Anda di halaman 1dari 1

Katalog Produk Berlangganan Pro

Share

... > Pidana > Konsekuensi Jika Mel...

Pidana

Konsekuensi Jika Melaporkan


Orang sebagai Pelaku Tindak
Pidana
Rabu, 27 Februari 2019 Bacaan 8 Menit

Sovia Hasanah, S.H.

Si Pokrol

Pertanyaan
Dapatkah dipidana (atau dilaporkan ke polisi)
seseorang yang sering menceritakan bahwa dia
dan kelompoknya sering memperkosa perempuan
yang sedang berduaan dengan pacarnya di
tempat sepi, sementara tidak ada saksi yang
melihat perbuatannya itu. Bagaimana langkah
hukum yang harus ditempuh untuk hal tersebut?
Karena bisa saja hal itu benar terjadi atau hanya
cerita bual saja, tetapi bila ternyata cerita bual saja,
paling tidak sudah memberi efek jera sama dia
(bila dilaporkan ke polisi), bisakah? Terima kasih.

Konsultasi Hukum
dengan Advokat Pilihan
15.000+ masalah hukum telah dikonsultasikan
bersama kami

60+
30 Menit Konsultasi via Chat
Rp50.000 Rp30.000

Chat Sekarang

Powered by

Intisari Jawaban

Ulasan Lengkap
 
Tindak Pidana Pemerkosaan
Sebelumnya perlu kami beritahukan
bahwa mengenai perkosaan, diatur
dalam Pasal 285, Pasal 286, dan Pasal
288 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”) sebagai berikut:
 
Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan
memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
 
Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan
seorang wanita di luar
perkawinan, padahal diketahui
bahwa wanita itu dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya,
diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
 
Pasal 288 KUHP
1. Barang siapa dalam perkawinan
bersetubuh dengan seorang wanita
yang diketahuinya atau sepatutnya
harus diduganya bahwa yang
bersangkutan belum waktunya untuk
dikawin, apabila perbuatan
mengakibatkan luka-luka diancam
dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-
luka berat, dijatuhkan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan
pidana penjara paling lama dua belas
tahun.

 
Selain itu diatur juga dalam Pasal 81 jo.
Pasal 76D Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (“UU Perlindungan Anak”)
sebagaimana yang telah diubah oleh
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (“UU
35/2014”) dan diubah kedua kalinya
dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
(“Perppu 1/2016”)  sebagaimana yang
telah ditetapkan sebagai undang-
undang dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang dalam hal
korban adalah anak-anak. Berikut bunyi
pasal-pasalnya:
 
Pasal 76D UU 35/2014
Setiap Orang dilarang melakukan
Kekerasan atau ancaman
Kekerasan  memaksa Anak
melakukan persetubuhan
dengannya  atau dengan orang
lain.
 
Pasal 81 Perppu 1/2016
1. Setiap orang yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76D dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Ketentuan pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
bagi setiap Orang yang dengan
sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan
orang lain.
3. Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)  dilakukan oleh
orang tua, wali, orang-orang yang
mempunyai hubungan keluarga,
pengasuh anak, pendidik, tenaga
kependidikan, aparat yang menangani
perlindungan anak, atau dilakukan
oleh lebih dari satu orang secara
bersama-sama,  pidananya ditambah
1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4. Selain terhadap pelaku sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), penambahan
1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
juga dikenakan kepada pelaku yang
pernah dipidana karena melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76D.
5. Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76D
menimbulkan korban lebih dari 1 (satu)
orang, mengakibatkan luka berat,
gangguan jiwa, penyakit menular,
terganggu atau hilangnya fungsi
reproduksi, dan/atau korban meninggal
dunia, pelaku dipidana mati, seumur
hidup, atau pidana penjara paling
singkat 10 (sepuluh) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun.
6. Selain dikenai pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat
(4), dan ayat (5), pelaku dapat dikenai
pidana tambahan berupa
pengumuman identitas pelaku.
7. Terhadap pelaku sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
dapat dikenai tindakan berupa kebiri
kimia dan pemasangan alat
pendeteksi elektronik.
8. Tindakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) diputuskan bersama-
sama dengan pidana pokok dengan
memuat jangka waktu pelaksanaan
tindakan
9. Pidana tambahan dan tindakan
dikecualikan bagi pelaku Anak.

 
Melaporkan Pemerkosaan
Sebagaimana disebut dalam artikel
Proses Hukum Kejahatan Perkosaan,
Pencabulan, dan Perzinahan, dari
rumusan Pasal 285 KUHP di atas dapat
diketahui bahwa perkosaan adalah delik
biasa, dan bukan delik aduan. Karena
itu, polisi dapat memproses kasus
perkosaan tanpa adanya persetujuan
dari pelapor atau korban. Begitu pula
dengan Pasal 81 Perppu 1/2016.
 
Mengenai apa itu laporan dapat dilihat
dalam Pasal 1 angka 24 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
(“KUHAP”) menyatakan:
 
Laporan adalah pemberitahuan
yang disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban
berdasarkan undang-undang
kepada pejabat yang berwenang
tentang telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa
pidana.
 
Menurut Agustin L. Hutabarat dalam
artikel Apakah Pelapor Harus Punya
Bukti Tindak Pidana?, berdasarkan
ketentuan Pasal 1 angka 24 KUHAP,
setiap orang yang mengalami dan/atau
mengetahui telah terjadinya suatu
tindak pidana, wajib untuk
melaporkannya kepada pihak yang
berwajib.
 
Oleh karena itu, Anda sebagai orang
yang tidak mengalami hal tersebut
(bukan korban) dapat saja melaporkan
kepada polisi jika ada tindak pidana
perkosaan. Akan tetapi, sebelum Anda
melaporkan ke polisi, Anda harus benar-
benar yakin bahwa memang apa yang
dikatakan oleh orang tersebut adalah
benar.
 
Memang secara normatif tidak ada
ketentuan bahwa Anda sebagai pelapor
harus mempunyai bukti bahwa orang
tersebut benar-benar telah melakukan
tindak pidana perkosaan tersebut. Ini
karena bukti-bukti akan dikumpulkan
oleh penyelidik dan penyidik dalam
tahap penyelidikan dan penyidikan.
Akan tetapi, Anda harus ingat terdapat
Pasal 220 KUHP serta Pasal 317 KUHP
sebagai berikut:
 
Pasal 220 KUHP:
Barang siapa memberitahukan
atau mengadukan bahwa telah
dilakukan suatu perbuatan
pidana, padahal mengetahui
bahwa itu tidak dilakukan,
diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat
bulan.
 
Pasal 317 KUHP:
1. Barang siapa dengan sengaja
mengajukan pengaduan atau
pemberitahuan palsu kepada
penguasa, baik secara tertulis maupun
untuk dituliskan, tentang seseorang
sehingga kehormatan atau nama
baiknya terserang, diancam karena
melakukan pengaduan fitnah, dengan
pidana penjara paling lama empat
tahun.
2. Pencabutan hak-hak berdasarkan
pasal 35 No. 1 - 3 dapat dijatuhkan.

 
Orang tersebut dapat saja menuntut
Anda dengan Pasal 220 KUHP atau
Pasal 317 KUHP atas dasar pengaduan
atau pemberitahuan palsu jika apa yang
Anda laporkan ke polisi tidak benar.
Perbedaan dari kedua pasal tersebut
adalah perbuatan dalam Pasal 317 KUHP
dilakukan dengan maksud untuk
menyerang kehormatan atau nama
baik seseorang, sedangkan jika
pengaduan atau pemberitahuan palsu
tersebut dilakukan tidak dengan
maksud menyerang nama baik
seseorang, dikenakan Pasal 220 KUHP.
 
Tentang Pasal 220 KUHP, R. Soesilo
dalam bukunya Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
Demi Pasal (hal. 173) menjelaskan
bahwa isi pemberitahuan itu harus
peristiwa pidana. Jika bukan, tidak
dapat dikenakan pasal ini. Jika ia
memfitnah seorang telah melakukan
peristiwa pidana dengan tujuan
menyerang nama baiknya, sedang ia
tahu bahwa tuduhan itu tidak benar
(palsu), ia dikenakan Pasal 317 KUHP.
 
Memang untuk dapat dipidana
dengan Pasal 220 KUHP atau Pasal 317
KUHP harus ada unsur kesengajaan. R.
Soesilo (hal. 173 dan hal. 229),
memberikan penjelasan atas Pasal 220
dan Pasal 317 KUHP, bahwa jika
pengaduan atau pemberitahuan
“palsu” tersebut dilakukan dengan
tidak sengaja, misalnya karena keliru
atau karena tidak tahu lebih lanjut,
tidak dapat dikenakan Pasal 220 atau
Pasal 317 KUHP.
 
Jadi, pada dasarnya Anda dapat saja
melaporkan orang tersebut. Akan tetapi,
Anda harus berhati-hati karena orang
tersebut dapat saja melaporkan Anda
juga atas dasar Pasal 220 atau Pasal 317
KUHP, walaupun tentu saja tidak mutlak
Anda dapat terjerat pasal tersebut jika
dapat dibuktikan tidak ada unsur
kesengajaan dalam tindakan Anda.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga
bermanfaat.
 
Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
sebagaimana yang telah diubah oleh
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan diubah kedua
kalinya dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana yang telah ditetapkan
sebagai undang-undang dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016
tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang.

 
Referensi:
R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
Demi Pasal. Bogor: Politeia.

Tags:

#hukumonline #anak #kuhp

#klinik hukumonline #fitnah #pelaku

#hukum #pemidanaan #pemerkosaan

#pidana

Punya Masalah Hukum Yang Sedang Dihadapi?

 Kirim Pertanyaan

Baca Disclaimer

Atau

 Chat Sekarang

Mulai dari Rp 30.000

Klinik Terbaru

Jika Menikahi Perempuan yang Memiliki


1
Anak Hasil Zina

Berhubungan Seks dengan PSK Sampai


2
Hamil, Ini Risiko Hukumnya

Bisakah Ketentuan dalam Perjanjian Kawin


3
Diubah?

Aturan Pendaftaran Merek Internasional di


4
Indonesia

Get to know Digital Banks in Indonesia and


5
its Establishment Requirements

Tips Hukum

Cara Mengurus Surat Cerai dan


Langkah Mengajukan Gugatannya

Somasi: Pengertian, Dasar Hukum,


dan Cara Membuatnya

Simak! Ini 5 Langkah Merger PT

Lihat Semua Tips

Konsultasi Hukum
dengan Advokat Pilihan
15.000+ masalah hukum telah dikonsultasikan
bersama kami

60+
30 Menit Konsultasi via Chat
Rp50.000 Rp30.000

Chat Sekarang

Powered by

AD Premier 9th floor, Jl. TB Simatupang No.5 Ragunan, Pasar

Minggu, Jakarta Selatan 12550, DKI Jakarta, Indonesia

Phone: +62 21 - 2270 - 8910

Fax: +62 21 - 2270 - 8909

customer@hukumonline.com

redaksi@hukumonline.com

Pro Wawasan Hukum

Legal Analysis Klinik

Pusat Data Berita

Premium Stories Jurnal

Online Course

Solusi Event
Regulatory Compliance System
PKPA
Document Management System
Ranking
Izin Usaha
Online Publication
Konsultasi Hukum

Pembuatan Dokumen

Hukumonline

Tentang Kami

Redaksi

Pedoman Media Siber

Kode Etik

Syarat Penggunaan Layanan

Bantuan & FAQ

Karir

2023 Hak Cipta Milik Hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai