Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH HUKUM

ACARA PIDANA

Dosen Pengampu : DODY PRATAMA, M.H

Disusun Oleh : Kel. 1


• Aniswatul Maghfiroh
• Dwi Indah Sagita
• Heru
Sebelum Zaman Kolonial
Belanda

Di zaman dahulu sebelum


berlakunya hukum acara pidana
(disingkat KUHAP) atau sebelum
Belanda menjajah Indonesia hukum
yang ada pada waktu itu yang
berlaku di masyarakat adalah
hukum adat atau hukum yang tidak
tertulis.
Bentuk-bentuk Sanksi Dalam Hukum Adat

• Pembayaran ganti rugi


(immateriil)
• Paksaan menikahi gadis yang
telah di cemarkan
• Bayar uang Adat
• Permintaan maaf
• Berbagai rupa hukuman badan
• Hukuman mati
Zaman Penjajahan Belanda
Sebelum Belanda merdeka dari jajahan
Perancis maka berlaku hukum pidana Prancis
yang disebut “Code Penal“ namun setelah
Merdeka maka Belanda segera membuat atau
menyusun sendiri kitab undang-undang hukum
pidananya yang disebut Netherlandsch
Wetboek Van Strafrecht, Maka Indonesia
sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan
atas konkordansi dalam hukum pidana yaitu di
mana sedapat mungkin hukum pidana yang
berlaku di Indonesia sesuai dengan hukum
pidana yang berlaku di Belanda.
Inlandsch Reglement (IR)

Herzien Inlandsch Reglement (HIR)

Berdasarkan beberapa kali perubahan-perubahan IR tersebut


maka dengan stbld 1941 nomor: 44 diumumkan kembali IR
dengan perubahan menjadi Herzine Inlandsch Reglement
(HIR), Dalam prakteknya kedua-duanya masih tetap
diberlakukan yaitu IR masih tetap berlaku di Jawa dan Madura
sedangkan HIR berlaku di kota lainnya seperti Jakart (Batavia),
Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan lain-lain.
Zaman Penjajahan Jepang
Dihapusnya Raad Van Justitie sebagai pengadilan
untuk golongan Eropa.

Diberlakukan nya Undang-undang (Osamu Serei)


Nomor: 1 Tahun 1942 Sebagai aturan peralihan Jawa
dan Madura.

Sedangkan peraturan di luar pulau Jawa dan Madura


pun pemerintahan militer Jepang mengeluarkan
peraturan yang sama.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI

Berdasarkan undang-undang (drt) No. 1


tahun 1951 tersebut, Terbentuk pengadilan
yang berlaku di seluruh Indonesia dan
untuk semua golongan penduduk.
• Pengadilan negeri untuk
pemeriksaan tingkat
pertama.
• Pengadilan tinggi untuk
pemeriksaan tingkat kedua
atau banding.
• Mahkamah Agung untuk
pemeriksaan tingkat kasasi.
Riwayat Penyusunan KUHAP

Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang (drt)


No. 1 Tahun 1951 telah menetapkan
bahwa untuk seluruh Indonesia berlaku
pedoman untuk acara perkara pidana di
pengadilan negeri berlaku “Herzien
Inlandsch Reglement”
Hukum Acara Pidana dan susunan pengadilan Pasal
1 Undang-undang yang di hapus
1. Mahkamah yustisi di makasar & alat penuntut
umum padanya.
2. Appelraad diMakasar.
3. Appelraad di Medan.
4. Segala pengadilan negara dan segala
landgerecht (cara baru) dan alat penuntut umum
pasanya.
5. Segala pengadilan kepolisian dan alat penuntut
umum padany.
6. Segala pengadilan Magistraad (pengadilan
rendah).
7. Segala pengadilan Kabupaten.
8. Segala pengadilan raad distrik.
9. Segala pengadilan negorji.
10. Pengadilan swapraja.
11. Pengadilan adat.
Konsep-konsep yang
telah di kumpulkan panitia
intren Departemen
kehakiman pada tahun
1973
Rancangan Undang-
K
undang Hukum Acara
Pidana di sempurnakan
Pada tahun 1979 pada tahun 1974
diadakan pertemuan
antara Menteri
Kehakiman, Jaksa
Agung dan KAPOLRI Pada tanggal 23
dan wakil dari September 1981 dengan
Mahkamah Agung sidang pleno DPR
menyampaikan
menyetujui dan
mengesankan RUU-HAP

Anda mungkin juga menyukai