Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PERDATA DAN BISNIS

( RESUME )

A. DEFINISI HUKUM
 Hukum tidak bisa didefinisikan ke dalam suatu makna yang lengkap, sehingga masing2 pakar hukum
dapat mendefinisikan hukum sesuai pandangan mereka masing2.
 Hukum Sulit didefinisikan karena hukum memiliki banyak segi dan cakupan yang luas.
 Hukum memiliki banyak segi dan cakupan yang luas karena hukum mengatur segala aspek
kehidupan manusia.
 Hukum bersifat dinamis (selalu berubah) sesuai dengan perkembangan / kebutuhan manusia di
zamannya
 Pendapat para sarjana hukum tentang pendefinisian hukum :
1. Hukum perlu didefinisikan
Bertujuan agar setiap orang yg ingin mengetahui tentang hukum dapat mengetahuinya dan
mengerti batasan2nya.
2. Hukum tidak perlu didefinisikan
Hal ini dikarenakan terlalu banyaknya definisi hukum sehingga akan membuat orang lain
kesulitan mempelajari hukum .

B. PENGKLASIFIKASIAN HUKUM
1. Hukum Menurut Saat Berlakunya
a. Hukum Positif ( Ius Constitutum )
Hukum yg berlaku saat ini di suatu wilayah tertentu
b. Ius Constituendum
Hukum yg diharapkan akan berlaku di waktu yg akan datang
Hukum berlaku apabila telah diundangkan ke dalam lembaran Negara
2. Hukum Dilihat dari Bentuknya
a. Hukum Tidak Tertulis ( Hukum Adat / Kebiasaan )
b. Hukum Tertulis
3. Hukum Dilihat dari Wilayah Berlakunya
a. Hukum Nasional  Berlaku di suatu Negara
b. Hukum Internasional
- Hukum yg berlaku di antara negara2 di dunia
- Diadili oleh Peradilan Internasional (di Den Haag) yg berada di bawah naungan PBB
4. Hukum Dilihat dari Fungsinya / Cara Mempertahankannya
a. Hukum Materiil
Hukum yg berisi ketentuan2 hukum yang berisi ketentuan berupa perintah atau larangan
b. Hukum Formil
- Hukum yg berisi tentang ketentuan2 tata cara untuk melaksanakan dan mempertahankan
ketentuan2 di dalam hukum materiil
- Mengatur cara2 penegak hukum dalam melaksanakan pengeakan hukum materiil
5. Hukum Dilihat dari Isinya / Kepentingan yg Diatur
a. Hukum Publik
- Mengatur Kepentingan Umum / Masyarakat
- Contoh : Hukum Pidana, Tata Negara, Tata Usaha Negara
b. Hukum Privat
- Mengatur kepentingan individu / perseorangan
- Contoh : Hukum Perdata, Hukum Dagang

C. HUKUM PERDATA
1. Definisi Hukum Perdata
Adalah hukum yg mengatur kepentingan2 perorangan/individu yg berbeda dengan hukum public sbg
hukum yg mengatur kepentingan umum/masyarakat.

a. Definisi Hukum Perdata, Menurut Prof. Subekti :


Hukum Perdata adalah segala hukum pokok yg mengatur kepentingan2 perseorangan yg berbeda
dengan hukum pidana.

b. Definisi Hukum Perdata, Menurut Prof. Sudewi Sochwan :


Hukum Perdata adalah hukum yg mengatur kepentingan2 perorangan/pribadi/warga Negara yg satu
dg warga Negara yg lainnya.
c. Kesimpulan :
Hukum Perdata adalah
- hukum yg mengatur hubungan hukum antara org yg satu dg org yg lain di dlm masyarakat
- menitikberatkan kpda kepentingan perseorangan/individu

2. Perbedaan Hukum Publik dg Hukum Privat


a. Hukum Publik
- Salah satu pihaknya adalah pemerintah/Negara
- Tujuannya melindungi kepentingan umum/masyarakat
b. Hukum Privat
- Keduabelah pihaknya adalah perseorangan
- Tujuannya melindungi kepentingan individu/pribadi, Negara tidak ikut campur

3. Macam-macam Hukum Perdata


a. Hukum Perdata dalam Arti Luas dan Sempit
- Hukum Perdata dalam Arti Luas
Adalah aturan2 hukum yg tercantum di dalam KUHP dan KUHD
- Hukum Perdata dalam Arti Sempit
Adalah aturan2 hukum yg terdapat di dalam KUHP

b. Hukum Perdata Tertulis dan Tidak Tertulis


c. Hukum Perdata Materiil dan Formiil (Hukum Acara Perdata)
- Hukum Perdata Materiil, yaitu
 Aturan2 hukum
 Mengatur hak dan kewajiban perdata (semua aturan yg ada dalam KUHP dan KUHD)
 Dan peraturan lain di luar KUHP dan KUHD yg mengatur hak dan kewajiban perdata
- Hukum Perdata Formiil, yaitu
 Aturan2 hukum
 Mengatur cara melaksanakan dan mempertahankan hak dan kewajiban perdata

4. Asas Hukum Perdata


1. Asas Individualistis thd Hak Milik ( Psl. 570 KUHP )
- Siapapun yg memiliki hak atas suatu benda, dia berkuasa penuh atas benda tsb, termasuk juga
hak atas tanah
- Org yg memiliki sebidang tanah dpt menikmati tanah tsb sebebas-bebasnya
- UU Pokok Agraria No. 50 Th. 1960, menyebutkan bahwa hak milik atas tanah mempunyai fungsi
social, sehingga asas individualitas khusus tanah tidak berlaku lagi

2. Asas Monogami di dalam Perkawinan ( Psl. 27 KUHP )


- Perkawinan harus monogami
- UU No. 1 Th. 1974 ttg Perkawinan mencabut aturan2 ttg perkawinan di dalam KUHP
- Asas monogamy did lm KUHP bersifat mutlak, sedangkan dlm UU Perkawinan berasas
monogami tetapi tidak mutlak
- Seseorang dpt memiliki istri lebih dari satu, apabila memenuhi syarat2 tertentu dan ketentuan
agamanya tidak melarang

3. Asas Kebebasan Berkontrak


- Setiap org boleh membuat perjanjian dlm bentuk apapun, baik yg sudah diatur di dlm KUHP
maupun yg belum diatur dlm KUHP, asalkan tidak bertentangan dg kesusilaan dan ketertiban

5. Aturan-Aturan Hukum Perdata


- Dwingen Recht
 aturan yg bersifat memaksa, harus dipatuhi, tidak boleh ditambah
 ada di dlm Buku II KUHP
 menganut system tertutup (tdk bisa ditambah/dikurangi)

- Aanvullen Recht
 aturan yg berfungsi sbg pelengkap/pedoman yg boleh diikuti atau tidak
 ada di dlm Buku III KUHP
 menganut system terbuka (tdk mengikat)
6. Hukum Perdata di Indonesia
- Masih beraneka ragam dan bersifat pluralisme sampai saat ini
- Selain KUHP berlaku juga ketentuan2 perdata islam, ketentuan adat, dll
- Terjadinya hal tsb di atas disebabkan karena belum adanya Hukum Perdata Nasional

7. Dasar Hukum Mengapa Aturan Belanda dan Jepang Masih Digunakan di Indonesia

- Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (17 Agustus 1945)


 Semua aturan yg sudah ada dinyatakan tetap berlaku sampai adanya penggantian oleh UU
yg baru yg bersifat Nasional
 Tujuan dibuatnya ttg aturan peralihan,
- untuk menghindari kekosongan hukum yg belum dibuat oleh Pemerintah Indonesia pada
saat itu
- agar Negara tsb tetap dpt berjalan dan menegakkan hukum dimana dijelaskan di dlm
UUD bahwa Indonesia adl Negara Hukum

- Pasal 192 Ketentuan Peralihan (berlaku Konstitusi RIS Th. 1949)


- Pasal 142 Ketentuan Peralihan (berlaku UUDS Th. 1950)
- Pasal II Aturan Peralihan (berlaku UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 1959)
- Pasal I Aturan Peralihan (berlaku UUD 1945 yg diamandemen sampai sekarang)

8. Status KUHP dan KUHD


a. Selama belum terbentuk suatu kodifikasi hukum nasional, maka kedudukan KUHP dan KUHD saat ini
tidak lagi merupakan wetboek, namun sebagai rechtboek (kumpulan2 peraturan hukum)
- Artinya, hakim pengadilan dpt menganggap suatu pasal dlm KUHP tsb tidak berlaku lagi, jika
dianggap pasal tsb bertentangan/tidak sesuai dg keadaan zaman sekarang ini dan tidak sesuai
dg jiwa kebangsaan Negara Indonesia saat ini
- Hal tsb di atas termuat di dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Th. 1963 (SEMA No.3
Th. 1963)
- Secara yuridis formil, kedudukan KUHP dan KUHD tsb tetap sbg Kitab Undang-Undang, sebab
tidak ada UU yg mencabut kedudukan KUHP dan KUHD
- KUHP dan KUHD sebagai pedoman bagi para hakim (boleh diikuti/tidak)

9. Isi KUHP
- Isi KUHP tdk utuh lagi, karna sudah ada bagian2 tertentu yg dinyatakan tidak berlaku
- Bagian2 yg tidak berlaku tsb telah diganti dengan peraturan perundang-undangan yg dibuat
oleh pemerintah Indonesia sendiri
- Bagian2 yg tidak berlaku tsb dpt juga karena telah disingkirkan oleh keputusan2 hakim sbg
pelaksanaan SEMA No.3 Th. 1963
- Contoh :
 UU No. 1 Th. 1974 ttg Pokok Perkawinan menyatakan pasal2 yg mengatur perkawinan dlm
Buku I KUHP tdk berlaku lagi
 UU No. 5 Th. 1960 ttg Pokok Agraria menyatakan pasal2 yg mengatur hak2 kebendaan atas
tanah dlm Buku II KUHP tdk berlaku lagi
 UU Hak Cipta, UU Hak Paten, UU Hak Tanggungan atas Tanah dll

10. Sistematika Hukum Perdata


A. Sistematika menurut Undang-Undang
a. Buku I ( Van Personen ) – Orang dan Keluarga
 Mengatur hukum ttg seseorang (pribadi) dan keluarga
 Keluarga dimasukkan ke Buku I karena hubungan keluarga berpengaruh thd kecakapan
seseorang utk memiliki dan menggunakan hak2nya
 Seseorang dianggap dewasa setelah berumur 21 th atau sudah menikah
 Seseorang boleh menikah setelah berumur 18 th
 Apabila telah dewasa seseorang dpt melakukan tindakan hukum sendiri, bila belum dewasa
maka harus diwakilkan

b. Buku II ( Van Zaken ) – Benda dan Waris


 Mengatur hukum ttg kebendaan dan hukum waris
 Hukum Waris dimasukkan ke Buku II karena salah satu cara untuk memperoleh hak
kepemilikan benda adalah dengan pewarisan
c. Buku III ( Van Verbinterissen ) – Kekayaan
 Mengatur hukum ttg kekayaan
 Mengatur hubungan hukum yg dapat dinilai dengan uang
 Contoh : jual beli, sewa menyewa, perjanjian, kontrak, dll

d. Buku IV ( Van Bewijs en Verjaring ) – Pembuktian dan Daluwarsa


 Memuat ttg pembuktian dan daluwarsa
 Mengatur ttg alat2 bukti dan akibat lewat waktu (kadaluwarsa)
 Dalam hukum perdata, daluwarsa dpt menimbulkan 2 akibat
1. Menimbulkan hak kepada seseorang
Contoh : seseorang yg mengerjakan sebuah lading milik org lain tanpa membayar
sewa/upeti, tanpa ada keberatan dari pemilik dan penduduk sekitar, maka setelah
lampau 30 th org tsb dpt mengajukan utk menjadikan tanah tsb sbg miliknya
2. Membebaskan seseorang dari suatu kewajiban
Contoh : A berhutang kpda B, tetapi selama 15 tahun B tdk pernah menagih kpda A,
maka A tidak wajib lagi membayar hutang tsb kepada B

 Menurut para ahli hukum, Hukum Keluarga tidak tepat dimasukkan ke dalam Buku I, karena Buku I
mengatur hubungan antar perseorangan
 Menurut para ahli hukum, Hukum Waris tidak tepat dimasukkan ke dalam Buku II, karena hukum
waris lebih dekat dengan Hukum Keluarga
 Menurut para ahli hukum, Buku IV tidak dapat dijadikan sbg sistematika hukum perdata, karena
Buku IV termasuk ke dalam hukum formil (Hukum Acara Perdata)
 Di dalam Hukum Formil (Hukum Acara) terdiri dari 2 bagian :
1. Hukum Materiil
2. Hukum Formil
Alat Bukti merupakan bagian hukum materiil, makadari itu bisa dimasukkan sbg sistematika KUHP

B. Sistematika Hukum Perdata Menurut Para Ahli Hukum


1. Hukum Tentang Orang / Personen Recht
 Mengatur tentang orang sbg subjek hukum, kewenangan hukum, domisili, nama, dan
catatan sipil.

2. Hukum Keluarga / Famili Recht


 Peraturan2 yang timbul karena adanya hubungan keluarga antara orang2 tertentu
 Contoh : Perkawinan, Hubungan Hukum antara Org Tua dg Anak, Hak dan Kewajiban Anak
thd. Org Tua, Perwalian, Perceraian

3. Hukum Harta Kekayaan / Vermogen Recht


 Ketentuan hukum yg mengatur hubungan2 hukum tentang hak dan kewajiban yg bernilai
uang

4. Hukum Waris / Erf Recht


 Ketentuan2 hukum yg mengatur tentang hal ikhwal harta benda seseorang yg telah
meninggal
HUKUM PERORANGAN
( PERSONEN RECHT )

A. DEFINISI
 Hukum Perorangan adalah :
- aturan2 hukum
- mengatur seseorang manusia sbg pendukung hak dan kewajiban
- kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum
- tentang umur
- domisili, dan
- catatan sipil
 Menurut Prof Subekti : Peraturan2 yang mengatur manusia sebagai subjek di dalam hukum

B. SUBJEK HUKUM
 Menurut Prof. Subekti, Subjek Hukum : adalah pembawa hak atau subjek di dalam hukum (orang)
 Menurut Riduan Syahrani, Subjek Hukum : Pendukung Hak dan Kewajiban
 Menurut Prof. Sudikno, Subjek Hukum : Segala sesuatu yg mendapat hak dan kewajiban dari hukum
 Simpulan, Subjek Hukum :
- segala sesuatu yg menurut hukum dapat mempunyai,
- menjadi pendukung hak dan kewajiban.
- berwenang untuk melakukan suatu tindakan hukum
 Subjek Hukum : Manusia
 Manusia disebut sbg Subjek Hukum : karena hukum dibuat untuk mengatur hubungan antar
manusia, manusia dg masyarakat, dan antar masyarakat
 Mulai disebut Subjek Hukum : sejak manusia lahir dan berakhir saat org tsb meninggal dunia
 Sifat Subjek Hukum Manusia : bersifat kodrat/melekat, hukum harus meyakini
 Setiap Subjek Hukum mempunyai kewenangan berhak dan kecakapan bertindak
 Kewenangan berhak : adalah kewenangan utk menjadi pendukung hak dan kewajiban
 Pasal 3 KUHP : “Tidak ada sebuah hukuman pun yg dpt mengakibatkan kematian seseorang yg
menyebabkan hilangnya hak2 keperdataan seseorang.”
 Faktor-faktor yg membatasi kewenangan hak seseorang :
1. Kewarganegaraan Seseorang
Contoh : UU Pokok Agraria menyebutkan, yg berhak memiliki tanah di Indonesia hanyalah WNI
2. Tempat Tinggal
Contoh : Hanya yg tinggal di kecamatan yang sama dg letak tanah pertanian, yg dapat menjadi
pemilik atas tanah tsb
3. Jabatan Seseorang
Contoh : Hakim / Penegak Hukum tidak boleh memiliki barang2 di dalam Negara yang sedang
dia tangani

C. ON BEKWAM
 Adalah orang2 yang dinyatakan tidak cakap untuk melakukan perbuatan2 hukum sendiri, sebagai
berikut :
1. Orang yg Belum Dewasa  harus diwakili orang tua / wali
2. Orang yg Terganggu Akal Sehatnya di bawah suatu pengampuan / diwakili oleh curator
3. Orang yg Dilarang UU utk Melakukan Perbuatan2 tertentu
- org yg dinyatakan PAILIT berdasarkan UU Kepailitan
- diwakili oleh Hakim Pengawas/curator
- Penjatuhan putusan PAILIT dilakukan oleh Pengadilan Niaga

D. PEMBATALAN
 VERNIETEGBAAR : Perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang2 ON BEKWAM dpt dimintakan
pembatalan hukumnya kepada Pengadilan Negeri
 NIETEG : batal demi hukum / dianggap tidak pernah ada

E. BADAN HUKUM
1. Definisi Badan Hukum
 Kumpulan orang2 yang bersama-sama mendirikan suatu perhimpunan dan mempunyai harta
kekayaan tersendiri untuk tujuan tertentu
2. Hakekat Badan Hukum
 Teori tentang Badan Hukum :
1. Teori Fiksi ( oleh F. C. SAVIGNY )
Hanya Manusia yg dapat menjadi Subjek Hukum, Badan Hukum yg dikatakan sbg Subjek Hukum
adalah sebuah fiksi (anggapan saja)
2. Teori Organ ( oleh OTTO VAN GIERKE )
Badan Hukum adalah sesuatu yg riil bukan fiksi, menjelma sungguh dalam lalu lintas hukum,
dapat menyatakan kehendaknya melalui organ/alat yg terdapat di dalam Badan Hukum tsb
3. Teori Harta Kekayaan Bertujuan ( oleh BRINZ )
Badan Hukum merupakan kekayaan yg bukan kekayaan perseorangan tetapi kekayaan tsb
terikat pada tujuan tertentu
4. Teori Kekayaan Bersama ( oleh MOLLENGRAAF )
Hak dan Kewajiban Badan Hukum pada hakekatnya adl Hak dan Kewajiban para anggotanya, shg
kekayaan Badan Hukum adl kekayaan bersama seluruh anggota
5. Teori Kenyataan Yuridis ( oleh MEIJERS )
Badan Hukum merupakan kenyataan/realistis, konkrit/riil, dan diakui secara yuridis, tidak fiksi

3. Jenis Badan Hukum


 Menurut Pasal 1653 KUHP, Badan Hukum dibagi menjadi :
1. Badan Hukum yang diadakan/dibentuk oleh Pemerintah
Contoh : Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, Bank yg didirikan Pemerintah
2. Badan Hukum yang diakui oleh Pemerintah
Contoh : Perkumpulan2, Gereja, dan organisasi2 keagamaan lainnya
3. Badan Hukum yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yg tidak bertentangan dengan UU
dan Kesusilaan
Contoh : PT, Yayasan, dll

 Menurut Sifatnya :
1. Badan Hukum Publik
Didirikan dan diatur berdasarkan aturan2 yang ada dalam lapangan hukum publik
2. Badan Hukum Privat
Didirikan dan diatur berdasarkan aturan2 yang ada dalam lapangan hukum privat
Contoh : PT, Yayasan, dll

4. Syarat Pembentukan Badan Hukum


Suatu Badan dianggap sebagai Badan Hukum apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Syarat Materiil
a. Ada harta kekayaan tersendiri, terpisah dari pemiliknya
b. Mempunyai tujuan tertentu
c. Mempunyai kepentingan sendiri
d. Ada organisasi yang teratur (AD/ART)
e. Ada pengurus yang lengkap
f. Didirikan dengan akta notaris
2. Syarat Formil
a. Syarat2 yg harus dipenuhi sehubungan dengan permohonan untuk ditetapkan statusnya
sebagai Badan Hukum
b. Mengajukan permohonan status kepada Kementerian Hukum dan HAM

5. Pihak Yang Mewakili Badan Hukum


 Dalam melakukan perbuatan2 hukum, suatu badan hukum diwakili oleh organnya (pengurusnya)
 Bila pengurus Badan Hukum dalam melaksanakan tugas2nya melampaui kewenangannya, maka
apabila terjadi kerugian, yg wajib bertanggung jawab adalah pengurus Badan Hukum tersebut

6. Domisili
 Adalah tempat dimana seseorang dianggap selalu ada dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari
 Setiap orang dianggap selalu memiliki tempat tinggal walaupun tidak punya rumah
 Domisili dibagi 2, yaitu : Tempat Tinggal Sesungguhnya dan Tempat Tinggal yang Dipilih
 Domisili Badan Hukum disebut Tempat Kedudukan
 Domisili Seseorang disebut Tempat Tinggal
 Pentingnya Domisili : untuk menunjukkan tempat dimana berbagai perbuatan hukum dilakukan
7. Catatan Sipil
 Suatu instansi yang dibuat oleh pemerintah untuk membukukan selengkap-lengkapnya mengenai
semua peristiwa2 yang penting bagi status keperdataan seseorang
 Terbuka bagi seluruh penduduk Indonesia

HUKUM KELUARGA
( FAMILI RECHT )

A. DEFINISI
Hukum Keluarga adalah :
- Hukum yang mengatur hubungan2 hukum yg timbul dari ikatan keluarga
- Karena keturunan sedarah atau karena perkawinan

B. PERKAWINAN
 Definisi perkawinan :
- Ikatan lahir batin antara pria dan wanita sbg suami istri
- Bertujuan membentuk keluarga/rumah tangga yg kekal dan bahagia
- Berdasarkan Ketuhanan YME

 Perbedaan antara Penduduk Indonesia dengan WNI :


- Penduduk Indonesia : terdiri atas WNI dan WNA yg berdomisili di Indonesia
- WNI : Warga Negara Indonesia asli yang berdomisili di Indonesia maupun di luar Indonesia

C. PERKAWINAN MENURUT KUHP DAN UU NO. 1 TAHUN 1974


1. Arti Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Perkawinan hanya sbg hubungan keperdataan saja


- UU tidak memperhatikan aturan2 keagamaan - Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria
- Perkawinan dianggap sah bila telah memenuhi dan wanita sbg suami istri
syarat2 di dalam UU - Sangat memperhatikan aturan2 agama
- Syarat2 atau ketentuan2 dalam aturan agama - Sebagian besar syarat sah nya perkawinan
dikesampingkan dalam UU merupakan syarat sah perkawinan
menurut agama

2. Hakekat Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

Perkawinan hanya sebagai suatu perjanjian


Perkawinan bukan sekedar ikatan formal, tetapi
merupakan suatu ikatan batin

3. Asas Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Monogami berlaku mutlak


- Poligami dilarang - Monogami, dengan pengecualian
- Suami dapat beristri lebih dari satu
- Sepanjang aturan hukum dan agamanya
mengizinkan
- Harus memenuhi syarat2 yg telah ditentukan
dalam pasal 3 – 5
4. Sifat Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Perkawinan tidak dapat dipaksakan


- Perkawinan tidak dapat dipaksakan
- Perkawinan terjadi karena kemauan kehendak
- Berdasarkan kesepakatan

5. Syarat-Syarat Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Sama dengan UU No. 1 Tahun 1974


- Ada persetujuan kedua calon mempelai
- Ada izin dari kedua orang tua/wali bagi calon
mempelai yg berumur < 21th
- Usia calon mempelai pria minimal 19th
- Usia calon mempelai wanita minimal 16th
- Antara kedua calon mempelai tidak ada
hubungan darah/keluarga yg tidak
memperbolehkan untuk menikah
- Tidak berada dalam ikatan pernikahan dengan
pihak lain
- Bagi suami istri yang telah bercerai dengan
orang yg sama kedua kalinya, untuk menikah
ketiga kalinya harus menurut ketentuan agama
- Tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon
mempelai wanita yang janda

6. Tujuan Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Tidak mengatur tujuan perkawinan


- Perkawinan bukan semata-mata untuk - Membentuk Rumah Tangga yang bahagia
mendapatkan keturunan - Kekal
- Perkawinan dapat dilakukan untuk tujuan2 - Berdasarkan Ketuhanan YME
tertentu, misalnya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan, warisan, dll

7. Akibat Hukum terhadap Suatu Perkawinan


 Kedudukan, Hak, dan Kewajiban

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Kedudukan suami istri tidak sama


- Istri dianggap tidak cakap (on bekwam) - Hak dan kewajiban istri sama dengan hak dan
kewajiban suami
- Kedudukan istri dan suami seimbang dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
di masyarakat

 Harta Kekayaan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Jika tidak ada perjanjian kawin, maka terjadi


persatuan atau percampuran harta kekayaan, baik - Harta kekayaan yang diperoleh selama
harta bawaan maupun harta yang didapat selama perkawinan berlangsung menjadi harta bersama
perkawinan - Harta bawaan dan harta yang diperoleh dari
warisan atau hadiah, menjadi milik masing2

 Keturunan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Anak tidak sah mempunyai hubungan hukum


hanya dengan orang yang mengakuinya - Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dari
perkawinan yang sah
- Anak yang tidak sah hanya mempunyai
hubungan hukum dengan ibunya
- Anak yang sah tidak memiliki hubungan hukum
dengan ayahnya, tidak berhak mendapat harta
warisan

8. Adopsi Anak

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Tidak mengatur masalah adopsi


- Diatur dalam Staat Blat 1917 No. 129 - Tidak mengatur masalah adopsi
- Dalam KUHP tidak mengatur adopsi karena - Diatur di dalam UU No. 12 Tahun 1976 ttg
menurut KUHP tujuan perkawinan adalah bukan Adopsi Anak
semata2 untuk mendapatkan keturunan - Dalam UU No. 1 Th. 1974 tidak mengatur karena
- Menurut Staat Blat 1917 No. 129, anak angkat dalam UU tsb telah mengatur ttg poligami bila
memiliki hak yg sama dengan anak kandung suatu pasangan tidak mendapatkan keturunan
- Anak angkat berhak mewarisi harta ortunya - Menurut UU No. 12 Th. 1976, pengangkatan
anak adalah agar anak tsb menjadi sejahtera
- Anak yg diangkat tidak putus hubungannya dg
orang tuanya
- Ortu angkat tidak boleh memaksakan agama yg
dianut thd anak angkatnya
9. Putus dan Bubarnya Suatu Perkawinan

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Menggunakan istilah ‘bubar’, karena menganggap


bahwa perkawinan adalah suatu perjanjian - Menggunakan istilah ‘putus’, karena
- Penyebabnya adalah kematian, perceraian, menganggap perkawinan adl suatu ikatan lahir
keadaan tidak hadir selama 10th yg diikuti dg dan bathin
perkawinan baru - Penyebabnya adalah kematian, perceraian, dan
- Dapat pula disebabkan karena putusan hakim putusan pengadilan
setelah terjadi pisah meja dan ranjang selama 5 th

10. Perkawinan Luar Negeri


Adalah suatu perkawinan :
- Yang dilakukan di luar negeri
- Antara 2 orang WNI atau WNI dg WNA
- Dilakukan menurut hukum berlaku dimana perkawinan itu dilangsungkan

11. Perkawinan Campuran

Menurut KUHP Menurut UU No. 1 Tahun 1974

- Perkawinan antara WNA dg WNA yang dilakukan di


Indonesia - Perkawinan antara WNI dg WNA yang dilakukan
- Tatacara perkawinan campuran mengikuti aturan2 di Indonesia
hukum suami - Tatacara perkawinan campuran mengikuti
- Perkawinan campuran membawa akibat thd status aturan2 dimana perkawinan itu dilangsungkan
kewarganegaraan thd suami/istri dan - Perkawinan campuran membawa akibat thd
keturunannya status kewarganegaraan thd suami/istri dan
- Istri harus tunduk pada status kewarganegaraan keturunannya
suami - Suami/istri bebas memilih status
kewarganegaraannya

BUKU DUA
KUHP

A. DEFINISI
 Menurut Pasal 499 KUH Perdata, benda lazimnya disebut dg objek hak berlawanan dengan subjek hak
(manusia).
 Pasal 499 KUH Perdata berbunyi :
“Benda (Zaak) adalah segala sesuatu yg dapat dimiliki atau yg dapat menjadi objek hak milik, sehingga
yang tidak dapat dimiliki oleh manusia adalah bukan Zaak.”
 Yang bukan Zaak : Laut, Bulan, Bintang dsb
 Menurut KUH Perdata, Zaak tidak hanya berupa barang berwujud, tetapi bisa juga berupa barang2 tak
berwujud
 Contoh : Hak Cipta, Hak Atas Piutang

B. Macam-Macam Benda
Menurut KUH Perdata, benda dibedakan atas :
1. Benda Berwujud dan Tidak Berwujud
Contoh Benda Tidak Berwujud : Hak Cipta, Hak Atas PIutang
2. Benda Bergerak dan Tidak Bergerak
Benda Bergerak dibagi menjadi 2 jenis :
a) Benda yg menurut sifatnya bergerak (dapat berpindah atau dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain)
Contoh : sepeda, kuris, meja, buku, dll
b) Benda yg ditetapkan UU sbg benda bergerak (segala hak atas benda2 bergerak)
Contoh : hak memetik hasil dan hak memakai, hak atas bunga yg harus dibayar selama hidup
seseorang, dsb
Benda Tidak Bergerak dibagi menjadi 3 jenis :
c) Benda yg menurut sifatnya tdk bergerak
- Tanah
- Segala sesuatu yg bersatu dg tanah karena tumbuh dan berakar serta bercabang seperti
tumbuh2an, buah2an yg masih belum dipetik, dsb
- Segala sesuatu yg bersatu dg tanah karena didirikan di atas tanah itu, yaitu karena
tertanam dan terpaku
d) Benda yg menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda tidak bergerak
- Pada Pabrik : segala mesin, ketel, dan alat2 yg dipakai terus menerus
- Pada Perkebunan : rabuk bagi tanah, ikan dalam kolam dll
- Pada Rumah Kediaman : kaca2, tulisan2 di dinding dll
- Barang2 Reruntuhan yg akan dipakai untuk membangun bangunan kembali
e) Benda yg menurut penetapan UU sbg benda tidak bergerak
- Hak-hak atau penagihan atas suatu benda yg tidak bergerak
- Kapal2 yg berukuran 20 meter kubik ke atas (dalam hukum perniagaan)
-
3. Benda yang Musnah dan yang Tetap Ada
4. Benda yang sudah Ada dan yang Akan Ada
5. Benda yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi
6. Benda yang Dapat Diperdagangkan dan Tidak Dapat Diperdagangkan

C. KETENTUAN KHUSUS
Pembagian benda2 menjadi benda bergerak dan benda tak bergerak sangat penting di dalam hukum karena
berkaitan dengan ketentuan2 khusus
Ketentuan Khusus tersebut adalah dalam hal :
1. Penyerahan ( Levering )
2. Penyitaan ( Bezlag )
3. Pembebanan / Penjaminan ( Bezwaring )
4. Daluwarsa ( Verjaring )
5. Hak Menguasai ( Bezit )

No. Ketentuan Khusus Benda Bergerak Benda Tidak Bergerak


dalam hal

1.
Penyerahan ( Levering ) - Cara penyerahannya dilakukan - Cara penyerahannya dilakukan
secara nyata (langsung dengan balik nama
diserahkan)
- Contoh : meja, kursi, TV - Contoh : Tanah

2.
Penyitaan ( Bezlag ) - Dilakukan dengan Sita - Dilakukan dg Sita Concervatoir ,
Revindicatoir (sita gadai), yaitu yaitu barang tsb diamankan
barang langsung dikuasai oleh untuk dijadikan sebagai jaminan
pihak yg menyita gadai

3.
Pembebanan ( Bezwaring ) - Penjaminannya disebut gadai - Pembebanannya disebut Hipotik
( Pand ) - Benda yg dijaminkan tetap masih
- Benda yg dijaminkan adl benda
bergerak dikuasai oleh pemilik barang
- Benda yg dijaminkan diserahkan - Yg dijaminkan hanya surat2 bukti
ke pegadaian kepemilikannya saja

4.
Daluwarsa ( Verjaring ) - Tidak ada daluwarsa - Berlaku daluwarsa

5.
Hak Menguasai ( Bezit ) - Berlaku Pasal 1977 KUHP - Tidak Berlaku Pasal 1977 KUHP
- Barang siapa menguasai barang
bergerak, maka dia dianggap
seolah-olah memiliki benda tsb

Jaminan Fidusia :
- Jaminan atas dasar kepercayaan
- Barang yg dijaminkan adl barang bergerak atau tidak bergerak yg jumlahnya tidak terlalu besar
- Barang jaminan tdk diserahkan kepada pegadaian

HUKUM BENDA
( VAN ZAKEN )

A. DEFINISI
 Menurut Riduan Syahrani
Hukum Benda adalah peraturan yg mengatur tentang hubungan antara seseorang dengan benda
Hubungan tersebut menimbulkan hak atas benda / Hak Kebendaan ( Zaaklijk Recht )
 Hak Kebendaan
- Hak yang memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang
- Berhak untuk menguasai suatu benda di dalam tangan siapapun benda itu berada
- Bersifat absolute / mutlak

 Ciri-ciri Hak Kebendaan :


1. Bersifat Mutlak / Absolut
2. Mempunyai Zaak Gevolg (hak benda tsb mengikuti kemanapun benda itu berada)
3. Hak kebendaan bersistem (hak kebendaan yg lebih dulu terjadi mempunyai kedudukan lebih tinggi
daripada yang paling baru terjadi)
4. Mempunyai hak dilebihdahulukan (pemegang hak hipotik didahulukan daripada yg lain)

B. MACAM-MACAM HAK KEBENDAAN


Hak kebendaan dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Hak kebendaan yang Memberi Kenikmatan
Contoh : hak menguasai, hak milik, hak pakai
2. Hak Kebendaan yang Memberi Jaminan
Contoh : hak jaminan fidusia, hak jaminan gadai, hipotik

Dengan adanya UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria, Hak-hak kebendaan yg memberi
kenikmatan atas tanah dinyatakan tidak berlaku lagi.

Hak-hak atas tanah yg tidak berlaku lagi : Hak-hak tersebut diganti dengan :

1. Hak Bezit
2. Hak Eigendon 1. Hak Milik ( HM )
3. Hak Servitut 2. Hak Guna Usaha ( HGU )
4. Hak Obstal 3. Hak Guna Bangunan ( HGB )
5. Hak Erfpacht 4. Hak Pakai ( HP )
6. Hak Pakai Tanah 5. Hak Sewa ( HS )

1. Hak Milik
 Adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah , dengan
mengingat bahwa hak tanah tersebut mempunyai fungsi social
 Yang dapat memiliki HM adalah WNI
2. Hak Guna Usaha
 Adalah hak untuk mengusahakan tanah Negara dalam jangka waktu maksimum 25 – 35 tahun;
 bila diperlukan masih bisa diperpanjang;
 digunkan untuk usaha pertanian, peternakan, atau perikanan;
 luas tanah minimal 5 hektar.

3. Hak Guna Bangunan


 Adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan milik sendiri (tanah
sewa atau kontrak);
 Jangka waktu 30 th dan dapat diperpanjang 20 th;
 Pemegang HGB adalah WNI.
4. Hak Pakai
 Adalah hak untuk memakai/memungut hasil dari tanah Negara atau tanah orang lain
 Hak pakai dapat dimiliki WNA
5. Hak Sewa
6. Hak Sewa untuk Bangunan
7. Hak untuk Membuka Tanah
8. Hak untuk Memungut Hasil Hutan

C. UU NO. 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA (UU PA)


 Latar Belakang / Alasan dibentuknya UU PA
- Hukum Tanah di Indonesia bersifat dualisme, ada yg tunduk pada hukum barat dan ada yg
tunduk pada hukum adat
- UU PA dibuat dg tujuan untuk menghilangkan sifat dualisme hukum tanah
- UU PA dibuat karena Hukum Tanah di dalam KUHP bersifat individualistis, absolute dan tidak
memiliki fungsi social
- Pasal-pasal di dalam Buku Kedua KUHP tsb bersifat memaksa (dwingen recht) dan menganut
system tertutup, sehingga seseorang tidak dapat mengadakan, menciptakan hak-hak kebendaan
selain yg telah ditetapkan KUHP
- Oleh sebab tsb, dibuatlah UU PA yang tidak bersifat individual dan memiliki fungsi social
- Selain itu, UU PA dibuat agar terdapat keseragaman di dalam hukum In donesia

 Ruang Lingkup UU PA
- Dalam Arti Luas : Bumi, Air, Ruang Angkasa, dan Kekayaan yg ada di dalamnya
- Dalam Arti Sempit : Hak-hak atas tanah

D. PRIVILEGE
Buku Kedua selain mengatur hukum benda, juga mengatur hukum waris dan privilege
 Definisi PRIVILEGE
1. Menurut Prof. Sudewi
Adalah suatu hak yang diberikan oleh UU kepada seorang kreditur yang kedudukannya di atas
kreditur yang lain
2. Menurut Pasal 1145 KUHP
Adalah suatu hak yang diberikan oleh UU kepada seorang kreditur, sehingga tingkat kedudukan
kreditur tsb lebih tinggi daripada kreditur2 lainnya (lebih didahulukan pembayaran piutangnya)
Contoh : kreditur yang memegang hipotik

 Macam-Macam Privilege
1. Privilege Khusus : Piutang2 yang diistimewakan terhadap benda2 tertentu yg telah ditetapkan dalam
perjanjian
2. Privilege Umum : Piutang2 yang diistimewakan terhadap semua barang2 debitur
Lebih diutamakan privilege khusus daripada privilege umum

E. HAK REKLAME
 Hak yg diberikan kepada si penjual untuk meminta kembali barangnya dari pembeli, setelah pembeli
membayar tunai barang tsb
 Perbedaan Hak Reklame antara KUHP dan KUHD :

Menurut KUHP Menurut KUHD

 Dapat digunakan paling lambat 30 hari


 Barang tsb berupa barang eceran / tidak  Jangka waktu 60 hari
dalam partai besar  Pembelian tunai maupun kredit
 Barang tsb masih ada di tangan pembeli  Pembelian barang dalam partai besar/grosir
(belum dijual kembali)

F. HAK RETENSIL
 Menurut Prof. Sudewi
Adalah hak untuk menahan suatu benda, sampai piutang yang berkenaan dengan benda tsb dilunasi

Anda mungkin juga menyukai