Anda di halaman 1dari 10

Hukum Acara Pidana

OLEH
A. NINDATU.,S.Pd.,MH.
PRINSIP HUKUM ACARA PIDANA

Prinsip Legalitas
(Konsideran KUHAP Huruf a)

Keseimbangan
(konsiderans KUHAP huruf c)

Prinsip Unifikasi
(Dalam konsiderans KUHAP huruf b)

Prinsip Differensiasi Fungsional

Prinsip Saling Koordinasi


ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM ACARA PIDANA

a. Logika
Untuk memperoleh suatu kebenaran, seseorang akan mememerlukan
suatu pemikiran untuk dapat menghubungkan satu keterangan dengan
keterangan lainnya, dalam hal ini dibutuhkan logika itu.
b. Psikologis
Dengan logika kita dapat mengarahkan pikiran kita menuju suatu
ketercapaian kebenaran materil, kemudian polisi, hakim,
jaksa/penuntut umum dan terdakwa adalah manusia yang memiliki
perasaan dan harus dimengerti pola tingkah lakunya
c. Kriminalistik
kriminalistik adalah ilmu yang dapat menganalisis dan menilai fakta-
faktanya.
(ilmu tulisan, ilmu kimia, fisiologi, anatomi patolohik,
toxikologi (ilmu racun), pengetahuan tentang luka, daktiloskopi atau
sidik jari, jejak kaki) antropometri dan antropologi. )
ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM ACARA PIDANA

d. Psikiatri
Hal-hal yang perlu diteliti dan iusut dalam uasaha menemukan
kebenaran material, bukan hanya manusia dan situasi dan
kondisi yang normal, tetapi kadang-kadang juga diperlukan hal
yang abnormal.
e. Kriminologi
Selain daripada ilmu-ilmu pembantu hukum acara pidana di
atas, maka ilmu kriminologi merupakan salah satu ilmu
pembantu yang sangat penting dalam hukum acara pidana,
sebab krimnologi ilmu yang mempelajasi sebab-sebab atau latar
belakang mengapa oarng melakukan kejahatan (etiologi
kriminal/ criminele aetologie).
Dalam karya Mr. J.M. Van
Bemmelen Leerboek van het
Nederlandse (1) Diusutnya kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya
Strafprocesrecht, yang distir
oleh Rd. Achmad S Soema undang-undang pidana, oleh alat negara, yang khusus
Dipradja yang mengemukakan
bahwa pada pokoknya hukum
diadakan untuk keperluan tersebut.
acara pidana mengatur hal- (2) Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu.
hal
(3) Diikhtiarkan segala daya-upaya agar para pelaku dari
HAL-HAL perbuatan tadi, dapat ditangkap, jika perlu untuk ditahan.
YANG (4) Alat-alat bukti yang telah diperoleh oleh terkumpul hasil
DIATUR pengusutan dari kebenaran persangkaan tadi diserahkan
DALAM kepada hakim, demikian juga diusahakan agar tersangka
HUKUM dapat dihadapkan kepada hakim.
ACARA (5) Menyerahkan kepada hakim untuk diambil putusan tentang
PIDANA terbukti tidaknya daripada perbuatan yang disangka
Maka berdasarkan hal di dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau hukuman
atas, dapatlah diambil
kesimpulan, bahwa tiga apakah yang lalu akan diambil atau dijatuhkan.
fungsi pokok acara pidana, (6) Menentukan upaya-upaya hukum yang dapat dipergunkana
adalah: 1. Mencari dan
menemukan kebenaran. 2. terhadap putusan yang diambil Hakim.
Pengambilan putusan oleh (7) Menentukan upaya-upaya hukum yang dapat dipergunakan
hakim. 3. Pelaksanaan
daripada putusan yang terhadap putusan yang diambil Hakim. (8) Putusan yang
telah diambil. pada akhirnya diambil berupa pidana atau tindakan untuk
dilaksanakan.
SEJARAH SINGKAT HUKUM ACARA
PIDANA

Untuk membicarakan atau menggambarkan hukum acara pidana


(tertulis) di zaman dahulu sebelum berlakunya hukum acara pidana
(disingkat KUHAP) atau sebelum Belanda menjajah Indonesia, adalah
merupakan suatu hal yang sangat sulit, sebab pada waktu itu yang
berlaku adalah hukum adat atau hukum yang tidak tertulis. Hukum
adat adalah merupakan pencerminan hukum yang terpencar dari jiwa
bangsa Indonesia dari abad ke abad, yang hidup dan terpelihara di
tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat digambarkan secara singkat
yaitu apabila diantara mereka dalam masyarakat itu timbul suatu
perselisihan, baik perkara pidana maupun perkara perdata, maka
penyelesaian perkara ini akan diajukan kepada penguasa
(Pemerintah), dan pemerintah inilah yang nantinya akan mengambil
keputusan yang harus diturutinya
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Hukum adat delik terhimpun dalam Pandecten van het Sdatrecht bagian X

b yang dikutip oleh Soepomo, menyebutkan berbagai bentuk sanksi adat


terhadap pelanggaran hukum adat sebagai berikut:

1) Pengganti kerugian immaterieel dalam pelbagai rupa seperti


paksaan menikah gadis yang telh dicemarkan.
2) Bayaran uang adat kepada orang yang terkena, yang berupa
benda yang sakti sebagai penggantikerugian rohani.
3) Selamatan (korban) untuk membersihkan masyarakat dari segala
kotoran gaib.
4) Penutup malu.
5) Pelbagai rupa hukuman badan, hingga hukuman mati.
6) Pengasingan dari masyarakat serta meletakkan orang di luar tata
hukum.
BERLAKUNYA HUKUM ACARA PIDANA (TERTULIS)
- Zaman Pendudukan Penjajahan Belanda
Sebelum negeri Belanda merdeka dari jajahan Perancis, maka berlakulah
hukum pidana Perancis yang disebut Code Penal, namun setelah merdeka
maka Belanda segera membuat atau menyusun sendiri Kitab Undang-undang
hukum Pidananya yang disebut Nederlandsch Wetboek van Strafrecht, maka
Indonesia (Hindia Belanda) sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan asas
konkordansi dalam hukum pidana, yaitu di mana sedapat mungkin hukum
pidana yang berlaku di Indonesia sesuai dengan hukum pidana yang berlaku di
negeri Belanda. Karena di Indonesia warganya terdiri dari berbagai golongan,
maka bagi tiap-tiap golongan penduduk Indonesia dibuat Kitab Undang-
undang Hukum Pidana sendiri, sebagai berikut: o Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch Indie untuk golongan penduduk Eropa, ditetapkan dengan
Koninklijk Besluit
Pabruari 1866, yang berisi hanya meliputi kejahatan-kejahatan saja. o
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie, untuk golongan penduduk
Indonesia dan Timur, ditetapkan dengan Ordonantie tanggal 6 Mei 1872,
hanya berisi kejahatan saja. o Algemeene Politie Strafreglement untuk
golongan penduduk Eropa, ditetap-kan dengan Ordonantie, tanggal 15 Juni
1872, berisi hanya pelanggaran-pelanggaran saja. o Algemeene Politie
Strafreglement untuk golongan penduduk Indonesia dan Timur, ditetapkan
dengan Ordonantie tanggal 15 Juni 1872, yang hanya berisi pelangaran-
pelanggaran saja.
Sedangkan bidang hukum acara pidana, maka diberlakukan, sebagai berikut:
Reglement op de Rechtterlijke Organisatie (Stbl. 1848 No. 57), yang
memuat ketetapan-ketetapan mengenai organisasi dan susunan peradilan
(justitie) di Indonesia. o
Reglement op de burgerlijke Rechtvordering (Stbl. 1849 No. 63), yang
memuat hukum acara perdata bagi golongan penduduk Eropa dan yang
disamakan dengan mereka.
Reglement op de Strafvordering (Stbl. 1849 No. 63), yang memuat hukum
acara pidana bagi golongan penduduk Eropa dan yang disamakan dengan
mereka.
Landgerechtsreglement (Stbl. 1914 No. 317), yang memuat acara di muka
pengadilan Landgerecht yang memutus perkara-perkara kecil untuk segala
bangsa, dan yang terpenting.
Inlandsch Reglement, yang biasa disingkat I.R. (Stbl. 1848 No. 16), yang
memuat hukum acara perdata dan hukum acara pidana di muka pengadilan
Landraad bagi golongan penduduk Indonesia dan Timur Asing, hanya
berlaku di Jawa dan Madura yang ditetapkan berdasarkan Pengumuman
Gubernur jenderal Tanggal 3 Desember 1847 Stbld Nomor; 57, maka mulai
tanggal 1 Mei 1848 berlakulah Indlands Reglement atau disingkat I.R.
atau lengkapnya Reglement op de uitoefening van de politie, de
Burgerlijke Rechtspleging en de Strafvordering onder de Inlanders en de
Vreemde Oosterlingen of Java en Madura,, sedangkan untuk luar

Anda mungkin juga menyukai