Anda di halaman 1dari 11

Nama : Afriyadi

NIM : 012021008
Kelas : Reguler 1A

BAB I

MENGENAL HUKUM
Kaidah adalah suatu pedoman atau aturan hidup yang menentukan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam
masyarakat agar tidak merugikan orang lain. Norman dikelompokkan menjadi 2 :

1. Kaidah yang bersangkutan dengan aspek kehidupan pribadi


2. Kaidah yang bersangkutan dengan kehidupan antar pribadi

Dengan demikian, ada 4 norma yang mengatur kepentingan manusia dalam kehidupan bermasyarakat: Norma
Kepercayaan, suatu aturan yang datangnya dari tuhan yang berisikan kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia,
larangan yang tidak boleh dilanggar yang apabila dilanggar mendapatkan sanksi dari Tuhan; Norma Kesusilaan,
ditujukan kepada manusia agar terbentuk kebaikkan akhlak pribadi, bersumber dari manusia itu sendiri, dan tidak
ditujukan kepada sikap lahiriah tetapi kepada batiniah.Kaidah Agama dan Kaidah Kesusilaan memiliki tujuan yang
sama yakni untuk memperbaiki pribadi manusia agar menjadi manusia yang berakhlak.; Norma Sopan Santun,
berasal dari masyarakat unttuk mengatur hubugan antar warganya , agar warganya saling hormat menghormati satu
sama lain. Norma Hukum, suatu aturan yang tertulis seperti peraturan perundang-undangan yang dibuat sesuai
prosedur atau tata cara yang telah ditetapkan.Kaidah hukum diperlukan oleh masyarakat guna mengatur segala
kepentingannya, baik yang sudah atau yang belum diatur dalam ketiga norma lainnya.

Hukum diperlukan dalam kehidupan masyarakat untuk :

1. Menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat


2. Menjaga agar tidak terjadi konflik antar anggota masyarakat
3. Hukum diciptakan untuk menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi
4. Menjamin terciptanya suasana aman, tertib dan damai

A. DEFINISI HUKUM
Berdasarkan definisi hukum menurut para Sarjana Hukum Indonesia, dapat disimpulkan, hukum itu meliputi
unsur :
• Peraturan tingkah laku manusia
• Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
• Peraturan itu bersifat memaksa
• Sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan itu adalah tegas

B. SUMBER-SUMBER HUKUM
Sumber-sumber hukum formal:
1. Undang-Undang, merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Setiap undang-undang terdiri dari : Konsideran, pasal demi pasal, dan penjelasan.
2. Yurisprudensi, Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
3. Kebiasaan, perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang dalam hal dan keadaan yang sama.
4. Perjanjian, suatu peristiwa dimana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang lain untuk melaksanakan
atau tidak melaksanakan suatu hal.
5. Perjanjian Internasional, Perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih (bilateral atau multilateral).
6. Doktrin/Pendapat Para Ahli, dapat dipergunakan sebagai landasan untuk memecahkan masalah-masalah
yang langsung atau tidak langsung berkaitan satu sama lain.

C. KLASIFIKASI HUKUM
1. Berdasarkan sumber formal; Hukum undang-undang, Hukum kebiasaan dan hukum adat, Hukum
yurisprudensi, Hukum traktak, Hukum perjanjian
2. Berdasarkan fungsinya: Hukum materil, Hukum formal; hukum acara perdata, hukum acara pidana, hukum
acara peradilan agama, hukum acara peradilan tata usaha negara, hukum acara mahkamah konstitusi.
3. Berdasarkan tempat berlakunya: Hukum nasional, Hukum internasional, Hukum asing, Hukum gereja
(katolik), Hukum islam
4. Berdasarkan bentuknya; Hukum tertulis, Hukum tidak tertulis, Hukum peradilan
5. Berdasarkan kekuatan berlakunya atau sifatnya; Hukum volunteer, Hukum kompulser
6. Berdasarkan hubungan yang diaturnya: Hukum objektif, Hukum subjektif
7. Berdasarkan waktu berlakunya; Hukum positif, Hukum yang dicita-citakan, Hukum asasi (kodrat)
8. Berdasarkan luas berlakunya; Hukum umum, Hukum khusus

D. SISTEM HUKUM DI INDONESIA


1. Pengertian Sistem Hukum
Sistem hukum adalah sebuah satu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang masing-masing unsur
saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan, unsur yuridisnya asas hukum maupun
pengertian hukum.
2. Sistem Hukum di Indonesia
a. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Berkembang di negara-negara Eropa dan biasa disebut hukum romawi. Prinsip utama hukum eropa
adalah hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang-
undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. Dengan demikian:
1) Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru.
2) Putusan hakim tidak mengikat umum.
3) Sumber hukum; undang-unang dibentuk oleh legislative, peraturan-peraturan hukum, dan
kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima dalam masyarakat.

Penggolongan hukum:

1) Bidang hukum publik; Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana
2) Bidang hukum privat; Hukum perdata, Hukum dagang
b. Sistem Hukum Anglo Saxon
Mula-mula berkembang di negara Inggris dikenal sebagai Common Law kemudian dianut di negara-
negara anggota persemakmuran Inggris, Amerika Utara, Kanada,dan Amerika Serikat.
Sumber Hukum dari sistem ini :
1. Putusan-putusan hakim atau yurisprudensi (judicial decision)
2. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan hukum tertulis

Peran Hakim: Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan hukum saja, hakim juga berperan besar dalam menciptakan kaidah-kaidah hukum.;
Hakim mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan-peraturan hukum dan
menciptakan prinsip-prinsip hukum baru; Hakim terikat pada prinsip hukum; Bila tidak ditemukan
putusan pengadilan, hakim berhak memutuskan perkara dengan metode penafsiran hukum.

c. Sistem Hukum Adat


Tumbuh dan berkembang di lingkungan kehidupan sosial Indonesia, Cina, India, Jepang dan negara
lain. Sistem hukum adat di Indonesia dibagi menjadi 3 :
1) Hukum adat mengenai tata negara
2) Hukum adat mengenai warga (hukum warga); hukum pertalian sanak, hukum tanah, dan hukum
perutangan.
d. Sistem Hukum Islam
Semula dianut oleh masyarakat Arab, kemudian berkembang ke negara-negara lain.
Sumber hukum islam; Al-Quran, Sunnah Nabi, Ijma’, Qiyas

Sistem hukum islam adalah “Hukum Fikih”, terdiri dari; Hukum rohaniah, Hukum duniawi; muamalat,
nikah, dan jinayat.

E. SEJARAH HUKUM DI INDONESIA


1. Periode Kolonialisme
Dibagi menjadi 3 era VOC, Pemerintahan Liberal Belanda dan Politik etis hingga pendudukan Jepang.
a. Era VOC (1602-1799)
Hukum yang digunakan bertujuan untuk;
1. Keperluan eksploitasi sistem ekonomi untuk membantu Krisis ekonomi di Negara Belanda
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.
b. Era Pemerintahan Liberal Belanda
Pada tahun 1800-1811 Gubernur Daendels mencoba terus memberlakukan hukum Belanda kepada
seluruh rakyat Hindia Belanda, usahanya gagal, terlebih setelah Belanda menyerahkan kekuasaanya
pada Inggris.
Pemerintah Inggris melakukan pembentukan peradilan; Division’s court, District’s court, Resident’s
court, Court of circuit

Setelah Inggris menyerahkan Indonesia kepada Belanda pada tahun 1814 maka seluruh tata
pemerintahannya mulai diatur dengan baik.

1) Masa Besluiten Regerings (1814-1855)


Dalam masa ini melahirkan kitab Burgerlijk Wetboek (BW), disamping itu produk hukum lainnya
adalah; perauran organisasi pengadilan, ketentuan umum tentang perundang-undangan, kitab
undang-undang hukum dagang, dan peraturan tentang hukum acara perdata.
2) Masa Regerings Reglement (1855-1926)
Berdasarkan Pasal 75RR hukum yang berlaku di Hindia Belanda;
• Pada tahun 1866 diundangkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bagi golongan Eropa
• Pada tahun 1872, diberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bagi golongan bukan
Eropa
• Pada tahun 1915, diundangkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku khusus untuk
orang pribumi.
3) Masa Indische Staatsregeling (1926-1942)
Pada tahun 1918 pemerintah Belanda membentuk wakil rakyat. Semulanya wakil rakyat hanya
mempunyai hak sebagai penasihat pemerintah saja. Tetapi sejak 1946 diberi hak untuk ikut serta
membuat undang-undang.
Indische Staatsregeling mencantumkan hukumnya dalam pasal 131 yang menyatakan ada tiga
golongan penghuni Hindia Belanda yang terdiri dari Golongan Eropa, Golongan Timur Asing, dan
Golongan Hindia Belanda.
1) Susunan Badan Peradilan bagi Golongan Eropa untuk wilayah Jawa dan Madura;
Residentiegerech, Raad van Justitie; Hooggerechtshof
2) Susunan Badan Pengadilan bagi Golongan Eropa untuk wilayah di luar Jawa dan Madura;
Residentiegerech, Raad van Justitie
3) Susunan pengadilan bagi golongan Pribumi di wilayah Jawa dan Madura; Districtsgerecht,
Regentschapsgerecht, Landraad
4) Susunan pengadilan bagi golongan pribumi untuk wilayah Luar Jawa dan Madura;
Negorijrechtbank, Districtgerecht, Magistraatsgerecht, Landgerecht
5) Lembaga peradilan lain diluar lembaga-lembaga diatas; Pengadilan Swapraja, Peradilan Agama,
Pengadilan Militer
2. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pemerintah Jepang melakukan perubahan atas badan-badan peradilan. Perubahan atas badan-badan
peradilan tersebut antara lain dihapuskannya dualism dalam tata peradilan, sehingga badan-badan
peradilan yang ada diperuntukkan bagi semua golobgan.

3. Masa Kemerdekaan (1945-sekarang)


a. Awal Kemerdekaan
Sepanjang rakyat Indonesia tidak dibiarkan mempunyai peradilan sendiri, maka Indonesia dilakukan
peradilan atas nama raja. Pengadilan asli ini ada dua, yakni; pengadilan adat dan pengadilan swapraja.
Setelah Indonesia merdeka, di awal-awal kemerdekaan belum terlihat adanya perubahan terhadap
lembaga pengadilan.
Perubahan terhadap lembaga peradilan terjadi lagi setelah Republik Indonesia menjadi Negara
Kesatuan, secara berangsur-angsur menghapuskan pengadilan tertent dan semua pengadilan adat.
Berdasarkan pasal 10 UU No.14 Tahun 1970, ada empat lingkungan peradilan, yakni peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara.
Berlakunya UU No. 4 Tahun 2004, Kembali terjadi perubahan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi,
administrasi, dan finansial lembaga pengadilan bukan menjadi urusan Departemen Hukum dan HAM
melainkan menjadi urusan Mahkamah Agung.
b. Era Orde Baru
Pembaruan hukum pada masa orde baru dimulai dari penyingkiran hukum dalam proses pemerintahan
dan politik, pembekuan UU pokok agrarian, membentuk UU yang mempermudah modal dari luar negeri
masuk ke Indonesia dengan UU Penanaman modal asing, UU Pertambangan, dan UU kehutanan.
Kemudian semenjak kekuasaan eksekutif beralih ke Presiden Habibie, terjadi beberapa pembaruana
formal; pembaruan sistem politik dan ketatanegaraan, pembaruan sistem hukum, dan pembaruan
sistem ekonomi.

F. LAPANGAN-LAPANGAN HUKUM
1. Lapangan Hukum Privat; Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Perdata Internasional, Hukum Acara
Perdata, Hukum Acara Peradilan Agama, Hukum Perkawinan, Hukum Perburuhan, Hukum Agraria
2. Lapangan hukum publik; Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum
Internasional, Hukum Acara Pidana
BAB II
POKOK-POKOK HUKUM PERDATA DAN HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL
A. SEJARAH HUKUM PERDATA
Hukum perdata yang berlaku sekarang berasal dari hukum perdata Prancis yang dikodifikasikan tanggal 21 Maret
1804 dengan nama Code Civil Des Francis. Sebelum itu diakui, hukum perdata Prancis terbagi atas dua wilayah
hukum;
1. Wilayah Utara dan Tengah
2. Wilayah Selatan

Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesia

KUH Perdata mulai berlakau di Hindia Belanda dahulu tanggal 1 Mei 1848. Namun, di zaman penjajahan Hindia
Belanda BW dan WvK tidak berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, karena pada waktu itu berdasarkan pasal
161-163 IS penduduk Hindia Belanda dibagi menjadi 3 golongan dengan hukum perdata yang berlaku bagi
mereka berbeda satu sama lain.

B. PENGERTIAN DAN SISTEMATIKA HUKUM PERDATA


Pengertian hukum perdata berdasarkan paparan para ahli, kajian utamanya pada pengaturan tentang
perlindungan antara orang yang satu dengan orang lain, tetapi du dalam ilmu hukum subjek hukum bukan hanya
orang tetapi badan hukum juga termasuk subjek hukum.
Di dalam hukum perdata terdapat 2 kaidah; Kaidah tertulis dan Kaidah tidak tertulis

KUH Perdata terdiri dari empat buku;

1. Buku I, perihal orang


2. Buku II, peirhal benda
3. Buku III, perihal perikatan
4. Buku IV, perihal pembuktian atau kadaluarsa

Hukum perdata yang termuat dalam KUH Perdata dibagi menjadi 4 bagian; Hukum perorangan, Hukum keluarga,
Hukum harta kekayaan dan Hukum waris
1. Hukum Perorangan, disamping orang-orang (Person), suatu badan atau perkumpulan dapat juga memiliki
hak dan dapat melakukan perbuatan hukum sama halnya manusia, disebut (rehctpersoon)
2. Hukum Perkawinan, masalah perkawinan diatur dalam KUH Perdata bagi yang beragama non islam
sedangkan untuk yang beragama Islam berlaku ketentuan UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
a. Dasar Perkawinan, mempunyai hubungan yang erat dengan agama sebagai dasar terjadinya perkawinan.
Perasaan/hati juga merupakan dasar yang utama untuk membentuk keluarga yang kekal dan Bahagia.
b. Syarat-Syarat Perkawinan, sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya (Pasal 2 UU
No.1 Tahun 1974). Ini berarti bahwa tidak akan ada perkawinan jika dilakukan dengan cara yang berbeda
dengan hukum agamanya masing-masing.
c. Pencegahan Perkawinan, dapat dicegah apabila para pihak atau salah satu pihak tidak memenuhi syarat
yang telah ditentukan. Yang dapat mencegah perkawinan; para keluarga dan garis keturunan lurus ke bawah
atau ke atas, saudara, wali nikah, wali, pengampu dari salah seorang calon mempelai, dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
d. Batalnya Perkawinan, dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan.
e. Hak dan Kewajiba Suami Istri, tercantum dalam pasal 34 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
f. Harta Benda dalam Perkawinan, mengenai harta dalam perkawinan UU No.1 Tahun 1974 tentang
perkawinan menentukan bahwa harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
g. Putusnya Perkawinan, hal-hal yang dapat memutus perkawinan adalah; kematian, perceraian, atau atas
putusan pengadilan.

3. Hukum Keluarga
Pada prinsipnya adalah serangkaian ketentuan tentang hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan
hidup kekeluargaan.
a. Kekuasaan Orangtua, seorang anak wajib hormat dan patuh kepada orangtuanya, sebaliknya orangtua
wajib memelihara, membimbing, dan membiayai pendidikan anak-anaknya.
b. Perwalian, anak-anak yang belum dewasa dan tidak mempunyai orangtua lagi memerlukan
pemeliharaan dan bimbingan orang lain sebagai walinya. Wali dapat ditetapkan oleh pengadilan atau
berdasarkan wasiat dari orangtuanya yang sudah meninggal.
c. Pengampuan, orang yang telah dewasa yang berada di bawah pengawasan.
4. Hukum Harta Kekayaan
Hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Harta
kekayaan meliputi 2 hal; hukum benda dan hukum perikatan.
a. Hukum Benda, mengatur tentang macam-macam benda, hak-hak kebendaan dan hukum waris.
1) Macam-macam Benda; benda bergerak dan benda tak bergerak
2) Hak-hak kebendaan; hak milik (Eigendom), hak kedudukan berkuasa (Bezit), dan hak kebendaan yang
memberikan jaminan.
b. Hukum Perikatan
Suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek-subjek hukum, sehubungan dengan itu, seorang atau
beberapa orang daripadanya mengikatkan dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
terhadap pihak lain.
Unsur-unsur perikatan; adanya hubungan hukum, antara seorang dengan satu atau beberapa orang
dan melakukan atau tidak melakukan dan memberikan sesuatu.
Jenis perikatan yang terpenting adalah perikatan yang lahir karena perjanjian. Suatu perjanjian yang
sah harus memenuhi empat syarat yang tercantuk dalam pasal 1320 KUH Perdata.

5. Jenis-Jenis Perjanjian
Secara teori, dikenal 2 jenis perjanjian, yakni perjanjian normative dan perjanjian innomarmatif.
Perjanjian normative
1. Perjanjian jual beli
2. Perjanjian tukar menukar
3. Perjanjian sewa menyewa
4. Perjanjian perburuhan
5. Persekutuan
6. Hibah
7. Perjanjian pinjam pakai
8. Perjanjian pinjam meminjam
9. Persetujuan untung-untungan
10. Pemberian kuasa
11. Penanggungan hutang
12. Perdamaian
6. Beberapa Asas-asas Perjanjian
1. Asas kepribadian
2. Asas konsensual/kesepakatan
3. Perjanjian batal demi hukum
4. Keadaan memaksa (Overmacht)
5. Asas canseling
6. Asas kebebasan berkontrak
C. HUKUM KEWARISAN PERDATA
Diatur dalam Bab kesebelas sampai dengan Bab tujuh belas dari Buku II KUH Perdata. Hal-hal yang harus
diketahui ;
1) Mewaris berarti menggantikan kedudukan orang yang meninggal mengenai hubungan-hubungan hukum
harta kekayaannya.
2) Pewaris adalah orang yang meninggal dan meninggalkan harta kekayaan.
3) Ahli waris adalah mereka yang menggantikan kedudukan hukum dari orang yang meninggal dunia dalam
kedudukan hukum harta kekayaan. Ada dua macam ahli waris yaitu ahli waris berdasarkan undang-undang
dan ahli waris berdasarkan surat wasiat.
4) Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninngal

D. HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


Hukum perdata internasional dalah keseluruhan peraturan dan/atau asas-asas hukum yang mengatur hubungan
hukum antara perseorangan dan/atau badan pribadi yang mengandung unsur asing dan mengutamakan
kepentingan individu.
Hukum perdata internasional pada intinya mengatur tentang;
1. Titi Pertalian Primer
Yang menentukan apakah suatu hubungan hukum antarperorangan termasuk ruang lingkup hukum perdata
internasional atau tidak. Yang termasuk; kewarganegaraan, bendera kapal, domisili, tempat kediaman, dan
tempat kedudukan badan hukum.
2. Titik pertalian sekunder
Yang menentukan tentang hukum negara mana yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan
atau masalah-masalah hubungan hukum antara orang yang berbeda kewarganegaraan. Yang termasuk;
pilihan hukum, tempat letaknya benda, tempat dilaksanakannya perjanjian/kontrak, dan tempat terjadinya
perbuatan melawan hukum.
3. Pilihan Hukum
Apakah para pihak dalam melakukan hubungan hukum telah melakukan pilihan hukum tertentu yang akan
berlaku terhadap hubungan hukum mereka. Jenis-jenis pilihan hukum; pilihan hukum secara tegas, pilihan
hukum secara diam-diam, pilihan hukum secara dianggap berlaku, dan pilihan hukum secara hypothetisch.
4. Status Personal
Diatur dalam pasal 16 AB terhadap personal diberlakukan hukum sesuai kewarganegaraannya. Status
personal ada dua asas; asas kewarganegaraan, dan asas teritorialites. Untuk menentukan badan hukum
yang mempunyai status personil berlaku beberapaa asas yaitu; prinsip kewarganegaraan/domisili, asas
centre of administration/of business, asas place of incorporation, asas central of exploitation.
5. Kualifikasi
Yang melakukan translation atau penyalinan dan fakta sehari-hari dalam istilah-istilah hukum.
6. Renvoi (Penunjukkan Kembali)
Terjadi apabila ketentuan Hukum Perdata Internasional suatu negara menunjuk diberlakukannya ketentuan
hukum perdata internasional negara lain, yang cara penentuan status personal seseorang berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lain.
7. Ketertiban Umum
Yang menjaga bahwa hukum yang dipilih oleh para pihak tidak bertentangan dengan sendi asasi dalam
hukum dan masyrakat sang hakim.
8. Persoalan Pendahuluan
Persoalan yang terlebih dahulu harus diselesaikan sebelum penyelesaian persoalan pokok yang diajukan
ke pengadilan.
9. Hak-hak yang diperoleh
Muncul karena persoalan, masalah atau kasus atau kepentingan mereka tidak bisa diselesaikan oleh hukum
nasional sehingga terpaksa mereka mempergunakan hukum asing untuk mendapatkan hak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai