Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KENAKALAN REMAJA (TAWURAN) DI KAWASAN

JALAN DELIMA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

THE INFLUENCE OF JUVENILE DELINQUENCY (BRAWL) IN THE DELIMA SREET


AREA ON THE SURROUNDING POPULATION
1
Alda Adelia Salsabila
1,2,3
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Kampus Bina Widya KM. 12,5, Simpang Baru, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru, Riau 28293

Co Author: alda.adelia3779@student.unri.ac.id

ABSTRAK

Kenakalan remaja menjadi permasalahan utama di Indonesia khususnya di daerah Delima Panam, Kota
Pekanbaru, Riau. Di Pekanbaru, Kapolda Provinsi Riau mencatat terjadi peningkatan kasus kenakalan
remaja dari 30 kasus di tahun 2015 menjadi 41 kasus di tahun 2015 yaitu sebesar 37% (WBP,2015). Dari
perkembangan kasus kenakalan remaja tersebut, tawuran merupakan salah satu permasalahan kenakalan
remaja yang mendominasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara.Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data apakah masyarakat sekitar Jl. Delima terkena dampak
dari tawuran antar remaja tersebut dan apa saja antisipasi masyarakat serta pemerintah sekitar terhadap
tawuran yang dilakukan oleh remaja di daerah Jl. Delima. Berdasarkan hasill dari penelitian yang
dilakukan, masyarakat sekitar memang sudah sangat resah atas kasus kenakalan remaja tersebut. Namun,
antisiasi dari masyarakat seperti melakukan ronda secara teratur, membubarkan perkumpulan
perkumpulan remaja diatas jam 22.00 malam, serta peningkatan perhatian orang tua terhadap anak sangat
berdampak dalam mengurangi terjadinya tawuran antar remaja yang ada di daerah Jl. Delima Panam,
Kota Pekanbaru.

Kata kunci: Delima, Kenakalan remaja, Tawuran,

Abstract

Juvenile delinquency is a major problem in Indonesia, especially in the Delima Panam area, Pekanbaru
City, Riau. In Pekanbaru, the Riau Provincial Police Chief noted an increase in juvenile delinquency
cases from 30 cases in 2015 to 41 cases in 2015 which was 37% (WBP, 2015). From the development of
juvenile delinquency cases, brawl is one of the dominant juvenile delinquency problems. The method used
in this research is qualitative method. Primary data collection in this study used the method of
observation and interviews. The purpose of this study was to obtain data whether the community around
Jl. Delima was affected by the brawl between teenagers and what are the anticipations of the community
and the surrounding government for the brawl committed by teenagers in the area of Jl. Delima. Based
on the results of the research conducted, the surrounding community is already very restless over the
juvenile delinquency case. However, anticipation from the community such as conducting regular patrols,
disbanding youth associations after 22.00 pm, as well as increasing parental attention to children has an
impact on reducing the occurrence of brawls between teenagers in the Jl. Delima Panam, Pekanbaru
City.

Keywords: Delima, Juvenile delinquency, Brawl

PENDAHULUAN

Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta
suatu tindakan yang dapat melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini disebabkan oleh
suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja ini dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja dengan
mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari normanorma hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang sekitar.

Salah satu kenakalan remaja yang saat ini sangat meresahkan rakyat indonesia yaitu Tawuran. Tawuran merupakan
suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
Kekerasan dengan cara tawuran sudah dianggap sebagai cara pemecahan masalah yang dianggap sangat efektif
yang dilakukan oleh para remaja karena untuk menentukan tindakannya, kemudian dalam pertentangan pelanggaran
tata tertib di masyarakat (konvensional) dan manakala suatu tindakan bisa dikatakan sebagai penyimpangang maka
hal itu membuktikan kepada orang banyak, bahwa merekapun sebenarnya dapat melakukan sesuatu karena tidak
ada satupun masyarakat yang memberikan kebebasan untuk bertindak sekehendak hatinya sendiri (Erikson, P dan
Hunt C, 1993: 205) Sekarang seolah- olah sudah menjadi bukti nyata bahwa seorang terpelajar pun dengan leluasa
dapat melakukan hal-hal yang bersifat premanis dan anarkis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan
orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri, akan tetapi merugikan orang lain yang tidak terlibat
secara langsung.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan bahwa selama 2012 mereka mencatat ada 339 kasus
tawuran pelajar yang mengakibatkan 82 siswa meninggal. jumlahnya meningkat drastis. Pada tahun 2010, kasus
tawuran pelajar yang tercatat hanya kasus tawuran pelajar yang tercatat hanya 128 kasus. Kondisi ini mendapat
perhatian dari berbagai pihak. Maftuh (2008: 9) menyatakan bahwa “apa pun bentuknya, jika konflik ada akan
mengganggu proses belajar dan kemudian akan melemahkan proses belajar dan prestasi”. Oleh karena itu, jika
tawuran antar pelajar tidak dapat dihentikan, maka akan muncul generasi penerus di budaya kekerasan dan tidak
akan lagi memikirkan prestasi yang dapat memajukan bangsa. Pemeran utama tawuran pelajar adalah para remaja
itu sendiri. Biasanya, muda masyarakat memiliki rasa solidaritas yang tinggi, khususnya rasa solidaritas dalam diri
mereka kelompok. Solidaritas ini muncul karena rasa kekeluargaan di antara kelompoknya. Mereka juga mengalami
rasa kekecewaan yang sama atau pelanggaran atas martabatnya yang dilakukan oleh kelompok lain. Oleh karena
itu, mereka menciptakan ikatan satu sama lain untuk berkumpul dalam kelompok.

Durkheim (Johnson, 1986:181) menyatakan bahwa: “rasa solidaritas yang muncul dalam suatu kelompok” terjadi
karena siswa saling berbagi moral dan keyakinan yang diperkuat oleh pengalaman emosional mereka yang serupa”.
Namun, dalam kasus tawuran pelajar, solidaritas siswa yang diadakan di setiap kelompok bergiliran menjadi aspek
negatif. Siswa tawuran dapat menyebabkan disintegrasi antar kelompok dan mengakibatkan perubahan pola perilaku
siswa menjadi lebih kasar dan berani melakukan pemukulan, bentrokan, penganiayaan, dan perusakan yang
biasanya menimbulkan korban. Meskipun ada banyak faktor yang mempengaruhi perkelahian siswa, solidaritas
dalam suatu kelompok menjadi faktor utama.

Artikel ini bertujuan untuk memperlihatkan hasil identifikasi terhadap kenakalan remaja (tawuran) yang terjadi
terkhusus di Jl. Delima serta mengumpulkan pendapat warga sekitar dan inovasi apa yang akan mereka lakukan
untuk mengurangi tawuran antar pelajar.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Menurut Saryono
(2010), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan,
dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi
dan wawancara. Lokasi yang dipilih untuk penelitian kali ini adalah daerah Jl. Delima, Panam, Pekanbaru, Riau.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan salah satu nya adalah daerah delima
sangat rawan terhadap tawuran karena tingkat populasi remaja disekitar daerah tersebut cukup tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawuran

Pengertian tawuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perkelahian massal atau perkelahian
yang dilakukan secara beramai-ramai. Menurut Kartini Kartono, pelajar adalah mereka yang berusia antara 12-
21tahun. pelajar akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut: masa pra-pubertas (12 -13
tahun), masa pubertas (14-16 tahun), masa akhir pubertas (17-18 tahun) (2007:27). Dan perilaku menyimpang
pelajar adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani proses-
proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.
(http://www.blogspot.com/2008). Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Kenakalan pelajar dalam studi masalah social dapat
dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Sementara menurut Rais (1997), tawuran adalah perkelahian antar
pelajar adalah salah satu perbuatan yang sangat tercela yang dilakukan oleh seorang atau kelompok pelajar kepada
pelajar lain atau kelompok pelajar lain. Jadi kegiatan berupa perkelahian massal, dari keompok manapun, usia
berapapun, bisa dikatakan sebagai tawuran. Pendapat lain mengatakan tawuran adalah salah satu kegiatan interaksi
manusia yang saling merugikan, karena satu pihak dengan pihak yang lain berusaha saling menyakiti secara fisik
baik dengan atau tanpa alat bantu.

Perkelahiaan merupakan suatu penyakit dalam masyarakat dan mengenai perkelahian antar pelajar tingkat SMA
yang mana akibatnya tidak hanya mengganggu bagi keamanan dan ketertiban umum melainkan juga
membahayakan bagi pelajar itu sendiri. Apabila tidak segera mendapatkan perhatian dan penanggulanganya maka
dampaknya akan lebih buruk lagi.
B. Faktor-Faktor yang Melatar belakangi Timbulnya Kenakalan Remaja
(Tawuran)

● Faktor Internal

1. Krisis Identitas (identity crisis)

Penyebab tawuran yang pertama yaitu karena remaja tersebut sedang mengalami krisis identitas. Identitas diri yang
dicari remaja adalah bentuk pengalaman terhadap nilai-nilai yang akan mempengaruhi kepribadiannya. Jika tidak
mampu menemukan atau mendapatkan nilai-nilai positif ke dalam dirinya, serta tidak dapat mengidentifikasi dengan
figur yang ideal, maka akan berakibat buruk yakni munculnya penyimpangan-penyimpangan perilaku.

Jika para remaja tidak mendapatkan keyakinan sendiri atas identitasnya, maka mereka cenderung mencari identitas
yang sedang trend di lingkungan sekitarnya, dan apabila ia kebetulan di lingkungan yang buruk atau antar remaja
dengan kekerasan, maka kemungkinan besar para remaja ini akan melakukan hal yang serupa.

2. Memiliki kontrol diri yang lemah (weakness of self control)

Penyebab tawuran berikutnya yaitu remaja memiliki kontrol diri yang lemah. Kontrol diri merujuk pada ketidakstabilan
emosi dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya. Sehingga ketika menghadapi masalah, mereka cenderung
melarikan diri atau menghindarinya, bahkan lebih suka menyalahkan orang lain, dan kalaupun berani
menghadapinya, biasanya memlih menggunakan cara yang paling instan atau tersingkat untuk memecahkan
masalahnya.

3. Tidak mampu menyesuaikan diri (self mal adjustment)

Penyebab tawuran selanjutnya yang berasal dari faktor internal atau dari dalam diri sendiri yaitu karena tidak mampu
menyesuaikan diri. Pelajar yang melakukan tawuran biasanya tidak mampu melakukan penyesuaian dengan
lingkungan yang kompleks, seperti keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai perubahan di
berbagai kehidupan lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.

● Faktor Eksternal Penyebab Tawuran

1. Pengaruh sosial media

Menurut very well mind, penyebab tawuran atau kekerasan pada remaja bisa dipengaruhi oleh media. Penelitian
oleh Research Institute of Moral Education, College of Psychology, Nanjing Normal University, Nanjing, China
menunjukkan bahwa kekerasan di media mempengaruhi remaja dan dapat menyebabkan mereka bertindak agresif.
Meskipun sulit untuk menentukan apakah kekerasan di media mengarah langsung ke kekerasan remaja, penelitian
telah menunjukkan bahwa bermain video game kekerasan meningkatkan pikiran dan perilaku agresif.

Faktanya, sebuah penelitian menemukan bahwa video game kekerasan tidak hanya meningkatkan perilaku agresif.
Mereka juga meningkatkan pikiran marah serta meningkatkan detak jantung dan tekanan darah peserta.
2. Pengawasan Orang Tua Tidak Memadai

Ketika orang tua tidak memberikan pengawasan yang memadai, remaja cenderung akan melakukan perilaku agresif
atau aktivitas kriminal. Tanpa pengawasan orang dewasa, remaja tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk
membuat pilihan yang baik atau untuk mengenali risiko. Akibatnya, para remaja ini cenderung berteman dengan
orang yang salah, mengambil risiko yang tidak perlu, dan bereksperimen dengan hal-hal yang tidak diizinkan oleh
orang tua yang terlibat. Ketika orang tua terlalu permisif, anak-anak mereka seringkali tidak memiliki motivasi untuk
berprestasi di sekolah dan bahkan mungkin berhenti memedulikan masa depan mereka.

3. Tekanan Teman Sebaya

Tekanan teman mempunyai peran penting dalam kekerasan remaja sebagai penyebab tawuran, terutama karena
anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku berisiko atau kekerasan ketika mereka bertindak sebagai sebuah
kelompok. Remaja yang biasanya tidak agresif atau melakukan kekerasan sendiri sering merasa diberdayakan saat
berada dalam kelompok. Selain itu, remaja lebih cenderung menjadi kasar atau agresif saat mereka merasa
tertekan. Mereka juga mungkin melakukan kekerasan untuk mempertahankan tempat mereka dalam grup. Tekanan
teman sebaya dapat membuat remaja terlibat dalam perilaku pengambilan risiko.

4. Komunitas dan Lingkungan

Tempat tinggal remaja juga dapat berdampak pada mereka untuk bertindak lebih agresif. CDC menunjukkan
beberapa faktor risiko komunitas untuk kekerasan pemuda termasuk berkurangnya peluang ekonomi, tingkat
kejahatan yang tinggi, dan lingkungan yang tidak terorganisir secara sosial. Selain itu, penelitian dari American
Psychologist menunjukkan bahwa kekerasan remaja dapat menjadi bentuk "keadilan jalanan" sebagai jawaban atas
kurangnya perlindungan polisi di beberapa lingkungan.

Ketika ini terjadi, remaja mungkin berusaha mengamankan lingkungan dengan menggunakan kekerasan sebagai
cara untuk menertibkan daerah tersebut. Akibatnya, kekerasan pemuda sering kali bermanifestasi sebagai
kekerasan geng, perang wilayah, perang senjata, dan jenis kekerasan lainnya.

● Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja yang dikemukakan oleh Sofyan S.Willis sebagai
berikut :

a. Predisposing factor, yaitu faktor kelainan yang dibawa sejak lahir seperti cacat keturunan fisik maupun psikis.

b. Kurangnya pengawasan terhadap pengaruh lingkungan.

c. Lemahnya kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

d. Kurangnya pengetahuan dasar keagamaan di dalam diri, sehingga sulit untuk mengukur norma luar atau norma
baik dilingkungan masyarakat.

● Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja menurut Kartini Kartono adalah:


1) Faktor keluarga

Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak.
Ditengah keluarga anak belajar mengenal makna cinta-kasih, simpati, loyalitas, idiologi, bimbingan dan pendidikan.

a) Rumah tangga berantakan

Bila rumah tangga dimulai adanya konflik dan itu terjadi terus menerus, maka akan mengalami perceraian, dan anak
akan mengalami kebingungan dan kesulitan komunikasi terhadap anggota keluarganya, kemudian banyak konflik
batin dan kegalauan jiwa. Anak tidak bisa belajar dengan tenang, tidak betah tinggal dirumah. Untuk melupakan
semua derita batin ini anak lalu melampiaskan kemarahan keluar. Mereka menjadi urakan, sulit dikendalikan,
bertingak semaunya sendiri.

b) Perlindungan lebih dari orang tua

Anak akan mudah rapuh dan tidak bisa mandiri selalu menggantungkan bantuan orang tua itu disebabkan karena
orang tua yang selalu memanjakan anak-anaknya dan tidak pernah menghindarkan dari kesulitan-kesulitan dalam
menghadapi hidupnya.

c) Penolakan orang tua

Orang tua yang tidak bisa memikul tanggungjawab sebagai ayah dan ibu karena mereka ingin melanjutkan
kebiasaan sebelum menikah hal ini disebut maladjustment yakni tidak bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi hidup
baru. Mereka menganggap anak sebagai beban untuk kelanjutan kariernya, sehingga kondisi seperti ini menjadi
faktor timbulnya kebingungan jiwa anak, mengalami tekanan batin dan terjadi konflik dalam keluarga tersebut.

d) Pengaruh buruk dari orang tua

Sikap dan perilaku orang tua akan selalu akan di contoh oleh anak-anaknya. Kebiasaan perilaku sombong, munafik
akan sangat mudah ditiru anak-anaknya. Suasana rumah yang kacau yang mementingkan egoisnya sendiri-sendiri,
tidak ada sifat yang saling menyayangi, menghormati, secara otomatis kebiasaan dan tingkah laku yang buruk dari
orang tua itu akan dilakukan oleh anak-anak ketika mereka bergaul dengan temantemannya.

2) Faktor Pergaulan

Lingkungan sangat erat kaitannya dengan pola perubahan perilaku anak, karena anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah daripada didalam rumah dengan kedua orang tuanya. Sedangkan lingkungan
mereka tinggal tidak selamanya baik dan bahkan lebih cenderung memiliki dampak negative karena beragam
masyarakat yang ada. Menurut Sheldon dan Eleanor Clueck dalam Soedjono Dirdjosisworo menjelaskan bahwa
anak nakal merupakan anak yang telah berhubungan dengan “band companions” dan “bad habit” atau lebih banyak
dikenal dengan isyilah “teman buruk dan tempat buruk”.
3) Faktor MassMedia

Masmedia sangat mempengaruhi anak-anak muda, karena mereka masih sangat mudah terpengaruh oleh keadaan
di sekelilingnya. Contoh mass media yang buruk adalah majalah-majalah cabul, buku-buku porno tanpa pengarang,
gambar-gambar porno dan macam-macam yang bersifat sadis, dewasa ini banyak beredar.

4) Faktor Millieu

Pendidikan dan perkembangan anak tidak selalu diuntungkan dari lingkungan yang tidak baik. Lingkungan yang
terdiri dari orang-orang dewasa dan anak-anak yang tidak baik dan anti sosial, hal ini juga akan menimbulkan
emosional yang buruk pada anak-anak puber yang masih labil jiwanya.

C. Pencegahan Terjadinya Tawuran

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 59 tentang Perlindungan Anak, para remaja pelaku
tawuran termasuk dalam golongan anak korban perlakuan salah yang seharusnya mendapatkan perlindungan
khusus dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya.

Perlindungan yang dimaksud adalah bimbingan nilai agama dan nilai moral, konseling, dan pendampingan sosial.
Hal tersebut perlu dilakukan karena para remaja mengambil keputusan untuk melakukan tawuran karena adanya
faktor eksternal. Melindungi anak dari hal yang dapat memicu terjadinya konflik sosial seperti tawuran, maka
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menginisiasi lahirnya Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam
Konflik Sosial.

Salah satu program tersebut adalah pendidikan damai dan keadilan gender. Dalam kegiatan ini, anak-anak dan
remaja diajarkan agar tidak melakukan aksi tawuran. Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua atau
guru di sekolah untuk mencegah terjadinya tawuran.

1. Tanamkan bahwa kekerasan bukanlah solusi penyelesaian masalah


2. Mengelola kecerdasan emosi anak agar tidak meluap pada tempat yang salah. Berikan mereka ruang untuk
menuangkan emosinya di sekolah. Seperti ruang konsultasi, ruang kebebasan berpendapat dan lainnya.
3. Bimbing untuk melakukan kegiatan positif dan padat namun menyenangkan.
4. Tanamkan sifat simpati dan empati kepada anak
5. Ajarkan ada banyak cara penyelesaian masalah, tak harus melalui kekerasan saja.

Berikut beberapa pencegahan yang dilakukan pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya tawuran
antar pelajar:

1. Pengawasan Ketat Di Sekolah

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pengawasan ketat di sekolah. Sebab, tidak
disangka bahwa pada saat ini remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah di banding di rumah. Tentunya hal ini,
menjadikan pemerintah semakin memperketat pengawasan di sekolah. Salah satunya adalah dengan rutin
melakukan razia-razia kepada para siswa, hal ini dilakukan untuk menemukan hal hal yang harusnya tidak di miliki
dan dibawa para siswa di sekolah. Seperti senjata tajam, obat obatan terlarang, dll.
Selain itu, pihak sekolah juga berperan aktif dalam meminimalisir potensi hal atau pelanggaran. Misalnya
memberikan sanksi yang tegas terhadap para siswa yang membolos, merokok atau bahkan melakukan hal hal di
luar batas norma. Tentu saja hal ini menjadi suatu kondisi yang serius. Sebab pada faktanya meskipun pengawasan
sudah relatif diperketat dan juha diperbaiki secara sistem dari waktu ke waktu, namun tetap saja angka kenakalan
remaja relatif naik. Oleh sebab itu hal ini menjadi PR bagi kita semua.

2. Melibatkan Orang Tua dan Sekolah

Selain di sekolah, para siswa juga akan menghabiskan waktu mereka di rumah. Pada saat inilah maka orang tua
memiliki peranan yang penting dalam rangka meminimalisir kenakalan remaja yang terjadi. Oleh sebab itu, peran
orang tua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja harus diefektifkan sebagaimana macam macam hukum di
indonesia. Dikarenakan orang tua juga memiliki peran penting dalam upaya pendidikan dan pembentukan karakter
anak. Itulah sebab nya mengapa orang tua juga harus ikut mengawasi setiap kegiatan anak, jika dirasa ada yang
tidak beres dan mencurigakan maka tentu harus waspada.

Sebab pada faktanya pengaruh buruk dan kenakalan remaja dapat menular tidak hanya disekolah. Namun justru di
luar lingkungan sekolah dimana saat sang anak bergaul dengan banyak teman teman yang berada diluar lingkaran
sekolah. Dari sinilah anak bisa mendapatkan bibit bibit kenakalan remaja. Tentu saja hal ini dapat segera dideteksi
jika sikap orang tua terhadap ada relatif lebih peduli. Namun, pada banyak kasus justru banyak orang tua yang
bahkam tidak peduli dan tidak memeperhatikan anak.

3. Kampanye Anti Kenakalan Remaja

Pemerintah juga rutin mengadakan kegiatan kampanye dengan tema memerangi kenakalan remaja. Melibatkan
berbagai remaja dari jenjang pendidikan yang berbeda. Hal ini menjadi prioritas utama terutama untuk memberikan
pengetahuan kepada para remaja bahwa tidak akan ada manfàat dari sebuaj kenakalan remaja yang dilakukan
seperti dalam macam macam hukum publik . Justru yang ada hanyalah kerugian yang akan ditetima tidak hanya diri
sendiri, namun juga orang tua hingga lingkungan sekitar akan menerima imbasnya. Kenakalan remaja sudah
menjadi sebuah wabah yang bahkan anti virusnya tidak mudah ditemukan, oleh sebab itu perlu pembentukan
karakter sejak dini untuk menanamkam sikap takut terhadap dosa.

4. Sosialisasi Bahaya dari Kenakalan Remaja

Selain melalui kampanye, pemerintah juga menggalakkan kegiatan sosialisasi mengenai bahaya dari kenakalan
remaja. Faktanya pemaparan mengenai kenakalan remaja ini akan dapat memberikan peringatan dan warning
kepada para remaja. Bahwa tidak akan ada manfaat yang akan diterima dari kenakalan temaja dalam sistem hukum
yang ada di indonesia saat ini . Justru yang ada adalah kerugian dan juga akan bisa mengancam masa depan para
remaja. Alih alih bisa memperoleh kesuksesan di masa depan, justru yang ada hanyalah kegagalan.
5. Mengaktifkan Banyak Kegiatan Ekstrakulikuler Di sekolah

Untuk menghindari kegiatan diluar sekolah yang tak bermanfaat dan memunculkam potensi kenakalan remaja maka
pemerintah kini menerapkan berbagai kegiatan ekatrakulikuler yang bisa dilakukan oleh para siswa. Kegiatan ini
akan bisa menambah skill dan kemampuan siswa di luar bidang akademik. Sehingga tentunya para siswa tidak
hanya dibekali kemampuan di bidang akademik namun juha bisa di bidang seni, olah raga atau kegiatan bermanfaat
lainnya. Pada faktanya kegiatan ini dapat mengembangka potensi dan bakat anak di luar prestasi akademik yanh
diraihnya.

6. Membekali Dengan Pendidikan Moral

Pendidikan moral merupakan bekal utama bagi anak untuk dapat membedakan hal yang baik dan tidak. Sebab
pembentukan moral dan karakter yang baik akan bisa berdampak pada menurunnya kasus kenakalan remaja
sebagaimana prinsip prinsip demokrasi yang ada di indonesia . Faktanya bahwa anak-anak yang sudah paham akan
moral dan etika tidak gampang terjerumus pada kenakalan remaja. Sebaliknya. Mereka yang tak dibekali hal ini akan
sangat mudah terjerumus pada kenakalan remaja.

7. Memperkuat Ilmu Agama

Agama merupakan elemen penting untuk membatasi perilaku para remaja. Ketika mereka ditanamkan pemikiran
akan takut dosa maka hal ini akan dibawa hingga dewasa. Oleh karena itu sudah sepatutnya pendidikan agama
diberikan kepada anak sejak usia dini. Hal ini tidak lain untuk mengurangi potensi dan pengaruh negatif dari
kenakalan remaja sebagaimana macam macam hukum positif .

D. Hasil Pertanyaan Kuisioner

Peneliti telah membagikan beberapa pertanyaan pertanyaan yang terdapat di dalam google form yang kemudian di
isi oleh responden di daerah Kota Pekanbaru dan masyarakat Jl. Delima. Kemudian hasil yang terkumpul dari
kuisioner tersebut dirangkum menjadi diagram lingkaran agar mudah dipahami.

Gambar 1: google form yang dibagikan kepada responden

Sumber: peneliti
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa dominan responden berada diluar daerah Jl. Delima yang
berarti tawuran masih sangat marak dan meresahkan bagi sebagian penduduk di Kota Pekanbaru. Diagram
menunjukkan bahwa 69,2% responden berasal dari luar daerah Jl. Delima dan 30,8% responden berasal dari daerah
Jl. Delima.

Gambar 2: Wawancara dengan informan 1 (warga sekitar Jl. Delima)

Sumber: Hasil Penelitian, 2021


Berdasarkan data yang diperoleh dari G-Form yang sudah diberikan pada responden, 100% dari mereka setuju
dengan pendapat bahwa tawuran antar pelajar cukup meresahkan. Ini membuktikan bahwa tawuran antar pelajar
benar benar meresahkan bagi penduduk sekitar daerah Jl. Delima maupun diluar daerah Jl. Delima. Ini juga
membuktikan bahwa penduduk benar benar merasa tawuran antar pelajar merupakan permasalahan sosial yang
mengancam keselamatan warga sekitar.

Gambar 3: Wawancara dengan informan 2 (warga sekitar Jl. Delima)

Sumber: Hasil penelitian, 2021


Berdasarkan data yang sudah diberikan kepada responden, 100% dari mereka setuju bahwa pelajar merupakan
dominan yang mendalangi setiap permasalahan tawuran antar pelajar. Ini membuktikan bahwa faktor terjadinya
tawuran memang karena remaja-remaja yang masih mempunyai tingkat penasaran yang tinggi pada hal-hal kriminal
juga beberapa faktor pemicu.

Gambar 4: Wawancara dengan informan 3 (warga sekitar Jl. Delima)

Sumber: Hasil penelitian, 2021


Berdasarkan data yang sudah diperoleh, 92,3% diantaranya setuju bahwa pemicu terjadinya tawuran antar pelajar
adalah kurang nya perhatian orang tua terhadap anak. 7,7% diantara nya tidak seyuju bahwa pemicu terjadinya
tawuran dikarenakan oleh kurang nya perhatian orang tua pada anak. Hal ini membuktikan bahwa faktor lainnya bias
menjadi pemicu terjadinya tawuran seperti pengaruh media massa, kurangnya kepedulian terhadap norma noma,
dan alasan lainnya.

Gambar 5: Wawancara dengan informan 4 (warga sekitar Jl. Delima)

Sumber: Hasil Penelitian, 2021


Berdasarkan hasil data yang diperoleh, sebanyak 92,3% dari responden setuju bahwa tawuran sangat berdampak
bagi warga sekitar. 7,7% diantaranya tidak setuju bahwa tawuran antar pelajar berdampak pada lingkungan sekitar.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa penduduk merasa hal itu cukup mengganggu namun tidak semua nya yang
merasa terganggu akan peristiwa sosial tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan proses yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tawuran antar pelajar
benar benar masih sangat banyak terjadi di Kota Pekanbaru terkhusus pada Jl. Delima. Pada daerah diluar Jl.
Delima pun merasakan bahwa tawuran masih sangat marak terjadi. Tawuran antar pelajar juga benar benar
meresahkan bagi peduduk setempat dikarenakan kerusakan hingga kerugian yang didapat penduduk sekitar karena
tawuran antar pelajar ini. Faktor-faktor pemicu dari tawuran ada banyak sekali, satu diantaranya yaitu disebabkan
oleh kurang nya perhatian orang tua terhadap anak. Salah satu penyebab tersebut merupakan penyebab utama
yang sangat sering dibahas. Namun dari hasil pengisian kuisioner, penduduk sekitar tidak sepenuhnya sepakat akan
faktor pemicu tersebut. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa masih sangat banyak faktor-faktor penyebab
tawuran terjadi.

Tidak hanya itu, pelajar menjadi pilihan penduduk sekitar sebagai dominan yang melatarbelakangi terjadinya
tawuran. Mengingat faktor terjadinya tawuran antara lain, terpengaruh oleh lingkungan, tekanan teman sebaya, dll
yang menyebabkan terjadinya tawuran yang didalangi oleh remaja di Pekanbaru. Selanjutnya dari hasil pengisian
kuisioner, penduduk sekitar sepakat bahwa tawuran sangat berdampak pada daerah di Jl. Delima.
Daftar Pustaka

Saryono, 2010. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Alfabeta, Bandung.

Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik: Membangun Generasi Muda yang Mampu Menyelesaikan
Konflik Secara Damai. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek.

Sofyan S. Willis, 2014. Remaja dan masalahnya : Mengupas berbagai bentuk kenakalan remaja narkoba, free sex
dan pemecahannya. Penerbitan Bandung : Alfabeta, 2014

Dr. Kartini Kartono, 2007. Psikologi Anak.

http://eprints.umpo.ac.id/4506/2/c.%20BAB%20II.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/900/4/4_Bab1.pdf

https://pelayananpublik.id/2021/08/30/apa-itu-tawuran-faktor-penyebab-jenis-dan-cara-mengatasinya/

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/3301/pdf_2

https://www.merdeka.com/sumut/7-penyebab-tawuran-antar-pelajar-dan-upaya-untuk-mengatasinya-penting-
diketahui-kln.html

https://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/hisbah/article/view/121-06

http://etheses.uin-malang.ac.id/1713/5/06410033_Bab_2.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/4528/2/1HK09838.pdf

Anda mungkin juga menyukai