Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI PADA PASIEN

PALLIATIVE CARE
ISROFAH, S.Kep., Ns., M.Kep
Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pekalongan
KASUS
• An. A umur 16 tahun. Berawal dari jerawat di bawah hidung. Kemudian dia
mencongkel jerawatnya, lalu berdarah. Dan setelah itu keluar benjolan seperti
daging dari hidungnya yang awalnya kecil lama kelamaan semakin membesar. Lalu
si ibu membawa anak tersebut ke Rumah Sakit X di Serang, setalah dilakukan
biopsy dan pengangkatan pada benjolan tersebut, An.A masih melakukan
perawatan chemotheraphy. Setelah 1 tahun dari keadaannya yang membaik, dari
pernyataan ibu An.A, saat lukanya masih basah dilakukan chemotheraphy.
Kemudian benjolan tersebut muncul kembali di daerah pipi kanan dan semakin
membesar. Lalu dibawa ke Rumah Sakit Y.
• Di Rumah Sakit Y tidak dilakukan apa - apa. Lalu datang ke Rumah Sakit Z di Jakarta
tapi ditolak karena anak ini mengalami penyakit yang ganas dan di rujuk ke Rumah
Sakit BUNGA tapi kamar inap disana penuh dan si ibu memutuskan pulang
kerumah. Selama 3 bulan dirumah An.A tidak menerima perawatan apapun, dia
hanya berdiam diri di rumah sehingga keadaannya tidak mengalami perbaikan
malah benjolan makin besar. Terkadang terasa nyeri. Maka dibawa kembali ke
Rumah Sakit BUNGA untuk dilakukan pengobatan. Setelah diperiksa oleh dokter
anak, anak tersebut di diagnosis neuroblastoma.
Pendahuluan
• Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal.
• Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada
pencapaian kebutuhan dasar manusia.
Pendahuluan
• Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat, baik
dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup
seluruh kehidupan manusia.
• Sedangkan asuhan yang diberikan berupa
bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan
atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri.
• Maka kebutuhan pasien yang memiliki
penyakit kronis tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang
dilakukan dengan pendekatan interdisiplin
yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau
palliative care.
Pengertian
• KOMUNIKASI TERAPEUTIK
“Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar dan bertujuan dan
kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan
pasien, dan merupakan komunikasi
professional yang mengarah pada tujuan
untuk penyembuhan pasien”
Tujuan Komunikasi Terapeutik
• Komunikasi 1. Realisi diri
2. Kemampuan membina
terapeutik hubungan interpersonal
bertujuan untuk yang tidak superfisial
dansaling bergantung
mengembangkan dengan orang lain
pribadi klien 3. Peningkatan fungsi dan
kemampuan untuk
kearah yang lebih memuaskan kebutuhan
positif atau adaptif sertamencapai tujuan
yang reistis
dan diarahkan 4. Peningkatan fungsi dan
pada pertumbuhan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan
klien serta mencapai tujuAn
yang realistis.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik
yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip
‘humanity of nurses and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai
perbedaan karakter,memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya,
dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga
harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini
perawat harus mampu menjaga hargadininya dan harga diri
klien.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling
percaya (trust)harus dicapai terlebih dahulu sebelum
menggali permasalahan danmemberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998)
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti
memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,
saling percaya dan saling menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh
klien.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah
lakunya. Sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan
masalah – masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun fungsi.
Jenis Komunikasi Terapeutik
• Jelas dan ringkas, Perbendaharaan Kata (Mudah
dipahami), Arti denotatif dan konotatif, Selaan dan
Komunikasi
verbal kesempatan berbicara, Waktu dan Relevans, Humor

• Lengkap, ringkas, pertimbangan, konkrit, jelas, sopan,


Komunikasi benar
Tertulis

• pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata


Komunikasi
non verbal
Komunikasi non verbal

Kinesik • pesan non verbal yang diimplementasikan dalam


bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh

• bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang”


Proksemik dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu
berkomunikasi atau antara individudengan objek.

Haptik • zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara


dua orang waktu berkomunikasi.
Komunikasi non verbal
• penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalaukita
Paralinguistik hendak menginterprestasikan simbol verbal.

Artifak • benda material disekitar kita

Tampilan Fisik • atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-
lain
Tubuh
Logo dan Warna
Kreasi
Karakteristik Komunikasi Teraupetik

Ikhlas
(Genuiness)

Empati
(Empathy)

Hangat (Warmth)
Teknik Komunikasi Terapeutik

1 • Mendengar (Listening)

2 • Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)

3 • Mengulang (Restarting)

4 • Klarifikasi

5 • Refleksi
Teknik Komunikasi Terapeutik
• Memfokuskan
6

• Membagi persepsi
7

• Identifikasi Tema
8

• Diam (Silence)
9

• Informing
10

11 • Saran
Fase kehilangan pada penyakit kronis
dan tekhnik komunikasi
1 • Fase Denial ( pengikraran )

2 • Fase anger ( marah )

3 • Fase bargening ( tawar menawar )

4 • Fase depression

5 • Fase acceptance ( penerimaan )


Menyampaikan berita buruk
1. Persiapan
– Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan
berbagai macam informasi
– Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan
bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan
denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “
ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya
katakan kepada anda “
Menyampaikan berita buruk
2. Membuat hubungan
– Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika
di sana terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat
maka cari tahu siapa dia.
– Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan
dengan kabr buruk)
– Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya.
Anda harus mengkaji tentang pemahaman resipien
terhadap situasi.
– Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi
dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu
perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap
keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperti
“ mengapa tes itu di lakukan?”
Menyampaikan berita buruk
3. Berbagi cerita
– Bicara pelan
– Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai
kabar yang kurang baik untuk anda....
– Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek
Menyampaikan berita buruk
4. Akibat dari berita
– Tunggu reaksi dan tenang
– Misal : menangis, pingsan dll
– Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati
– Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi
anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?
– Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
– Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol
dengan menanyakan
– “ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa
bicara di kemudian? “
– Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri
perawat
Respon Klien Terhadap Penyakit
Kronik
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan kemandirian
3. Kehilangan situasi
4. Kehilangan rasa nyaman
5. Kehilangan fungsi fisik
6. Kehilangan fungsi mental
7. Kehilangan konsep diri
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
KESIMPULAN
• Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah
pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan
emosi klien.
• Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar
perilaku klien berubah kea rah yang positif secara optimal.
• Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia
harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi
nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggungjawab
• Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan
pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya
tanpa kritik dan hukuman.
Daftar pustaka
• Potter & Perry (2007). Fundamental
keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC
• Campbell (2013).Nurse To Nurse Perawatan
Paliatif. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai