Anda di halaman 1dari 6

Nama : Bisma Putra Aryawisesa

NPM : 3019210270

Kelompok : 4

SEJARAH HUKUM ADAT SEBAGAI SISTEM HUKUM DARI TIDAK/BELUM


DIKENAL HINGGA SAMPAI DIKENAL DALAM DUNIA ILMU PENGETAHUAN

Sebelum zaman Kompeni - jadi sebelum tahun 1602 tidak diketemukan catatan ataupun
tidak terdapat perhatian terhadap hukum Adat kita dari orang-orang bangsa Asing .

Dalam zaman Kompeni barulah bangsa Asing mulai menaruh perhatian terhadap adat-
istiadat kita. Ada yang mencurahkan perhatian nya itu sebagai orang perseorangan, ada pula
yang karena jabatannya ataupun yang khusus mendapat tugas/perintah dari penguasa kolonial
pada saat itu. Yang bekerja sebagai perseorangan mendahului usaha-usaha Kompeni adalah:

a. Robert Padtbrugge

Seorang dokter, gubernur Ternate dan kemudian Banda, membuat karangan tentang adat-
istiadat Minahasa dalam tahun 1679

b. Francois Valentijn

(1666-1727), seorang pendeta, menerbitkan - Oud en nieuw Ouv. Indien", suatu encyclopedie
yang berisi sedikit bahan-bahan tentang kesulitan hukum dan penghidupan rakyat.

Pada zaman Kompeni/VOC (1602-1800).

Kompeni (VOC) adalah pada hakikatnya suatu perseroan dagang Oleh karena itu mudah
dimengerti bahwa Kompeni hanyalah mengutamakan kepentingannya sebagai badan
perniagaan. Dengan demikian, maka bangunan-bangunan hukum adat yang hingga saat itu
sudah ada di daerah-daerah sejauh mungkin dibiarkan saja, schingga hukum rakyat tersebut
masih tetap berlaku Baru apabila kepentingan Kompeni terganggu, maka Kompeni
menggunakan kekuasaannya terhadap bangunan-bangunan asli tadi Hal ini membawa akibat,
bahwa sikap Kompeni terhadap hukum adat adalah tergantung daripada keperluan pada
ketika itu. Jadi Kompeni menjalankan politik opportuniteit

Soerojo Wignjodipoero,S.H.,Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat,(Jakarta: PT TOKO GUNUNG


AGUNG,1967) hlm 35
Mr. Idema dalam "Overzicht v.d. Indische Rechts Staatkundige Geschiedenis dalam
Koloniale Studien. 1928 jilid II halaman 297 menegaskan bahwa Kompeni sedapat-dapatnya
hanya campur tangan dalam hal perkara pidana" Hal ini dapat dimengerti, sebab kepentingan
Kompeni membutuhkan sangat adanya ketentraman umum di dalam masyarakat.

Sampai berapa jauh pengaruh Kompeni terhadap hukum adat pidana?

Bahan-bahan tentang hal ini adalah kurang cukup. yang dijumpai hanyalah mengenai
hukuman yang dijatuhkan saja seperti yang termuat dalam Pepakem Cirebon: hukuman
"pukulan", hukuman dengan cap bakar, perantaian, dan lain sebagainya. Jelas sekali, bahwa
penetapan hukuman itu berasal dari hukum Kompeni, sebab hukum asli tidak mengenal
hukuman-hukuman semacam itu. Dalam hukum adat se- suatu kejahatan harus dihukum
dengan hukuman denda.

Bagaimana sikap Kompeni terhadap hukum adat sipil?

Semula Kompeni membiarkan hukum adat sipil berlaku seperti sediakala. Kemudian
pengurus Kompeni di negeri Belanda ("Heren XVII") menc tapkan dengan perintah
tertanggal 4 Maret 1621 yang mengharuskan hukum sipil Belanda diperlakukan di dalam
daerah yang dikuasai oleh Kompeni. Perintah pengurus Kompeni tersebut di atas buru pada
tahun 1625 oleh Gubernur Jenderal De Carpentier dipenuhi, akan tetapı dengan syarat jika
sekiranya dapat dilakukan di negeri ini dan jika menurut ke adaan di negeri ini dapat
dilakukan.
Dengan diadakannya syarat-syarat tersebut di atas tersimpul kemungkinan untuk tidak
memperlakukan hukum Belanda jika keadaan memaksa Dalam zaman Kompeni terdapat
beberapa kitab tulisan-tulisan tentang hukum adat sebagai berikut:

a. Kitab Hukum Mogharraer yang dibuat dalam tahun 1750 untuk ke perluan Pengadilan
Negeri - (Landraad) di Semarang. Buku Hukum ini tidak membuat hukum adat yang hidup
pada rakyat, akan tetapi sebagian besar memuat hukum pidana Islam... "walaupun rupanya
telah agak luntur".)

b. Catatan tentang Hukum Adat yang terdapat di keraton Bone dan Goa oleh Bosschenaar
Yan Dirk van Clootwijck, Gubernur pantai Sulawesi 1752 - 1755.

Soerojo Wignjodipoero,S.H.,Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat,(Jakarta: PT TOKO GUNUNG


AGUNG,1967) hlm 35
c. Kitab Hukum Preijer yang berisi hukum perkawinan dan hukum waris menurut hukum
Islam untuk dipakai pada pengadilan-penga dilan Kompeni. Buku ini dibuatnya atas perintah
Gubernur Jenderal Mossel serta disahkan oleh Kompeni dalam tahun 1760. Dalam ke
nyataannya buku ini tidak begitu banyak diikuti oleh rakyat dalam kehidupannya sehari-hari.

d. Pepakem Cirebon dibuat oleh Mr. P.C. Hasselaer residen Cirebon dari 1757-1765. Buku
ini yang dibuat dalam tahun 1758 semula ber judul "Tjirebonsch Rechtsboek" kemudian oleh
Dr. Hazen diterbitkan kembali dalam tahun 1905 sebagai Pepakem Cirebon.

e. Laporan Van Overstraten, Gubernur pesisir Timur laut Jawa tentang "Desa di Jawa sebagai
badan yang mempunyai organisasi sendiri"(22-7-1796).

f. Tulisan Nicolaas Engelhard, Gubernur Pasundan tentang penduduk desa asli dan
penumpang di Pasundan. (1795); kemudian dalam tahun 1805 tentang penyelidikan
pembagian sawah-sawah dalam kalangan penduduk desa.

g. Hasil penelitian Dirk van Hogendorp, Gezaghebber pantai Timur Jawa (1794–1798)
mengenai soal-soal milik tanah.

Zaman Daendels (1808 -1811)

Daendels, walaupun menganggap, bahwa hukum adat dihinggapi beberapa kekecewaan


terutama hukum pidananya merasu segan untuk mengganti hukum adat itu sekaligus dengan
hukum Eropa. Daendels tidak membuat perubahan-perubahan yang penting dalam hukum
anak negeri (hukum adat)

Selama pemerintahan Daendels boleh dikatakan segala hukum penduduk tetap tinggal
seperti sedia kala dan umumnya dilakukan un tuk bangsa bumiputera hukumnya sendiri serta
acara hukum yang biasa dipakainya dengan pengertian bahwa guna pengusutan sesuatu per
karu pidana tidak lagi diperlukan adanya dakwaan orang yang menjadi korban atau
keluarganya serta tentang hukumannya diperbolehkan menyimpang dari hukum adat.)
Bagaimanakah paham Daendels tentang corak dan sifat hukum Adat Daendels di dalam
peraturannya terhadap "daerah pantai Timur Laut pulau Jawa" menetapkan penghulu dalam
perlakuan hukum asli sebagai ahli ("deskundige" - pasal 44) serta dipergunakan sebagai juru
penasehat (pasal 58). Oleh karena ketentuannya ini, maka telah dapat diperoleh kesimpulan,
bahwa Daendels menganggap hukum asli di pulau Jawa terdiri atas hukum Islam.)

Soerojo Wignjodipoero,S.H.,Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat,(Jakarta: PT TOKO GUNUNG


AGUNG,1967) hlm 35
Anggapan Daendels yang demikian itu sangat dipengaruhi oleh suasana di sekelilingnya
pada saat itu. Tentang suasana ini Van Vollen hoven dalam buku "Adatrecht II halaman 345"
menulis bahwa dalam tahun 1807, 1808 dan 1809 pegawai-pegawai tinggi pemerintah jug.
banyak mengeluarkan pikirannya tentang hukum anak negeri seperti hukum itu sama saja
dengan hukum Islam uu dengan peraturan dari Qur'an

Jadi pada zaman Daendels umumlah anggapan bahwa hukum adat terdiri atas hukum
Islam. Akan tetapi sebenarnya Daendels belum paham tentang corak dan sifatnya hukum asli
ini.

Bagaimanakah penghargaan Daendels terhadap hukum Adat?

Daendels menganggap derajat hukum Eropa lebih tinggi dari hukum adat. Menganggap
hukum adat itu tidak cukup baik untuk Eropa.?) Meskipun demikian Daendels mempunyai
pengertian tentang desa sebagai persekutuan. Tentang landrente raju-raja di Banten ia ingin
mengubah, dicobanya mencari dasarnya pajak itu menurut adat Daendels rupa-rupanya
mengetahui hal panjer dalam hukum acara adat. Dan pada tahun 1808 (September) ia
mengumumkan keinginan nya supaya dalam memberi pengajaran kepada anak-anak di
seluruh pesisir Utara pulau Jawa, dimasukkan juga adat-istiadat orang Jawa,)

Zaman Raffles (1811 - 1816)

Raffles memiliki pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan penduduknya berkat hasil
penelitiannya sewaktu ia memangku jabatan "adjunct sekretaris di pulau Pinang. Raffles pada
saat itu sangat tertarik oleh keindahan dan kekayaan kepulauan Indonesia.

Tindakan pertama yang dilakukan oleh Raffles adalah dibentuknya panitia Mackenzie
untuk mengadakan penyelidikan terhadap ma warakat Indonesia di pulau Jawa. Buah
pekerjaan panitia ini akan di Jadikan dasar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang
pasti yang akan menentukan bentuk susunan pemerintahannya lebih lanjut. Sete lah Panitia
Mackenzie selesai pekerjaannya, pada tanggal 11 Pebruari 1814 oleh Raffles diumumkan
proclamatie yang membuat "Regulations for the more effectual administration of justice in
the provincial courts of Java" yang terdiri atas 173 pasal. Dasar daripada peraturan ini adalah,
bahwa residen menjadi Chief-Judge dan Magistrate dalam daerahnya dan para Bupati serta
pejabat-pejabat pemerintah lainnya berada lang sung di bawah pengawasannya; lagi pula
ditetapkan adanya peradilan yang bertingkat yang susunannya sebagai berikut: Division's

Soerojo Wignjodipoero,S.H.,Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat,(Jakarta: PT TOKO GUNUNG


AGUNG,1967) hlm 35
court di kepalai oleh Wedana. Bupati court dikepalai oleh Bupati. Resident's court dikepalai
oleh Residen.

Bagaimanakah anggapan Raffles tentang corak dan sifat hukum Raffles mengira bahwa
hukum Adat itu tidak lain ialah hukum Islam.

Bagaimanakah sikap serta penghargaan Raffles, terhadap hukumAdat? Hukum Adat


menurut Rames tidak mempunyai derajat setinggi hukum Eropa; hukum Adat dianggap
hanya baik untuk bangsa In indonesia, akan tetapi tidak patut jika diperlakukan atas orang
Eropa.")

Zaman Kolonial Belanda.

Setelah Raffles, datang jaman Commissie Generaal" (1816-1819) dengan penasehat Mr.
Herman Warner Muntinghe.

percaya adanya ajaran domien menurut Raffles: ia menulis tentang"Otonomi sendiri dari
desa") Perlu kiranya dikemukakan juga di sini, bahwa pada waktu itu terdapat pula orang-
orang Asing bukan pejabat tinggi pemerintahan koio nial yang mempunyai cukup perhatian
terhadap hukum adat.Kita sebut di sini misalnya:

a. J.W. Winter Menterjemahkan Undang-Undang Raja-raja dari juga keadaan di keraton


Surakarta. tahun 1818 dan menulis juga keadaan di kraton Surakarta

b. C.F. Winter - Anak J.W. Winter tersebut, di atas, membuat ku karangan tentang adat-
istiadat dan pengadilan di Surakarta (dalam1844).

c. Dr. D.L. Mounier Menerbitkan dalam tahun 1844 kitab Nawala Pra data dengan
terjemahannya dan catatan-catatannya.

Ada pula mereka yang sengaja mempelajari dan menyelidiki hukum adat itu sebagai ilmu
pengetahuan, menulis karangan-kurungan dalam beberapa majalah yang kemudian
diterbitkan, seperti:

a. Van den Broecke - Karangan tentang Bali dimuat dalam majalah"De Oosterling".

b. Van Schmid - Bahan-bahan adat-istiadat Maluku dimuat dalam majalah "Tijdschrift voor
Ned.-Indie",
Soerojo Wignjodipoero,S.H.,Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat,(Jakarta: PT TOKO GUNUNG
AGUNG,1967) hlm 35
c. Heymering - Adat istiadat Rote dimuat dalam majalah "Tijdschrift voor Ned.-Indie",

d. Mr. J.F.W. van Nes - Tentang warisan, tentang perubahan peng bumi, yang dimuat dalam
majalah yang sama tersebut di atas e. Prof. Roorda - Kitab Undang-Undang Raja-
Raja.pengadilan di tanah-tanah raja dan tentang perubahan susunan pajak

Bahkan di luar Indonesia pada masa itu pun terdapat beberapa orang Asing yang
memperhatikan hukum adat kita, seperti:

a. Thomas John Newbold Menerbitkan dalam tahun 1839 karangannya "Strait Settlement"
yang memuat banyak bahan-bahan tentang hukum adat.

b. James Richardson Logan Menggunakan istilah "Indonesia" dalam "Journal of the Indian
Archipelago and Eastern Asia" (1847-1859) yang memuat bahan bahan tentang Indonesia.

c. C. Edouard Dularier Dalam karangannya "Recherches sur la legislation malaye{1843)"


juga memperhatikan hukum asli Indonesia. Dengan demikian, maka hukum adat sudah tidak
lagi terbatas hanya menarik perhatian kaum penjajah saja (baca bangsa Belanda). tetapi juga
sudah tertarik perhatiannya kaum cerdik pandai bangsa asing lainnya

d. Hukum adat dengan tapak demi setapak menjadi dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan
dan oleh karenanya penghargaan terhadapnya mulai menanjak.

Soerojo Wignjodipoero,S.H.,Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat,(Jakarta: PT TOKO GUNUNG


AGUNG,1967) hlm 35

Anda mungkin juga menyukai