Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH HUKUM ACARA PIDANA

NUR GHUFRAN AZOUMY


2009112875

1. Pra-Kemerdekaan
A. Penjajahan Belanda
Setelah merdeka dari jajahan Perancis,Belanda merancang KUHPnya yang
disebut “Nederlandsch Wetboek van Strafrecht” yang diadopsi dari hukum
pidana Perancis atau yang dikenal dengan “Code Penal” dan juga KUHP
Belanda berlaku di Hindia Belanda atas asas konkordansi.Perkembangan
hukum acara pidana di Hindia Belanda adalah adanya perubahan perundang-
undangan yang sudah dibuat lama yaitu “Inlandsch Reglement” atau
disingkat IR,dimana di dalamnya memuat hukum acara perdata dan hukum
acara pidana di muka pengadilan “Landraad” ,bagi golongan penduduk
Indonesia dan Timur Asing hanya berlaku di Jawa dan Madura.Sedangkan di
luar daerah tersebut yang berlaku adalah “Rechtsreglement voor de
Buitengewesten”.
IR itu tadi dengan Stbl.1941 No.44 diperbaharui menjadi “Herzien
Inlandsch Reglement” atau disingkat HIR
B. Penjajahan Jepang

 Berlaku Osamu Serei No. 1 Tahun 1942 yaitu Pasal 3


 Untuk semua golongan penduduk,kecuali bangsa Jepang,waktu itu
yang terpenting hanya ada dua pengadilan yaitu “Tie Hooin” dan
“Keizai Hooin” sebagai lanjutan dari pengadilan Belanda “Landraad
(Pengadian Negeri)” dan “Landgerecht (Pengadilan Kepolisian)”
 Peraturan yang dihapus yaitu:
a. Peraturan hukum pidana dan hukum acara pidana untuk
golongan Eropa
b. Raad van Justicia (pengadilan untuk golongan Eropa)
 Peraturan yang masih berlaku pada masa pemerintahan Jepang
adalah peninggalan peraturan Belanda yakni:
a. HIR (Herziene Inlandsh Reglement)
b. RBg (Reglement voor de Buitengwesten)
c. Landgerecht Reglement
2. Kemerdekaan
Di zaman Republik Indonesia berdasarkan hukum peralihan maka yang
berlaku pada pokoknya tetap “Herzien Inlandsch Reglement” dan
“Landgerechtsreglement”yang biasa disebut dengan nama “Regelemen
Indonesia yang telah Diperbaharui” dan “Regelemen Pengadilan Kepolisian”
Dengan adanya UUD 1945 Pasal 2 Aturan Peralihan,menyatakan bahwa
segala badan dan peraturan negara yang masih berlaku sebelum adanya
aturan baru yang mengaturnya,sehubungan dengan ini maka HIR
diberlakukan sebagai UU acara pidana.Perubahan baru dilakukan dengan
dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1947 tentang susunan kekuasaan
mahkamah agung dan kejaksaan agung,yang menjelaskan kewenangan
jaksa agung dalam melakukan pengawasan terhadap jaksa dan polisi serta
mengusut tindak pidana
3. Pasca Kemerdekaan

 14 Januari 1951 dikeluarkan UU darurat No.1/1951 tentang tindakan-


tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan dalam
susunan,kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil di Indonesia.Jadi
untuk penduduk sipil ada 3 macam pengadilan yaitu Pengadilan
Negeri(pemeriksaan tingkat 1),Pengadilan Tinggi(pemeriksaan tingkat
banding),dan Mahkamah Agung(pemeriksaan kasasi)
 Pasal 6 UU Darurat menetapkan HIR sebagai pedoman acara perkara
pidana untuk semua pengadilan negeri dan pengadilan tinggi
 Perubahan pasal 24 UUD 1945 menjadi UU No.14/1970 tentang kekuasaan
kehakiman pasal.Menurut pasal 12 UU kehakiman,hukum acara pidana
harus dibuat dalam undang-undang tersendiri
 31 Desember 1981 dikeluarkan UUD RI No.8 dengan nama Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana(KUHAP)

Anda mungkin juga menyukai