Anda di halaman 1dari 10

BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Volume 1 | Nomor 1 | Januari | 2022


E-ISSN: 0000-0000 dan P-ISSN: 0000-0000

Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta


Dampaknya Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak

Fenny Wulandari 1
Ferry Anka Sugandar 2
Wiwin W. Windiantina3
Irfan Fahmi4
Serena Ghean Niagara5

Keywords : Abstrak. Pemerintah provinsi Banten mengeluarkan


Kekerasan; Peraturan Gubernur tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Rumah Tangga; Berskala Besar (PSBB) yang berlaku untuk Kota
Dampak Terhadap Keluarga dan Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Anak-Anak; Tangerang dimulai dari 15 April 2020 dan
disosialisasikan mulai tanggal 13-14 April 2020. Terdapat
Corespondensi Author faktor-faktor yang menyebabkan KDRT selama pandemi
Fakultas Hukum, Universitas COVID-19 ini seperti faktor sosial, ekonomi, dan lain
Pamulang sebagainya. Faktor ekonomi menjadi penyebab yang
Gedung Universitas Pamulang Viktor paling utama saat pandemi covid-19 ini karena aktivitas
Lantai 2, Jalan Raya Puspiptek, ekonomi juga berkurang bahkan terhenti. Banyak terjadi
Buaran, Kec. Pamulang, Kota Pemutus Hubungan Kerja (PHK) sehingga ekonomi
Tangerang Selatan, Banten 15310 keluarga yang di-PHK mengalami tidak adanya
Email: pemasukan untuk membiayai hidup sehari-hari. Dari
dosen01493@unpam.ac.id masalah tersebut maka dapat memicu tekanan dan
History Artikel menyebabkan emosi berlebih pada pencari nafkah yang
Received: tgl-bln-thn; dapat berujung pada kekerasan fisik. Dalam Kamus Besar
Reviewed: tgl-bln-thn Bahasa Indonesia, “kekerasan” diartikan sebagai hal
Revised: tgl-bln-thn yang sifatnya berciri keras, perbuatan seseorang yang
Accepted: tgl-bln-thn akan menyebabkan cedera atau meninggalnya orang lain
Published: tgl-bln-thn atau menyebabkan kerusakan fisik. Dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan seriap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga.
Kelurahan Babakan terletak di wilayah Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan. Adapun metode pelaksanaan
yang digunakan dalam kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat adalah pendampingan dan penyuluhan
tentang pentingnya mengetahui bagaimana konsekuensi
hukum kekerasan dalam rumah tangga KDRT serta
dampaknya terhadap perkembangan keluarga dan anak-
anak. Hasil kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM) untuk permasalahan yang dihadapi mitra yaitu

149
BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Volume 1 Nomor 1 Januari 2022

antara lain: Memberikan pemahaman tentang Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, Memberikan pemahaman kepada
masyarakat bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap
korban kekerasan dalam rumah tangga khususnya bagi
perempuan dan anak, Memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai berbagai alternatif penyelesaian
mediasi penal dalam tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga.

Pendahuluan Kekerasan terhadap perempuan juga


merupakan fenomena sosial yang pada saat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini menjadi keprihatinan berbagai pihak.[3]
(KDRT) merupakan permasalahan yang Dalam perkembangannnya, korban
telah mengakar sangat dalam dan terjadi di KDRT sulit mengadukan penderitaan yang
seluruh negara dunia. Dalam hal ini, dialaminya kepada penegak hukum, karena
masyarakat internasional telah menciptakan kuatnya pandangan bahwa perlakuan kasar
standar hukum yang efektif dan khusus suami kepada istri merupakan bagian dari
memberikan perhatian terhadap KDRT. peristiwa privat (urusan rumah tangga).[4]
Tindakan untuk memukul perempuan, Kekerasan merupakan suatu
misalnya, telah dimasukan di dalam tindakan menyakiti seseorang yang dapat
konvensi HAM internasional maupun membahayakan orang tersebut bahkan
regional yang mempunyai sifat hukum mengancam nyawanya. Dalam Kamus Besar
mengikat terhadap negara yang telah Bahasa Indonesia, “kekerasan” diartikan
meratifikasinya. Dokumen HAM sebagai hal yang sifatnya berciri keras,
Internasional tersebut meliputi, Universal perbuatan seseorang yang akan menyebabkan
Declaration of Human Rights (“UDHR”), cedera atau meninggalnya orang lain atau
the International Covenant on Civil and menyebabkan kerusakan fisik. Sedangkan
Political Rights (“ICCPR”), dan the kekerasan dalam rumah tangga menurut
International Covenant on Economic, Social Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
and Cultural Rights (“ICESCR”) yang dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) No. 23
menjadi standar umum mengenai Hak Asasi Tahun 2004 adalah setiap perbuatan
Manusia, di mana para korban dari KDRT terhadap seseorang terutama perempuan,
dapat menggugat negaranya masing-masing. yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
Fenomena kasus kekerasan dalam penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
rumah tangga (selanjutnya disebut KDRT) dan/atau penelantaran rumah tangga
saat ini terjadi peningkatan, dari segi termasuk ancaman untuk melakukan
kuantitas dan segi kualitas.[1] Fenomena perbuatan pemaksaan, atau perampasan
tersebut menjadi perhatian serius dan semua kemerdekaan secara melawan hukum dalam
pihak agar dapat memahami segala bentuk lingkup rumah tangga.[5]
kejahatannya dan faktor-faktor Undang-Undang Penghapusan
penyebabnya, serta upaya penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU
KDRT.[2] PKDRT) No. 23 Tahun 2004 merupakan
terobosan hukum yang positif dalam
ketatanegaraan di Indonesia. Dimana
persoalan pribadi telah masuk menjadi

150
Fenny Wulandari. Ferry Anka Sugandar, Wiwin W. Windiantina. Irfan Fahmi, Serena Ghean
Niagara. Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak

wilayah publik. Sebelum lahirnya UU hingga mengakibatkan infeksi lebih parah


PKDRT kasus-kasus kekerasan dalam dan gagal organ. Kondisi darurat ini
rumah tangga (KDRT) sulit diselesaikan terutama terjadi pada pasien dengan masalah
secara hukum. Hukum pidana Indonesia kesehatan sebelumnya.[7]
tidak mengenal KDRT, bahkan kata-kata Pemerintah Indonesia telah
kekerasan tidak ditemukan dalam Kitab UU mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam
Hukum Pidana (KUHP). Kasus-kasus menyikapi situasi darurat terkait Pandemi
KDRT masih diselesaikan dengan COVID-19, diantaranya kebijakan
menggunakan pasal-pasal penganiayaan, pembatasan sosial dan jaga jarak diri (social
yang kemudian sulit dipenuhi unsur-unsur and physical distancing), Kerja dari Rumah
pembuktiannya sehingga kasus yang (KdR) dan Belajar dari Rumah (BdR).
diajukan tidak lagi ditindak lanjuti. UU Kebijakan ini menimbulkan berbagai
PKDRT telah menghapuskan pandangan dampak yang khas bagi perempuan dalam
dikotomis dan hirarkis tentang hubungan konteks posisi perempuan dalam keluarga
pria dan perempuan, maupun hubungan dan sebagai perempuan pekerja.
hukum perdata dan hukum pidana. Dengan Kebijakan KdR dikuatirkan akan
semakin meningkatnya kasus KDRT di berakibat pada hilangnya penghasilan
dunia dan buruknya efek yang ditimbulkan keluarga atau semakin berkurangnya
terhadap perempuan dan anak-anak. penghasilan sehingga dapat berdampak pada
Pengutamaan kebebasan individu dalam lalu kecemasan dan juga pemicu terjadinya
lintas hidup bermasyarakat menyebabkan KDRT. Hal ini diperparah dengan
kesenjangan yang tajam dalam kehidupan banyaknya layanan penanganan korban yang
masyarakat, maka pembatasan kebebasan mengurangi jenis layanan, mengubah cara
Individu sangat diperlukan dalam mengakses layanan dan
melakukan hubungan hukum dalam menghilangkan/memperpendek masa
masyarakat. Kebebasan yuridis dan operasionalnya.
ketidaksamaan ekonomi menimbulkan Kebijakan BdR (belajar dari rumah)
peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan dapat berarti pelimpahan tugas-tugas guru
yang berakhir pada pembelengguan dan kepada orang tua terutama ibu. Pemerintah
penindasan kepada pihak yang lemah. [6] provinsi Banten mengeluarkan Peraturan
Kelurahan Babakan terdiri dari 39 Gubernur tentang Pedoman Pembatsan
RT dan 8 RW dengan jumlah rumah tangga Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku
2.146 yang rata-rata terdiri dari 4, 21 untuk Kota Tangerang, Kota Tangerang
penduduk. (Katalog BPS, 2018 : 31). Selatan dan Kabupaten Tangerang dimulai
Dengan jumlah tertinggi untuk rentang usia dari 15 April 2020 dan disosialisasikan
30- 34 tahun yaitu sekitar 940 jiwa, mulai tanggal 13-14 April 2020.[8]
mengidentifikasikan besarnya konflik rumah Terdapat faktor-faktor yang
tangga yang terjadi di Kelurahan Babakan. menyebabkan KDRT selama pandemi
Kasus virus corona muncul dan menyerang COVID-19 ini seperti faktor sosial,
manusia pertama kali di provinsi Wuhan, ekonomi, dsb. Faktor ekonomi menjadi
China. Awal kemunculannya diduga penyebab yang paling utama saat pandemi
merupakan penyakit pneumonia, dengan covid19 ini karena aktivitas ekonomi juga
gejala serupa sakit flu pada umumnya. berkurang bahkan terhenti. Banyak terjadi
Gejala tersebut di antaranya batuk, demam, Pemutus Hubungan Kerja (PHK) sehingga
letih, sesak napas, dan tidak nafsu makan. ekonomi keluarga yang di PHK mengalami
Namun berbeda dengan influenza, virus tidak adanya pemasukan untuk membiayai
corona dapat berkembang dengan cepat hidup sehari-hari. Terdapat pula beberapa
151
BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Volume 1 Nomor 1 Januari 2022

faktor penyebab terjadi Kekerasan Dalam Selain itu, dengan terjadinya KDRT
Rumah Tangga, yaitu faktor individu dapat memberi dampak buruk bagi
(seperti korban penelantaran anak, kesehatan istri selaku korban. Dampak
penyimpangan psikologis, penyalahgunaan tersebut meliputi rasa takut, cemas, letih,
alkohol, dan riwayat kekerasan di masa kelainan, stress post traumatic, serta
lalu), faktor keluarga (seperti pola gangguan makan dan tidur yang merupakan
pengasuhan yang buruk, konflik dalam reaksi panjang dari tindak kekerasan.
pernikahan, kekerasan oleh pasangan, Namun, tidak jarang akibat tindak kekerasan
rendahnya status sosial ekonomi, terhadap istri juga mengakibatkan kesehatan
keterlibatan orang lain dalam masalah reproduksi terganggu secara biologis yang
Kekerasan), faktor Komunitas (seperti pada akhirnya mengakibatkan terganggunya
kemiskinan, angka kriminalitas tinggi, secara sosiologis. Pada perempuan yang
mobilitas penduduk tinggi, banyaknya mengalami kekerasan dalam rumah tangga
pengangguran, perdagangan obat terlarang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan
lemahnya kebijakan institusi, kurang nya reproduksi, diantaranya gangguan
sarana pelayanan korban, faktor situasional), menstruasi seperti menorhagia,
dan faktor Lingkungan Sosial (seperti hipomenorhagia atau metrorhagia, bahkan
perubahan lingkungan sosial yang cepat, wanita tersebut dapat mengalami menopause
kesenjangan ekonomi, kesenjangan gender, lebih awal, mengalami penurunan libido,
kemiskinan, lemahnya jejaring dan ketidakmampuan mendapatkan orgasme
ekonomi,lemahnya penegakan hukum, sebagai akibat tindak kekerasan yang
budaya yang mendukung kekerasan, dialaminya.[11]
tingginya penggunaan senjata api ilegal, Kekerasan juga seringkali terjadi
masa konflik/pasca konflik.[9] kepada anak-anak. Anak merupakan calon
Dari masalah tersebut maka dapat generasi penerus bangsa sekaligus penerus
memicu tekanan dan menyebabkan emosi cita-cita perjuangan bangsa yang
berlebih pada pencari nafkah yang dapat memerlukan pendidkan, pembinaan,
berujung pada kekerasan fisik. perlindungan, pemeliharaan dan pengarahan
Kekerasan yang dilakukan suami yang baik untuk dapat tumbuh dan
terhadap istri dalam lingkup rumah tangga berkembang dalam kehidupan
adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
perempuan yang banyak terjadi di Dalam hal ini diperlukan dukungan penuh
masyarakat. Hal ini merupakan akibat dari baik dari luar maupun dari dalam.
hubungan antara laki-laki dan perempuan Khususnya dari dalam atau faktor internal.
dalam rumah tangga ketika laki-laki lebih Faktor internal biasanya berkaitan dengan
superior dari perempuan, sehingga kondisi keluarga, khususnya perhatian yang
membentuk sistem di dalam keluarga yaitu diberikan oleh orang tua. Perhatian dari
laki-laki mengontrol perempuan, salah orang tua dapat berupa pencegahan maupun
satunya dengan kekerasan. Kekerasan kebebasan anak dalam menjalani aktivitas
domestik dalam rumah tangga yang untuk mengembangkan kemampuan motorik
dimaksud adalah setiap tindakan anak pada masa pertumbuhan. Dalam hal ini
berdasarkan jenis kelamin, berakibat pada orang tua berperan aktif dalam mendukung
kesengsaraan dan penderitaan-penderitaan dan mengawasi pertumbuhan sang anak.
perempuan secara fisik, seksual dan Sedangkan faktor dari luar atau faktor
psikologis termasuk ancaman tindakan eksternal dipengaruhi oleh lingkungan baik
tertentu, pemaksaan atau perampasan dari lingkungan sekitar, lingkungan
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik pendidikan, dan lingkungan bermain dengan
yang ada di depan umum atau dalam anak.[12]
lingkungan pribadi.[10]

152
Fenny Wulandari. Ferry Anka Sugandar, Wiwin W. Windiantina. Irfan Fahmi, Serena Ghean
Niagara. Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak

Namun pada kenyataannya, tidak Mengacu kepada latar belakang


semua anak mendapatkan kasih sayang masalah tersebut di atas, adapun tujuan
penuh dari orang tua. Seringkali banyak penelitian ini adalah untuk memberikan
dijumpai kasus-kasus terkait anak yang pemahaman tentang Undang-Undang
mendapat kekerasan dari orang tuanya. Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan
Biasanya kekerasan ini terjadi karena Dalam Rumah Tangga, untuk memberikan
kondisi keluarga yang broken home, kondisi pemahaman kepada masyarakat bentuk-
ekonomi yang kurang mencukupi, bentuk perlindungan hukum terhadap
ketidakharmonisan yang terjadi di dalam korban kekerasan dalam rumah tangga
keluarga dan sebagainya. Kondisi tersebut khususnya bagi perempuan dan anak serta
tentu akan mempengaruhi dan menghambat Untuk memberikan pemahaman kepada
pertumbuhan sang anak yang seharusnya masyarakat mengenai berbagai alternatif
mendapat perlakuan seperti anak-anak lain penyelesaian mediasi penal dalam tindak
pada umumnya. Kekerasan memang sangat pidana kekerasan dalam rumah tangga.
dekat dengan kehidupan dan tumbuh
kembang anak. Bagaimana tidak, beberapa Metode
kasus yang ditemukan justru anak-anak usia Penulisan penelitian ini
dini sudah dikenalkan dengan tindak menggunakan metode penelitian hukum
kekerasan. Bentuk kekerasan yang di yuridis sosiologis yaitu dengan melakukan
alaminya seperti kekerasan verba, fisikal perbandingan berbagai kasus yang terjadi
hingga seksual. Pengalaman anak terkait khususnya di Kelurahan Babakan
tindakan kekerasan dapat diketahui melalui Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
bentuk- bentuk kekerasan yang di rasakan, dengan peraturan perundang-undangan yang
pelaku yang melakukan tindak kekerasan, berlaku di Indonesia. Pada penelitian ini,
tempat kejadian kekerasan, dan sebab-sebab penulis langsung ke lapangan untuk melihat
adanya tindak kekerasan. Pelaku tindak fakta dan meninjau lebih jauh dengan
kekerasan yang terjadi dalam keluarga justru memberikan argumentasi yang didapatkan
biasanya adalah orang-orang tedekatnya dari penelitian-penelitian sebelumnya serta
yang seharusnya memiliki kewajiban untuk buku-buku yang berkaitan dengan
melindungi anak-anak tersebut, seperti permasalahan yang kami bahas dalam
kakek, nenek, ayah, ibu, saudara kandung penelitian ini.
dan lingkungan terdekatnya.[13]
Selain itu, kekerasan yang Hasil Dan Pembahasan
berlangsung dan terjadi secara berulang- Berdasarkan hasil penyuluhan dan
ulang merupakan situasi yang menyakitkan tanya jawab antara para narasumber dan
dan menekan seseorang yang peserta Pengabdian Kepada Masyarakat
mengalaminya. Setiap perbuatan yang dapat dirumuskan hasil dan pembahasan,
menimbulkan tekanan, ancaman, tindakan meliputi siklus yang secara umum terjadi di
kriminal termasuk dalam problematika dalam masyarakat selama masa Pandemi
sosial. Kondisi seperti ini amat sangat Covid-19 di wilayah Kelurahan Babakan,
menyakitkan dan cenderung menimbulkan yaitu :
tekanan-tekanan yang berakibat pada 1. Tahap ketegangan dimulai (Tension
terganggunya permasalahan psikis building phase)
seseorang sebagai akibat dari tindak Ini adalah tahap di mana perbedaan
kekerasan yang terjadi.[14] pendapat yang bercampur dengan
ketegangan emosi dimulai. Di dalamnya
terdapat adu mulut yang disertai dengan
153
BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Volume 1 Nomor 1 Januari 2022

nada-nada marah, menekan, sekaligus tergnggu apabila titik rawan


mengancam. Oleh karena keterampilan permasalahan muncul kembali dan
komunikasi yang buruk antar kedua tenaga kemarahan telah terkumpul.
pihak, maka komunikasi yang terjadi Artinya satu ketika kedua pihak suami-
bersifat saling menyakiti hati. Hal ini istri akan kembali memasuki tahap
tentunya akan lebih sulit dihindari oleh pertamanya. Dan demikian selanjutnya.
masyarakat akibat Pandemi Covid-19
dengan pemberlakuan Kerja dari Rumah Pelaku adalah seseorang atau
dan Belajar dari Rumah. beberapa orang yang melakukan tindak
2. Tahap tindakan (Acting-out phase) kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku
Ketika ketegangan tidak dapat kekerasan rumah tangga (dalam berbagai
diselesaikan dengan baik, maka pelaku bentuk kekerasannya) ternyata tidak
akan melakukan kekerasan, khususnya terbatas pada usia, tingkat pendidikan,
fisik. Ia merasa bahwa dengan jalan ini agama, status sosial-ekonomi, suku,
maka ketegangan dapat berakhir dan kondisi psikopatologi, maupun hal- hal
situasi akan kembali terkendali. Dengan lain.[15]
cara kekerasan, ia juga sedang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
menunjukkan siapa yang lebih kuat dan (KDRT) termasuk salah satu kejahatan
berkuasa. yang terjadi dalam lingkup keluarga yang
3. Tahap penyesalan/ bulan madu tindakannya melalui hubungan personal
(Reconcilliation/ honeymoon phase) antara suami dengan istri, orangtua
Setelah pelaku melakukan kekerasan, ia dengan anak, anak dengan anak yang
dihantui dengan rasa bersalah dan lainnya, atau orang-orang yang berada di
penyesalan. Tapi penyesalan ini mungkin dalam ruang lingkup keluarga tersebut.
saja bersifat manipulatif. Dengan kata lain, Tindak kekerasan antara suami dan istri
ia menyesal bukan atas kesadaran pribadi, juga diatur dalam KUH Perdata atau
tapi karena takut mengalami konsekuensi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
yang berat yang akan diterimanya, seperti Tentang Perkawinan. Kekerasan tersebut
perceraian atau dilaporkan ke pihak penyelesaiannya diarahkan ke dalam
mertua, tokoh masyarakat, dan polisi. hukum privat karena dianggap atau
Tidaklah heran bila akhirnya ia dipandang penyelesaiannya dapat
menunjukkan penyesalannya dengan diselesaikan secara internal hubungan
meminta maaf atau berbuat kebaikan keluarga.[16]
terhadap pasangan. Pada tahap inilah hati
Kekerasan yang terjadi dalam
pasangan akan luluh, merasa kasihan, dan
lingkup rumah tangga sering memiliki
memaafkannya kembali. Tentunya dengan
persamaan dalam hal latar belakang
harapan bahwa pelaku benar- benar
bertobat dan tidak melakukan kekerasan kehidupan pelaku dan kepribadian yang
lagi. berkaitan dengan tingkah laku agresif.
4. Tahap stabil (Calm Phase) Banyak pelaku kekerasan dalam rumah
Merupakan tahap dimana rumah tangga berasal dari keluarga yang biasa
tangga diliputi situasi yang relatif stabil. terjadi kekerasan dalam kehidupan
Pertengkaran apalagi kekerasan telah sehari-harinya, karenanya pelaku belajar
mereda. Kedua belah pihak bisa jadi telah dari keluarganya dan menganggap bahwa
mengalami kelelahan fisik dan emosi kekerasan sebagai tumpahan frustasi dan
sehingga tidak ada lagi tenaga untuk merupakan bentuk penyelesaian konflik
bertengkar. Namun tidak berarti bahwa yang biasa dan dapat diterima.
mereka telah berhasil menyelesaikan akar Bahwa korban kekerasan dalam
permasalahan. Suatu ketika kestabilan rumah tangga, yang kebanyakan adalah
situasi ini sangat mungkin akan kembali perempuan harus mendapatkan
perlindungan dari negara dan/atau
154
Fenny Wulandari. Ferry Anka Sugandar, Wiwin W. Windiantina. Irfan Fahmi, Serena Ghean
Niagara. Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak

masyarakat agar terhindar dan terbebas Bentuk tindak kekerasan dalam


dari kekerasan atau ancaman kekerasan, rumah tangga yang pertama adalah
penyiksan atau perlakuan yang kekerasan fisik yang dapat
merendahkan derajat dan martabat mengakibatkan korban kekerasan
kemanusiaan.[17] mengalami rasa sakit baik luka di bagian
Penghapusan kekerasan dalam rumah dalam maupun luka di bagian luar.
tangga ini merupakan jaminan yang Kedua, kekerasan psikis bagi korban
diberikan oleh pemerintah atau negara sebagai akibat dari perilaku atau
guna mencegah dan menanggulangi terkait perbuatan yang menyebabkan korban
adanya kekerasan yang terjadi di dalam tidak berdaya, rasa takut yang berlebihan
rumah tangga. Tidak hanya upaya , hilangnya rasa percaya diri, dan beban
pencegahan, pemerintah juga melakukan mental karena kegelisahan dan
tindakan dan sanksi tegas terhadap pelaku permasalahan yang selalu muncul baik
tindak kekerasan dalam rumah tangga. dalam hati maupun pikirannya. Ketiga,
Perlindungan terhadap korban akibat kekerasan seksual merupakan tindak
kekerasan juga perlu baik dengan
kekerasan yang menimbulkan korbannya
penegakan hukum maupun upaya
mengalami depresi, rasa takut karena
pemulihan bagi korban. [18]
perbuatan yang tidak disukai oleh korban
Namun, pada kenyataannya intensitas
kekerasan yang diterima oleh korban disertai adanya sikap pemaksaan maupun
menentukan sikap dalam menghadapi penganiayaan. Keempat, penelantaran
kekerasan dalam rumah tangga. Korban dalam rumah tangga yang dapat
yang baru satu kali mengalami kekerasan menimbulkan korbannya merasa tidak
akan cenderung memilih untuk dilindungi, tidak mendapat perhatian,
menghadapinya sendiri dan tidak bahkan tidak memperoleh hak
melibatkan pihak luar untuk menangani sebagaimana mestinya. [19]
masalahnya. Hal ini dikarenakan masih Diketahui di wilayah Kelurahan
adanya keyakinan dalam dirinya bahwa Babakan merupakan Kelurahan Sadar
suaminya akan berubah. Ia menganggap Hukum yang sudah mempunyai kader-
bahwa kekerasan yang dilakukan kader untuk menangani kasus KDRT dan
merupakan respon terhadap stres dan beberapa dukungan sosial yang dapat
tekanan hidup. Alasan lain yang diberikan pada korban KDRT. Dukungan
mendasari korban tidak langsung emosional yang dapat diberikan meliputi
melapor ketika pertama kali mengalami empati, kepedulian dan perhatian, dan
kekerasan adalah adanya kekhawatiran kasih sayang. Dukungan informatif
meliputi nasehat dan saran tetapi
tidak dapat membesarkan anak dengan
pemberian informasi kepada korban
baik tanpa pasangan. Ada pula
mengenai KDRT dan cara penanganannya.
kekhawatiran akan mendapat pembalasan Dukungan penghargaan yang diberikan
atau tindakan kekerasan yang lebih berat meliputi penghargaan dan penilaian positif,
apabila ia berusaha untuk meninggalkan motivasi dan penerimaan. Sedangkan
pasangannya. Hal inilah yang dukungan instrumental yang diberikan
menyebabkan korban KDRT biasanya meliputi materi, pengasuhan anak, dan
telah menerima kekerasan berulang barang kebutuhan pokok.
sebelum akhirnya memutuskan untuk
mencari perlindungan dari lembaga
terkait.

155
BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Volume 1 Nomor 1 Januari 2022

Gambar 3: Pemberian Piagam kepada


Lurah Kelurahan Babakan diberikan oleh
Gambar 1: Tim Memberikan Materi
Dekan Fakultas Hukum Universitas
Pamulang

Gambar 2: Foto Bersama Tim PKM


Gambar 4: Foto Bersama Tim PKM, Lurah
serta warga Kelurahan Babakan
Simpulan Dan Saran dilindungi, tidak mendapat perhatian,
bahkan tidak memperoleh hak
Tindak kekerasan yang terjadi sebagaimana mestinya. Pemberlakuan
terhadap perempuan dan anak dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
rumah tangga tidak hanya berdampak Tentang Pneghapusan Kekerasan Dalam
pada kondisi fisik akan tetapi juga Rumah Tangga bertujuan untuk
kondisi psikologis. Bentuk tindak memberikan konsekuensi hukum dan
kekerasan dalam rumah tangga yang efek jera terhadap pelaku tindak
pertama adalah kekerasan fisik yang kekerasan dalam rumah tangga agar tidak
dapat mengakibatkan korban kekerasan mengulanginya. Peraturan perundang-
mengalami rasa sakit baik luka di bagian undangan tersebut bersifat mengikat dan
dalam maupun luka di bagian luar. memberikan sanksi atau hukuman yang
Kedua, kekerasan psikis bagi korban tegas bagi siapa saja yang melanggarnya.
sebagai akibat dari perilaku atau Korban kekerasan banyak terjadi
perbuatan yang menyebabkan korban kepada anak-anak dan perempuan karena
tidak berdaya, rasa takut yang berlebihan, dianggap mereka kaum yang lemah di
hilangnya rasa percaya diri, dan beban mana dalam keluarga suamilah yang
mental karena kegelisahan dan memegang peranan sebagai anggota
permasalahan yang selalu muncul baik keluarga yang memiliki kekuasaan dan
dalam hati maupun pikirannya. Ketiga, kewenangan yang mendominasi. Oleh
kekerasan seksual merupakan tindak sebab itu dibutuhkan dukungan dari
kekerasan yang menimbulkan korbannya berbagai pihak dalam masyarakat
mengalami depresi, rasa takut karena khususnya pada tingkat kelurahan dalam
perbuatan yang tidak disukai oleh korban upaya meningkatkan pelayanan kesehatan
disertai adanya sikap pemaksaan maupun secara medis dan intens, pendampingan
penganiayaan. Keempat, penelantaran bagi korban, bimbingan konseling,
dalam rumah tangga yang dapat bimbingan rohani dan diadakannya
menimbulkan korbannya merasa tidak resosialisasi terhadap korban akibat

156
Fenny Wulandari. Ferry Anka Sugandar, Wiwin W. Windiantina. Irfan Fahmi, Serena Ghean
Niagara. Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak

tindak kekerasan dalam rumah tangga, Virus Corona Di Indonesia).” Jurnal


salah satunya melalui kegiatan Sosial Humaniora Terapan 2.2; 2020.
Pengabdian Kepada Masyarakat. [8] Mogi, Agustina, et al. “Bantuan Sosial
Bagi Warga Terdampak Covid-19
Daftar Pustaka Kampung Parigi RW 005.” Jurnal Abdi
Masyarakat Humanis 2.1; 2020.
[1] Abdurrachman, “Perlindungan [9] Kemenkes RI. Pedoman Pengendalian
Hukum Terhadap Korban Kekerasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam Rumah Tangga dalam Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
Putusan Pengadilan Negeri Sebagai [10] Arifin, Santoso, “Perlindungan
Implementasi Hak-Hak Korban,” Ius Perempuan Korban Kekerasan Dalam
Quia Iustum Law Journal 17, No. 3; Rumah Tangga Perspektif Hukum
2010. Islam.” De Jure: Jurnal Hukum dan
[2] Fanani, “Undang-Undang Nomor 23 Syariah Volume 8, Nomor 2; 2016.
Tahun 2004 tentang Kekerasan [11] Ramadani, Yuliani, “Kekerasan Dalam
dalam Rumah Tangga, Antara Rumah Tangga (KDRT) Sebagai Salah
Terobosan Hukum dan Fakta Satu Isu Kesehatan Masyarakat Secara
Pelaksanaannya,” Jurnal Legislasi Global.” Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia 5, No. 3; 2008. Andalas; 2015.
[3] Rena Yulia Nuryani, “Perlindungan [12] Setyaningrum, Arifin, “Analisis Upaya
Hukum Terhadap Korban Kekerasan Perlindungan dan Pemulihan Terhadap
dalam Rumah Tangga dalam Korban Kekerasan Dalam Rumah
Penegakan Hukum,” Mimbar: Jurnal Tangga (KDRT) Khususnya Anak-
Sosial dan Pembangunan 20, No. 3; Anak dan Perempuan.” Jurnal Ilmiah
2004. Muqoddimah Universitas Negeri
[4] Siti Rohmah Nurhayati, “Atribusi Semarang Volume 3, Nomor 1; 2019.
Kekerasan dalam Rumah Tangga, [13] Purwadi, Hari, “Kajian Terhadap
Kesadaran Terhadap Kesetaraan Putusan Perkara No:
Gender, dan Strategi Menghadapi 121/Pid.B/2006/PN. Kray Tentang
Masalah pada Perempuan Korban Kekerasan Terhadap Anak di
Kekerasan dalam Rumah Tangga,” Linkungan Pendidikan”, Jurnal
Jurnal Psikologi UGM 32, No. 1; Yudisial, Volume 1, Nomor 03; 2007.
2005.
[14] Dwiatmodjo, Haryanto, “Pelaksanaan
[5] Radhitya, Theresia Vania, Nunung
Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Nurwati, and Maulana Irfan.
Yang Menjadi Korban Tindak Pidana
“Dampak Pandemi COVID-19
Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri
Terhadap Kekerasan dalam Rumah
Banyumas” , Jurnal Dinamika Hukum,
Tangga.” Jurnal Kolaborasi Resolusi
Volume 11, Nomor 2, 2011.
Konflik 2.2; 2020.
[15] Setiawan, Chyntia Nathania, Sigit
[6] Muslim, “Pencegahan Kekerasan
Kirana Lintang Bhima, and Tuntas
Dalam Rumah Tangga (KDRT) Melalui
Dhanardhono. Faktor-Faktor Yang
Konsep Hak Dan Kewajiban Suami
Memengaruhi Kejadian Kekerasan
Isteri Dalam Islam”, International
Dalam Rumah Tangga Dan Pelaporan
Journal of Child and Gender Studies,
Pada Pihak Kepolisian. Diss. Faculty of
(Vol 5: No 1); 2019.
Medicine, 2018.
[7] Mona, Nailul. “Konsep Isolasi Dalam
[16] Abdurrachman, Hamidah.
Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
”Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Efek Contagious (Kasus Penyebaran
157
BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Volume 1 Nomor 1 Januari 2022

Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam


Putusan Pengadilan Negeri Sebagai
Implementasi Hak-Hak Korban”, 476
Jurnal Hukum, Volume 4, Nomor 3;
2010
[17] Taufik Makarao, Mohammad, Weny
Bukamo. Syaiful Azri, Hukum
Perlindungan Anak Dan Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Rineka Cipta, Jakarta. 2013.
[18] Khaleed, Badriyah. Penyelesaian
Hukum KDRT : Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga dan Upaya
Pemulihannya, Penerbit Pustaka Yustisia,
Yogyakarta. 2015.
[19] Umar Faruock, Peri, 2015, “Tindak
Kekerasan Dalam Rumah Tangga”,
Women Legal Emprowment Program,
Justice For The Poor Project, Sinar
Grafika, Jakarta

158

Anda mungkin juga menyukai