis data dilihat Tahap penegakan hukum pidana in
dari sudut sumbernya, dibedakan antara abstracto oleh badan pembuat undang-
data yang diperoleh langsung dari undang yang melakukan kegiatan
masyarakatdan dari bahan kepustakaan. memilih yang sesuai dengan keadaan
Data Primer yaitu data secara langsung dan situasi masa kini dan yang akan
dari sumber pertama. Dengan demikian datang, kemudian merumuskannya
data yang diperoleh langsung dari obyek dalam bentuk peraturan perundang-
penelitian di lapangan yang tentunya undangan.
berkaitan dengan pokok penelitian. Data
Sekunder bersumber dari studi Pengaturan terkait dengan sanksi pidana
kepustakaan dengan cara membaca, yang di jatuhkan bagi pelaku tawuran
mengutip. dan menelaah peraturan
perundang-undangan, buku-buku, 7
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1993. Teori-
dokumen dokumen, kamus, literatur, Teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Bandung :
Alumni. hlm. 14.
antar pelajar sendiri, sebenarnya belum yang rasional untuk memenuhi rasa
ada peraturan perundang-undangan yang keadilan dan daya guna.
secara jelas yang mengatur tentang aksi
tawuran serta sanksi di berikan kepada b) Melalui Upaya Non Penal
pelaku tawuran antar pelajar tersebut. (Preventif)
Aksi tawuran sendiri masih diatur di Upaya penegakan hukum secara non
dalam Kitab Undang-Undang Hukum penal ini lebih menitikberatkan pada
Pidana (KUHP) yang terdapat dalam asas kekeluargaan dan secara tidak
Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan langsung dilakukan tanpa
dan Pasal 351 KUHP tentang menggunakan sarana pidana atau
penganiayaan. Pengaturan lain yang di hukum pidana, yaitu seperti
berikan kepada pelaku tawuran antar penyelesaian perkara pidana melalui
pelajar di atur di dalam Undang-Undang upaya mediasi. Upaya non penal juga
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem merupakan penegakan hukum yang
Peradilan Pidana Anak, apabila pelaku sebenarnya dilakukan (actual
tawuran masih dalam kategori usia anak. enforcement).9
Tehadap anak yang berhadapan dengan
hukum diatur di dalam Pasal 5 dan Pasal Bhira W., mendifinisikan actual
7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun enforcement yaitu suatu tindakan
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana yang paling standar yang dapat
Anak. dilakukan oleh aparat penegak hukum
terutama aparat kepolisian.10 Karena
2. Tahap Aplikasi actual enforcement merupakan upaya
Tahap aplikasi yang di lakukan oleh penanggulangan terhadap tindakan
aparat kepolisian sebagai bentuk kejahatan dengan menggunakan
penegakan hukum terhadap pelaku hukum pidana itu hanya sebatas yang
tawuran antar pelajar dapat di lakukan bisa dilakukan itu saja. Sehingga di
melalui beberapa upaya, diantaranya rasa cocok diterapkan dalam
yaitu: penegakan hukum pidana bagi pelaku
tawuran antar pelajar.
a) Melalui Upaya Penal (Represif)
Upaya Represif merupakan salah satu Kepolisian sebagai aparat penegak
upaya penegakan hukum atau segala hukum pertama yang menangani
tindakan yang dilakukan oleh aparatur pelaku, lebih mengedepankan
penegak hukum yang lebih pendekatan persuasif dibanding
menitikberatkan pada upaya pendekatan yudiris dalam
pemidanaan dengan hukum pidana menyelesaikan perkara-perkara
yaitu sanksi pidana yang merupakan tawuran pelajar. Penyelesaian perkara
ancaman bagi pelakunya. Penyidikan, tawuran pelajar secara umum
penyidikan lanjutan, penuntutan dan diselesaikan secara mediasi antar
seterusnya merupakan bagian-bagian sekolah atau kelompok yang terlibat
dari politik kriminil.8 Fungsionalisasi atau pembinaan terhaap pelajar yang
hukum pidana adalah suatu usaha terlibat. Jika ada yang melakukan
untuk menaggulangi kejahatan tindak pidana ringan, terhadapnya
melalui penegakan hukum pidana
9
Muladi. Op. Cit. hlm. 5.
10
Wawancara Bhira W, KBO Satuan Reserse
8
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Kriminal Polresta Bandar Lampung. 20 Oktober
Bandung, 1986, hlm. 113 2017.
lebih diutamakan restorative justice kemungkinan terjadinya
atau upaya damai kepada korban pengulangan.11
tindak pidana ringan tersebut.
Penegakan hukum di dalam sistem
Undang-Undang Nomor 11 Tahun peradilan pidana memerlukan adanya
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana terobosan baru untuk mengupayakan
Anak dalam Pasal 1 angka 6 adanya mediasi penal. Latar belakang
memberikan definisi restorative ide-ide “penal reform” itu antara lain
justice atau keadilan restoratif yaitu ide perlindungan korban, ide
sebagai penyelesaian perkara tindak harmonisasi, ide restorative justice,
pidana dengan melibatkan pelaku, ide mengatasi kekakuan/formalitas
korban, keluarga pelaku/korban dan dalam sistem yang berlaku, ide
pihak lain yang terkait untuk menghindari efek negatif dari sistem
bersama-sama mencari penyelesaian peradilan pidana dan sistem
yang adil dengan menekankan pemidanaan yang ada saat ini,
pemulihan kembali pada keadaan khususnya dalam mencari alternatif
semula dan bukan pembalasan. lain dari pidana penjara (alternative to
Kewajiban untuk mengutamakan imprisonment/alter-native to
keadilan restoratif juga diatur dalam custody). Latar belakang pragmatisme
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang antara lain untuk mengurangi stagnasi
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem atau penumpukan perkara (“the
Peradilan Anak yang berisi sistem problems of court case overload”)
peradilan anak wajib mengutamakan dan untuk penyederhanaan proses
pendekatan Keadilan Restoratif. peradilan.12