Anda di halaman 1dari 149

HUKUM PIDANA

HPI 10102
3 SKS

TIM PENGAJAR HUKUM PIDANA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

Depok, 30 Januari 2009

13/11/2019 1
KULIAH 1
• Arti dan Ruang Lingkup Hukum Pidana
• Sumber-sumber Hukum Pidana Di Indonesia

13/11/2019 2
SIFAT DAN TEMPAT HUKUM PIDANA

• HUKUM PIDANA ADALAH HUKUM


SANKSI ISTIMEWA

• HUKUM PIDANA SEBAGAI HUKUM


PUBLIK (privat ke publik)
• Mengatur hubungan antara individu
dengan masyarakatnya sebagai
masyarakat
13/11/2019 3
• Hukum pidana dijalankan untuk
kepentingan masyarakat;
• Dan hanya dijalankan dalam hal
kepentingan masyarakat benar-benar
memerlukan (ultimum remedium);
• Penuntutan tidak diserahkan kepada si
korban;
• Hubungan hukum bukan koordinasi tetapi
adalah subordinasi antara pelaku dengan
pemerintah
13/11/2019 4
Pengertian Hukum Pidana
Prof. Moeljatno

• Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan


hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan
dasar-dasar dan aturan untuk :
1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak
boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai ancaman
atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barangsiapa
melanggar larangan tsb;  Criminal Act
2) menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada
mereka yg telah melanggar larangan-larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana
yg telah diancamkan ;  Criminal Liability/ Criminal
Responsibility

13/11/2019 5
1) dan 2) = Substantive Criminal Law /
Hukum Pidana Materiil

3) menentukan dengan cara bagaimana


pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah
melanggar larangan tsb.  Criminal
Procedure/ Hukum Acara Pidana
4) menentukan bagaimana cara hukuman
sanksi dilaksanakan
eksekusi/penintensier
13/11/2019 6
Pengertian Hukum Pidana
Prof. Pompe

• Hukum Pidana adalah semua aturan-


aturan hukum yang menentukan terhadap
perbuatan-perbuatan apa yang
seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah
macamnya pidana/sanksi itu

13/11/2019 7
Pengertian Hukum Pidana
Prof. Simons

• Hukum Pidana adalah kesemuanya


perintah-perintah dan larangan-larangan
yang diadakan oleh negara dan yang
diancam dengan suatu nestapa (pidana)
barangsiapa yang tidak mentaatinya,
kesemuanya aturan-aturan yg
menentukan syarat-syarat bagi akibat
hukum itu dan kesemuanya aturan-aturan
untuk mengadakan (menjatuhi) dan
menjalankan pidana tersebut.
13/11/2019 8
Pengertian Hukum Pidana
Prof. Van Hamel

• Hukum Pidana adalah semua dasar-dasar


dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu
negara dalam menyelenggarakan
ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu
dengan melarang apa yang bertentangan
dengan hukum dan mengenakan suatu
nestapa/derita = hukuman /sanksi kepada
yang melanggar larangan-larangan
tersebut
13/11/2019 9
Ilmu Hukum Pidana & Ilmu-ilmu
bantu lainnya
• Kriminologi
• Kriminalistik
• Ilmu Forensik/kedokteran kehakiman
• Psikiatri Kehakiman
• Sosiologi Hukum
• Psikologi hukum

13/11/2019 10
KUHP dan Sejarahnya
• Andi Hamzah • Utrecht
- Jaman VOC -Jaman VOC
- Jaman Hindia -Jaman Daendels
Belanda -Jaman Raffles
- Jaman Jepang -Jaman Komisaris
- Jaman Kemerdekaan Jenderal
-Tahun 1848-1918
-KUHP tahun 1915 -
sekarang
13/11/2019 11
Jaman VOC
• Hukum kapal (hukum disiplin)
• Statuten van Batavia 1650
• Hk. Belanda kuno
• Asas2 Hk. Romawi

• Asas konkordansi Psl. 131


Ayat (2) sub a IS
• Di daerah lainnya berlaku
Hukum Adat
• mis. Pepakem Cirebon

13/11/2019 12
Jaman Daendels
• Tahun 1798 VOC dibubarkan
• Tahun 1810 Peraturan mengenai hukum
dan peradilan “Zemenstel “ hukum adat
mendapat lebih perhatian.
• GolongaN Eropa berlaku STATUTA
BETAWI BARU
• Golongan hukum Indonesia berlaku
hukum adat
• Perlakuan hukum adat yang terbatas
13/11/2019 13
Muncul hukuman yang ganas

• Plakat 22 April 1808


1. dibakar hidup terikat pada suatu tiang;
2.dimatikan dengan mempergunakan keris;
3.di cap bakar;
4.Dipukul dengan rantai;
5.Dimasukkan dalam penjara;
6.Bekerja paksa

13/11/2019 14
Jaman Raffles
• Dalam banyak hal terjadi peringanan
hukuman;
• Perhatian besar terhadap hukum adat
• Perlakuan hukum adat yang terbatas
• Hukum adat = hukum Islam

13/11/2019 15
Jaman Hindia Belanda
• Dualisme dalam H. Pidana
1. Putusan Raja Belanda 10/2/1866 (S.1866 no.55) -
-> Orang Eropa
2. Ordonnantie 6 Mei 1872 (S.1872) --> Orang
Indonesia & Timur Asing
• kodifikasi
• Unifikasi :
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch – Indie (kopi
dari Ned Straftwetboek)
- Putusan Raja Belanda 15/10/1915 Berlaku 1/1/1918
disertai
- Putusan Raja Belanda 4/5/1917 (S.1917 no. 497) :
mengatur peralihan dari H. Pidana lama --> H.
13/11/2019 16
Pidana baru.
Jaman Jepang
• WvSI masih berlaku
• Osamu Serei (UU) No. 1
Tahun 1942, berlaku
7/3/1942
• H. Pidana formil yang
mengalami banyak
perubahan

13/11/2019 17
Jaman Kemerdekaan

• UUD 1945 Ps. II


Aturan Peralihan
Segala Badan
Negara dan
Peraturan yang ada
masih berlaku
selama belum
diadakan yang baru
menurut UUD ini
13/11/2019 18
Jaman Kemerdekaan
• UU No. 1 Tahun 1946 : Penegasan tentang Hukum
Pidana yang berlaku di Indonesia
• Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946)
• PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di Sumatera
• UU No. 73 Tahun 1958 : “ Undang-undang tentang
menyatakan berlakunya UU No. 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh
wilayah RI dan mengubah Kitab Undang-undang
Hukum Pidana”

13/11/2019 19
SUMBER-SUMBER HUKUM
PIDANA DI INDONESIA
• KUHP (beserta UU
yang merubah &
menambahnya)
• UU Pidana di luar
KUHP
• Ketentuan Pidana
dalam Peraturan
perundang-undangan
non-pidana

13/11/2019 20
KUHP
• Buku I : Ketentuan Umum (Pasal 1
– Pasal 103)

Pasal 103  Ketentuan-ketentuan


dalam Bab I sampai Bab VIII buku I juga
berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang
oleh ketentuan perundang-undangan
lainnya diancam dengan pidana, kecuali
jika oleh undang-undang ditentukan lain

• Buku II : Kejahatan (Pasal 104 – 488)

• Buku III : Pelanggaran (Pasal 489 –


13/11/2019 569) 21
SUMBER HUKUM PIDANA MATERIIL
DI INDONESIA
MELAWAN HUKUM FORMIL DAN MATERIIL
1. HUKUM PIDANA FORMIL (TERTULIS)
PERUNDANG-UNDANG
2. HUKUM PIDANA MATERIIL (TIDAK
TERTULIS)
HUKUM PIDANA YANG HIDUP DAN
BERKEMBANG DI MASYARAKAT (HUKUM
PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA ADAT)

11/13/2019 22
SUMBER HUKUM HUKUM PIDANA FORMIL
(TERTULIS)
DI INDONESIA

1. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA


(KUHP);
2. UNDANG-UNDANG YANG
MERUBAH/MENAMBAH KUHP;
3. UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA
KHUSUS;
4. ATURAN-ATURAN PIDANA YANG
TERDAPAT DI DALAM UNDANG-UNDANG
YANG BUKAN UNDANG-UNDANG HUKUM
PIDANA
11/13/2019 23
UNDANG-UNDANG YANG
MERUBAH/MENAMBAH KUHP
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN
1946 TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM
PIDANA BAGI INDONESIA;
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN
1946 PENAMBAHAN JENIS PIDANA BARU
“PIDANA TUTUPAN”
3. UNDANG-UNDANG NOMOR 73 TAHUN
1958 MEMBERLAKUKAN UU NOMOR 1
TAHUN 1946 BAGI SELURUH WILAYAH
INDONESIA JUGA PENAMBAHAN PASAL
52A, PASAL 142A DAN PASAL 154A;
11/13/2019 24
4. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN
1960, MERUBAH SANKSI PIDANA THD
PASAL 188;359 DAN 360 KUHP (DELIK
CULPA) MENJADI SETINGGI-TINGGINYA 5
TAHUN;
5. PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1960
TENTANG PENYESUAIAN NILAI MATA UANG
KELIPATAN 15 DAN MENGGANTI GULDEN
MENJADI RUPIAH;
6. UNDANG-UNDANG NOMOR 2 PNPS
TAHUN 1964 TENTANG PELAKSANA
HUKUMAN MATI DENGAN CARA DITEMBAK
TIDAK LAGI DIGANTUNG;
11/13/2019 25
7. UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1974
TENTANG PASAL 542 MENJADI DELIK
KEJAHATAN DAN PENAMBAHAN SANKSI
PASAL 303 KUHP MENJADI PIDANA PENJARA
MAKSIMAL 10 TAHUN;
8. UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1976
TENTANG PENAMBAHAN KEJAHATAN DALAM
PENERBANGAN;
9. UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 1999
TENTANG PERUBAHAN KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM PIDANA YANG
BERKAITAN DENGAN KEJAHATAN
TERHADAP KEAMANAN NEGARA
11/13/2019 26
UU Pidana di luar KUHP

• UU Anti Subversi, UU No. 11/PNPS/1963


(Sudah dihapus)
• UU Pemberantasan T.P. Korupsi, UU No.
20/2001 jo UU No. 31/1999;
• UU Tindak Pidana Ekonomi, UU No. 7/drt/1955
• Perpu 1/2002  UU 15/2003 Anti Terorisme;
• UU Money Laundering (TIPPU) UU 15/2002 –
UU 25/2003;

13/11/2019 27
Contoh UU non pidana yang memuat sanksi
pidana
• UU Lingkungan
• UU Pers
• UU Pendidikan Nasional
• UU Perbankan
• UU Pajak
• UU Partai Politik
• UU pemilu
• UU Merek
• UU Kepabeanan
• UU Pasar Modal
13/11/2019 28
Hukum Pidana Umum & Khusus
• H. Pidana Umum • H. Pidana Khusus
1. H.Pidana sipil 1. H. Pidana militer

2. KUHP & UU yg 2. TPE,TPK,TPS, H.Pid.


merubah & militer,
menambahnya

3. H. Pidana yg. Berlaku 3. UU non pidana yg.


umum (KUHP, Bersanksi pidana
TPE,TPK, TPS, dll)
13/11/2019 29
KULIAH 2
• Berlakunya Hukum Pidana Menurut Waktu
• Berlakunya Hukum Pidana Menurut Tempat

13/11/2019 30
Pasal 1 KUHP

(1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana,


kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah
ada sebelumnya.
(2) Jika ada perubahan dalam perundang-
undangan sesudah perbuatan dilakukan,
maka terhadap terdakwa diterapkan
ketentuan yang paling menguntungkan .
13/11/2019 31
ASAS YG TERCAKUP DLM
PASAL 1 (1) KUHP
• Nullum delictum, nulla poena sine praevia
lege poenali :
• Tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu
peraturan yg terlebih dahulu menyebut
perbuatan yang bersangkutan sebagai
suatu delik dan yang memuat suatu
hukuman yg dapat dijatuhkan atas delik itu

13/11/2019 32
Asas-asas dalam
Pasal 1 ayat (1 ) KUHP
• 1. Asas Legalitas
• 2. Asas Larangan berlaku surut
• 3. Asas Larangan
• penggunaan Analogi

13/11/2019 33
ASAS LARANGAN BERLAKU
SURUT
• Undang-undang pidana berjalan ke depan
dan tidak ke belakang :

X --------- UU Pidana -------------

13/11/2019 34
Larangan berlaku surut dalam berbagai ketentuan

Nasional
• Ps 28i UUD 1945
• Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999

Internasional
• Ps 15 (1) hukum tidak berlaku surut
• dan (2) pengecualian dalam kejahatan
menurut hukum kebiasaan international
ICCPR
• Ps 22, 23, dan 24 ICC
13/11/2019 35
Pengecualian Larangan
Berlaku Surut
• Ps 43 UU No. 26 Tahun 2000
• Perpu 1/2002 & 2/2002  UU 15/2003 ;
UU 16/2003

13/11/2019 36
Ps 28i UUD 1945
• “… hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.”

13/11/2019 37
UU No. 39/ 1999 ttg HAM
• Ps 18 (2) • Ps 18 (3)
Setiap orang tidak Setiap ada perubahan
boleh dituntut untuk dalam peraturan
dihukum atau dijatuhi perundang-undangan
pidana, kecuali maka berlaku ketentuan
berdasarkan suatu yang paling
peraturan perundang- menguntungkan bagi
undangan yang tersangka
sudah ada sebelum
tindak pidana itu
dilakukan
13/11/2019 38
UU No. 26/ 2000 ttg Pengadilan
HAM (bisa berlaku surut ?)
(1) Pelanggaran hak asasi • Penjelasan Ps 43 (2)
manusia yg. Berat yg.
Terjadi sebelum “ Dalam hal DPR Indonesia
diundangkannya UU ini, mengusulkan
diperiksa dan diputus dibentuknya Pengadilan
oleh pengadilan HAM ad HAM ad hoc, DPR
hoc.
(2) Pengadilan HAM ad hoc Indonesia mendasarkan
sebagaimana dimaksud pada dugaan telah
dalam ayat (1) dibentuk terjadinya pelanggaran
atas usul DPR Indonesia HAM yang berat yg
berdasarkan peristiwa dibatasi pada locus dan
tertentu dg. Keputusan
presiden. tempus delicti tertentu yg
terjadi sebelum
13/11/2019 diundangkannya undang- 39
undang ini.
UU Anti Terorisme dan Putusan
MK
• MK membatalkan ketentuan berlaku surut
dalam UU Anti Terorisme krn
bertentangan dengan UUD 1945

• Kenapa UU Pengadilan HAM berlaku


surut? Dan Perppu Terorisme dinyatakan
berlaku surut? (mengacu pada putusan
MK)
13/11/2019 40
PENAFSIRAN & ANALOGI
• Penafsiran : Penafsiran Ekstensif Vs
Otentik Analogi ?
Sistematis
• Putusan HR 23 Mei 1921 (kasus
Gramatikal pencurian listrik di Gravenhage)
Historis • Putusan Rechtbank Leeuwarden,
10 Des 1919 (pencurian sapi)
Sosiologis
Teleologis • Taverne Vs para sarjana pidana
lainnya (Van Hattum, Simons,
Ekstensif Zevenbergen, Van Hamel)

13/11/2019 41
Pendapat Scholten
(dan juga Utrecht)
• Pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara penafsiran
ekstensif dan analogi. Dalam kedua hal itu hakim
membuat konstruksi , yaitu membuat (mencari) suatu
pengertian hukum yang lebih tinggi. Hakim membuat
suatu kaidah yang lebih tinggi dan yang dapat dijadikan
dasar beberapa ketentuan yang mempunyai kesamaan.

Mis.
• Mengambil = mengadakan suatu perbuatan yang bermaksud
memindahkan sesuatu benda dari tangan yang satu ke tangan
yang lain

13/11/2019 42
Pendapat Scholten
(dan Utrecht)
• PENAFSIRAN • ANALOGI
EKSTENSIF
• Hakim meluaskan • Hakim membawa
lingkungan kaidah perkara yang harus
yang lebih tinggi diselesaikan ke dalam
sehingga perkara lingkungan kaidah
yang bersangkutan yang lebih tinggi
termasuk juga di
dalamnya

13/11/2019 43
Pasal 1 ayat (2) KUHP
-+-----------+---------------+---->
UU Perbuatan Perubahan UU

• Perubahan UU ? …………….
Teori : (1) Teori formil (2) Teori materiil terbatas (3)
Teori materiil tidak terbatas

• Paling menguntungkan ? …………..


• Terserah pada praktek & hanya dapat ditentukan
untuk masing2 perkara sendiri (in concreto). Hal ini
tidak dapat ditentukan sec. Umum (in abstracto)
• Periksa : Utrecht h.228

13/11/2019 44
Perubahan UU yg dimaksud Pasal
1 (2) KUHP
• Teori Formil :Ada perubahan undang-undang kalau redaksi undang-
undang pidana berubah (simons)
 ditolak oleh Putusan HR 3 Des 1906 , kasus ps 295 sub 2 KUHP,
batas dewasa 23  21 tahun dlm BW

• Teori Materiil Terbatas : Tiap perubahan sesuai dg suatu perubahan


perasaan (keyakinan) hukum pada pembuat undang-undang (jadi
tidak boleh diperhatikan perubahan keadaan karena waktu)

• Teori Materiil tidak Terbatas : tiap perubahan – baik dalam perasaan


hukum dari pembuat undang-undang maupun dalam keadaan
karena waktu – boleh diterima sebagai suatu perubahan dalam
undang-undang
 Sesuai HR 5 Des 1921

13/11/2019 45
Perubahan kesadaran/perasaan hukum

• Menjadi tidak dapatnya dihukum suatu


perbuatan
• Menjadi dapat dihukumnya suatu perbuatan
• Diperberat/diperingan pidana atas suatu
perbuatan.

• (Baca lebih lanjut dalam buku Lamintang Putusan MA, dalam bag.
Berlakunya UU Pidana Menurut Waktu)

13/11/2019 46
Tempus delicti penting diketahui
dalam hal2 :
• Kaitannya dg Ps 1 KUHP
• Kaitannya dg aturan tentang Daluwarsa
• Kaitannya dg ketentuan mengenai pelaku
tindak pidana anak : Ps 45,46,47 KUHP
atau UU Pengadilan Anak

13/11/2019 47
Teori2 Tempus Delicti
• 1. Teori Perbuatan fisik (de leer van
de lichamelijke daad)
• 2. Teori bekerjanya alat yg digunakan
(de leer van het instrumen)
• 3. Teori Akibat (de leer van het
gevolg)
• 4. Teori waktu yg jamak (de leer van
de meervoudige tijd)

13/11/2019 48
Teori2 Locus Delicti

• 1. Teori Perbuatan fisik (de leer van de


lichamelijke daad)
• 2. Teori bekerjanya alat yg digunakan (de
leer van het instrumen)
• 3. Teori Akibat (de leer van het gevolg)
• 4. Teori Tempat yg jamak (de leer van
de meervoudige tijd)

13/11/2019 49
Locus delicti penting diketahui
dalam hal2 :
• Hukum pidana mana yang akan
diberlakukan
- H. Indonesia atau H. negara lain
• Kompetensi relatif suatu pengadilan
- contoh : PN Jakarta Selatan atau PN
Bogor

13/11/2019 50
Teori mana yg dipilih ?

• Van Hamel, Simons :


Bergantung sifat dan corak perkara
konkret yang hendak diselesaikan
• Hazewinkel-Suringa, Zevenbergen,
Noyon-Langemejer :
Mempergunakan 3 teori sec
teleologis
• Periksa buku Utrecht hal 239

13/11/2019 51
Surabaya Semarang Cirebon
---- racun --> ----diminum ---> ----- mati
A --> B B B

• Meervoudige locus delicti


• Hakim diberi kemerdekaan memilih
diantara 3 locus delicti ini
• Lihat --> Keputusan Hoge Raad 2/1/1923
w.Nr.1108

13/11/2019 52
Asas2 Berlakunya Hukum Pidana (1)
• Asas Teritorialitas/ wilayah :
Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP , UU No 4/1976
• Asas Nasionalitas Pasif/ perlindungan : Ps 4 :1,2 dan
4 --> Ps 8 KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/
drt/ 1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999
• Asas Personalitas/ Nasionalitas Aktif :
Ps 5 KUHP --> Ps 7 KUHP --> Ps 92 KUHP
• Asas Universalitas :
Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976
“melakukan kejahatan ttg mata uang, uang kertas
negara atau uang kertas Bank”

13/11/2019 53
Asas2 berlakunya H. Pidana : Beberapa
masalah !
• Wilayah Indonesia ?
• Kapal :
a) kapal Indonesia
b) kapal perang
c) kapal dagang
• Asas Universalitas :
- Kejahatan Terorisme ?
- Kejahatan HAM berat ?

13/11/2019 54
UU No.43/2008
• Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang selanjutnya disebut dengan
Wilayah Negara adalah salah satu unsur
negara yang merupakan satu kesatuan
wilayah daratan, perairan pedalaman,
perairan kepulauan dan laut teritorial
beserta dasar laut dan tanah di bawahnya,
serta ruang udara di atasnya, termasuk
seluruh sumber kekayaan yang terkandung
di dalamnya.
13/11/2019 55
Batas Wilayah
• Pasal 5
• Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta
ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral
mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.

• Pasal 6
• (1) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi:
a. di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor
Leste;
• b. di laut berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan
Timor Leste; dan
• c. di udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya
dengan angkasa luar ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional.
• (2) Batas Wilayah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk titik-titik
koordinatnya ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau trilateral.
• (3) Dalam hal Wilayah Negara tidak berbatasan dengan negara lain, Indonesia
menetapkan Batas Wilayah Negara secara unilateral berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.

13/11/2019 56
Asas2 Berlakunya H. Pidana : Pengecualian (2)
• Ps 9 KUHP : Hukum publik internasional
membatasi berlakunya Ps 2,3,4,5, 7, dan 8
KUHP
• Termasuk yg memiliki imunitas h.pidana :
Sesuai perjanjian Wina 18/4/1961
• Yg memiliki imunitas :
1) Kepala-kepala negara & keluarganya (sec.
resmi, bukan incognito/singgah)
2) Duta negara asing & keluarganya -->
konsul : tergantung traktat antar negara.
3) Anak buah kapal perang asing : termasuk
awak kapal terbang militer
4) Pasukan negara sahabat yg berada di
wilayah negara atas persetujuan negara

13/11/2019 57
• Menurut perjanjian Wina 18/4/1961, maka
keluarga termasuk memiliki imunitas (hak
eksteritorial)
• Untuk ketua organisasi internasional
biasanya dilindungi (tergantung traktat
antar negara).

13/11/2019 58
KULIAH 3
• Istilah
• Definisi
• Cara Merumuskan Tindak Pidana
• Subjek Tindak Pidana
• Unsur-Unsur Tindak Pidana

13/11/2019 59
Tindak Pidana
Istilah
• Strafbaar feit
• Perbuatan pidana
• Peristiwa pidana
• Tindak pidana
• Delict / Delik
• Criminal act
• Jinayah

13/11/2019 60
Tindak Pidana
Definisi
• Simons : “kelakuan yg diancam dg pidana, yg bersifat
melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan &
dilakukan oleh orang yg mampu bertanggung jawab”

• Van Hamel : “kelakuan manusia yg dirumuskan


dalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana &
dilakukan dg kesalahan”

• Vos : “suatu kelakuan manusia yg oleh per UU an


diberi pidana; jadi suatu kelakuan manusia yg pada
umumnya dilarang & diancam dengan pidana”

13/11/2019 61
Aliran Monistis ………...
Aliran Dualistis …………..

13/11/2019 62
Aliran Monistis
• Tidak memisahkan antara perbuatan dan
pertanggungjawaban

• Dalam rumusan tindak pidana sekaligus


tercakup unsur perbuatan/akibat dan
unsur kesalahan/pertanggungjawaban

13/11/2019 63
Aliran Dualistis
• Tindakan/perbuatan dari manusia
• Memisahkan secara tegas antara
perbuatan (pidana) dan
pertanggungjawaban

• Dalam rumusan tindak pidana hanya


tercantum unsur perbuatan/akibat tanpa
unsur kesalahan/pertanggungjawaban
13/11/2019 64
Tindak Pidana
Pada dasarnya ada 3 cara merumuskan Tindak Pidana:

• Disebutkan unsur-unsurnya &


disebut kualifikasinya --> mis,
Ps 362 KUHP

• disebutkan kualifikasinya
tanpa disebut unsur-unsurnya
--> mis. Ps 297, Ps 351

• disebutkan unsur-unsurnya,
tidak disebut kualifikasinya -->
mis. Ps 106, Ps 167, Ps 209
13/11/2019 65
Contoh unsur2 dalam rumusan
tindak pidana
Pasal 362 KUHP Pasal 338 KUHP
• barangsiapa • barangsiapa
• mengambil
• dengan sengaja
• barang
- yg sebagian/ seluruhnya • menghilangkan
kepunyaan orang lain nyawa orang lain
• dengan maksud memiliki
• secara melawan hukum

13/11/2019 69
Contoh unsur dalam rumusan tindak
pidana
Pasal 285 Pasal 359
• barangsiapa • barangsiapa
• dengan kekerasan atau • karena kealpaannya
• ancaman kekerasan
• menyebabkan orang
• memaksa
lain mati
• seorang wanita
• bersetubuh dengan dia
• di luar perkawinan

13/11/2019 70
KULIAH 4
• Tentang Penggolongan Tindak Pidana

13/11/2019 71
Tindak Pidana
Pembagian Tindak Pidana (Jenis Delik)
• Delik Kejahatan & Delik pelanggaran
• Delik Materiil & Delik Formil
• Delik Komisi & Delik Omisi
• Delik Dolus & Delik Culpa
• Delik Biasa & Delik Aduan
• Delik yg Berdiri sendiri & Delik Berlanjut
• Delik Selesai & Delik yg diteruskan
• Delik Tunggal & Delik Berangkai
• Delik Sederhana & Delik Berkualifikasi; Delik Berprivilege
• Delik Politik & Delik Komun (umum)
• Delik Propia & Delik Komun (umum)

• Pembagian delik menurut kepentingan yg dilindungi :


Lihat judul-judul bab pada Buku II dan Buku III KUHP
13/11/2019 72
Jenis Delik
Kejahatan Pelanggaran
(misdrijf) (overtreding)
• dlm. MvT : sebelum ada • dlm MvT : baru dianggap
UU sudah dianggap tidak tidak baik setelah ada UU
baik (recht-delicten) (wet delicten)
• Hazewinkel-Suringa : tidak
ada perbedaan kualitatif,
• Perbedaan dg kejahatan:
hanya perbedaan
a) Percobaan : tidak dipidana
kuantitatif
b) Membantu : tidak dipidana
a) Percobaan : dipidana c) Daluwarsa : lebih pendek
b) Membantu : dipidana d) Delik aduan : tidak ada
c) Daluwarsa : lebih panjang e) Aturan ttg Gabungan berbeda
d) Delik aduan : ada
e) Aturan ttg Gabungan berbeda
13/11/2019 73
• KUHP : Buku III
Jenis Delik
• D. Materiil : Yang • D. Formil : yang
dirumuskan akibatnya -- dirumuskan bentuk
> Ps 338, Ps 187, dll perbuatannya --> Ps 362,
• D. Komisi : melanggar Ps 263, dll
larangan dg perbuatan
aktif • D. Omisi : melakukan
delik dg perbuatan pasif
• a) D. Omisi murni : melanggar
perintah dg tidak berbuat, mis.
Ps 164, Ps 224 KUHP
b) D. Omisi tak murni :
melanggar larangan dg tidak
berbuat, mis Ps 194 KUHP
• D. Dolus : delik
dilakukan dg sengaja, • D. Culpa : Delik dilakukan
mis. Ps 338, Ps 351 dg kealpaan, mis. Ps 359,
13/11/2019 Ps 360 74
Delik Biasa (bukan
aduan) Delik Aduan
• penuntutannya tidak • penuntutannya
memerlukan pengaduan, memerlukan pengaduan,
mis. Ps 340, Ps 285 mis. Ps 310, Ps 284

• Cukup dengan laporan • Harus ada pengaduan


dari setiap orang yang dari korban atau orang
melihat/ mengetahui tertentu
tindak pidana tsb., tidak
harus dengan pengaduan
dari korban atau orang2
tertentu
13/11/2019 75
Delik Berdiri Sendiri Delik Berlanjut

• Terdiri atas satu delik yang • Terdiri atas dua atau lebih
berdiri sendiri delik, yang karena kaitannya
yang erat mengakibatkan
dikenakan satu sanksi
• Untuk pemidanaannya tidak kepada terdakwa
perlu menggunakan
ketentuan tentang TP;
tinggal melihat berapa • Untuk pemidanaannya
ancaman pidana dari Pasal menggunakan ketentuan
yang dilanggar tentang gabungan TP, yaitu
Pasal 64 KUHP

13/11/2019 76
Delik Berlanjut
• Masih menjadi perdebatan apakah delik berlanjut
(voortgezette delict) sama dengan perbuatan berlanjut
(voortgezette handeling)
• Sebagian sarjana (termasuk Utrecht) menyamakan
voortgezette delict dengan voortgezette handeling) dan untuk
pemidanaannya memakai ketentuan Pasal 64 KUHP, dengan
syarat:
• Perbuatan –perbuatan timbul dari 1 kehendak
• Perbuatannya harus sejenis
• Tenggang waktu antara 1 perbuatan dengan perbuatan yang
lain, tidak terlalu lama

13/11/2019 77
Delik Selesai Delik Berlangsung terus
• Satu atau beberapa • satu atau beberapa
perbuatan tertentu yang perbuatan yang
selesai dalam suatu melangsungkan suatu
waktu tertentu yang keadaan yang dilarang
singkat
• Mis: Pasal 221, Pasal 261,
• Mis: Pasal 362, Pasal Pasal 333
338

13/11/2019 78
Delik Tunggal Delik Berangkai
• Delik di mana untuk • Delik di mana untuk dapat
dapat dipidananya si dipidananya si pelaku maka
pelaku maka ybs. cukup ybs. harus melakukan
melakukan perbuatan perbuatan tersebut beberapa
tersebut sebanyak satu kali (berulang-ulang,
kali berturut-turut)
• Karena harus dilakukan
• Mis: Pasal 362, Pasal berulang-ulang: bisa berupa
338 pencaharian atau kebiasaan
(sebagai unsur yang
menentukan untuk
dipidananya pelaku)
• Mis: Pasal 296, Pasal 481
13/11/2019 79
Delik Pokok/sederhana • Delik Berkualifikasi
• Delik yang dalam Delik pokok yang ditambah
perumusannya dengan unsur yang
mencantumkan unsur2 memperberat pemidanaan
pokok yang menentukan mis: Pasal 351 ayat (2),
pemidanaannya Pasal 363, Pasal 365 ayat
Pasal 362, Pasal 351 ayat (4)
(1)
• Delik Berprevilege
Delik pokok yang ditambah
dengan unsur yang
meringan pemidanaan
13/11/2019 Mis: Pasal 308. Pasal 364
80
Delik Komuna (bukan delik
Delik Politik politik)
• Delik yang mengandung • Delik yang tidak
unsur politik mengandung unsur politik
Mis: Makar untuk Mis: pembunuhan orang
menggulingkan biasa (Pasal 338),
pemerintah (Pasal 107), Pencurian mobil (Pasal
makar untuk membunuh 362)
kepala negara (Pasal
104)

13/11/2019 81
Delik Propria Delik Komuna
• Delik yang hanya dapat • Delik yang dapat
dilakukan oleh orang2 dilakukan oleh setiap
tertentu (subjeknya orang
adalah orang-orang • Cirinya: Subjeknya
tertentu) adalah “barang siapa“
• Mis: Pasal 308, Pasal • Mis: Delik Pencurian
346, Pasal 449 (Pasal 362), Delik
Pembunuhan (Pasal 338)

13/11/2019 82
KULIAH 5
• Tentang Ajaran Kausalitas
• Sifat Melawan Hukum

13/11/2019 83
KAUSALITAS
• 1. Pengertian ?
• 2. Kapankah diperlukan ajaran kausalitas ?
• 3. Ajaran Kausalitas ?

Ilustrasi :
B pinjam uang ke rumah A, karena kedatangan B, maka A
terlambat ; karena terlambat A mengendarai mobil
dengan kecepatan tinggi; A menubruk C sehingga luka-
luka; C dibawa ke RS dan dioperasi oleh dokter D; D
meminta E merawat dengan suntikan tertentu; E salah
memberikan obat pada C; C mati.
13/11/2019 84
Pengertian Kausalitas
• Hal sebab-akibat
• Hubungan logis antara sebab dan akibat
• Persoalan filsafat yang penting
• Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab sekaligus
menjadi sebab peristiwa lain
• Sebab dan akibat membentuk rantai yang bermula di
suatu masa lalu
• Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana (bukan
makna di atas), tetapi makna yang dapat dilekatkan
pada pengertian kausalitas agar mereka dapat
menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai
pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu
13/11/2019 85
Pengertian Ajaran Kausalitas
• Ajaran yang berupaya untuk mencari
sebab dari timbulnya akibat
• Dalam hukum pidana, sebab yang dicari
adalah suatu perbuatan
• Dengan ditemukannya sebab, maka dapat
ditemukan siapa yang dapat
dipersalahkan dan diminta
pertanggungjawabannya

13/11/2019 86
Kapankah diperlukan ajaran Kausalitas/ Jenis delik apa
yang memerlukan ajaran kausalitas?

• Delik Materiil : Delik yang perumusannya melarang timbulnya


akibat. Delik ini selesai ketika akibat timbul. mis. Ps. 338, Ps 359, Ps
360
• Delik Omisi tak murni/semu (delicta commissiva per omissionem/
Oneigenlijke Omissiedelicten) : Delik yang terjadi dengan
dilanggarnya suatu larangan yang menimbulkan akibat yang
dilakukan dengan perbuatan pasif.
• Delik yang terkualifikasi/dikwalifisir : Delik yang terkwalifisir dengan
timbulnya akibat.
(pengkualifikasian delik juga dapat dilakukan atas dasar akibat yang
muncul setelah delik tertentu dilakukan, mis. Ps 351 (1)  Ps 351
(2)/  Ps 351 (3)

13/11/2019 87
Ajaran Kausalitas
• Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von
Buri)
• Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima
: Birkmeyer , Mulder
• Teori-teori menggeneralisasi : teori
Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe,
Rumelin)
• Teori Relevansi : Langemeijer
13/11/2019 88
Ajaran Conditio Sine Qua Non
• Semua faktor yaitu semua syarat, yang
turut serta menyebabkan suatu akibat dan
yang tidak dapat dihilangkan dari
rangkaian faktor-faktor ybs. Harus
dianggap causa (sebab) akibat itu.
• Semua syarat nilainya sama (ekuivalensi)
• Ada beberapa sebab
• Syarat = sebab
13/11/2019 89
Pembatasan Ajaran Von Buri
• Pembatasan ajaran Von Buri oleh Van
Hamel [dibatasi dg ajaran kesalahan
(dolus/culpa)]
• Pengkesampingan semua sebab yang
terletak di luar dolus atau culpa; dalam
banyak kejahatan dolus atau culpa
merupakan unsur-unsur perumusan delik.

13/11/2019 90
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima
• Birkmeyer :
Teori ini berpangkal dari teori Conditio
Sine Qua Non . Di dalam rangkaian
syarat-syarat yang tidak dapat dihilangkan
untuk timbulnya akibat, lalu dicari syarat
manakah yang dalam keadaan tertentu itu,
yang paling banyak membantu untuk
terjadinya akibat.
• G.E Mulder :
• Sebab adalah syarat yang paling dekat
13/11/2019 91
dan tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori menggeneralisasi
• Von Bar : teori ini tidak menyoal tindakan
mana atau kejadian mana yang in
concreto memberikan pengaruh
(fisik/psikis) paling menentukan. Yang
dipersoalkan adalah apakah satu syarat
yang secara umum dapat dipandang
mengakibatkan terjadinya peristiwa seperti
yang bersangkutan mungkin ditemukan
dalam rangkaian kausalitas yang ada
13/11/2019 92
Teori-teori menggeneralisasi
• Von Kries (Teori Adequat Subjectif) : Sebab adalah keseluruhan
faktor positif & negatif yang tidak dapat dikesampingkan tanpa
sekaligus meniadakan akibat. Namun pembatasan demi
kepentingan penetapan pertanggungjawaban pidana tidak dicari
dalam nilai kualitatif/kuantitatif atau berat/ringannya faktor dalam
situasi konkret, tetapi dinilai dari makna semua itu secara umum,
kemungkinan dari faktor-faktor tersebut untuk memunculkan akibat
tertentu. Sebab = syarat-syarat yang dalam situasi dan kondisi
tertentu memiliki kecenderungan untuk memunculkan akibat
tertentu, biasanya memunculkan akibat itu, atau secara objectif
memperbesar kemungkinan munculnya akibat tersebut.
• Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan
akibat tertentu hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2
bentuk pengetahuan :
(a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi /
pengetahuan Nomologis yg memadai
(b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan
Ontologis/ pemahaman fakta (empirik)
13/11/2019 93
Teori-teori menggeneralisasi
• Rumelin (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada untuk
terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa
yang diketahui atau mungkin diketahui pada waktu melakukan
tindakannya, melainkan pada fakta yang objektif pada waktu itu ada,
entah diketahuinya atau tidak – jadi pada apa yang kemudian
terbukti merupakan situasi dan kondisi yang melingkupi peristiwa
tersebut.
• Simons :
Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum
pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat
• Pompe :
Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat
menimbulkan akibat

13/11/2019 94
Teori Relevansi
• Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran von Buri
dengan memilih satu atau lebih sebab dari
sekian yang mungkin ada, yang dipilih
sebab-sebab yang relevan saja , yakni
yang kiranya dimaksudkan sebagai sebab
oleh pembuat undang-undang.

13/11/2019 95
Sifat Melawan Hukum
• Arti :
- tanpa hak sendiri (zonder eigen recht)
- bertentangan dg hak orang lain (tegen eens anders recht)
- tanpa alasan yg wajar
- Bertentangan dengan hukum positif

• Melawan hukum : formil & materiil


- aliran formil : melawan hukum = melawan UU, sebab
hukum adalah UU.
-aliran materiil : melawan hukum adalah perbuatan yg oleh
masyarakat tidak dibolehkan.

13/11/2019 96
Perbedaan Ajaran Materiil dan
Formil
• Materiil : • Materiil :
mengakui adanya sifat melawan hukum adalah
pengecualian / penghapusan unsur mutlak dari tiap-tiap
dari sifat melawan hukumnya tindak pidana, juga bagi yang
perbuatan menurut hukum dalam rumusannya tidak
yang tertulis dan yang tidak menyebut unsur-unsur
tertulis tersebut
• Formil : • Formil :
hanya mengakui pengecualian sifat tersebut tidak selalu
yang tersebut dalam undang- menjadi unsur delik, hanya jika
undang saja/ mis, Ps. 49. dalam rumusan delik
disebutkan dengan nyata-
nyata barulah menjadi unsur
delik

13/11/2019 97
Pembuktian Melawan Hukum
• Dengan mengakui bahwa sifat melawan hukum
selalu menjadi unsur delik, ini tidak berarti
bahwa karena itu harus selalu dibuktikan
adanya unsur tersebut oleh penuntut umum
• Soal apakah harus dibuktikan atau tidak, adalah
tergantung dari rumusan delik yaitu apakah
dalam rumusan unsur tersebut disebutkan
nyata-nyata, jika tidak dinyatakan maka tidak
perlu dibuktikan.

13/11/2019 98
Alasan Pencantuman unsur Melawan
Hukum

• Pada umumnya dalam perundang-


undangan , lebih banyak delik yang
tidak memuat unsur melawan hukum
dalam rumusannya
• Alasan pencantuman sifat melawan
hukum dalam perumusan tindak pidana
:
• - untuk melindungi orang2 yg
memiliki hak dari tuntutan pidana.
99
Dolus/ opzet/ sengaja
istilah2 dalam rumusan tindak pidana
• Dengan sengaja : Ps 338 KUHP
• Mengetahui bahwa : Ps 220 KUHP
• tahu tentang : Ps 164 KUHP
• dengan maksud : Ps 362, 378, 263 KUHP
• niat : Ps 53 KUHP
• dengan rencana lebih dahulu : Ps 340, 355 KUHP
- dengan rencana : (a) saat pemikiran dg tenang ;
(b) berpikir dg tenang; ( c ) direnungkan lebih
dahulu.
- ada tenggang waktu antara timbulnya niat
13/11/2019 105
dengan pelaksanaan delik
Kesalahan sebagai Unsur Delik
• Dolus
• Culpa

13/11/2019 106
Bentuk-Bentuk Dolus
1. Dolus sebagai maksud tujuan
2. Dolus dengan kesadaran akan keniscayaan akibat/sengaja
dengan keinsyafan kepastian (sadar kepastian
noodzakelijkheidsbewustzijn)
3. Dolus dengan kesadaran akan besarnya kemungkinan/
kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan (opzet met
waarschijnlijkheids bewustzijn/ awareness of probability)
4. Dolus eventualis (kesengajaan bersyarat; opzet met
mogelijkheidsbewustzijn/voorwaardelijk opzet/awareness of
possibility)
Kesengajaan bersyarat: dengan mengetahui dan
menghendaki menerima risiko yang besar

13/11/2019 107
Bentuk-bentuk
Kesengajaan/dolus
• Ada sarjana yang membedakan bentuk-bentuk dolus
menjadi 3 macam,yaitu: sebagai maksud,
berkeinsyafan kepastian dan berkeinsyafan
kemungkinan (misalnya PAF Lamintang, Tresna,
Moeljatno)
• Mereka menyamakan dolus eventualis dengan
kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan
• Dolus eventualis merupakan perkembangan dalam
hukum pidana, khususnya dalam hal bentuk-bentuk
kesengajaan dan HR Belanda baru menerima
kesengajaan
13/11/2019
bentuk ini setelah PD II 108
Bentuk-bentuk kesengajaan
• Sengaja sebagai maksud/ tujuan :
- apabila pembuat menghendaki perbuatan dan/akibat perbuatannya;
- tidak dilakukan perbuatan itu jika pembuat tahu akibat perbuatannya tidak
terjadi
- Tidak harus berupa tindak pidana
• Sengaja sebagai keinsyafan kepastian :
- pembuat yakin bahwa akibat yg dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa
terjadinya akibat yg tidak dimaksud
• Sengaja sebagai keinsyafan kemungkinan:
- pembuat sadar bahwa mungkin akibat yg tidak dikehendaki akan terjadi
untuk mencapai akibat yg dimaksudnya
- Kesengajaan berkeinsyafan kepastian dan kemungkinan tidak dapat berdiri
sendiri. Selalu bersifat accesoir terhadap kesengajaan sebagai maksud

13/11/2019 109
Dolus eventualis
• Pelaku dengan kehendak dan kesadaran
menerima kemungkinan munculnya akibat
yang buruk.

• Di Jerman disebut billigend in Kauf


nehmen:
menerima penuh risiko terwujudnya
sesuatu kemungkinan
13/11/2019 110
Culpa
Istilah2
- culpa - schuld - nalatigheid - sembrono
- teledor
• istilah 2 yg digunakan dalam rumusan :
- kelalaian
- kealpaan
- kesalahan
- seharusnya diketahuinya
- sepatutnya diketahuinya
13/11/2019 111
Pengertian, Jenis, Syarat
• KUHP : tidak ada definisi
• MvT : kealpaan di satu pihak berlawanan benar2 dg kesengajaan dan di
pihak lain dengan hal yg kebetulan
• Pada culpa, unsur menghendaki selalu tidak ada; sedangkan unsur
mengetahui sering tidak ada
• Macam2 Culpa :
(a) culpa levis ; culpa lata
(b) culpa yg disadari (bewuste) : culpa yg tidak disadari (on bewuste)
• Syarat adanya kealpaan :
(a) Hazewinkel-Suringa : 1) kekurangan menduga-duga; 2) kekurangan berhati-
hati
(b) van Hamel : 1) tidak menduga-duga sebagaimana diharuskan hukum; 2)
tidak berhati-hati sebagaimana diharuskan hukum
( c) Simons : pada umumnya “schuld” (kealpaan) mempunyai 2 unsur : 1) tidak
berhati-hati; 2) dapat diduganya akibat.
13/11/2019 112
Culpa
• Untuk menentukan ada atau tidaknya culpa pada
seseorang, maka harus digunakan tolok ukur yang
normal (upaya dan kehati-hatian dari orang yang
sama kemampuan dan kecerdasannya dengan
pelaku).
• Jadi culpa merupakan sesuatu yang bersifat normatif
(….seharusnya…..)
• Apabila pada situasi dan kondisi yang sama dengan
pelaku, orang yang sama kemampuan dan
kecerdasannya dengan pelaku pada umumnya tidak
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh
pelaku; berarti pelaku culpa---- disebut Culpa Lata
13/11/2019 113
(Kelalaian yang Besar)
Culpa
• Culpa Levis (Kelalaian yang kecil)--- apabila tolok ukurnya
adalah upaya dan kehati-hatian yang luar biasa
• Culpa yang disadari : Apabila pelaku sudah membayangkan
kemungkinan timbulnya suatu akibat yang dilarang, dan karena
itu ia juga sudah berupaya agar tidak timbul akibat tsb. (dia
tidak menghendaki akibat), namun akibat tetap terjadi
• Culpa yang tidak disadari: Pelaku sama sekali tidak pernah
membayangkan kemungkinan timbulnya akibat yang dilarang;
tetapi ternyata terjadi akibat
• Yang dapat dipidana adalah Culpa Lata, baik yang disadari
maupun tidak disadari

13/11/2019 114
Asas penting dalam masalah
pertanggungjawaban
• Geen Straf zonderschuld
• Tiada Pidana tanpa kesalahan :
meskipun seseorang telah melakukan
perbuatan yang melawan hukum; namun
tanpa adanya kesalahan maka dia tidak
dapat dipidana

13/11/2019 115
Dapat dipersalahkan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan
• 3 syarat yang harus dipenuhi:
• Kemampuan bertanggungjawab
• Ada hubungan psikis antara pelaku dan
perbuatannya , dalam bentuk dolus atau
culpa
• Tidak ada dasar penghapus kesalahan

13/11/2019 116
Arti “dan” diantara unsur dengan sengaja & unsur
melawan hukum
• Van Hamel, simons, pompe : perbedaan
itu mempunyai arti. Mis. Ps 406 KUHP :
dengan sengaja dan melawan hukum ; Ps
333 KUHP : dengan sengaja melawan
hukum

• Vos, zevenbergen, langemeijer :


tiadanya kata “dan” tidak berarti apa2,
semuanya mesti dibaca “dengan sengaja
dan melawan hukum”

• Remelink, van Bemmelen :


kata penghubung “dan” tidak mempunyai
arti, jadi istilah “dengan sengaja” meliputi
13/11/2019
pula “melawan hukum.” 117
Kemampuan Bertanggungjawab
(toerekeningsvatbaarheid)
• Dengan menggunakan penafsiran acontrario dari MVT tentang
tidak mapu bertanggungjawab; maka mampu
bertanggungjawab artinya:
- pelaku melakukan perbuatannya dengan bebas; tanpa
paksaan
- pelaku menginsyafi bahwa perbuatannya melawan hukum
dan ia mengerti akibat perbuatannya
• Dalam praktik, setiap pelaku dianggap mampu
bertanggungjawab ; kecuali bila ada dugaan pelaku sakit jiwa
atau tidak sempurna tumbuhnya

13/11/2019 118
KULIAH 7
• Percobaan Tindak Pidana

13/11/2019 119
PERCOBAAN (POGING)

• PASAL 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat
untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu,
bukan semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri.
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam
hal percobaan dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana
penjara paling lama 15 tahun.
(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan
kejahatan selesai.
• Pasal 54
13/11/2019Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana 120
Kasus 1
• Seorang yang sedang berdiri di bordes
KA, ketika akan diperiksa karcisnya oleh
kondektur, ia telah menendang kaki
petugas tersebut. Sehingga apabila
kondektur tidak dengan cepat
berpegang pada tiang besi KA, pasti ia
jatuh keluar dan terlindas KA (Arrest HR
Tgl 12 Maret 1942)

13/11/2019 121
Kasus 2
• Seorang POLANTAS memberi tanda agar
sebuah kendaraan bermotor berhenti,
karena tidak menyalakan lampu.
Pengemudi tetap tancap gas, sehingga
kalau petugas tidak menghindar
dengan cara melompat ia akan
tertabrak (Arrest HR 6 Pebruari 1951)

13/11/2019 122
Kasus 3
Percobaan Pembunuhan Berencana
KASUS
• A bermaksud menghabisi nyawa B
dengan meletakkan bom di mobil B. Bom
meledak sebelum B masuk mobil dan
mengakibatkan B luka-luka parah.
PASAL YG DIDAKWAKAN
• Pasal 340 jo Pasal 53 KUHP ( Percobaan
pembunuhan berencana)
ANCAMAN PIDANA
• 15 tahun penjara (lihat Ps. 53 ayat 3)

13/11/2019 123
• Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yg
merupakan percobaan tindak pidana yg
dipidana sbg delik selesai. Hal ini terdapat
juga dalam UU Pidana di luar KUHP.
• Ada juga delik-delik khusus dlm KUHP yg
mirip dgn percobaan yaitu makar (ps. 87)
dan permufakatan jahat (ps. 88), namun
ada syarat dr Ps. 53 yg belum dipenuhi
tapi sudah dapat dihukum

13/11/2019 124
POGING (PERCOBAAN)
• “Permulaan kejahatan yang belum selesai”
• Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang dan diancam
hukuman oleh undang-undang
• Poging adalah perluasan pengertian delik
• Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum
atau membahayakan kepentingan hukum
• KUHP tidak memberi perumusan/ definisi
• Harus diketahui kapan suatu delik dianggap selesai
• Delik selesai berbeda antara delik formil dan delik materiil
• Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan yang dilarang
telah dilakukan
• Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat yang dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh undang-undang telah timbul atau
terjadi

13/11/2019 125
Teori Subyektif
- subjectieve pogingsleer –
• seseorang yang melakukan percobaan
untuk melakukan kejahatan itu pantas
dihukum, oleh karena orang tersebut
telah menunjukkan perilaku yang tidak
bermoral yang bersifat jahat ataupun
yang bersifat berbahaya”
• Terdapat sikap batin atau watak yang
berbahaya dari si pelaku

13/11/2019 126
Teori Obyektif
- objectieve pogingsleer –
• Seseorang yang melakukan percobaan
untuk melakukan suatu kejahatan itu
dapat dihukum oleh karena “tindakan-
tindakannya telah bernilai
membahayakan bagi kepentingan-
kepentingan hukum”

13/11/2019 127
Pengklasifikasian Teori Objektif

• Teori Obyektif Formil


• Seseorang yang melakukan percobaan untuk
melakukan suatu kejahatan itu dapat dihukum
oleh karena “tindakan-tindakannya telah
bernilai membahayakan bagi kepentingan-
kepentingan hukum”. Teori ini tidak
membedakan antara percobaan pada delik
formil dan delik materiil
• Teori Obyektif Materiil membedakan
percobaan pada jenis deliknya (delik formil
atai delik materiil)
13/11/2019 128
• Teori Obyektif Materiil pada Delik Formil
“apabila telah dimulai perbuatan/tindakan yang
disebut dalam rumusan delik”

• Teori Obyektif Materiil pada Delik Materiil


• “segera setelah tindakan yang dilakukan oleh
pelakunya itu, menurut sifatnya secara langsung
dapat menimbulkan akibat yang terlarang oleh
UU tanpa pelakunya tersebut harus
melakukan suatu tindakan yang lain”

13/11/2019 129
Teori Campuran
• Teori Subyektif
- subjectieve pogingsleer –
dan
• Teori Obyektif
- objectieve pogingsleer –

13/11/2019 130
Syarat Percobaan yg dapat
dipidana
• Niat
• Permulaan Pelaksanaan
• Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan
semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri

13/11/2019 131
Syarat Pertama
NIAT atau “Voornemen”
• Menurut doktrin dan yurisprudensi
:”voornemen” harus ditafsirkan sebagai
kehendak, “willen” atau “opzet”
• Seseorang harus mempunyai kehendak,
yaitu kehendak melakukan kejahatan
• Karena ada 3 macam opzet, apakah opzet
di sini harus dtafsirkan dalam arti luas atau
hanya opzet dalam arti pertama (sebagai
“ogmerk” atau tujuan) ?
13/11/2019 132
Syarat Kedua
Permulaan Pelaksanaan
• “Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan
pelaksanaan”  een begin van uitvoering
• Harus ada suatu perbuatan(handeling)
• apa yang dimaksud “perbuatan sebagai
permulaan pelaksanaan” ?
• Undang-undang tidak merumuskan pelaksanaan
atau”uitvoering” dan bagaimana bentuknya
• Perlu digunakan penafsiran

13/11/2019 133
Pelaksanaan Kehendak atau
Pelaksanaan Kejahatan ?
• Secara gramatika, harus dihubungkan dengan kata yang
mendahuluinya yaitu “voornemen”/ niat/kehendak 
Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan
pelaksanaan. Jadi : pelaksanaan itu ditafsirkan
sebagai “pelaksanaan kehendak”  TEORI POGING
SUBYEKTIF
• Tetapi, jika dihubungkan dengan anak kalimat berikutnya
“… tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-
mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” maka
secara sistematis maka ditafsirkan sebagai
“pelaksanaan kejahatan”  TEORI POGING OBYEKTIF

13/11/2019 134
CONTOH KASUS
• A menghendaki untuk membunuh B , untuk melaksanakan
maksudnya, A harus melakukan beberapa perbuatan, yaitu :
• a. A pergi ke tempat penjualan senjata api
• b. A membeli senjata api
• c. A membawa senjata api ke rumahnya
• d. A berlatih menembak
• e. A menyiapkan sebjata apinya dengan membungkusnya rapat-
rapat
• f. A menuju rumah B
• g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan peluru
• h. A mengarahkan senjata kepada B
• i. A melepaskan tembakan ke arah B

13/11/2019 135
MANA YANG MERUPAKAN PELAKSANAAN ?
APAKAH TIAP2 PERBUATAN DALAM KASUS TSB
DAPAT DIHUKUM ?

• 1. Menurut Teori Poging Subyektif :


perbuatan a sudah merupakan
“permulaan pelaksanaan” karena telah
menunjukkan “kehendak yang jahat”
• 2. Menurut Teori Poging Obyektif :
perbuatan a  f belum merupakan
“permulaan pelaksanaan” karena semua
perbuatan itu “belum membahayakan
kepentingan hukum si B
13/11/2019 136
PEMBATASAN TERHADAP TEORI
SUBYEKTIF
• Perbuatan dibedakan :
• 1. tindakan atau perbuatan persiapan
(belum dapat dihukum)
• 2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan
(sudah dapat dihukum)
• Tetapi, pertanyaannya : mana yang
merupakan “perbuatan persiapan” dan
mana yang merupakan “perbuatan
pelaksanaan” ?
13/11/2019 137
PENDAPAT PARA AHLI DALAM
MASALAH TERSEBUT
1.Van Hamel : “apabila dari perbuatan itu telah terbukti kehendak yang
kuat dari si pelaku untuk melaksanakan perbuatannya”
2.Simons melihat dari jenis deliknya : delik materiil atau delik formil.
• Pada delik formil apabila perbuatan itu merupakan perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU, apabila perbuatan
itu merupakan sebagian dari perbuatan yang dilarang; jika ada
beberapa unsur maka jika sudah melakukan salah satu unsur
• Pada delik materril apabila perbuatan itu dianggap sebagai
perbuatan yang menurut sifatnya adalah sedemikian rupa ,
sehingga secara langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang
dan diancam dengan hukuman oleh UU
3.Vos : ada “permulaan pelaksanaan” apabila perbuatan itu
mempunyai sifat terlarang terjadap suatu kepentingan hukum.
4.Pompe : ada “permulaan pelaksanaan” apabila suatu perbuatan yang
bagi orang normal memungkinkan terjadinya suatu delik.

13/11/2019 138
Pendapat Hoge Raad
Ada “permulaan pelaksanaan” apabila antara perbuatan
yang dilakukan dan kejahatan yang dkehendaki oleh
seseorang itu terdapat hubungan erat langsung; yaitu
apabila seorang melakukan sesuatu perbuatan untuk
melaksanakan kejahatan , perbuatan itu baru dianggap
sebagai permulaan pelaksanaan apabila disamping
perbuatan itu tidak dibutuhkan lagi perbuatan-perbuatan
yang lain untuk menyelesaikan kejahatan.

13/11/2019 139
Percobaan delik formil
“apabila telah dimulai perbuatan/tindakan
yang disebut dalam rumusan delik”
Hoge Raad arrest tanggal 8 Maret 1920
N.J.1920
• “perbuatan menawarkan untuk dibeli dan
perbuatan menghitung uang kertas yang
telah dipalsukan di depan orang lain”
adalah tindakan permulaan dari tindakan
pelaksanaan
13/11/2019 140
Percobaan delik materiil
• “segera setelah tindakan yang dilakukan
oleh pelakunya itu, menurut sifatnya
secara langsung dapat menimbulkan
akibat yang terlarang oleh undang-
undang, tanpa pelakunya tersebut harus
mel;akukan suatu tindakan yang lain”
• Hoge Raad Arrest 19 Maret 1934, N.J
1934 Eindhovense Brandstichting - arrest

13/11/2019 141
Syarat Ketiga
Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri

• Contoh: Tertangkap tangan, korban


memberikan perlawanan, korban tidak
meninggal karena bantuan medis
• Membatalkan niatnya secara sukarela/kehendak
sendiri – vrijwillige terugterd – (TIDAK ADA
Percobaan yang dihukum)

13/11/2019 142
Dalam Pasal 18 RUU KUHP

(1) Dalam hal setelah permulaan pelaksanaan dilakukan, pembuat


tidak menyelesaikan perbuatannya karena kehendaknya sendiri
secara sukarela, maka pembuat tidak dipidana.
(2) Dalam hal setelah permulaan pelaksanaan dilakukan, pembuat
dengan kehendaknya sendiri mencegah tercapainya tujuan
atau akibat perbuatannya, maka pembuat tidak dipidana.
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) telah menimbulkan kerugian atau menurut peraturan
perundang-undangan telah merupakan tindak pidana
tersendiri, maka pembuat dapat dipertanggungjawabkan
untuk tindak pidana tersebut.(percobaan yang
dikwalifisir)

13/11/2019 143
Macam2 Percobaan (Doktrin)
• Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging --
> apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah
melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya
kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena suatu hal

• Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging --


> apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah
melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya
kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal

• Percobaan yg Tidak Sempurna (tidak wajar) :


Ondeugdelijke Poging --> apabila seseorang
berkehendak melakukan suatu kejahatan, dimana ia telah
melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya
kejahatan, namun tidak berhasil disebabkan alat (sarana) tidak
sempurna atau obyek (sasaran) tidak sempurna.
Tidak sempurna : mutlak atau relatif

13/11/2019 144
Pasal 20 RUU KUHP

Dalam hal tidak selesai atau tidak mungkin


terjadinya tindak pidana disebabkan
ketidakmampuan alat yang digunakan
atau ketidakmampuan objek yang
dituju, maka pembuat tetap dianggap
telah melakukan percobaan tindak pidana
dengan ancaman pidana tidak lebih dari
1/2 (satu per dua) maksimum pidana yang
diancamkan untuk tindak pidana yang
dituju.
13/11/2019 145
Melakukan percobaan kejahatan
akan tetapi tidak dihukum

• Pasal 184 ayat 5 KUHP –perkelahian


tanding
• Pasal 302 ayat 4 KUHP – penganiayaan
ringan terhadap binatang
• Pasal 351 ayat 5 dan Pasal 352 ayat 2
KUHP – penganiayaan biasa dan ringan

13/11/2019 146
Mangel am tatbestand (gebrek aan
feitelijk tosdracht v/e zaak)
• Kejadian-kejadian yang mirip dengan
percobaan yang tidak sempurna/ tidak wajar
di mana salah satu unsur dari kejahatan
tertentu itu sebenarnya tidak mungkin ada
atau tidak mungkin terjadi
• Misal:
• menggugurkan kandungan seorang
perempuan yang tidak pernah hamil;
• mencuri barang yang pencurinya tidak tahu
bahwa barang tersebut sebelum dicuri telah
diwariskan/diberikan padanya.

13/11/2019 147
Putatif Delict
• Seseorang mengira bahwa apa yang
dilakukan merupakan suatu tindak
pidana, padahal tindakan tersebut tidak
dilarang
• Contoh:
• Seseorang masuk ke Indonesia dan membawa
sejumlah uang kertas asing. Semula ia
beranggapan telah mencoba atau melakukan
suatu kejahatan. Namun ternyata uang yang ia
bawa masih dalam batas ketentuan yang tidak
dilarang

13/11/2019 148
Percobaan dalam kealpaan
• Pasal 287 KUHP
• “…yang sepatutnya ia harus dapat
menduga bahwa wanita itu belum cukup
umurnya…”
• Pasal 480 KUHP
• “…yang sepatutnya ia harus dapat
menduga bahwa barang itu diperoleh si
penjual dari kejahatan…”
13/11/2019 149

Anda mungkin juga menyukai