Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar B
Beelakang
Manu
Manusi
siaa dida
didala
lam
m kehi
kehidu
dupa
pann
nnya
ya akan
akan sela
selalu
lu beru
berusa
saha
ha untu
untuk
k
mendapatkan kemudahan dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapinya.
Tiap tahun selalu bermunculan penemuan demi penemuan penting dari para
ahli akan adanya mesin-mesin berteknologi canggih. Apalagi sekarang ini,
saat teknologi mengalami lompatan yang begitu tinggi dibandingkan setengah
abad yang lalu saat industri mulai menunjukkan diri dengan
dike
dikemb
mban
angka
gkann
nnya
ya mesi
mesin
n mesi
mesin
n yang
yang mamp
mampu
u mena
menang
ngani
ani sega
segala
la jeni
jeniss
pekerjaan yang tidak mampu ditangani oleh manusia, dari peralatan yang
memb
membut
utuhk
uhkan
an kete
keteli
liti
tian
an yang
yang tingg
tinggii samp
sampai
ai denga
dengan
n peral
peralat
atan
an denga
dengan
n
pembebanan yang besar. Keberadaan mesin mesin berteknologi canggih itu
senant
senantias
iasaa mering
meringanka
ankan
n kerja
kerja manusi
manusia.
a. Contoh
Contohnya
nya dahulu
dahulu semua
semua pekerj
pekerjaa
menggunakan tenaga manusia, seperti memecah batu menjadi batu kerikil
dahul
dahulu
u meng
menggun
gunak
akan
an palu
palu seba
sebaga
gaii alat
alat untu
untuk
k peme
pemeca
cahn
hnya
ya agar
agar dapa
dapatt
dijadi
dijadikan
kan batu
batu keriki
kerikil,
l, tetapi
tetapi karena
karena semaki
semakin
n pesatn
pesatnya
ya teknol
teknologi
ogi saat
saat ini
dibuatlah “Mesin Pemecah Batu untuk Krikil”. Ini merupakan bagian dari
alternatif manusia untuk memudahkan mereka dalam bekerja sehingga lebih
cepat mengomset batu kerikil kepada konsumen.
Kini mesin Pemecah batu ini dapat dilakukan dengan teknik konveyer
yang dapat menghemat waktu dan tenaga. Mesin pemecah batu ini secara
otomatis tak terlepas dari peran komponen-komponen elemen mesin seperti
poros, motor listrik,bantalan, poros, pasak, puli dan sabuk-V dan lain-lain.
Dimana keuntungan mesin ini adalah:
1. Meng
Menghe
hema
matt wakt
waktu
u dan
dan tenag
tenagaa bila
bila diba
dibandi
ndingk
ngkan
an denga
dengan
n konvensional
(alat tradisional) yang akan memakan waktu lebih lama dan tenaga lebih
banyak.
2. Lebi
Lebih
h prak
prakti
tiss dan
dan efis
efisie
ien.
n.
Deng
Dengan
an ditu
ditunj
njan
ang
g perkem
perkemba
banga
ngan
n tekn
teknol
olog
ogii komuni
komunika
kasi
si,, maka
maka
penyebaran akan adanya mesin ini dengan begitu cepatnya diketahui banyak
orang sehingga penggunaannya sudah mulai menyebar. Hal ini disebabkan
juga karena mesin ini memang benar-benar meringankan kerja manusia.

1.2 Tujuan
1.2.
.2.1 Tujuan Um
Umum
Adapun tujuan umum perencanaan ini adalah:
1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai mesin-mesin
produksi yang dapat menunjang perkuliahan.
2. Mengetahui dan memahami cara kerja mesin peme
emecah batu
atu
(Stone Hammer).

1.2.2
.2.2 Tuju
ujuan Khusus
sus
Adapun tujuan khusus perencanaan ini adalah:
1. Untu
Untuk
k mer
meren
enca
cana
naka
kan
n tra
trans
nsmi
misi
si daya
daya dari
dari mesi
mesin
n pem
pemec
ecah
ah bat
batu
u
sehingga dihasilkan mesin yang dapat bekerja secara efektif
dan efisien dengan kapasitas dan efisiensi yang maksimal.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari tulisan ini adalah:
1. Maha
Mahasi
sisw
swaa mamp
mampu
u mene
menera
rapk
pkan
an dan
dan mneg
mnegap
apli
lika
kasi
sika
kan
n teor
teorii dari
dari mata
mata
kuliah elemen mesin yang telah didapatkan dalam perkuliahan.
2. Mahasi
Mahasiswa
swa mampu
mampu merencen
merencenakan
akan setiap
setiap elemen
elemen mesin dan bagian
bagian utama
dari mesin.
3. Membuka
Membuka pola
pola pikir mahasis
mahasiswa
wa dalam
dalam merenc
merencana
anakan
kan suatu
suatu mesin yang
mampu membantu pekerjaan menjadi lebih mudah.
4. Menjadikan
Menjadikan mahasi
mahasiswa
swa lebih
lebih mandiri
mandiri,, kreatif
kreatif dan inovatif.
inovatif.
1.4 Batasan masalah
Adapun Batasan masalah dalam perencanaan elemen mesin ini adalah
hanya merencanakan sistem transmisi dari mesin pemecah batu yang terdiri
dari:
1. Poros
2. Bantalan
3. Pasak
4. Puli
5. Sabuk-V
Gambar 1.1 Mesin penepung
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 POROS
Poros
Poros merupak
merupakan
an salah
salah satu
satu bagian
bagian terpen
terpentin
ting
g dari
dari setiap
setiap mesin,
mesin,
karena pada hampir semua mesin, poros memegang peranan utama di dalam
meneru
meneruska
skan
n tenaga
tenaga bersam
bersama-s
a-sama
ama dengan
dengan putara
putaran
n transm
transmisi
isi dalam
dalam setiap
setiap
mesin.

2.1.
2.1.1
1 Maca
Macam-
m-ma
maca
cam
m poro
poross
Poros untuk meneruskan
kan daya dikla
klasifikasikan
kan menur
nurut
pembebanannya sebagai berikut:
1. Poros Transmisi
Poros
Poros ini mendapat
mendapat beban
beban puntir
puntir murni
murni atau
atau puntir
puntir dan lentur
lentur,,
disini daya yang ditransmisikan harus melalui kopling, roda gigi,
sabuk dan sproket rantai.
2. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas di mana beban utamanya berupa puntiran.
3. Gandar
Poros
Poros sepert
sepertii yang dipasa
dipasang
ng dianta
diantara
ra roda
roda roda
roda kereta
kereta barang,
barang,
dimana tidak mendapat beban puntir bahkan kadang kadang tidak
boleh berputar.
Menuru
Menurutt bentukny
bentuknya,
a, poros
poros dapat
dapat digolo
digolongka
ngkan
n atas
atas poros
poros lurus
lurus
umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin totak dan lain
lain
lain.. Poro
Poross luwe
luwess untu
untuk
k tran
transm
smis
isii daya
daya keci
kecill agar
agar terd
terdap
apat
at
kebebasan bagi perubahan arah dan lain lain.
2.1.2 Hal-hal
Hal-hal yang
yang penti
penting
ng dalam
dalam peren
perencana
canaan
an poros
poros transm
transmisi
isi
1. Ke
Keku
kuat
atan
an poro
poross
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur. Selain itu ada juga poros
yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling
kapal atau turbin. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter poros diperkecil juga perlu diperhatikan.
2. Ke
Keka
kaku
kuan
an poro
poross
Meskip
Meskipun
un sebuah
sebuah poros
poros mempuny
mempunyai
ai kekuata
kekuatan
n yang cukup,
cukup, tapi
tapi
jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan
mengakibatkan ketidak telitian karena untuk mencapai ketelitian
yang maksim
maksimum,
um, kekakua
kekakuan
n juga
juga perlu
perlu diperh
diperhati
atikan.
kan. Kekaku
Kekakuan
an
poros itu sendiri juga berfungsi untuk mencegah lenturan atau
defleksi puntir.
3. Puta
Putara
ran
n kri
kriti
tiss
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luat biasa besarnya, putaran ini
sering disebut dengan putaran kritis. Akibat dari putaran kritis ini
akan
akan dapat
dapat meng
mengak
akib
ibat
atkan
kan keru
kerusa
sakan
kan pada
pada poros
poros dan bagia
bagian
n
bagian lainnya sehingga dalam perencanaan putaran kerja poros
harus lebih rendah dari putaran kritis.
4. korosi
Bahan bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan
pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Sedangkan
untuk poros poros yang terancam korosi dan poros poros mesin
yang
yang seri
sering
ng berhen
berhenti
ti lama
lama samp
sampai
ai batas
batas tert
terten
entu
tu dapat
dapat pula
pula
dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan
han poro
oros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (Bahan S–C) yang
dihasi
dihasilka
lkan
n dari
dari ingot
ingot dan di-kil
di-killl (baja
(baja yang
yang dioksi
dioksidas
dasii dengan
dengan
ferosilicon dan dicor, kadar karbon terjamin). Meskipun demikian,
bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami
deformasi karena tegangan yang kurang seimbang (misalnya diberi
alur
alur pasak,
pasak, karena
karena ada tegang
tegangan
an sisa
sisa didala
didalam
m terasn
terasnya)
ya) tetapi
tetapi
penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan
keku
kekuat
atan
anny
nyaa bert
bertam
amba
bah
h besa
besar.
r. Poro
Poross yang
yang dipa
dipaka
kaii untu
untuk
k
meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari
baja paduan dengan pengerasan yang sangat tahan terhadap
keausan.

2.1.
2.1.3
3 Poro
Poross deng
dengan
an beb
beban
an pun
punti
tirr
Jika diketahui bahwa poros yang direncanakan tidak mendapat
beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil
dari yang dibayangkan.
Mes
Meskipu
kipun
n dem
demikian
kian,, jika dipe
diperrkir
kirakan
akan akan
akan ter
terjadi
jadi
pembebanan berupa lenturan, tarikan, atau tekanan, misalnya jika
sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros motor,
maka
maka kemung
kemungkin
kinan
an adanya
adanya pembeb
pembebanan
anan tambah
tambahan
an terseb
tersebut
ut perlu
perlu
diperhitungkan dalam faktor keamanan yang diambil. (Sularso hal. 7
tabel 1.6).

Tabel 1.6 Faktor faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan,


ditransmisikan, fc.
fc.
Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata rata yang diperlukan 1,2-2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2

Daya normal 1,0-1,5


Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka
berbagai macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam
perencanaan, sehinga koreksi pertama dapat diambil kecil.
k ecil. Jika faktor
koreksi adalah fc maka daya rencana
rencana Pd (kW) sebagai patokan adalah:
(Sularso hal. 7)
Pd = fc ×P ( kW ) ....................................................................1
Jika
Jika daya
daya dibe
diberi
rika
kan
n dala
dalam
m daya
daya kuda
kuda (PS)
(PS),, maka
maka haru
haruss
dikalikan dengan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika
Jika momen
momen puntir
puntir (diseb
(disebut
ut juga
juga sebaga
sebagaii momen
momen rencana
rencana))
adalah: T (kg.mm)
5 Pd
T = 9,74 ×10 × (kg .mm) ..................................................2
n

Bila momen rencana dibebankan pada suatu diameter poros


(ds) maka tegangan geser τ (kg/mm2) yang terjadi
terjadi adalah:
adalah: (Sularso
(Sularso
hal. 7)

= 5,13  kg 2  ...............................................3
T T
τ =
(
π ds 3
16 ) ds  mm 

untu
untuk
k sela
selanj
njut
utny
nya,
a, tegan
teganga
gan
n gese
geserr yang
yang diij
diijin
inka
kan
n (τd) dihi
dihitu
tung
ng
berdasarkan kekuatan tarik (σ
(σB) dengan hasil kali antara faktor koreksi
Sf1 dan Sf2. Harga Sf1 adalah 5,6 untuk bahan SF dengan kekuatan yang
dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa, dan baja
paduan. Harga Sf2 adalah 1,3 sampai 3,0. Harga σB dapat dilihat dari
tabel (Sularso hal. 3 tabel 1.1 dan tabel 1.2)
Tabel 1.1 Baja Karbon untuk konstruksi mesin dan baja difinis
dingin untuk poros.

No. Jenis Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan


Panas Tarik
Kg/mm2
1. Baja S30C Penormalan 48
Karbon S35C Penormalan 52
konstruksi S40C Penormalan 55
mesin S45C Penormalan 58 -
( JIS G S50C Penormalan 62
4501 ) S55C Penormalan 66
2. Batang S35C-D Penormalan 53 Ditarik
baja Yang S45C-D Penormalan 60 dingin,
difinis S55C-D Penormalan 72 gerinda dan
dingin bubut
Dari hal hal di atas, maka besarnya τd dapat dihitung dengan: (Sularso
hal. 8)

=
σB
 kg 
τ 2  ..........................................................4
d
sf1 × sf 2  mm 
Kemu
Kemudi
dian
an,, kead
keadaan
aan mome
momen
n punt
puntir
ir itu
itu send
sendir
irii juga
juga haru
haruss
ditinjau, faktor koreksi Kt dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan
1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar
(Sularso hal. 8).
Dari persamaan untuk mencari tegangan geser diperoleh rumus
untuk menghitung diameter poros (d
(ds) sebagai berikut: (Sularso hal. 8)
1
5,1 3
ds =  Kt .Cb.T  ( mm ) ........................................................
τd 
.5
harga faktor koreksi Cb = 1,2 – 2,3, jika diperkirakan akan terjadi
pemakaian dengan beban lentur. (jika diperkirakan tidak akan terjadi
pembebanan lentur maka Cb diambil 1,0): (Sularso hal. 8).
Dalam pengujian perhitungan, apakah sudah aman atau tidak
yang
yang berpen
berpengar
garuh
uh disini
disini adalah
adalah harga
harga faktor
faktor konsent
konsentras
rasii teganga
tegangan
n
dengan alur pasak (α) dan poros bertangga (β). Harga α diperoleh dari
gambar 1.2 (Sularso hal. 9 gambar 1.2)

Gambar 1.2 faktor konsentrasi tegangan α


r
Terlebih
Terlebih dahulu kita menentuk
menentukan
an besarnya
besarnya (mm) (Sularso
ds

hal 11). Dimana r disini adalah harga jari jari untuk ukuran alur pasak.
Selanjutnya ukuran pasak dan alur pasak dapat ditentukan dari tabel
1.8 (Sularso hal. 10).
Tabel 1.8 ukuran pasak

Dengan ukuran alur pasak dimana r sudah diketahui,


diketahui, maka kita
dapat mencari β dari gambar 1.3: (Sularso hal.11 gambar 1.3)

Gambar 1.3 Faktor konsentrasi tegangan


D r
Sebelumnya
Sebelumnya digunakan
digunakan rumus dan (mm). Dimana D
ds ds

adalah diameter bagian yang menjadi tempat bantalan, dan r disini


adalah harga dari jari- jari fillet dengan rumus: (Sularso hal. 11)
D − ds
Jari jari fillet (r) = ........................................................6
2
Dalam pengujian perhitungan, apakah sudah aman atau tidak
maka digunakan ketentuan sebagai berikut: (Sularso hal. 12)
sf 2
syarat aman = τd × > τ × Cb × Kt
α

.......................................7
5,1 × T
dimana τ = 3 ...................................................................8
ds

2.2 PASAK
2.2.
2.2.1
1 Maca
Macam-
m-ma
maca
cam
m Pasa
Pasak
k
Pasa
Pasak
k adal
adalah
ah suat
suatu
u elem
elemen
en mesi
mesin
n yang
yang dipa
dipaka
kaii untu
untuk
k
meneta
menetapka
pkan
n bagian
bagian bagian
bagian mesin
mesin sepert
sepertii roda
roda gigi,
gigi, sproket
sproket,, puli,
puli,
kopling dan lain lain pada poros. Momen diteeruskan dari poros ke naf
atau dari naf ke poros.
Pasak pada umumnya pasak dapat digolongkan atas beberapa
macam sebagai berikut :
Menuru
Menurutt letakn
letaknya
ya pada
pada poros
poros dapat
dapat dibedak
dibedakan
an antara
antara pasak
pasak
pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung,
singgung , yang umumnya
persegi empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau
berbentuk tirus. Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai
sebagai
sebagai pasak luncur.
luncur. Di sampin
samping
g macam
macam di atas
atas ada pula pasak
pasak
tembereng dan pasak jarum.
Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi, dan
lain
lain lain
lain pada
pada porosn
porosnya,
ya, sepert
sepertii pada
pada seplai
seplain.
n. Yang
Yang paling
paling umum
umum
dipakai
dipakai adalah
adalah pasak
pasak benam
benam yang dapat
dapat meneru
meneruska
skan
n momen
momen yang
yang
besar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung.

2.2.2 Hal-hal
Hal-hal pen
penting
ting dan tata cara pere
perencan
ncanaan
aan pasak
pasak
Pasak
Pasak benam
benam mempuny
mempunyai
ai bentuk
bentuk penampa
penampang
ng segi
segi empat
empat di
mana terdapat bentuk prismatis dan tirus yang kadang kadang diberi
kepala
kepala untuk memudahkan pencabutannya.
pencabutannya. Kemiringan
Kemiringan pada pasak
tirus
tirus umumnya
umumnya sebesar
sebesar 1/100, dan pengerjaannya
pengerjaannya harus hati hati agar
naf tidak menjadi eksentrik. Pada pasak yang rata, sisi sampingnya
harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi goyah dan
rusa
rusak.
k. Untu
Untuk
k pasa
pasak,
k, umum
umumny
nyaa dipi
dipili
lih
h bahan
bahan yang
yang memp
mempuny
unyai
ai
kekuat
kekuatan
an tarik
tarik lebih
lebih dari (kg/mm2), lebih
dari 60 (kg/mm lebih kuat dari porosn
porosnya.
ya.
Kadang kadang sengaja dipilih bahan yang lebih lemah untuk pasak,
sehingga pasak akan lebih dahulu rusak dari pada poros atau nafnya.
Ini disebabkan harga pasak yang murah serta mudah menggantinya.
Jika
Jika mome
momen
n renc
rencana
ana dari
dari poros
poros adal
adalah
ah T (kg.mm
(kg.mm),
), dan
diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada
permukaan poros adalah: (Sularso hal. 25)

T
F =
ds .................................................................................9
2
Menuru
Menurutt lamban
lambang
g pasak
pasak yang
yang diperl
diperliha
ihatka
tkan
n dalam
dalam gambar
gambar
(Sularso hal. 25 gambar 1.5), gaya geser bekerja pada penampang
mendatar b x l (mm2) oleh gaya F (kg).

Gambar 1.11 Gaya Gesek Pada Pasak


Deng
Dengan
an demi
demiki
kian
an tega
tegang
ngan
an gese
geserr τk (kg/mm2) yang
ditimbulkan adalah: (Sularso hal. 25)
F
τk = ......................................................................10
bl

Dari tegangan geser yang diijinkan τka (kg/mm2), panjang pasak


l1 (mm) yang diperlukan dapat diperoleh: (Sularso hal. 25)
F
τ ka ≥ ................................................................11
b × l1

Harga τka adala


adalah
h harga
harga yang
yang diper
diperol
oleh
eh denga
dengan
n memb
membag
agii
kekuatan
kekuatan tarik σB dengan faktor keamanan
keamanan Sfk1 x Sfk2. Harg
Hargaa Sfk1
umumnya diambil 6, dan Sfk2 dipilih antara 1-1,5 jika beban dikenakan
secara perlahan lahan, antara 1,5-3 jika dikenakan dengan tumbukan
ringan, dan antara 2-5 jika dikenakan secara tiba tiba dan dengan
tumbukan berat.
Gaya keliling
keliling F (kg)
(kg) yang
yang sama
sama seper
seperti
ti ters
tersebu
ebutt di atas
atas
dikenakan pada luas permukaan samping pasak. Kedalaman alur pasak
pada poros dinyatakan dengan t1, dan kedalaman alur pasak pada naf
dengan t2. Abaikan
Abaikan pengura
penguranga
ngan
n luas
luas permuk
permukaan
aan oleh
oleh pembul
pembulata
atan
n
sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan p (kg/mm2) adalah:
(Sularso hal. 27)
F
p = ....................................................................12
l × ( t1ataut2 )

dari
dari harga
harga tekana
tekanan
n permuk
permukaan
aan yang diijinkan pa (kg/mm2),
diijinkan
panjang pasak yang diperlukan dapat dihitung dari: (Sularso hal. 27)
F
pa ≥ ..................................................................13
l × ( t1ataut2 )

Harga pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk poros berdiameter


kecil, 10 (kg/mm2) untuk poros berdiameter besar, dan setengah dari
harga harga di atas untuk poros berputaran tinggi.
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 25-35% dari
diam
diamet
eter
er poros
poros,, dan
dan panj
panjan
ang
g pasak
pasak ( lk ) jangan
jangan terlal
terlalu
u panjang
panjang
dibandi
dibandingka
ngkan
n dengan
dengan diamet
diameter
er poros
poros (antar
(antaraa 0,75
0,75 sampai
sampai 1,5 ds).
Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandarkan, maka beban yang
ditimb
ditimbulka
ulkan
n oleh
oleh gaya
gaya F yang
yang besa
besarr henda
hendakn
knya
ya diat
diatas
asii denga
dengan
n
menyesuaikan panjang pasak.
Dalam pengujian perhitungan, apakah sudah aman atau tidak
maka digunakan ketentuan sebagai berikut: (Sularso hal. 26)
b
= ( 0,25 − 0,35 )
ds
....................................................................1
lk
= ( 0,75 − 1,5)
ds

1. SABUK
Jarak yan
yang jauh antara kedua poro
oros sering tidak
memungk
memungkink
inkan
an trasmi
trasmisi
si langsu
langsung
ng dengan
dengan roda
roda gigi.
gigi. Dalam
Dalam hal
demi
demiki
kian
an,, cara
cara tran
transm
smis
isii puta
putara
ran
n atau
atau daya
daya yang
yang lain
lain dapat
dapat
ditera
diterapka
pkan,
n, dimana
dimana sebuaah
sebuaah sabuk
sabuk luwes
luwes atau
atau rantai
rantai dibeli
dibelitka
tkan
n
sekeliling puli atau sproket pada poras.
Tran
Transm
smis
isii deng
dengan
an elem
elemen
en mesi
mesin
n yang
yang luwe
luwess dapa
dapatt
digolongkan
digolongkan atas transmisi
transmisi sabuk, trasmisi
trasmisi rantai,
rantai, dan transmisi
transmisi
kabel
kabel atau
atau tali.
tali. Dari
Dari macam-
macam-mac
macam
am transm
transmis
isii dibagi
dibagi atas
atas tiga
tiga
kelompok. Dalam kelompok pertama, sabuk rata dipasang pada
puli silinder dan meneruskan momen antara dua poros yang
jaraknya dapat sampai 10 (m) dengan perbandingan putaran antara
1/1 sampai 7/1. Kelompok terakhir
terakhir terdiri dari atas sabuk dengan
gigi
gigi yang
yang digera
digerakkan
kkan dengan
dengan sproket
sproket pada jarak
jarak pusat
pusat sampai
sampai
mencap
mencapai
ai 2 (m),
(m), dan meneru
meneruska
skan
n putara
putaran
n secara
secara tepat
tepat dengan
dengan
perbandingan antara 1/1 sampai 6/1. sabuk rata yang banyak ditulis
dalam buku-buku lama belakangan ini pemakainnya tidak seberapa
luas lagi.
Sebagia
Sebagian
n besar
besar trans
transmis
misii sabuk
sabuk menggun
menggunakan
akan sabuk-
sabuk-V
V
karena mudah penanganannya dan harganyapun murah. Kecepatan
sabuk direncanakan untuk 10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan
maksimum sampai 25 (m/s).

2.3.1 Transmisi Sabuk-V


Sabuk
Sabuk-V
-V terb
terbua
uatt dari
dari karet
karet dan
dan memp
mempuny
unyai
ai penam
penampa
pang
ng
trapesium. Tenunan tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai
inti
inti sabu
sabuk.
k. Bagi
Bagian
an sabu
sabuk
k yang
yang seda
sedang
ng memb
membel
elit
it pada
pada puli
puli ini
ini
meng
mengal
alam
amii leng
lengku
kung
ngan
an sehi
sehing
ngga
ga leba
lebarr bagi
bagian
an dala
dalamn
mnya
ya akan
akan
bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh
bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada
tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan
sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata. Dalam gambar.... diberikan
berbagai proporsi penampang sabuk-V yang umum dipakai.
Transmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros -poros
yang
yang sejaja
sejajarr dengan
dengan arah
arah putara
putaran
n yang
yang sama.
sama. Diband
Dibanding
ingkan
kan dalam
dalam
transmisi roda gigi atau rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tidah
bersuara. Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan dapat dipakai
beberapa sabuk-V dipasang sebelah-menyebelah. Jarak sumbu poros
harus sebesar 1.5 sampai 2 kali diameter pully besar. Nomor nominal
sabuk-V dinyatakan panjang kelilingnya dalam inci.

Gambar 5.3 Diagram pemilihan sabuk-V


Gambar 5.4. Profil alur sabuk-V
Atas
Atas dasa
dasarr daya
daya renc
rencan
anaa dan
dan puta
putara
ran
n poro
poross peng
pengge
gera
rak,
k,
penampang sabuk-V yang sesuai dapat
d apat diperoleh dari gambar (Sularso
hal. 168 gambar 5.3 (b)). Daya rencana dihitung dengan mengalikan
daya yang akan diteruskan dengan faktor koreksi dalam tabel (Sularso
(Sularso
hal. 165 tabel 5.1).
Jarak sumbu poros harus sebesar 1,5 sampai 2 kali diameter
puli besar. Di dalam perdagangan terdapat berbagai pnjang sabuk-V.
Nomor nominal sabuk dinyatakan dalam panjang kelilingnya dalam
inch.
inch. Diamet
Diameter
er puli
puli yang
yang terlal
terlalu
u kecil
kecil akan
akan memper
memperpen
pendek
dek umur
umur
sabuk. Dalam tabel (Sularso hal. 169 tabel 5.4) diberikan diameter puli
minimum yang diijinkan dan dianjurkan menurut jenis sabuk yang
bersangkutan.
Kare
Karena
na sabuk
sabuk-V
-V bias
biasan
anya
ya digu
diguna
nakan
kan untu
untuk
k menur
menurunk
unkan
an
putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan
reduksi i (i > 1), dimana: (Sularso hal. 166)
n1
i = ......................................................................................15
n2

Kecepatan linier sabuk-V (m/s) adalah: (Sularso hal. 166)


π × d p × n1
v = .........................................................................1
60 ×1000

6
Jarak sumbu poros dan panjang keliling sabuk berturut turut
adalah C (mm) dan L (mm) : (Sularso hal. 170)

π (D p − dp )
2

L = 2C + (D p + dp) + .........................................17
2 4C

b+ b
2
−8(D p − dp)
2

......................................................18
C =
8

Dimana:
b = 2L − π Dp + dp ................................................................19

Untu
Untuk
k meng
menghi
hitu
tung
ng diam
diamet
eter
er ling
lingka
kara
ran
n jara
jarak
k bagi
bagi puli
puli
digunakan rumus sebagai berikut: (Sularso hal. 177)
dp = diameter minimum puli yang dianjurkan dalam tabel.
Dp = i x dp.................................................................................20
Diameter luar puli dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut: (Sularso hal. 177)
dk = dp + (Kt x K).....................................................................21
Dk = Dp + (Kt x K)....................................................................22
dima
dimana
na:: K adal
adalah
ah fakt
faktor
or korek
koreksi
si yang
yang dapa
dapatt dili
diliha
hatt dala
dalam
m tabe
tabell
(Sularso hal. 166 tabel 5.2).

Untuk perbandingan reduksi yang besar dan sudut kontak lebih


kecil dari 180° menurut perhitungan dengan rumus 23, kapasitas daya
yang
yang dipe
dipero
role
leh
h haru
haruss dika
dikali
lika
kan
n deng
dengan
an fakt
faktor
or kore
koreks
ksii yang
yang
bersangkutan Kθ seperti diperlihatkan dalam tabel (Sularso hal. 174
tabel 5.7). Besarnya sudut kontak diberikan oleh: (Sularso hal. 173)
57 Dp − dp
θ = 180 −

.........................................................23
C
Untuk dapat memelihara tegangan yang cukup dan sesuai pada
sabuk, jarak poros puli harus dapat disetel ke dalam maupun ke luar
(Sularso hal. 174 gambar 5.10).
Daerah
Daerah penyete
penyetelan
lan untuk
untuk masing
masing masing
masing penampa
penampang
ng sabuk
sabuk
diberikan dalam tabel (Sularso hal. 174 tabel 5.8).

Pemb
Pembat
atas
asan
an ukur
ukuran
an puli
puli seri
sering
ng dike
dikena
nakan
kan pada
pada panj
panjan
ang
g
susunan puli atau lebar puli. Panjang maksimum susunan puli Lmax
adalah perlu untuk memenuhi persamaan berikut ini: (Sularso hal.
177).
1
Lmax = (d p + Dp ) ≥C
2
............................................................24
1
C = ( dk + Dk ) > 0
2

Jika db dan Db berturut turut adalah diameter naf puli kecil dan
puli besar, ds1 dan ds2 berturut
berturut turut adalah diameter poros penggerak
penggerak
dan yang yang digerakkan, maka (Sularso hal. 177)
5
dB ≥d s1 +10( mm )
3
...............................................................25
5
DB ≥ d s 2 +10( mm )
3

Dalam pengujian perhitungan, apakah sudah aman atau tidak


maka digunakan ketentuan sebagai berikut: (Sularso hal. 176)
v ≤ 30 m/s...............................................................................26
dk + Dk
C > ...........................................................................27
2

Gaya gesekan yang akan bertambah karena pengaruh bantuan


baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada
tega
tegang
ngan
an yang
yang rela
relati
tive
ve rend
rendah
ah.. Hal
Hal ini
ini meru
merupa
paka
kan
n sala
salah
h satu
satu
keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata.
Hal-hal penting dalam perencanaan sabuk-V
1. Perbandingan re
reduksi (i
(i)
Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran,
maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan
reduksi i (i > 1) dimana:
n1 Dp 1 1
= i = = ;U= (Sularso, hal 166)
n2 dp U i

Dimana : n1 = putaran poros penggerak (rpm)


.n2 = putaran poros yang digerakkan (rpm)
.dp = diameter puli penggerak (mm)
Dp = diameter puli yang digerakkan (mm)
U = perbandingan putaran
2. Pemilihan pe
penampang sa
sabuk – V
Atas daya rencana dan putaran poros penggerak, penampang
sabuk – V yang sesuai dapat diperoleh dari Gb.5.3 (Sularso,
(Sularso,
hal 164)
164)
Gb.5.3 Diagram pemilihan sabuk – V
3. Diam
Diamet
eter
er mini
minim
mum pul
puli yang
yang dian
dianjjurka
urkan
n (m
(mm)
Diameter minimum puli yang dianjurkan dapat diperoleh dari
table 5.4 (Sularso,
(Sularso, hal 169) sesuai dengan penampang sabuk –
v
Tabel 5.4 Diameter puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm)
4. Diameter puli Penggerak (dp)
Diam
Diamet
eter
er puli
puli peng
pengger
gerak
ak dapa
dapatt dipe
dipero
role
leh
h dari
dari tabe
tabell 5.2
5.2
(Sularso, hal 166) sesuai dengan penampang sabuk –V
Tabel 5.2 Ukuran puli sabuk – V
5. Diameter pu
puli yang di
digerakkan (D
(Dp)
Diameter puli yang digerakkan (Dp) dapat diperoleh dengan
rumus :
Dp = i . dp (Sularso, hal 166)
6. Diameter luar puli penggerak (dk)
Dapat diperoleh dengan rumus :
dk = Dp + 2 . k (Sularso,
(Sularso, hal 177)
Dimana nilai k dapat diperoleh dari tabel 5.2 (sularso, hal 166)
sesuai dengan penampang sabuk – V
7. Diameter lu
luar pul
puli yang digerakka
kkan (D
(Dk)
Dk = Dp + 2k ( Sularso, hal 177)
8. Diameter bos atau naf puli pengge
ggerak (dB)
DB ≥ 5/3 ds1 + 10 (mm) (Sularso,
(Sularso, hal 177)
9. Diam
Diamet
eter
er bos
bos at
atau naf
naf pul
pulii yan
yang
g di
digera
gerakk
kkan
an (DB)
DB ≥ 5/3 ds2 + 10 (mm) (Sularso,
(Sularso, hal 177)
10.
10. Kece
Kecepa
pata
tan
n kel
keliiling
ling sabu
sabuk
k – V (v)
(v)
π.d p .n1
.v = (m/s) (Sularso,
(Sularso, hal 166)
60.1000
Dengan syarat aman U < 30 m/s (Sularso,
(Sularso, hal 176)
11. Jarak sumbu poros (C )
Jarak sumbu poros harus sebesar 1,5 sampai 2 kali diameter
puli yang digerakkan (Dp) (Sularso, hal 166)
12. Cek konstruksi sabuk – V
konstruksi belt dinyatakan baik bila memenuhi syarat sebagai
berikut:
C – ½ (dk + Dk ) > 0 (Sularso, hal 177)
13. Panjang sabuk (L)
π 1
L = 2C + (D p )
+dp + (D p −dp ) 2
(Sularso, hal 170)
170)
2 4C

2.4 BANTALAN
Bant
Bantal
alan
an adal
adalah
ah elem
elemen
en mesi
mesin
n yang
yang menu
menump
mpu
u poros
poros berb
berbeb
eban
an,,
sehing
sehingga
ga putara
putaran
n atau
atau geraka
gerakan
n bolak
bolak balikn
baliknya
ya dapat
dapat berlan
berlangsu
gsung
ng dengan
dengan
halu
halus,
s, aman
aman dan
dan panj
panjan
ang
g umur
umur.. Bant
Bantal
alan
an haru
haruss cuku
cukup
p koko
kokoh
h untu
untuk
k
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan
menuru
menurun
n atau
atau tak dapat
dapat bekerja
bekerja secara
secara semest
semestiny
inya.
a. Jadi,
Jadi, bantala
bantalan
n dalam
dalam
permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada ged ung.

2.4.
2.4.1
1 Klas
Klasif
ifik
ikas
asii Bant
Bantal
alan
an
Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Atas
Atas Dasa
Dasarr Gerak
erakan
an Bant
Bantal
alan
an Terha
erhada
dap
p Poro
Poross
a. Bantalan luncur.
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantala
bantalan
n kare
karena
na permuk
permukaan
aan poros
poros ditump
ditumpu
u oleh
oleh
permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding.
gelinding.
Pada
Pada bantala
bantalan
n ini terjad
terjadii geseka
gesekan
n gelind
gelinding
ing antara
antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen
gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol
bulat.
2. Atas Dasar Arah Beban
ban Terhad
hadap Poros
a. Bant
Bantal
alan
an radi
radial
al..
Arah
Arah beban
beban yang
yang ditump
ditumpu
u bantala
bantalan
n ini adalah tegak
tegak
lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial.
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah sejajar
dengan sumbu poros.
c. Bant
Bantal
alan
an geli
gelindi
nding
ng khus
khusus
us..
Bant
Bantal
alan
an ini
ini dapat
dapat menum
menumpu
pu beban
beban yang
yang arah
arahnya
nya
sejajar dan tegak lurus dengan sumbu poros.

2.4.2
2.4.2 Jeni
Jenis-j
s-jen
enis
is Banta
Bantalan
lan Ge
Geli
lindi
nding
ng

Gambar 4.15 Macam macam bantalan gelinding

Bant
Bantal
alan
an gelin
gelindi
ding
ng memp
mempuny
unyai
ai keunt
keuntun
ungan
gan dari
dari gese
geseka
kan
n
gelind
gelinding
ing yang sangat
sangat kecil
kecil diband
dibanding
ingkan
kan dengan
dengan bantala
bantalan
n luncur
luncur..
Seperti diperlihatkan dalam gambar (Sularso hal. 129 gambar 4.15),
elemen
elemen gelinding seperti
seperti bola atau rol, dipasang
dipasang di antara cincin
cincin luar
dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola
atau
atau rol
rol akan
akan memb
membuat
uat gerak
gerakan
an geli
gelindi
nding
ng sehi
sehingg
nggaa gese
geseka
kan
n di
antaranya akan jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi
dalam bentuk
bentuk dan ukuran merupakan
merupakan keharusan.
keharusan. Karena luas bidang
bidang
kont
kontak
ak anta
antara
ra bola
bola atau
atau rol
rol deng
dengan
an cinc
cincin
inny
nyaa sang
sangat
at kecil
kecil maka
maka
besarnya beban per
pe r satuan luas atau tekanannya menjadi sangat tinggi.
Dengan demikian bahan yang dipakai harus mempunyai ketahanan
dan kekerasan yang tinggi.
Bant
Bantal
alan
an gelin
gelindi
ding
ng,, seper
seperti
ti pada
pada bant
bantal
alan
an lunc
luncur
ur,, dapa
dapatt
diklasifikasikan atas : bantalan radial, yang terutama membawa beban
radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa
beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen
gelindingnya, dapat pula dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol.
Demi
Demiki
kian
an pula
pula dapat
dapat dibe
dibeda
dakan
kan menur
menurut
ut banya
banyakn
knya
ya baris
baris dan
konstruksi dalamnya. Bantalan yang cincin dalam dan cincin luarnya
dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.
Dalam praktek, bantalan gelinding
gelinding standar
standar dipilih
dipilih dari katalog
bantalan, seperti yang terlihat pada tabel di atas (Sularso hal 143).
Ukuran
Ukuran utama bantalan gelinding adalah diameter
diameter lubang, diameter
diameter
luar, lebar, dan lengkungan sudut. Pada umumnya diameter lubang
diam
diambi
bill deba
debagai
gai patoka
patokan,
n, denga
dengan
n mana
mana diam
diamet
eter
er luar
luar dan
dan leba
lebarr
digabungkan. Nomor nominal bantalan gelinding terdiri dari nomor
dasar dan pelengkap. Nomor dasar yang terdapat merupakan lambang
jenis, lambang ukuran (lambang lebar, diameter luar), nomor diameter
lubang,
lubang, dan lambang
lambang sudut
sudut kontak
kontak.. Lambang
Lambang lamban
lambang
g pelengk
pelengkap
ap
mencaku
mencakup
p lambang
lambang sangka
sangkar,
r, lamban
lambang
g sekat
sekat (sil),
(sil), bentuk
bentuk cincin
cincin,,
pemasangan, kelonggaran, dan kelas. Jika hal hal tersebut tidak
diperinci, maka lambang lambang di atas tidak dituliskan. Lambang
jenis menyatakan jenis bantalan. Lambang ukuran menyatakan lebar
untuk
untuk bantala
bantalan
n radial
radial dan tinggi
tinggi untuk
untuk bantala
bantalan
n aksial
aksial;; dapat
dapat juga
juga
menyat
menyataka
akan
n diamet
diameter
er luar
luar dari
dari bantal
bantalan
an bantal
bantalan
an terseb
tersebut.
ut. Nomor
Nomor
diameter lubang dinyatakan dengan dua angka.
Ada dua macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal
dinami
dinamiss spesif
spesifik
ik dan kapasi
kapasitas
tas nomina
nominall statis
statis spesif
spesifik.
ik. Misal
Misalkan
kan
sejumlah bantalan membawa beban tanpa variasi dalam arah yang
tetap. Jika bantalan tersebut adalah bantalan radial, maka bebannya
adalah radial murni, cincin luar diam dan cincin dalam berputar. Jika
bantalan tersebut adalah bantalan aksial, maka kondisi bebannya
adalah aksial murni, satu cincin diam dan cincin yang lain berputar.
Jumlah putaran adalah 1.000.000 (atau 33,3 rpm selama 500 jam).
Setela
Setelah
h menjal
menjalani
ani putara
putaran
n terseb
tersebut,
ut, jika
jika 90% dari
dari jumlah
jumlah bantala
bantalan
n
tersebut tidak menunjukkan kerusakan karena kelelahan oleh beban
gelinding pada cincin atau elemen gelindingnya, maka besarnya beban
tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis spesifik (C
(C), dan umur
yang bersangkutan
bersangkutan disebut
disebut umur nominal. Jika bantalan
bantalan membawa
membawa
beban dalam keadaan diam dan pada titik kontak yang menerima
teganga
tegangan
n maksi
maksimum
mum besarn
besarnya
ya deform
deformasi
asi perman
permanen
en pada elemen
elemen
gelinding
gelinding ditambah besarnya deformasi cincin menjadi 0,0001 kali
diameter elemen gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas
nominal statis spesifik (C
(Co).

Tabel 4.14 Ukuran luar bantalan gelinding


Nomor Bantalan Ukuran Luar (mm) Kapasitas Kapasit
Nominal as
Dua Dua D D B r Dinamis Nominal
Jenis
Sekat sekat Spesifik Statis
terbuka C ( Kg ) Spesifik
tanpa
kontak Co
( Kg )
6000 6001ZZ 6000VV 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002ZZ 6002VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004ZZ 6004VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005ZZ 6005VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007ZZ 6007VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008ZZ 6008VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010ZZ 6010VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200ZZ 6200VV 10 30 9 1 400 236
6201 6201ZZ 6201VV 12 32 10 1 535 305
6202 6202ZZ 6202VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203ZZ 6203VV 17 40 12 1 750 460
6204 6204ZZ 6204VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 6205ZZ 6205VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206ZZ 6206VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207ZZ 6207VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208ZZ 6208VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209ZZ 6209VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210ZZ 6210VV 50 90 20 2 2750 2100

Sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa


(kg),
(kg), maka
maka beban
beban ekival
ekivalen
en dinami
dinamiss Pr (kg)
(kg) untuk
untuk bantal
bantalan
an radial
radial adalah
adalah
sebagai berikut: (Sularso hal. 135)
Pr = X.V.Fr + Y.Fa..................................................................28
Y.Fa..................................................................28
Dimana faktor-faktor X, V, Y terdapat
terdapat dalam tabel:
tabel: (Sularso
(Sularso hal.
hal. 135 tabel
tabel
4.9).
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg)
menyat
menyataka
akan
n beban
beban ekival
ekivalen
en dinami
dinamis,
s, maka
maka faktor
faktor kecepa
kecepatan
tan fn adalah:
(Sularso hal. 136)
1

=
33,3  3
fn   ..........................................................................29
 n 
Faktor umur adalah: (Sularso hal. 136)
C
fh = fn × .............................................................................30
Pr
Umur nominal Lh adalah: (Sularso hal. 136)
3
Lh = 500 ( f h ) ...........................................................................31
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Poros


1. Poros pada motor/poros penggerak
Mesin penggerak
penggerak yang digunakan
digunakan adalah
adalah Honda jenis GX 160
160 dengan daya
(P) yang ditransmisikan sebesar 5,5 PK. Untuk mengubah PK kedalam bentuk kW,
maka harus dikalikan dengan 0,735. Sehingga 5,5 x 0,735 = 4,0425 kW
Putaran motor n1 = 2000 rpm (diasumsikan)
a. menen
menentu
tuka
kan
n day
dayaa ren
renca
cana
na (Pd)
Karena daya yang tersedia berupa daya maksimum, maka faktor koreksi
(fc), penulis mengambil 1,2 dimana intervalnya (0,8 – 1,2). Tabel 1.6
(Sularso hal 7), maka daya rencana (Pd) adalah
Pd = fc . P
= 1,2 . 4,0425
= 4,8 kW
b. Menentukan momen rencana
Pd
T1 = 9,74 x 105
n1

4,8
T1 = 9,74 x 105 2000
T1 = 2338 kg.mm
c. Bahan poros yang digunakan
digunakan adalah baja batang yang difinis
difinis dingin (S 35
C-D) dengan kekuatan tarik (σB) = 53 kg/mm2 untuk faktor koreksi Sf1
adalah 6 (untuk bahan SC) dan untuk pengaruh konsentrasi tegangan yang
cukup besar, perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan
harga sebesar (1,3 – 3,0), maka penulis mengambil 3 (Sularso hal 8)
d. Tegang
Tegangan
an gese
geserr yang
yang dii
diizin
zinkan
kan (τa1)
σB 53
τa1 = = = 2,94 kg / mm 2
Sf 1 .Sf 2 6. 3
e. Mene
Menent
ntuk
ukan
an dia
diame
mete
terr poro
poross (d
(ds1)

1 1
5.1 3  5,1 3
d s1 = Kt .Cb.T  =  .1,5.2.2338  = 20 mm
τa1  2,94 

Dimana :
Kt = Faktor koreksi karena terjadi sedikit kejutan dan tumbukan (1,0 - 1,5)
Cb = Faktor koreksi karena terjadi sedikit beban lentur (1,2 - 2,3)
f. Anggapl
Anggaplah
ah diamet
diameter
er bagian
bagian yang
yang menjad
menjadii tempat
tempat banta
bantalan
lan = 25mm
D − ds 25 − 20
Jari-jari filet (r
(r) = = 2,5mm
2 2

Alur pasak = b x h x filet (r


(r)
Dari tabel 1.8 (Sularso hal 10) didapat alur pasak = 6 x 6 x 0,4
g. Konsen
Konsentra
trasi
si tegang
tegangan
an pada poros
poros bertan
bertangga
gga adalah
adalah
r 2,5
= = 0,125
ds 20

D 25
= = 1, 25
ds 20

Untuk nilai.β = 1,4 Gambar 1.2 (Sularso hal 11)


h. Konsentrasi
Konsentrasi tegangan
tegangan pada poros dengan alur pasak adalah
r 0,4
= = 0,02
ds 20

Untuk nilai α = 1,8 Gambar 1.1 (Sularso hal 9)


i. Tega
Tegang
ngan
an ges
geser
er yan
yang
g ter
terja
jadi
di (τ )
5,1.T 5,1.2338 2
τ = 3
=
3
= 1,5kg / mm 2
( d s1 ) ( 20)
Sf 2 3
τa . = 2,94 = 4,9kg / mm 2
β 1,8

4,5kg/mm2
τ . Cb Kt = 1,5.2.1,5 = 4,5kg/mm
Sf1
j. Suatu poros akan aman digunakan apabila τa . > τ . Cb Kt (Sularso
α

hal Karena 4,9 > 4,5, maka (BAIK)


Kesimpulan :
1) Diam
Diamet
eter
er por
poros
os (ds1) = 20mm
20mm
2) Baha
Bahan
n por
poros
os S 35
35 C-D
C-D
3) Perlak
Perlakuan
uan : baja
baja batang
batang difini
difiniss dingin
dingin

2. Poros yang digerakkan


Diketahui :
Daya (P) = 4,0425 kW
Putaran pully (n2) = 1800 rpm
a. menen
menentu
tuka
kan
n day
dayaa ren
renca
cana
na (Pd)
Karena daya yang tersedia berupa daya maksimum, maka faktor koreksi
(fc), penuli
penuliss mengam
mengambil
bil 1,2 dimana
dimana interv
intervaln
alnya
ya (0,8
(0,8 – 1,2).
1,2). Tabel
Tabel 1.6
(Sularso hal 7), maka daya rencana (Pd) adalah
Pd = fc . P
= 1,2 . 4,0425
= 4,8 kW
b. Menentukan momen rencana
Pd
T2 = 9,74 x 105
n2

4,8
T2 = 9,74 x 105 1800
T2 = 2597kg.mm
2597kg.mm
c. Bahan
Bahan poros
poros yang digunak
digunakan
an dalam
dalam perenca
perencanaan
naan adalah
adalah baja
baja batang
batang yang
difinis dingin (S 35 C-D) dengan kekuatan tarik (σB) = 53 kg/mm2 untuk
faktor
faktor koreksi
koreksi Sf1 adal
adalah
ah 6 (unt
(untuk
uk baha
bahan
n SC)
SC) dan untu
untuk
k penga
pengaru
ruh
h
kons
konsen
entr
tras
asii tega
teganga
ngan
n yang
yang cukup
cukup besa
besar,
r, perl
perlu
u diam
diambi
bill fakt
faktor
or yang
yang
dinyatakan
dinyatakan sebagai
sebagai Sf2 dengan harga sebesar (1,3 – 3,0), maka penulis
mengambil 3 (Sularso hal 8)
d. Tegang
Tegangan
an gese
geserr yang
yang dii
diizin
zinkan
kan (τa2)
σB 53
τa2 = = = 2,94 kg / mm 2
Sf 1 .Sf 2 6. 3

e. Mene
Menent
ntuk
ukan
an dia
diame
mete
terr poro
poross (d
(ds2)
1 1
 5 .1 3  5,1 3
. d s2 = .Kt .Cb.T  =  .1,5.2.2599 = 23,8mm ≈ 24 mm
τa 2  2,94 

Dimana :
Kt = Faktor koreksi karena terjadi sedikit kejutan dan tumbukan (1,0 –
1,5)
Cb =Faktor koreksi karena terjadi sedikit beban lentur (1,2-2,3)
f. Anggapl
Anggaplah
ah diamet
diameter
er bagian
bagian yang
yang menjad
menjadii tempat
tempat banta
bantalan
lan = 30mm
D − ds 30 − 24
Jari-jari filet (r
(r) = = = 3mm
2 2

Alur pasak = b x h x filet (r


(r)
Dari tabel 1.8 (Sularso hal 10) didapat alur pasak = 7 x 7 x 0,4
g. Konsen
Konsentra
trasi
si tegang
tegangan
an pada poros
poros bertan
bertangga
gga adalah
adalah
r 3
= = 0,125
ds 24

D 30
= = 1, 25
ds 24

Untuk nilai β = 1,4 Gambar 1.2 (Sularso hal 11)


h. Konsentrasi
Konsentrasi tegangan
tegangan pada poros dengan alur pasak adalah
r 0,4
= = 0,016
ds 24

Untuk nilai α = 2,8 Gambar 1.1 (Sularso hal 9)


i. Tega
Tegang
ngan
an ges
geser (τ )

5,1.T 5,1.2597
τ = 3
= 3
= 0,95Kg / mm2
( d s2 ) ( 24 )
Sf 2 3
τa . = 2,94 = 3,15kg / mm 2
α 2,8
2,85kg/mm2
τ . Cb.Kt = 0,95.2.1,5 = 2,85kg/mm
Sf1
j. Suatu poros akan aman digunakan apabila .τa . > τ . Cb Kt (Sularso
α

hal Karena 3,15 > 2,85, maka (BAIK)


Kesimpulan :
1) Diam
Diamet
eter
er por
poros
os (ds2) = 24mm
24mm
2) Baha
Bahan
n por
poros
os S 35
35 C-D
C-D
3) Perl
Perlaku
akuan
an : baj
bajaa bata
batang
ng

3.2 Perencanaan Pasak


1. Pasak pada poros penggerak
Daya (P) = 4,0425 kW
Fakto
Faktorr kore
koreks
ksii (fc) diam
diambi
bill 1,2
1,2 dima
dimana
na inte
interv
rval
alnya
nya (0,8
(0,8-1
-1,2
,2).
). Tabe
Tabell 1.6
1.6
(Sularso hal 7)
Putaran poros (n1) = 2000 rpm
Daya rencana (pd) = 4,8 kW T1 = 2338kg.mm
2338kg.mm
Diameter poros (d
(ds1) = 20mm
20mm
Bahan poros (S 35 C-D) dengan σB = 53 kg/mm2, Sf1 = 6, Sf2 = 3
2,94kg/mm2
τa = 2,94kg/mm
Kt = 1,5 ; Cb = 2
a. Gaya
Gaya tang
tangen
enssial F (kg)
T 2338
= = 233,8kg
F=  d s1   20 
   
 2  2
b. Penampang pasak : b x h = 6 x 6
Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 3,5mm
3,5mm
Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 2,8mm
2,8mm
Didapat dari tabel 1.8 (Sularso hal 10)
c. Baha
Bahan
n pasa
pasak
k S 45 C dice
dicellup ding
dingin
in dan
dan dilu
diluna
nakk
kkan
an,, deng
dengan
an σB =
58kg/mm2 Tabel 1.1 (Sularso hal 3)
58kg/mm
Sfk1 = 6 ; Sfk2 = 3 (Sularso hal 25)
d. Tegang
Tegangan
an geser
geser yang
yang dii
diizin
zinkan
kan
σB 58 2
τ ka = = = 3,2 kg / mm
Sf k 1 .Sf k 2 6.3

e. Teka
Tekana
nan
n perm
permuk
ukaa
aan
n yang
yang diiz nkan (Pa) = 8kg/mm2, untu
diiziinkan untuk
k poro
poross
berdiameter kecil (Sularso hal 27)
f. Panjang pa
pasak (l
(l)
F
τ ka ≥
b.l1

233,8
= ≤ 3,2 ∴l1 ≥ 12mm
6.l1

Ditinjau dari tekanan permukaan (Pa)


F
Pa ≥ ; diambil t2
l 2 .( t1 ataut 2 )

233,8
= ≤8 ∴l 2 ≥ 10, 4 mm
l 2 .2,8

g. l =10,4
=10,4mm
mm
h. lk = 17mm
17mm
b 6
i. = = 0,3
d s1 20

b
Penamp
Penampang
ang pasak
pasak dapat
dapat dikata
dikatakan
kan baik,
baik, apabila
apabila 0,25
0,25 < < 0,35
d s1

(Sularso hal 28). Karena 0,25 < 0,3 < 0,35 maka (BAIK)
lk 17
j. = = 0,85
d s1 20

lk
Panjang pasak dianggap sesuai, apabila 0,75 < < 1,5 (Sularso hal
d s1

28).
Karena 0,75 < 0,85 < 1,5 maka (BAIK)
Kesimpulan :
1) Ukur
Ukuran
an pasak
pasak : b x h = 6 x 6
2) Panj
Panjan
ang
g pasa
pasak
k = 17
17mm
3) bahan pasak
pasak : S45C,
S45C, dicelupd
dicelupdingin
ingin,, dan dilunakkan.
dilunakkan.
2. Pasak pada poros yang digerakkan
Daya (P) = 4,0425 kW
Faktor koreksi (fc) = 1,2
Putaran pully (n
(n2) = 1800 rpm
Daya rencana (Pd) = 4,8 kW
T = 2597 kg.mm2
Dimeter poros (d
(ds2) = 24mm
24mm
Bahan poros (S 35 C-D) dengan σB = 53 kg/mm2, Sf1 = 6, Sf2 = 3
2,94kg/mm2
τa = 2,94kg/mm
Kt = 1,5 ; Cb = 2
a. Gaya
Gaya tang
tangen
enssial F (kg)
T 2597
F = = = 216,4kg
 d s2   24 
   
 2  2
b. Penampang pasak = b x h = 7 x 7
Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 4,0 mm
Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 3,5 mm
Didapat dari tabel 1.8 (Sularso hal 10)
c. Baha
Bahan
n pasa
pasak
k S 45 C dice
dicellup ding
dingin
in dan
dan dilu
diluna
nakk
kkan
an,, deng
dengan
an σB =
58kg/mm2 Tabel 1.1 (Sularso hal 3)
58kg/mm
Sfk1 = 6 ; Sfk2 = 3 (Sularso hal 25)
d. Tegang
Tegangan
an geser
geser yang
yang dii
diizin
zinkan
kan
σB 58
τ ka = = = 3, 2 kg /mm2
Sfk1 .Sfk 2 6 .3

e. Teka
Tekana
nan
n perm
permuk
ukaa
aan
n yang
yang dii
diizinkan (Pa) = 8kg/mm2, unt
zinkan untuk poro
poross
berdiameter kecil (Sularso hal 27)
f. Panjag pasak (l)
F
τ ka ≥
b.l1

216,4
= ≤ 3, 2 ∴l1 ≥ 101,4 mm
8.l1

Ditinjau dari tekanan permukaan (Pa)


F
pa ≥ ; diambil t2
l 2 .( t1 ataut 2 )

2597
= ≤8 ∴l 2 ≥ 93mm
l 2 .3,3

g. l = 93mm
93mm
h. lk = 20mm
20mm
b 7
i. = = 0,29
d s2 25

b
Penamp
Penampang
ang pasak
pasak dapat
dapat dkatak
dkatakan
an baik,
baik, apabila
apabila 0,25 < < 0,35
ds2

(Sularso hal 28).


Karena 0,25 < 0,29 < 0,35 maka (BAIK)
lk 20
j. = = 0,83
d s2 24

lk
Panjang pasak dianggap sesuai, apabila 0,75 < < 1,5 (Sularso hal 28)
ds 2

Karena 0,75 < 0,83 < 1,5 maka (BAIK)


Kesimpulan :
1) Ukur
Ukuran
an pas
pasak = b x h = 7 x 7
2) Panj
Panjan
ang
g pasa
pasak
k = 20
20mm
3) Bahan pasak : S45C,
S45C, dicelup
dicelup dingin,
dingin, dan dilunakkan.
dilunakkan.

3.3 Perencanaan Pully dan V-belt


1. P = 5,5
5,5 PK
PK = 4,04
4,0425
25 kW
.n1 2000 rpm , n2 = 1800 rpm
n1 2000
i = = = 1,1
n2 1800

.i adalah faktor reduksi, dimana i > 1 (Sularso hal 66)


2. karna
karna mesin
mesin bekerja
bekerja selam
selamaa 6 – 8 jam, maka
maka diambil
diambil faktor
faktor koreks
koreksii (fc) =
1,2
3. Pd = fc . P
= 1,2 . 4,0425
= 4,8 kW
4. T1 = 2338kg.mm
2338kg.mm
T2 = 2597kg.mm
2597kg.mm
5. Bahan
Bahan poros
poros S 35
35 C-D,
C-D, denga
dengan
n kekuat
kekuatan
an tarik 53kg/mm2
tarik (σB) = 53kg/mm
Sf1 = 6, Sf2 = 3 (dengan alur pasak)
2,94kg/mm2
.τa = 2,94kg/mm
6. Diam
Diamet
eter
er por
poros
os pen
pengg
gger
erak
ak (ds1
(ds1)) = 20mm
20mm
Diameter poros yang digerakkan (d
(ds2) = 24mm
24mm
Kt = 1,5 untuk beban tumbukan
Cb = 2 untuk beban lenturan
7. Pemi
Pemili
liha
han
n penam
penampa
pang
ng sabu
sabuk
k –V
Dari gambar 5.3 diagram pemilihan sabuk-V (Sularso hal 164). Untuk
daya rencan (pd) = 4,8 kW dan putaran poros penggerak (n
(n1) = 2000 rpm,
maka didapat jenis sabuk type A dengan tebal (t
(t) = 9mm.
mm. Gambar 5.2
(Sularso hal 164)
8. Untuk
Untuk penampan
penampang
g sabuk tipe A, diamete
diameterr minimum
minimum puli yang diizin
diizinkan
kan
(dmin) = 65mm
65mm,, dimeter minimum puli yang dianjurkan = 95mm
95mm.. Tabel 5.4
(Sularso hal 169).
9. Diam
Diamet
eter
er nomin
nominal
al puli
puli pengge
penggera
rak
k (d
(dp) untuk penampang sabuk –V tipe A
diambil 100mm.
100mm. Tabel 5.2 (Sularso hal 166)
Diameter nominal puli yang digerakkan (Dp)
n1 Dp
i = =
n2 dp
Dp = i . dp
= 1,1 . 100
= 110mm
110mm
Diameter luar puli penggerak (d
(dk)
.dk = dp + 2 k
Dimana k = 4,5 untuk V-belt tipe A, tabel 5.2 (Sularso hal 166) sehingga :
.dk = dp + 2 . k
= 100 + 2 . 4,5
= 109mm
109mm
Diameter luar puli yang digerakkan (Dk)
Dk = Dp + 2 . k
=110 + 2 . 4,5
=119mm
=119mm
Diameter bos atau naf puli penggerak (d
(dB)
5
dB ≥ d s1 + 10
3

5
dB ≥ 20 + 10
3

dB ≥ 43,3mm
43,3mm
Diameter bos atau naf puli yang digerakkan (DB)
5
DB ≥ d s2 + 10
3

5
DB ≥ 24 + 10
3

DB ≥ 50mm
50mm
10. Kecepatan
Kecepatan keliling
keliling sabuk
sabuk –V (v
(v)
π .d .n1 π .100.2000
v = = = 10,5m / s
60.1000 60000

Kecepatan keliling sabuk bisa dikatakan sesuai, apabila v < 30 m/s


Karena 10 m/s < 30 m/s maka (BAIK)
11. Pengecekan
Pengecekan jarak
jarak sumbu poros
poros
Jarak sumbu poros harus sebesar 1,5 sampai 2 kali diameter puly yang
digerakkan (Dp), penulis mengambil 2 kali diameter puly yang digerakkan
(Sularso hal 166)
C = 2 . Dp
= 2 . 110
= 220mm
220mm
Untuk mengetahui apakah konstruksi
ko nstruksi belt sudah sesuai dengan persyaratan
1
C− ( d k + Dk ) > 0
2

(109 + 119)
220 − >0
2

= 106mm
106mm ; karna 106mm
106mm > 0 (BAIK)
12. Kapasitas
Kapasitas daya yang ditransmisi
ditransmisikan
kan (Po)
Po = 4,8kW
4,8kW
13. Panjang
Panjang keliling
keliling sabuk
sabuk (L)
L)
π 1
L = 2C + (D + d ) +
p p
(D − d )
p p
2

2 4C

3,14 1
L = 2.220 + + (110 + 100 ) + (110 −100 ) 2
2 4.220
= 769,8mm ≈ 770mm

14. Nomor nominal


nominal sabuk
sabuk
Berdasarkan panjang keliling sabuk (L),
L), maka pada tabel 5.3 (Sularso
(Sularso hal
168)
168) panj
panjan
ang
g sabu
sabuk-
k-V
V stan
standa
darr dida
didapat
pat No 30 denga
dengan
n panj
panjan
ang
g (L)
L) =
770mm
770mm
15. Jarak sumbu poros

b + b2 − 8( D p − d p ) 2
C =
8

Dimana b :
b = 2L – 3,14 (Dp - dp)
= 2 . 770 – 3,14 (110 - 100)
=880,6mm
=880,6mm
Maka :

880,6 + 880,6 2 − 8(110 −100)


2

C = = 220mm
8

16. sudut
sudut kontak
kontak

180
0
− 57( D p − d p )
O=
C

180
0
− 57 (110 −100 ) 0
O= = 177
220

Dp −dp (110 − 100)


= = 0,04
C 220

Dp −dp
Berdasarkan harga (O) = 1800,
didapat sudut kontak puli kecil (O
C
dan faktor koreksi (Ko) = 1. Tabel 5.7 (Sularso hal 174)
17. Jumlah
Jumlah sabuk
sabuk (N)
Pd 4,8
N = = =1
Po .K o 4,8.1

N = 1 buah
18. Daerah penyetela
penyetelan
n jarak sumbu poros
Dari tabel 5.8 (Sularso hal 174), utuk sabuk dengan No 30 dan panjang (L)
L)
= 770mm
770mm didapat :
∆Ci = 20 mm, (penyetelan kesebelah dalam dari letak standar)

∆Ct = 25mm, (penyetelan kesebelah luar dari letak standar)

Kesimpulan :
a. Sabuk
Sabuk yang
yang diguna
digunaka
kan
n adalah
adalah type
type A deng
dengan
an No 30 dan
dan panjan
panjang
g
(L)
L) = 770mm
770mm
b. Jumlah sabuk (N) = 1 buah
c. Diam
Diamet
eter
er pul
puli :
1. Diamet
Diameter
er nomi
nominal
nal puli
puli pengg
penggera
erak
k (d
(dp) = 100mm
100mm
2. Dimete
Dimeterr nomina
nominall puli
puli yang
yang digera
digerakka
kkan
n (Dp) = 110mm
110mm
3. Diamet
Diameter
er luar
luar puli
puli pengger
penggerak
ak (dk) = 109mm
109mm
4. Diamet
Diameter
er luar
luar puli
puli yang
yang diger
digerakk
akkan
an (Dk) = 119mm
119mm
5. Diamet
Diameter
er bos
bos atau
atau naf
naf puli
puli peng
pengger
gerak
ak (d
(dB) = 43mm
43mm
6. Diamet
Diameter
er bos atau
atau naf puli
puli yang
yang diger
digerakka
akkan
n (DB) = 50mm
50mm

3.4 Perencanaan Bantalan


1. Banta
Bantalan
lan pada
pada por
poros
os pengg
pengger
erak
ak
a. Diam
Diamet
eter
er poro
poross (d
(ds1) = 20mm
20mm
b. Putaran poros (n
(n1) = 2000 rpm
c. Diamet
Diameter
er yang
yang menja
menjadi
di tempa
tempatt bantal
bantalan
an = 25mm
25mm
Berdasarkan bentuk poros yang memerlukan gesekan yang sangat kecil,
maka direncanakan bantalan gelinding bola radial alur dalam baris tunggal.
Tabel 4.14 (Sularso hal 143), dangan data :
a. Nomo
Nomorr ban
banta
tala
lan
n : 600
6005
5
b. Diameter dalam (d
(d) : 25mm
25mm
c. Diam
Diamet
eter
er luar
uar (D)
D) : 47mm
47mm
d. Lebar (B)
B) : 12mm
12mm
e. Jari-jari (r) : 1mm
1mm
f. Kapasi
Kapasitas
tas nomina
nominall dina
dinamis
mis spesif
spesifik
ik (C) = 790kg
790kg
g. Kapasi
Kapasitas
tas nomi
nominal
nal stat
statis
is spes
spesifi
ifik
k (C
(Co) = 530kg
530kg
Umur bantalan rencana didapat dari tabel 4.11 (Sularso hal 137), karna
pemakaian yang terus menerus, maka diambil umur bantalan (Lha) = 30000
jam dengan interval (20000 - 30000)
Perhitungan perencanaan bantalan sbb :
a. mene
menent
ntuk
ukan
an fakt
faktor
or kec
kecepa
epata
tan
n (fn)
1 1
33,3  3  33,3  3
fn =   = 2000  = 0,25
 n1   
b. Menentukan beban ekivalen dinamis (Pr)
Pr = X . V . Fr + Y . Fa
Dimana Fa adalah beban aksial yang dialami oleh poros dan besarnya
besarnya
sama
sama denga
dengan
n nol.
nol. Fr adal
adalah
ah gaya
gaya radi
radial
al yang
yang dise
disebab
babka
kan
n oleh
oleh
perputaran poros. Dari hubungan antara daya yang ditransmisikan P
(kW), gaya keliling (Ft) dan kecepatan keliling (v
(v) maka gaya radial
dapat dicari dengan persamaan :
102 .P 102 .4,0425
Ft = = = 39 ,3kg
v 10,5

Sehingga :
Ft = Fr tan α ; diasumsikan α = 200 , gaya radial Fr adalah :
Ft 39,3
Fr = =
0
= 108kg
tan α tan 20

Untuk beban putar pada cincin


cincin dalam v = 1. Faktor X = 1, dan Y = 0,

Fa
(untuk baris tunggal, bila ≤ e ). Tabel 4.9 (Sularso hal 135)
vFr

Maka :
Pr = X . V . Fr + Y . Fa
= 1 . 1 . 108 + 0
= 108kg
108kg
c. Menen
Menentu
tukan
kan fakt
faktor
or umur
umur (fh)
C 790
. fh = fn = 0,25 = 1,83
Pr 108

d. Menentukan umur nominal


Lh = 500 (fh)3
= 500 (1,83)3
= 3064,2 jam

2. Bantalan
Bantalan pada poros
poros yang
yang digerak
digerakkan
kan
a. Diam
Diamet
eter
er poro
poross (d
(ds2) = 24mm
24mm
b. Putaran poros (n
(n2) = 1800 rpm
c. Diamet
Diameter
er yang
yang menja
menjadi
di tempa
tempatt bantal
bantalan
an = 30mm
30mm
Berdasarkan bentuk poros yang memerlukan gesekan yang sangat kecil,
maka direncanakan bantalan gelinding bola radial alur dalam baris tunggal.
Tabel 4.14 (Sularso hal 143), dengan data :
a. Nomo
Nomorr ban
banta
tala
lan
n : 600
6006
6
b. Diameter dalam (d
(d) : 30mm
30mm
c. Diam
Diamet
eter
er luar
uar (D)
D) : 55mm
55mm
d. Lebar (B)
B) : 13mm
13mm
e. Jari
ari – jari
ari : 1,5
1,5mm
mm
f. Kapasi
Kapasitas
tas nomina
nominall dina
dinamis
mis spesif
spesifik
ik (C) = 1030kg
1030kg
g. Kapasi
Kapasitas
tas nomi
nominal
nal stat
statis
is spes
spesifi
ifik
k (C
(Co) = 740kg
740kg
Umur bantalan rencana didapat dari tabel 4.11 (Sularso hal 137), karna
pemakaian yang terus menerus, maka diambul umur bantalan (Lha) = 30000
jam dengan interval (20000 - 30000).
Perhitungan perencanaan bantalan sbb :
a. Menen
Menentu
tukan
kan fak
fakto
torr kecep
kecepat
atan
an (fn)
1 1
33,3  3  33,3  3
fn =  = 1800  = 0,264
 n2   
b. Menentukan beban ekivalen dinamis (Pr)
Pr = X . V . Fr + Y . Fa
Dimana Fa adalah beban aksial yang dialami oleh poros dan besarnya
besarnya
sama
sama denga
dengan
n nol.
nol. Fr adal
adalah
ah gaya
gaya radi
radial
al yang
yang dise
disebab
babka
kan
n oleh
oleh
perputaran poros. Dari hubungan antara daya yang ditransmisikan P
(kW), gaya keliling (Ft) dan kecepatan keliling (v
(v), maka gaya radial
dapat dicari dengan persamaan :
102 .P 102 .4,0425
Ft = = = 39 ,3kg
v 10,5

Sehingga :
Ft = Fr tan α ; diasumsikan α = 200 , gaya radial Fr adalah :
Ft 39,3
Fr = =
0
= 108kg
tan α tan 20
Untuk beban putar pada cincin dalam v = 1. Faktor X = 1, dan Y = 0,
Fa
(untuk
(untuk baris
baris tungga
tunggal,
l, bila
bila ≤ e ). Tabel
Tabel 4.9
4.9 (Sul
(Sular
arso
so hal 135)
135)
vFr

sehingga :
Pr = X . V . Fr + Y . Fa
= 1 .1 .108 + 0
= 108kg
108kg
c. Menentukan faktor umur (fh)
C 1030
fh = fn = 0,26 = 2,5
Pr 108

d. Menentukan umur nominal


Lh= 500 (fh)3
= 500 (2,5)3
= 7812,5 jam

Dari hasil perhitungan perencanaan diatas,maka didapatkan data seperti pada tabel
berikut :

1. POROS

DIAMETER
NO NAMA BAGIAN BAHAN
ds1 (mm) ds2 (mm)

1. Poros penggerak S 35 C-D 20

2. Poros yang digerakkan S 35 C-D 24

2. PASAK
UKURAN PANJANG
NO NAMA BAGIAN BAHAN PASAK b x h PASAK
(mm) (mm)
1 Pasak pada poros S 45 C 6x6 17
penggerak
2 Pasak pada poros yang S 45 C 7x7 20
digerakkan

3. PULLY

DIAMETER

NO NAMA BAGIAN BAHAN dp Dp dk Dk


(mm) (mm) (mm) (mm)
1 Pully penggerk Besi tuang 100 109
2 Pully yang digerakkan Besi tuang 110 119

4. SABUK

Panjang
Type No
NO NAMA BAGIAN BAHAN Sabuk
Sabuk Sabuk
(mm)
1 Sabuk – V R. Canvas A 30 770

5. BANTALAN

NO NAMA BAGIAN BAHAN DIAMETER


d (mm) D (mm) B (mm)
1 Bantalan penggerak Perunggu 25 47 12
2 Bantalan yang Perunggu 30 55 13
digerakkan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari perencanaan mesin penepung diatas adalah :
1. Poro
Poross peng
pengge
gera
rak
k
Berdasarkan
Berdasarkan daya 4,0425 kW dan putaran poros (n
(n1) 2000 rpm, serta
menggunakan bahan poros S 35 C-D maka dapat disimpulkan :
a. Daya re
rencan
cana (Pd) : 4,8 kW
b. Momen rencana (T
(T) : 2338 kg.mm
c. Tega
Teganga
ngan
n geser
geser yang
yang dii
diizi
zinka
nkan
n (τ
(τa1) : 2,94 kg/mm2
d. Diam
Diamet
eter
er poro
poross (ds1) : 20 mm
e. Tega
Tegang
ngan
an gese
geserr (τ
(τ) : 1,5 kg/mm2
2. Poro
Poross yang
yang dig
diger
erak
akka
kan
n
Berdasarkan
Berdasarkan daya 4,0425 kW dan putaran poros (n
(n2) 1800 rpm, serta
menggunakan bahan poros S 35 C-D, maka dapat disimpulkan :
a. Daya re
rencan
cana (pd) : 4,8 kW
b. Momen rencana (T
(T) : 2597 kg.mm
c. Tega
Teganga
ngan
n geser
geser yang
yang dii
diizi
zinka
nkan
n (τ
(τa2) : 2,94 kg/mm
d. Diam
Diamet
eter
er poro
poross (ds2) : 24 mm
e. Tega
Tegang
ngan
an gese
geserr (τ
(τ) : 0,95 kg/mm2
3. Pasak
Pasak pada
pada por
poros
os pen
pengge
ggera
rak
k
Berdasarkan diameter poros (d
(ds1) 20 mm,sert
mm,sertaa menggunakan
menggunakan bahan
pasak S 45 C, dan dengan mengambil ukuran pasak 6 x 6, maka dapat
dapa t
disimpulkan :
a. Gaya
Gaya tan
tange
gens
nsia
iall (F) : 233,8 kg

b. Tegangan geser yang diizinkan (τ ka ) : 3,2 kg/mm2

c. Tekanan
Tekanan permuk
permukaan
aan yang diizin
diizinkan Pa) : 8 kg/mm2
kan (Pa)
d. Panj
Panjan
ang
g pasa
pasak
k : 17
4. Pasak
Pasak pada
pada por
poros
os yang
yang diger
digerak
akkan
kan
Berdasarkan diameter poros (d
(ds2) 24 mm,
mm, serta menggunakan bahan
pasak S 45 C, dan dengan mengambil ukuran pasak 7 x 7, maka dapat
disimpulkan :
a. Gaya
Gaya tan
tange
gens
nsia
iall (F) : 216,4 kg

b. Tegangan geser yang diizinkan (τ ka ) : 3,2 kg/mm2

c. Tekanan
Tekanan permuk
permukaan
aan yang diizin
diizinkan Pa) : 8 kg/mm2
kan (Pa)
d. Panj
Panjan
ang
g pasak
pasak yang
yang aktif
aktif : 20 mm
5. Bant
Bantal
alan
an peng
pengge
gera
rak
k
Berdasarkan putaran poros (n
(n1), dan diameter poros (d
(ds1) 20 mm,
mm, maka
dapat disimpulkan :
a. Nomo
Nomorr bant
bantal
alan
an : 6005
6005
b. Diameter dalam (d
(d) : 25 mm
c. Diam
Diamet
eter
er luar
uar (D)
D) : 47 mm
d. Leba
Lebarr bant
bantal
alan
an (B)
B) : 12 mm
e. Jari-jari (r) : 1 mm
f. Baha
Bahan
n bant
bantal
alan
an : peru
perung
nggu
gu
6. Banta
Bantala
lan
n yan
yang
g dige
digera
rakk
kkan
an
Berdasarkan putaran poros (n
(n2), dan diameter poros (d
(ds2) 24 mm,
mm, maka
dapat disimpulkan :
a. Nomo
Nomorr bant
bantal
alan
an : 6006
6006
b. Diameter dalam (d
(d) : 30 mm
c. Diam
Diamet
eter
er luar
uar (D)
D) : 55 mm
d. Leba
Lebarr bant
bantal
alan
an (B)
B) : 13 mm
e. Jari-jari (r) : 1,5 mm
f. Baha
Bahan
n bant
bantal
alan
an : peru
perung
nggu
gu
7. Pull
Pully
y dan
dan V – Be
Belt
lt
Berdasarkan daya 4,0425 kW, dan putaran antar kedua poros (n
(n1) 2000
rpm, (n
(n2) 1800 rpm, serta mengambil nomor sabuk 30 dengan type-A,
maka dapat disimpulkan :
a. Diam
Diamet
eter
er puly
puly peng
pengger
gerak
ak (dp) : 100 mm
b. Diameter luar puly penggerak (d
(dk) : 109 mm
c. Diam
Diamet
eter
er puly
puly yan
yang
g dige
digera
rakk
kkan
an (Dp) : 110 mm
d. Diamet
Diameter
er luar
luar puly
puly yang
yang diger
digerakk
akkan
an (Dk) : 119 mm
e. Kece
Kecepat
patan
an kel
kelil
ilin
ing
g sab
sabuk
uk (v
(v) : 10,5 m/s
f. Panja
njang sa
sabuk (L)
L) : 770 mm

4.2 Sara
Saran
n
Sebagai mata kuliah yang bersifat aplikasi, maka kuliah perencanaan mesin akan
sangat
sangat membant
membantu
u para
para mahasi
mahasiswa
swa untuk
untuk lebih
lebih memaham
memahamii mata
mata kuliah
kuliah yang
menjadi persyaratan serta memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk
berfikir kreatif dalam memikirkan hal-hal yang perlu direncanakan pada suatu
mesin. Mengingat pentingan mata kuliah ini maka, kami mengharapkan semua
pihak yang berkepentingan dalam mata kuliah ini agar bisa mengoptimalkan
semua aspek dalam mata kuliah ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak
sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Ohan Juhana, M. Suratman, S.pd, Menggambar Teknik Mesin, Pustaka


Grafika
Sularso,
Sularso, Kiyokatsu
Kiyokatsu Suga, 1991, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin,
Mesin, PT Pradnya Paramita, Jakarta
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN UNTUK POROS DAN PASAK


LAMPIRAN 1 TABEL 1.6 FAKTOR KOREKSI................................................ 55
LAMPIRAN 2 TABEL 1.1BAJA KONSTRUKSI MESIN.................................. 55
LAMPIRAN 3 GAMBAR 1.1 FAKTOR KONSENTRASI α ............................ 56
LAMPIRAN 4 GAMBAR 1.2 FAKTOR KONSENTRASI ............................
56
LAMPIRAN 5 TABEL 1.8 UKURAN PASAK.................................................
PASAK...................................................
.. 57

LAMPIRAN UNTUK SABUK DAN PULY


LAMPIRAN 6 TABEL 5.2 UKURAN PULY...................................................... 58
LAMPIRAN 7 TABEL 5.3 (b) PANJANG SABUK............................................ 59
LAMPIRAN 8 TABEL 5.4 DIAMETER PULY................................................... 60
LAMPIRAN 9 TABEL 5.7 FAKTOR KOREKSI................................................. 60

LAMPIRAN UNTUK BANTALAN


LAMPIRAN 10 TABEL 4.9 FAKTOR V, X, Y..................................................... 61
LAMPIRAN 11 TABEL 4.11 UMUR BANTALAN............................................. 61
LAMPIRAN 12 TABEL 4.14 UKURAN BANTALAN........................................ 62
LAMPIRAN UNTUK POROS DAN PASAK

Lampiran 1
Tabel 1.6 Faktor-faktor koreksi daya yang akan
akan ditransmisikan
(Sularso hal 7)

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1.2 – 2.0
Daya maksimum yang diperlukan 0.8 – 1.2
Daya normal 1.0 – 1.5

Lampiran 2
Tabel 1.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros (Sularso hal 3)

Standar dan Kekuatan tarik


Lambang Perlakuan panas Keterangan
macam (kg/mm2)

S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C Penormalan 52
konstruksi S40C Penormalan 55
mesin S45C Penormalan 58
(JIS G 4501) S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Ditarik dingin,
Batang baja S35C-D - 53 digerinda,
yang difinis S45C-D - 60 dibubut, atau

dingin S55C-D - 72 gabungan antara


hal-hal tersebut.

Lampiran 3
Gbr. 1.1 faktor konsentrasi tegangan α
untuk pembebanan puntir statis
dari suatu poros bulat dengan
alur pasak persegi yang diberi
filet (Sularso hal 9)

Lampiran 4

Gbr. 1.2 faktor konsentrasi tegangan β


untuk pembebanan punter statis
dari suatu poros bulat dengan
pengecilan diameter yang diberi
filet (Sularso hal 11)

Lampiran 5
Table 1.8 ukuran pasak
(Sularso hal 10)

Ukuran standar h Ukuran standar t 2 Referensi


Ukuran
Ukuran Ukuran R1
nominal Pasak
standar C I* Standar Pasak dan Diameter poros
pasak prismatis Pasak Pasak Pasak
b, b1, b2 t1 prismati r2 yang dapat
bxh Pasak tirus luncur tirus
s dipakai d**
luncur
2x2 2 2 6-20 1.2 1.0 0.5 Lebih dari 6-8
0.16- 0.08-
3x3 3 3 6-36 1.8 1.4 0.9 - 8-10
0.25 0.16
4x4 4 4 8-45 2.5 1.8 1.2 - 10-12
5x5 5 5 10-56 3.0 2.3 1.7 - 12-17
6x6 6 6 14-70 3.5 2.8 2.2 - 17-22
7 7.2 0.25- 3.0 3.5 0.16-
(7 x 7) 7 16-80 4.0 3.0 - 20-25
0.40 0.25
8x7 8 7 18-90 4.0 3.3 2.4 - 22-30

10 x 8 10 8 22-110 5.0 3.3 2.4 - 30-38


12 x 8 12 8 28-140 5.0 3.3 2.4 - 38-44
14 x 9 14 9 36-160 5.5 3.8 2.9 - 44-50
10 10.2 0.40- 5.0 5.5 0.25-
(15 x 10) 15 40-180 5.0 5.0 - 50-55
0.60 0.40
16 x 10 16 10 45-180 6.0 4.3 3.4 - 50-58
18 x 11 18 11 50-200 7.0 4.4 3.4 - 58-65

20 x 12 20 12 56-220 7.5 4.9 3.9 - 65-75


22 x 14 20 14 63-250 9.0 5.4 4.4 - 75-85
16 16.2 8.0 8.5 80-90
(24 x 16) 24 70-280 8.0 8.0 -
0.60- 0.40-
0.80 0.60 85-95
25 x 14 25 14 70-280 9.0 5.4 4.4 -
95-110
28 x 16 28 16 80-320 10.0 6.4 5.4 -
110-
32 x 18 32 18 90-360 11.0 7.4 6.4 -
130

*/ harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam tabel. 6, 8,
10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 25, 28, 32, 36, 40, 45, 50, 56, 63, 70, 80, 90, 100, 110, 125, 140, 160,
180, 200, 220, 250, 280, 320, 360, 400.
(Sumber : Sularso,1979

LAMPIRAN UNTUK SABUK DAN PULLY


Lampiran 6
Tabel 5.2 Ukuran puly- V
(Sularso hal 166)

Diameter
nominal
Penampang ( Diameter
αo W* Lo K Ko E f
sabuk V lingkaran
jarak bagi,
dp)
71 – 100
34 11,95
1011 –
A 36 12,12
125 9 ,2 4 ,5 8, 0 15,0 10,0
38 12,30
>126
125 – 160 34 15,86
B 161 – 200 36 16,07
12,5 5,5 9, 5 19,0 12,5
>201 38 16,29
200 – 250 34 21,18
C 251 – 315 36 21,45
16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
>316 38 21,72
34
355 – 450 30,77
D 36
>451 31,14 24,6 9 ,5 15,5 37,0 24,0
34
500 – 630 36,95
E 36
> 631 37,45 28,7 12,7 19,3 44,5 29,0

Lampiran 7
Tabel 5.3 (b) Panjang Sabuk V Standar
(Sularso hal 168)

Nomor Nominal Nomor No


Nominal Nomor Nominal Nomor No
Nominal
Inch mm Inch mm Inch mm Inch mm
10 254 45 1143 80 2032 115 2921
11 279 46 1168 81 2057 116 2946
12 305 47 1194 82 2083 117 2972
13 330 48 1219 83 2108 118 2997
14 356 49 1245 84 2134 119 3023
15 381 50 1270 85 2159 120 3048
16 406 51 1295 86 2184 121 3073
17 432 52 1321 87 2210 122 3099
18 457 53 1346 88 2235 123 3124
19 483 54 1372 89 2261 124 3150
20 508 55 1397 90 2286 125 3175
21 533 56 1422 91 2311 126 3200
22 559 57 1448 92 2337 127 3226
23 584 58 1473 93 2362 128 3251
24 610 59 1499 94 2388 129 3277
25 635 60 1524 95 2413 130 3302
26 660 61 1549 96 2438 131 3327
27 686 62 1575 97 2464 132 3353
28 711 63 1600 98 2489 133 3378
29 737 64 1626 99 2515 134 3404
30 762 65 1651 100 2540 135 3429
31 787 66 1676 101 2565 136 3454
32 813 67 1702 102 2591 137 3480
33 838 68 1727 103 2616 138 3505
34 864 69 1753 104 2642 139 3531
35 889 70 1778 105 2667 140 3556
36 914 71 1803 106 2692 141 3581
37 940 72 1829 107 2718 142 3607
38 965 73 1854 108 2743 143 3632
39 991 74 1880 109 2769 144 3658
40 1016 75 1905 110 2794 145 3683
41 1041 76 1930 111 2819 146 3708
42 1067 77 1956 112 2845 147 3734
43 1092 78 1981 113 2870 148 3759
44 1118 79 2007 114 2896 149 3785

Lampiran 8
Tabel 5.4 Diameter minimum puli yang diijinkan dan dianjurkan dalam (mm).
(Sularso hal 169)

Penampang A B C D E

Diameter yang diijinkan 65 115 175 300 450

Diameter yang dianjurkan 95 145 225 350 550

Lampiran 9

Tabel 5.7 Faktor koreksi


K

(Sularso hal 174 )

Dp – dp Sudut kontak puli kecil θ Faktor koreksi K θ


C

0,00 180 1,00


0,10 174 0,99
0,20 169 0,97
0,30 163 0,96
0,40 157 0,94
0,50 151 0,93
0,60 145 0,91
0,70 139 0,89
0,80 133 0,87
0,90 127 0,85
1,00 120 0,82
1,10 113 0,80
1,20 106 0,77
1,30 99 0,73
1,40 91 0,70
1,50 83 0,65

LAMPIRAN UNTUK BANTALAN


Lampiran 10
Tabel 4.9 Faktor-faktor V, X, Y, dan X0, Y0
(Sularso hal 135)

Beban Beban Baris tunggal Baris ganda


putar putar
Baris Baris
pada pada
Jenis Bantalan Fa/VFr>e Fa/VFr<e Fa/VFr>e e tunggal ganda
cicin cicin
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa/C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,90 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan = 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44
0
α = 20 0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84
Bantala = 250 0,41 0,87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
n bola = 300 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
sudut = 350 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
= 400 0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52

Lampiran 11

Tabel 4.11 Bantalan untuk permesinan serta umurnya

(Sularso hal 137)

Umur Lh 2000 - 4000 5000 - 15000 20000 - 30000 40000 - 60000


Faktor beban fw (jam) (jam) (jam) (jam)
Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaian terus
jarang sebentar- terus-menerus menerus dengan
sebentar keandalan
(tidak terus Tinggi
menerus)
1-1,1 Kerja halus Alat listrik Konveyor, Pompa, poros Poros transmisi
tanpa rumah mesin transmisi, utama yang
tumbukan tangga, pengangkat, separator, memegang
sepeda lift,tangga pengayak,mesin perananpenting,
jalan perkakas, pres motor-motor
putar, aeparator
aeparator listrik yang
sentrifugal, penting
sentrifuspemurni
gula,motorlistrik
1.1- Kerja biasa Mesin Otomobi, Motor kecil, Pompa
1.3 pertanian mesin jahit roda meja, penguras,mesin
gerinda pemegang pabrik kertas,
tangan pinyon, roda rol kalender,
gigi reduksi, kipasangin,kran,
kereta rel penggilingbola,
motor utama
kereta rel listrik
1.2- Kerja dengan Alat-alat Penggerak,
1.5 getaran atau besar, unit penghancur
tumbukan roda gigi
denan getaran
besar, rolling
mill

Lampiran 12
Tabel 4.14 ukuran bantalan gelinding
(Sularso hal 143)

Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas


nominal nominal
Dua sekat
Jenis Dua dinamis statis
tanpa d D B r
terbuka sekat spesifikC(kg SpesifikCa
kontak
) (kg)
6000 10 26 8 0. 360 196
6001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 5 400 229
6002 02ZZ 02VV 15 32 9 0. 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 5 470 296
6004 04ZZ 04VV 20 42 12 0. 735 465
6005 05ZZ 05VV 25 47 12 5 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 0. 1030 740
6007 07ZZ 07VV 35 62 14 5 1250 915
6008 08ZZ 08VV 40 68 15 1 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1 1640 1320
6010 10ZZ 10VV 50 80 16 1. 1710 1430
5
1.
5
1.
5
1.
5
1.
5
6200 6200ZZ 6200VV 10 30 9 1 400 236
6201 01ZZ 01VV 12 32 10 1 535 305
6202 02ZZ 02VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203ZZ 6203VV 17 40 12 1 750 460
6204 04ZZ 04VV 20 47 14 1. 1000 635
6205 05ZZ 05VV 25 52 15 5 1100 730
6206 6206ZZ 6206VV 30 62 16 1. 1530 1050
6207 07ZZ 07VV 35 72 17 5 2010 1430
2608 08ZZ 08VV 40 80 18 1. 2380 1650
2609 6209ZZ 6209VV 45 85 19 5 2570 1880
6210 10ZZ 10VV 50 90 20 2 2750 2100
2
2
2
6300 6300ZZ 6300VV 10 35 11 1 635 365
6301 01ZZ 01VV 12 37 12 1. 760 450
6302 02ZZ 02VV 15 42 13 5 895 545
6303 6303ZZ 6303VV 17 47 14 1. 1070 660
6304 04ZZ 04VV 20 52 15 5 1250 785
6305 05ZZ 05VV 25 62 17 1. 1610 1080
6306 6306ZZ 6306VV 30 72 19 5 2090 1440
6307 07ZZ 07VV 35 80 20 2 2620 1840
6308 08ZZ 08VV 40 90 23 2 3200 2300
6309 6309ZZ 6309VV 45 100 25 2 4150 3100
6310 10ZZ 10VV 50 110 27 2. 4850 3650
5
2.
5
2.
5
3

Anda mungkin juga menyukai