Anda di halaman 1dari 2

Evaluasi DPD sebagai Lembaga Negara dan Sistem Bikameral Indonesia dikaitkan dengan

pasal 22c dan 22d UUD 1945


Abstrak

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 merupakan konstitusi atau
dasar negara Indonesia untuk berdiri dan menjalankan perannya. Sebagai suatu konstitusi,
maka dapat dikatakan bahwa UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, dimana setiap peraturan
perundang-undangan lainnya yang ada dan berlaku di Indonesia tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945 itu sendiri. Dalam perkembangannya, UUD 1945 sudah mengalami empat
kali perubahan atau amandemen karena dirasa perlu untuk memenuhi tuntutan zaman dan
kebutuhan negara. Di dalam UUD 1945, telah dituangkan mengenai konstitualisme atau
pembatasan kekuasaan pemerintah sebagaimana juga berhubungan dengan pembentukan DPD
atau Dewan Perwakilan Daerah setelah perubahan ketiga sebagai lembaga negara indonesia.
Meskipun telah dilakukan perubahan atau amandemen sebanyak empat kali, isi yang tertuang
dalam UUD 1945 dapat dikatakan belum sempurna. Indonesia sebagai negara yang menganut
sistem desentralisasi dan bikameral, sesungguhnya membutuhkan peran DPD dalam mencapai
tujuan negara. Sayangnya, keberadaan DPD saat ini semakin termarjinalkan mengingat
adanya fakta bahwa kedudukan DPD tidak berimbang dengan kedudukan DPR. Padahal,
tujuan awal terbentuknya DPD adalah untuk menyuarakan aspirasi masyarakat daerah,
memperkuat ikatan daerah serta mendorong percepatan demokrasi dan pembangunan. Apabila
kita menelaah lebih lanjut, maka kedudukan DPR dan DPD merupakan sama, yaitu keduanya
berada dalam kekuasaan legislatif. Namun, apa yang diusulkan oleh DPD nyatanya hanya
berupa suatu rekomendasi yang belum tentu dapat terealisasi dan menjawab persoalan yang
dihadapi oleh setiap daerah. Tugas, fungsi dan kewenangan DPD, diatur dalam UUD 1945
pasal 22C dan 22D. Dari kedua pasal tersebut dapat kita lihat bahwa kedudukan DPD tidaklah
kuat sehingga indonesia dapat dikatakan bersifat soft bikameral dimana dalam hal ini, DPD
memiliki kewenangan lebih lemah daripada DPR padahal pemilihan anggota keduanya sama-
sama dilaksanakan melalui pemilihan umum. Dari kedua pasal tersebut dapat terlihat bahwa
DPD tidak mempunyai fungsi legislasi sebagaimana yang dimiliki oleh DPR dimana dalam
hal ini, DPD hanya dapat mengajukan rancangan undang-undang dan ikut serta dalam
membahasnya. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan adanya perbaikan tatanan
hubungan DPR dan DPD serta amandemen kelima terkait pasal 22C dan 22D yang telah
penulis tuliskan sebelumnya.
Kata Kunci: UUD 1945, Kewenangan, DPD, Soft Bikameral, Amandemen

Anda mungkin juga menyukai