Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR LINGKUNGAN DAN PENGARUH PERGAULAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN DI KALANGAN

PELAJAR

BAB.I

PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Pelajar sebagai bagian masyarakat yang terdidik mempunyai kedudukan yang cukup strategis, karena
sebagai calon inteletual muda mereka mampu menjadi agen perubahan sosial (social change ), sekaligus
pemberdayaan masyarakat. Sejarah peran pelajar seperti (KAPPI) telah menunjukkan betapa pentingnya
peranan pelajar sebagai motor penggerak sebuah perjuangan. Namun di sisi lain pelajar juga
mengemban tugas berat untuk kehidupan masa depannya, untuk itu pelajar perlu memberdayakan
dirinya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan jaman, kenakalan dan kejahatan oleh remaja
semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Kartini Kartono, (1986 : 3). di
kota-kota industri dan kota besar yang berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih
banyak daripada masyarakat primitif atau di desa-desa. Dengan demikian ada korelasi antara kemajuan
industri dan perkembangan kota dengan meningkatnya berbagai tindak kejahatan, termasuk tindak
kejahatan oleh remaja dan pelajar

Gangguan pada remaja (childhood disorders) akan menimbulkan gangguan pada diri pelakunya dan
masyarakat, yang bila tidak segera diatasi akan berkembang menjadi kejahatan remaja (juvenile
delinquency). Menurut Kartini, (1986 : 4) kejahatan yang dilakukan remaja pada intinya merupakan
produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Selanjutnya
perbuatan ini juga dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Karena penyakit
sosial adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum,
adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Gejala ini
hampir selalu terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka disebut sebagai pathologi sosial, yang
menyebabkan struktur sosial terganggu.

Gangguan terhadap pemuda remaja atau pelajar akan mudah terjadi karena biasanya anak-anak remaja
kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan standar tingkah lakunya sendiri dan egoistis, serta
terkadang suka meremehkan orang lain. Tindakan yang menyimpang ini dilakukan, pada umumnya
disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu
dengan disertai kekerasan dan agresi. Kekerasan terjadi dimulai dari perbedaan pendapat dan
selanjutnya konflik dan puncaknya kekerasan fisik. Pada diri remaja kekerasan fisik selalu menonjol
karena gejolak darah mudanya lebih besar.

Sedangkan munculnya perilaku kekerasan pada khususnya, dan perilaku menyimpang pada umumnya,
menurut Sutomo, (1995 : 31) bukan berarti pelakunya tidak mengetahui aturan, maka pertanyaan
penting adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu bahwa yang dilakukan
adalah melanggar aturan., Berbicara tentang motif yang mendorong mereka melakukan tindak
kekerasan ada beberapa faktor antara lain :

1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.

2. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual.

3. Salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya.

4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru.

5. Kecenderungan pembawaan yang pathologis atau abnormal.

6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang
irrasional.(Kartini Kartono, 1986 :10).

Dari pendapat tersebut diatas, faktor situasi atau lingkungan dan pengaruh pergaulan cukup penting
dalam memberikan dorongan akan munculnya perilaku kekerasan dalam diri remaja.

Sementara menurut pendapat Emil H. Tambunan, (1982 : 23) bahwa beberapa faktor dari luar turut
mempengaruhi anak itu, faktor dari luar itu termasuk lingkungan, atau masyarakat setempat. Jadi
masalah kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari
masalah-masalah sosial lainnya yang dihadapi masyarakat Soejono Soekanto, (1976 : 12). Dengan
demikian berbicara mengenai faktor penyebab kenakalan remaja tidak terlepas dari keadaan
masyarakat, maka masyarakatlah yang menentukan baik buruknya remaja.

Dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku
kekerasan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan dengan berbagai keterbatasan baik waktu, tenaga,
kesempatan dan dana, sehingga tidak mungkin meneliti semua faktor penyebab munculnya perilaku
kekerasan di kalangan pelajar. Disamping itu, kedua faktor tersebut secara nyata banyak dikaitkan
dengan munculnya kekerasan. Dalam hal ini adalah situasi lingkungan dan pergaulan yang yang
mengalami gangguan, seperti timbul keretakan hubungan sosial akibat tidak ada kesesuaian antara
harapan dan kenyataan. Karena kenakalan remaja terutama terjadi karena tidak ada persesuaian cita-
cita remaja dengan sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Terlebih lagi di era sekarang ini, semakin sulit seseorang bisa memperoleh berbagai sarana yang
dibutuhkan, sebagai akibat munculnya ketidak-adilan dan ketimpangan sosial yang semakin tajam.
Pergolakan dan pertikaian di lingkungan masyarakat ini terkadang juga menjengkelkan bagi remaja,
sehingga melakukan semacam perlawanan dan pemberontakan, maka perilaku kekerasan tidak bisa
dihindari. Demikian juga pergaulan remaja yang semakin tidak terkontrol oleh orang tua juga semakin
nyata terjadi, sehingga timbul dampak yang kurang baik, bahkan dapat menjerumuskan remaja dalam
berbagai tindak kriminal.

Dalam hal ini difokuskan remaja pelajar, karena seharusnya pelajar dapat memberikan contoh baik bagi
remaja pada umumnya sebagai generasi penerus calon inteletual, namun kenyataannya justru pelajar
yang sering memberikan contoh adanya kekerasan, seperti munculnya perkelahian pelajar. Pelajar
seharusnya jauh dari perilaku kekerasan, tetapi kenyataannya justru banyak melakukan tindakan
kekerasan dan pelangaran ketertiban lainnya. Kesenjangan inilah yang menarik untuk dilakukan
penelitian dan kajian tentang perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Secara normatif kedudukan pelajar
di mata masyarakat diposisikan tinggi dibanding remaja lain yang tidak sekolah, maka idealnya
mempunyai sikap dan perilaku yang terpuji dan jauh dari perilaku kekerasan fisik.

B. Rumusan Masalah

Titik tolak penelitian selalu berangkat dari masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat
dilaksanakan. Menurut Sutrisno Hadi, (1973 : 4) masalah adalah kesulitan-kesulitan dalam menghadapi
sesuatu, adapun masalah umumnya bersumber dari sebab yakni : orang kurang tahu memecahkan
masalah dan orang kekuaranangan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah itu.

Sedangkan menurut Winarno Surachmad, (1990 :34) masalah adalah setiap kesulitan-kesulitan yang
menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus bisa dirasakan sebagai suatu rintangan
yang harus dilalui. Dengan demikian masalah menuntut adanya pemecahan masalah, dan salah satunya
dengan jalan penelitian, maka salah satu tujuan penelitian adalah memecahkan masalah.

Selanjutnya menurut Muhammad Hatta (1967 : 14) mengemukakan bahwa ; masalah adalah kejadian
atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kita tentang kedudukannya, orang tidak puas
hanya dengan melihat saja melainkan ingin mengetahuinya lebih dalam. Dengan dirumuskannya
masalah, maka akan memudahkan dalam penyelesaian masalah.

Disusunya rumusan masalah bertujuan untuk membatasi penelitian dalam fokus tertentu sesuai dengan
topik penelitian. Fokus penelitian ini untuk membatasi peneliti dalam memperoleh data-data akurat
karena dengan fokus seorang peneliti mengetahui persisi data mana yang perlu dikumpulkan dan data
mana tidak diperlukan.

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut :

“Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di
kalangan pelajar.?
BAB .II

KAJIAN PUSTAKA
Sebelum membahas lebih lanjut variabel-variabel dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan dulu
tentang konsep dan teori. Menurut Kerlinger, (1977 : 14) teori adalah segugus konsep, definisi dan
proporsi yang berhubungan yang menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang gejala dengan
merinci hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan meramalkan fenomena . Sedangkan
menurut Sofian Effendi, (1987 : 12) sarana pokok utama untuk menyatakan hubungan sistematis antara
fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian yang logis dari satu
proporsi atau lebih .

Jadi teori adalah serangkaian hubungan yang sistematis antara gejala atau fenomena sosial maupun
alami yang hendak diteliti dengan proporsi yang logis dan merupakan pasangan mengenai gejala serta
menerima hubungan antara gejala sosial dan observasi yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini akan
dipaparkan teori tentang : perilaku kekerasan di kalangan pelajar, situasi lingkungan, teman pergaulan
dan pernan keluarga:

1. Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar.

Perilaku kekerasan pelajar adalah bagian dari kenakalan remaja pada umumnya, dalam hal ini sebagai
perilaku remaja yang melanggar aturan, norma atau moral masyarakat, yang menimbulkan konflik
antara pribadi atau kelompok-kelompok pribadi atau dengan masyarakatnya. Diantara ciri utama
perilaku nakal adalah anti sosial, yang antara lain berbentuk vandalisme (perilaku iseng yang
menimbulkan gangguan), perilaku merusak harta benda, melanggar tata tertib, membolos, narkoba,
perkelahian atau tindakan kekerasan. Segala perilaku tersebut bila dibiarkan bisa menjadi tindakan
kriminal.

Generasi muda merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia yang telah ditempatkan posisinya
sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional.
Idealnya perilaku generasi muda yang sebagian besar pelajar, adalah sesuai dengan norma-norma
hukum yang berlaku, bukan sebaliknya bertindak menyimpang dari norma-norma yang ada. Dalam
kehidupan remaja atau pelajar selalu dihadapkan pada tiga kutub yakni peran keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat. Sedangkan interaksi dari ketiga kutub itu akan menentukan perilaku pelajar itu
positif atau negatif. Skema dibawah dapat menerangkan fenomena tersebut :
Menurut Kartini Kartono (1986 : 111), penyebab munculnya tindakan kekerasan di kalangan remaja dan
pelajar adalah dua faktor : faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau endogen berlangsung lewat
proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi pengaruh dari luar.
Tingkah laku remaja atau pelajar merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar dalam
bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.

Para pelajar dengan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang salah dalam bentuk aggresi,
pelanggaran, perkelahian, kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Pelajar sebagai yang berjiwa muda
terkadang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kesulitan
yang dihadapi. Terlebih lagi dihadapkan pada pengaruh dunia luar yang secara kualitas meningkat,
seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi.

Menurut Kusnadi (1995 : 307), Masalah perkelahian pelajar tampaknya cenderung menjadi
permasalahan kian dilematis belakangan ini. Hal ini sulit dibasmi karena suasana dilematis dan klasik
dimana pemuda mudah emosional. Namun disisi lain, lingkungan semakin tidak mendukung
terkendalinya sifat emosional pemuda. Hal ini sangat kurang diperhatikan oleh para orang tua, sehingga
di kota-kota besar perkalihan pelajar cenderung meningkat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Yang
menjadi persoalannya bukan pada baku hantamnya, tetapi kadang-kadang akibat yang ditimbulkan yang
menjurus pada tindak kekerasan fisik dan pengrusakan berbagai fasilitas umum.

Dalam banyak kasus, perkelahian pelajar terkadang disebabkan masalah-masalah yang sepele, dari
masalah “cewek”, ejek-mengejek sepulang sekolah, sampai masalah kericuhan pertandingan antar
sekolah. Tidak jarang pula, diluar jam-jam sekolah, banyak pelajar yang bergerombol , kongkow-
kongkow, sehingga mengundang keisengan yang pada gilirannya menjadi awal perkelahian pelajar.
Demikian pula banyaknya waktu luang bagi siswa, besar kemungkinan menjadi faktor penyebab
perbuatan macam-macam. Apalagi kurikulum pelajar menengah yang kurang dirangsang pada kegaiatn
ekstrakurikuler yang sifatnya ilmiah, namun justru kegiatan kurikuler berbentuk kegitan yang
memancing terjadinya keributan, seperti pertandingan olah raga.

Pendapat lain dikemukakan oleh Melly G. Tan (1995 : 308), dewasa ini telah terjadi dehumanisasi yang
merasuki sebagian pelajar akibat pengaruh kuatmedia informasi, baik film maupun media massa. Dalam
hal ini pengaruh film-film yang kurang mendidik yakni penuh adegan vulgar, sadis, penuh kekerasan,
serta adegan banyolan konyol yang merupakan sumber ejek-mengejek. Bahkan pengaruh film kelabu
juga dapat mengakibatkan efek berantai terhadap sifat dasar remaja yang selalu ingin tahu dan
mencobanya. Pengaruh alkohol dan narkoba, selalu dimulai coba-coba dan ingin tahu, tetapi kemudian
menjadi kecanduan. Bila hal ini terjadi maka sulituntuk bisa mengendalikan diri dan terjadilah berbagai
tindakan kekerasan.

Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis, adalah
perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak remaja.
Muncullah berbagai tindakan kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan tindakan kriminal lainnya.
Dalam kajian faktor eksternal sebagai penyebab tindakan kriminal dapat dibedakan dalam faktor :
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan alam sekitarnya.

Remaja atau pelajar yang masih dalam pancaroba mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus, antara lain
: rasa kasih sayang, rasa aman, rasa dihargai, rasa kebebsan yang sesuai dengan masanya, rasa ingin
tahu, ingin mengenal, serta ingin belajar dan mempelajari sesuatu yang baru. Dalm kenyataannya, sering
kebutuhan para pelajar tidak terpenuhi karena terhalang oleh keadaan diri sendiri, keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Bila dalam diri pelajar sanggup menyesuaikan diri dalam menghadapi problem-
problem, maka akan berkembang secara wajar. Namun sebaliknya jika tidak mampu beradaptasi
terhadap berbagai permasalahan, maka keadaan emosinya terganggu, dan terjadilan berbagai tindak
kekerasan di kalangan pelajar.

2. Situasi Lingkungan

Situasi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan cenderung juga akan menimbulkan perilaku
menyimpang dan kerawanan sosial. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah hiburan malam yang
berlebihan, minum-minuman keras dan narkoba, prostitusi, pornografi dan tindakan kekerasan lainnya.
Pelajar merupakan generasi muda yang lahir dari keluarga yang tumbuh dan berkembang, serta
berinteraksi dalam lingkungan pergaulan masyarakat, akan berreaksi dan memberikan respon terhadap
situasi yang terjadi pada lingkungannya.

Menurut pendapat Gerungan ( 1991 : 82), situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai pengaruh
tertentu terhadap kegiatan-kegiaan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang sama apabila
dalam keadaan sendirian; yakni situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyama-ratakan
pendapat-pendapat orang yang ada di dalamnya. Jadi situasi sosial seseorang akan mempengaruhi
proses yang berlangsung dalam diri individu, baik dalam keputusan, perilaku maupun tindakan yang
dilakukan.

Kondisi keluarga atau orang tua dapat diartikan dalam konteks yang luas yakni tidak hanya orang tua di
rumah, melainkan juga di luar rumah. Peran orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam upaya
pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang remaja atau pelajar. Keluarga harus menciptakan
suasana yang kondusif bagi perkembangan sehat remaja, yakni suasana keluarga yang harmonis
(sakinah). Sebaliknya keluarga yang tidak baik atau harmonis, maka resiko anak mengalami gangguan
kepribadian dan perilaku menyimpang lebih besar, kondisi keluarga yang dimaksud sebagai berikut :
broken home, kesibukan orang tua yang melupakan keluarga, hubungan interpersonal yang buruk dan
keluarga kurang kasih sayang.

Lingkungan keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan
sivilisasi pribadi anak. Karena di tengah keluarga anak belajar mengenal makna cinta kasih, simpati,
loyalitas, ideologi, bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh menentukan pada
pembentukan watak dan kepribadian anak, dan menjadi unit sosial terkecil yang memberikan pondasi
primer bagi perkembangan anak Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak baik atau
buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak.
Adapun indikator lingkungan keluarga yang kurang mendukung antara lain : ada tidaknya kondisi broken
home, perlindungan yang berlebihan terhadap anak (memanjakan),penolakan orang tua (orang tua tidak
bertanggung jawab), pengaruh buruk dari orang tua, sehingga anak ikut-ikutan.

Sedangkan lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dirunut dari
beberapa aspek, yang antara lain : bangunan tidak memadai, kurang ada tempat bermain, dan berbagai
sarana yang terbatas. Akibatnya anak-anak remaja merasa tertekan, apalagi kurikulum yang belum
memadai, sehingga kegiatan sekolah hanya duduk dan dengar, tanpa ada kegiatan yang lain. Disamping
itu, masyarakat sekitar sekolah juga cukup besar pengaruhnya, sebagai misala lingkungan sekitar SMK
Negerei 1 Kalabahi adalah komplek pedagang kakilima, di juga komplek Stadion Kalabahi yang penuh
hiruk pikuk juga akan berdampak pada sikap dan perilaku pelajar SMK Negeri 1 Kalabahi

3. Teman Pergaulan

Sejak individu itu dilahirkan di dunia ia selalu berinteraksi dengan individu-individu yang lain di dalam
kelompoknya, sehingga dapat membentuk individu menjadi person dan mengubah sifat-sifat aslinya
menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Hal-hal tersebut terjadi pada suku-suku yang masih sederhana maupun
orang-orang modern yang hadir di kota-kota besar selalu berinteraksi diantara teman pergaulan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pergaulan merupakan suatu hubungan yang meliputi tingkah laku
individu. Menurut Sherif dan Sherik (1991 : 94), pergaulan adalah suatu unit sosial terdiri dari dua atau
lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga individu
itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu.
Pergaulan bila disorot secara khusus akan memberikan gambaran yang berbeda-beda. Akan terlihat
adanya pergaulan yang hanya bersifat sementara, menengah sampai dalam jangka waktu yang cukup
panjang.

Demikian pula sifat pergaulan yang tidak selalu sama, ada pergaulan yang menggambarkan hubungan
reaktif saja, seolah-olah hubungan antara dua individu atau lebih hanya terjalin hubungan yang bersifat
aksi dan reaksi saja. Namun menurut Gunarsa Singgih ( 1977 : 35), ada pula pergaulan dimana individu-
individu yang bersangkutan aktif dan kreatif menciptakan hubungan dimana masing-masing memajukan
taraf kehidupannya dan saling menyempurnakan martabatnya. Di samping itu pula ada pergaulan yang
bentuknya cenderung bersifat ekspresif, artinya pergaulan yang terjadi karena keinginan untuk
mengekspresikan jiwa muda seseorang, yang dalam hal ini kecenderungannya kurang positif, misalnya
hura-hura.

Adapun peranan pergaulan dapat kita lihat seperti dikemukakan oleh Baruman PJ (1981 : 21) bahwa,
pergaulan itu mempunyai peranan sebagai seluruh pembaharuan kemasyarakatan tiap orang dapat
berkembang, jadi sebagi penolong terbentuknya pribadi orang. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan
bahwa pentingnya pergaulan adalah dapat menambah perbagai pengetahuan dan wawasan, sehingga
terbentuk sikap dan kepribadian baik itu bersifat positif maupun kurang positif. Jadi pengaruh interaksi
dari berbagai individu dalam suatu kelompok atau lingkungan pergaulan akan berpengaruh pada sikap
individu atau generasi muda.
Diantara wadah kelompok pergaulan antara lain adalah kelompok bermain, kelompok persahabatan dan
kelompok kerja yang kecil, dimana setiap anggota mempunyai ikatan yang erat. Setiap individu dalam
kelompok ini menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya, mungkin ia menyukai atau
menghormati mereka atau mungkin pula karena ia ingin sama dengan mereka. Jadi kelompok pergaulan
itu mensosialisasikan anggota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka untuk
menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku yang dianut oleh kelompok itu. Seseorang
mungkin menjadi tertarik pada sesuatu perbuatan atau melakukan perbuatan tertentu karena teman-
temannya berbuat begitu.

Kelompok pergaulan merupakan salah satu dari beberapa kelompok yang ada pada kelompok sosial.
Kelompok sosial dapat digolong-golongkan pula ke dalam macam-macam jenis yaitu kelompok primer
dabn kelompok sekunder. Dalam kelompok primer itu terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan
lebih erat antara anggotanya daripada kelompok sekunder. Kelompok primer ini juga disebut face to
face group, yakni kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan langsung, saling
mengenal dari dekat, dan karena itu saling berhubungan erat. Contohnya adalah keluarga, kelompok
bermain, kelompok pergaulan dan sebagainya. Sedangkan kelompok pergaulan sekunder menurut
Gerungan ( 1996 : 85), adalah kelompok yang berhubungan tidak langsung, berjauhan dan formil dan
kurang bersifat kekeluargaan, misalnya partai politik, serikat kerja dan sebagainya.

Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal atau
kelompok resmi dan tidak resmi. Ciri-ciri kelompok formal lebih mirip dengan interaksi kelompok
sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan objektif rasional. Contohnya semua perkumpulan yang
mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sedangkan kelompok informal menurut
gerungan, (1996 : 87) adalah mirip dengan interaksi kelompok primer dan bersifat kekeluargaan dengan
corak simpati. Contohnya sekelompok kawan-kawan atau keluarga, dan kelompok pergaulan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok pergaulan masuk dalam kelompok primer, dan
memiliki ciri-ciri sebagai kelompok informal. Kelompok pergaulan merupakan suatu hubungan antara
manusia yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi pergaulan ini acap kali menimbulkan persoalan,
sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Namun bila hubungan ini bisa
dikendalikan, maka mempunyai peran yang positif pula.

Adapun peran positif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 75) antara lain :

1. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu kelompok tertentu, hal mana
penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.

2. Rasa aman yang ditimbulkan karena individu tersebut diterima oleh kelompoknya akan menimbulkan
dorongan untuk hidup secara mandiri, artinya tidak tergantung pada siapapun.

3. Di dalam kelompok tersebut individu dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takutnya, rasa kawatir,
rasa gembira dan lain sebagainya, dengan pendapatnya yang wajar dari rekan-rekannya sekelompok.
4. Kelompok memungkinkan individu mengembangkan kemampuan dalam ketrampilan-ketrampilan
sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

5. Lazimnya suatu kelompok mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong
individu untuk bersikap tindak secara dewasa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila kelompok pergaulan itu dikelola secara baik, maka
akan mempunyai peran yang cukup baik bagi generasi muda.

Namun dibalik peranan-peranan yang positif itu, harus dipertimbangkan pula bahwa
kemungkinantumbuhnya peranan yang negatif tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-
peranan negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru dan pihak-pihak
lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik. Adapun dampak
negatif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 76) antara lain :

1. Kelompok mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok,
hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil.

2. Kelompok mendorong terjadinya individualisme, oleh karena rasa kepatuhan yang dikembangkan
secara pribadi.

3. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang berasal dari keluarga kurang
mampu, erhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.

4. Kesetiaan erhadap kelompok kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang


tua, saudara atau kerabat.

5. Kelompok merupakan suatu bentuk kelompok yang tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga
penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.

6. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan
yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang
berbeda latar belakangnya.

7. Kadang-kadang ada yang menghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi kelompok.

8. Tuphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.

Dengan demikian terkadang kelompok pergaulan juga menimbulkan kesulitan bagi para pelakunya,
karena dapat mengganggu kelancaran hidup, bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa yang
menghambat dan merugikan perkembangan individu yang bersangkutan.

Setiap individu dalam pergaulan tidak selalu dapat disamakan, karena setiap individu mempunyai
kepribadian dasar masing-masing yang sesuai dengan sifat, latar belakang yang berbeda-beda untuk
setiap orang. Dengan demikian setiap pribadi akan menampilkan dengan cara yang berbeda. Perbedaan
adalah penampilan yang khas, itulah yang menjadi sebab daripada tindak tanduk setiap individu yang
beraneka ragam dan menyulitkan pengertian orang lain. Maksud dan indak tanduk seseorang tidak
mudah ditafsirkan oleh orang lain, bahkan bagi diri sendiri hal ersebut sering tersembunyi dan tidak
disadari, dan terjadilah salah paham.

Akhirnya salah paham dan salah pengertian hanya akan menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan
kekerasan fisik. Untuk menhindari kejadian tersebut, harus diperhatikan beberapa faktor dalam
pergaulan sebagai berikut :

1. Pengenalan individu lain : mengenal individu lain bahwa tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal
individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah
membentuk individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.

2. Pengertian terhadap individu lain : mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan
latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan tersebut perlu
diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.

3. Dalam pergaulan, pada setiap individu perlu adanya keterbukaan dari menerima, melalui
pertimbangan, apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk ilmu, pendapat dan pandangan,
membuka jalan pikirannya supaya dapat dimengerti oleh orang lain demi satu kelancaran komunikasi
yang baik.

Dengan demikian seseorang mau masuk dalam kelompok pergaulan harus dapat memahami, menerima
akan adanya perubahan-perubahan serta adanya peraturan. Bagi generasi muda, kelompok pergaulan
ini sangat efektif untuk transformasi berbagai pengetahuan, termasuk didalamnya tindakan dan perilaku
pelanggaran dan kekerasan.

BAB .III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Lolasi yang menjadi objek penelitian adalah di SMK Negeri 1 Kalabahit tentang Faktor Lingkungan dan
Pengaaruh Pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar (Suatu Survei) terhadap Siswa
SMKNegeri 1 Kalabahi di Desa Lendola Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi-NTT. waktu
penelitian dilaksanakan mulai bulan 1 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2011

B. Jenis Dan Metode Penelitia

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif karena dalam
penelitian peneliti berupaya menggambarkan,memaparkan penyebab faktor lingkungan dan pengaruh
pergaulan terhadap perilaku kekerasan dikangan remaja.sebagaimana dikemukakan oleh Hadari Nawawi
dan Mimi Martini (1996 :73),bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memecahkan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan objek penelitian.

C.Subjek Penelitian

Untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya perilaku tindak
kekerasan yang dilakukan oleh remaja pelajar,pemilih dan menentukan subjek penelitian.Dalam
penelitian ini teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik purposive,yaitu
penentuan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan atau criteria tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian berdsarkan atas kriteri-kriteria dengan
tujuan agar subjek penelitian tersebut dapat memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya. adapun
yang menjadi kriteria penelitian dalam menentukan subjek penelitian ini adalah : perilaku kekerasan
dikalangan pelajar dilakukan dengan pembinaan secara periodic

D.Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Untuk memperoleh data reprensentatif maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara.Menurut Lexy J.Moleong (2002 :135) wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu Pewawancara,yang mengajukan pertanyaan
(interviewer) dan yang diwawancara (interviewee ).wawancara akan dilakukan kepada anak didik yang
telah melakukan tindakan kekerasan untuk mendapatkan data langsung dari subjek penelitian

Sedangkan teknik yang dipergunakan untuk wawancara ini adalah teknik wawancara bebas terpimpin
yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan jadi masih di mungkinkan adanya variasi pertanyaan yang
disesuaikan dengam situasi ketika wawancara berlangsung agar tidak terkesan kaku.peneliti melakukan
wawancara bebas terpimpin agar nantinya dalam pelaksanaan dan untuk pendalaman yang lebih lanjut
dari pentingnya penelitian.

2. Dokomentasi

Metode dokomentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, nutulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Sumarsini Arikento, 2002 : 2006)
dokumen berkaitan dengan masalah penelitihan ini diperoleh di SMK negeri 1 Kalabahi.dokumen
tersebut yaitu segala dokumentasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan pengaruh
pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.seperti latar belakang keluarga remaja
pelajar perilaku tindak kekerasan,latar belakang semua data yang berhubungan dengan status remaja
pelajar.
E.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis induktif.analisis ini menilai dan
menganalisis data-data yang telah di fokuskan yaitu faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap
perilaku kekerasan di kalangan pelajar di SMK Negeri 1 Kalabahi.analisis induktif digunakan dengan cara
menganalisis hal-hal khusus untuk selanjutnya di tarik kesimpulan yang objektif sesuai dengan fakta di
data, di angket untuk mudah pengembangan dua atau lebih kemudian hasil akhir lalu dikualifikasikan
kembali (Suharsini Arikento,1992 : 208) langka-langka menganalisis data untuk menghasilkan
kesimpulan induktif pada penelitian kualitatif meliputi reduksi,kategorisasi,dan unitisasi,display data,dan
pengambilan kesimpulan.proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian
berlangsung dengan pelajari data yang diperoleh dalam penelitian secara apa adanya kemudian di
interpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan prinsip
induktif.analisis induktif ini digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus kemudian ditarik
kesimpulan umum dan objek,dengan demikian peneliti berangkat dari hal-hal yang harus untuk
memperoleh kesimpulan umum.Adapun proses atau langka-langka yang diambil dalam analisis data
(Sampiah Faisal 2001:256-258) ini adalah :

1. Reduksi Data .

Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi merupakan data urutan yang bersifat acak-
acakan,untuk itu penelitimelakukan pemecahan dat relavan untuk disajikan dengan memilki data yang
dapat menjawab permasalahan mengenai factor penyebab factor lingkungan dan pengaruh pergaulan
terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

2 . Unitisasi Kategorisasi.

Data yang telah disediakan di pilih tersebut kemudian disusun secara sistimatis kedalam unit-unit sesuai
dengan sifat masing-masing dengan data menonjolkan hal-hal pokok dan penting unit data yang telah
dikumpul,dipilih kembali dikerjakan sesuai kategori yang ada sehingga dapat mengahasilkan gambaran
yang jelas.

3 Display Data.

Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi mengadakan laporan sistimatis.dat
disajikan dalam bentuk narasi berupa infomasi mengenai penyebab faktor lingkungan dan pengaruh
pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar

4. Penelitian Kesimpulan

Dengan melihat kembali tujuan yang dicapai mak data yang telah dikumpulkan ditarik kesimpulan
dengan menggunakan metode induktif untuk memperoleh data yang objektif kesimpulan tersebut
kemudian diverifikasikan dengan cara melihat kembali tidak menyimpang dari permasalahan peneliti.
BAB .IV

Kesimpulan Dan Saran

A.Kesimpulan

Setelah mempelajari dan menelaa dari berapa kajian literaratur ini bahwa faktor lingkungan dan
pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekarasan dikalangan pelajar oleh bebarapa pendapat masih
sangat relavan dengan kondisi saat ini oleh karena itu orang tua, guru, dan masyarakat mempunyai
peranan dan tanggung jawab yang strategis mengawasi serta memberi perhatian yang sesunggunya
dalam segala aktivitasnya merupakan komunikasi efektif melakukan hubungan interaksi social baik
secara internal maupun eksternal terhadap suatu keinginan/tindakan terhadap diri maupun terhadap
orang lain itu benar-benar suatu hal yang sangat positif sehingga harapan dan keyakinan masa depan
anak itu memiliki nilai dan moral yang baik terhadap dirinya maupun orang lain, terlebih lagi bagi orang
tua maupun keluarga.

Hal ini dapat dilakukan sedini mungkin.melalui berbagai pembinaan skala periodik dapat membentengi
penyimpangan perilaku moral agar anak tidak dilematis mengambil suatu keputusan/tinadakan moral
untuk mencapai suatu keinginan atau, dan tindakan itu tidak terjebak dalam hal-hal negative akibat dari
suatu kemajuan arus perubahan globalisasi.maka orang tua perlu menyadari bahwa ekspresi anak dalam
mengaktualisasikan diri dalam berbagai hal semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak
dalam situasi sekarang ini adalah sebuah kemajuan yang penuh dengan persaingan harus diterima
dengan positif namun dibalik dari itu akan membawa suatu respons rasa ketidak puasan atau
kekecewaan anak terhadap keinginan, tidak dicermati dengan baik maka hal itu akan membawa dampak
psikologis bagi anak membrotak membuat mental perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral
meninggalkan rasa kesal dan tertekan batinia bila ia rasa aman mecari teman untuk menyelesaikan
probelema sosial

B.Saran.

1. Bagi Masyarakat :

a. Diperlukan usaha penciptaan kondisi keluarga yang baik di segala bidang seperti peningkatan
kesejateraan keluarga dan pembinaan melalui pendidikan agama dapat di intensipkan
b.Di perlukan pengawasan,perlindungan dan pembinaan terhadap pertumbuhan dan kepribadian anak
agar perkembangan mental dan fisiknya serasi,selaras dan seimbang

2. Bagi Pemerintah :

Diperlukan kerjasama dan upaya pemerintah untuk menekan seminimal mungkin potensi yang
menyebabkan terjadinya kekerasan yang terjadi di kalangan antar pelajar melalui instansi-instansiyang
terkait dengan pendidikan anak

3 Bagi Mahasiswa :

• Mahasiswa sebagai generasi muda pemikir dan pembaharu harus selalu tanggap dan kritis serta
memberi solusi terhadap setiap fenomena –fenomena social yang terjadi di sekitar kita terutama masala
yang menjadi sasaran objek komersilisasi hak anak

• Penulis menyadari bahwa proposal penelitianTentang Faktor Lingkungan Dan Pengaruh Pergaulan
Terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar ini masih ada kekurangan dalam penulisan sehingga
belum memenuhi harapan para pembaca, untuk lebih menyempurnakan dalam penulisan ini
maka,segala usul saran, kritik,maupun pendapat dari teman-teman yang sifatnya konstruktif penulis
sangat mengharapkan, terima kasih….Amin

DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Buku
Bambang Y.Mulyana (1984 ) Pendekatan analisis kenakalan anak Remaja Jakarta Kanasius

Bambang Walgito (1982) Kenakalan anak Jogyakarta Yayasan Penerbit FakultasPsikologis UGM

Gerson W.Bawengan (1983) Masalah kejahatan dengan sebab akibat Bandung Pranya Pramita

Hari Suraji (1980) Teknik integral criminal Jakarta Aksara Baru dan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka
Pelajar

Jamil Salim,(2003).Kekerasan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Kartini Kartono (199) Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja Bandung Pradnya Pramita

Lexy JMoleong (2000) Metodeelogi penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja Rosdakrya.

Soedarsono (1990) Kenkalan Remaja Jakarta Renaka Cipta

Umiyati (1996) Skripsi Latar Belakang JogyakartaKenakalan RemajaUpaya pembinaan di Lembaga


Pemasyaraktan Anak Kutaarjo Yogjakarta : UNY

……………. ( Kitab Undang-Undang Pidana.Jakarta : Bina Aksara

……………. ( Kitab Undang-Undang Perdata Jakarta : Ghlaia Indonesia

B.Surat Kabar

Pos Kupang,…….

Tiomor Ekspres….

Alor Pos…………..

C.Perundang-Undangan

UU.No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Convention UU.No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak

UU.No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Keputusan Presiden No 36 tahun 1990 Tentang Pengesahan On The Right of the Child
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan
membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini
di tandai dengan globalissasi informasi di segala bidang dan semakin mudanya masyarakat untuk
mendapatkan berbagai macam informasi.

Salah satunya media informasi yang memberikan kemudahan dalam mencari informasi adalah internet,
kehadiran internet dengan berbagai fasilitasnya beragam semakin diminati oleh masyarakat.memang
harus kita akui dengan internet masyarakat bisa mendapat kemudahan dalam mengakses informasi
yang di perlukan dalam waktu cepat.dengan hadirnya internet menjadikan dunia kita tersa kecil,jarak
bukan lagi hambatan akan tetapi selain membawa dampak positif internet juga membawa dampak
negative salah satu dampak negative internet adalah terdapat situs porno di internet.fonomena
kehadiran situs situs porno ini mengawatirkan masyarkat bisa mengakses situs porno di bilik bilik warnet
akibat kemudahan dan kemurahan ini siapapun bisa menikmatinya termasuk anak anak.materi dalam
situs porno ini yang dilihat oleh anak anak akan terekam dan membawa pengaruh yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak mempengaruhi tindakan mereka itu merupakan hal yang
logis mengingat anak adalah golongan yang labil bergerak dan berkembang serta ingin tahu,ingin
mencoba dan ingin merekam meskipun itu merupakan tindakan negative secara psikologis seorang
remaja berusia 12-21 tahun

Anda mungkin juga menyukai