Disusun Oleh :
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya berupa nikmat Iman dan Islam yang diberikan kepada penulis sehingga bisa
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada
sang pembawa risalah ketauhidan Rasulullah Muhammad SAW. Akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah tugas Mata Kuliah Hukum Kelembagaan Negara
dengan judul “Dasar Hukum, Fungsi, Tugas Pokok, dan Kewenangan DPR, serta
Hubungan Dengan Lembaga Negara Lainnya”.
2020
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................ii
A. Pendahuluan .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
BAB II ...................................................................................................................................
A. Dasar Hukum, Fungsi, Tugas Pokok, dan Kewenangan DPR RI.......................1
B. Hubungan DPR RI dengan Lembaga Negara lainnya.........................................1
Penutup.................................................................................................................................1
Daftar Pustaka......................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demokrasi merupakan suatu pemerintahan oleh rakyat dimana
kekuasaan mayoritas warga negara dijalankan. Dalam demokrasi modern,
demokrasi yang dijalankan tersebut adalah melalui perwakilan, dimana
rakyatlah yang memilih wakil-wakilnya, menurut dasar demokrasi
keputusan tertinggi dalam pemerintahan negara terletak ditangan rakyat
melalui perantara badan perwakilan, anggota masyarakat yang mewakili
disebut wakil politik (Sanit, 1982: 82). Wakil Politik dijalankan melalui
lembaga yang berfungsi sebagai badan perwakilan rakyat –yang disebut
sebagai parlemen atau lembaga legislatif atau lembaga pembuat undang-
undang1. Asal muasal kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat a(DPR)
adalah kekuasan membentuk Undang- Undang. Kekuasaan DPR dalam
membentuk Undang- Undang tidak terlepas dari doktrin klasik tentang
pemisahan kekuasaan ini untuk pertama kali dikemukakan oleh john
Locke. Menurutnya kekuasaan negara dibagi menjadi tiga kekuasaan.
Yaitu kekuasaan legislative, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan
federative, yang masing-masing terpisah satu sama lain. kekuasaan
legislative ialah kekuasaan membentuk peraturan perundang-undangan,
kekuasan eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang- undang dan
didalamnya termasuk kekuasaan mengadili dan kekuasaan federative
adalah kekuasaan yang berkaitan dengan hubungan luar negeri.2
Melalui fungsi diatas parlemen menunjukkan bahwa dirinya
sebagai wakil rakyat dengan memasukkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat yang diwakilinya ke dalam pasal-pasal undang-undang. DPR
RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) merupakan salah satu
lembaga tinggi negara yang sangat penting di Indoneia, di samping
1
Ratnia Solihah, “Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakya, Permasalahan dan
Upaya Mengatasinya”,Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016, hlm. 293
2
Hananto Widodo, “Politik Hukum Hak Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia”, Rechtsvinding, Vol.1 No. 3, Desember 2012, hlm. 420
perangkat kenegaraan lain yang melaksanakan sistem demokrasi.
Kedudukan DPR dalam sistem penyelenggaraan kekuasaan negara
mengalami perubahan yang signifikan sejak amandemen keempat UUD
1945 disahkan. Hal ini tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang
menegaskan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undangundang.” Meskipun kewenangan membentuk UU ada
di DPR, namun pembahasan sebuah RUU harus dilakukan secara bersama-
sama dengan pemerintah, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 20 ayat (2),
“setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.”. Salah satu
implikasi dari adanya perubahan politik pasca Reformasi 1998 telah
mendorong lembaga DPR menjadi lebih demokratis dan akuntabel. Hal
tersebut setidaknya memberikan performance baru bagi DPR yang
sebelumnya dinilai kurang berperan dalam menjalankan fungsinya pada
masa Orde Baru, maka pasca reformasi peran dan fungsi DPR RI
dikembalikan ke koridornya sebagai lembaga legislatif yang menjalankan
fungsi legislasi (membuat Undangundang), selain juga menjalankan fungsi
budgeting (anggaran) bersama sama dengan presiden, serta fungsi
pengawasan atas pelaksanaan UU dan anggaran dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang dilakukan oleh eksekutif.3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja Dasar Hukum, Fungsi, Tugas Pokok, dan Kewenangan
DPR RI ?
2. Bagaimana Hubungan DPR RI dengan Lembaga Negara lainnya ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Dasar Hukum, Fungsi, Tugas Pokok, dan
Kewenangan DPR RI
3
Ratnia Solihah, “Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakya, Permasalahan dan
Upaya Mengatasinya”,Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016, hlm.294
2. Untuk mengetahui Hubungan DPR RI dengan Lembaga Negara
lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum, Fungsi, Tugas Pokok, dan Kewenangan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
1. Dasar Hukum dan Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI)
DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia)
merupakan salah satu lembaga tinggi negara yang sangat penting di
Indoneia, di samping perangkat kenegaraan lain yang
melaksanakan sistem demokrasi. Kedudukan DPR dalam sistem
penyelenggaraan kekuasaan negara mengalami perubahan yang
signifikan sejak amandemen keempat UUD 1945 disahkan. Hal ini
tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan
bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undangundang.” Meskipun kewenangan membentuk
UU ada di DPR, namun pembahasan sebuah RUU harus dilakukan
secara bersama-sama dengan pemerintah, sebagaimana dinyatakan
pada Pasal 20 ayat (2), “setiap rancangan undang-undang dibahas
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama.” Berdasarkan pasal 20A UUD 1945 DPR
merupakan lembaga tinggi negara yang bertugas menjalankan
fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Dalam
menjalankan fungsinya, DPR mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat (Pasal 20A ayat [2] UUD
1945). Lebih lanjut, DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta hal imunitas (Pasal 20A
ayat (3) UUD 1945). Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai hak
anggota DPR diatur dalam undangundang (Pasal 20A ayat [4]
UUD1945).4
4
Ratnia Solihah, “Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakya, Permasalahan dan
Upaya Mengatasinya”,Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016, hlm.294
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 20A ayat (1),
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) memiliki
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi
mempertegas kedudukan DPR RI sebagai lembaga legislative yang
menjalankan kekuasaan membentuk UU. Fungsi anggaran
mempertegas kedudukan DPR RI untuk membahas termasuk
mengubah APBN dan menetapkan APBN yang ditujukan bagi
kesejahteraan rakyat, kedudukan DPR RI dalam hal penetapan
APBN menjadi sentral karena apabila DPR RI tidak menyetujui
RAPBN yang diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan APBN
tahun sebelumnya. Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang, pelaksanaan anggaran, serta pelaksanaan
kebijakan pemerintahan, dan pembangunan ola pemerintah.5
Terkait dengan fungsi DPR, B.N Marbun mengemukakan
ada empat fungsi utama yang dimiliki oleh DPR, pertama fungsi
legislasi atau pembuat undang-undang, kedua fungsi kontrol atau
pengawasan terhadap pelaksanaan undangundang dan ketiga fungsi
budget atau persetujuan terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta keempat penampung dan penyalur
aspirasi masyarakat (Marbun, 2002: 1). Dari fungsifungsi DPR
tersebut, maka fungsi pokok DPR adalah membuat undang-
undang yang berarti menjadi landasan hukum bagi pemerintah
dalam membuat kebijakan publik. Menurut Miriam Budiardjo
“lembaga legislatif adalah lembaga yang “legislate” atau membuat
undangundang. Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat.
(Budiardjo, 1989: 173). Sementara itu, menurut David E. After,
badan legislatif terdiri dari wakil-wakil rakyat dan semua
penetapan undangundang harus disetujui oleh legislative (Apter,
1985: 230-234). Dengan demikian melalui fungsi legislasi akan
5
Rencana Strategis Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2015-2019, hlm.1
tercermin juga bagaimana wakil rakyat dapat menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, melalui kebijakan-kebijakan
(Undang-undang) yang dibuatnya.
Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 70 ayat (1)
UUMD3 menyatakan bahwa : Fungsi Legislasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a dilaksanakan sebagai
perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-
undang. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa dengan diberlakukannya UU MD3 ini maka
kekuasaan untuk membentuk undang-undang ada di tangan DPR.
Fungsi legislasi merupakan fungsi paling dasar dari sebuah
lembaga legisatif. Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai
perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk
perundangundangan. Melalui DPR aspirasi masyarakat ditampung,
kemudian kehendak rakyat tersebut diimplementasikan dalam
undangundang sebagai representasi rakyat banyak.
Menurut Jimly Assidiqie fungsi legislasi menyangkut enpat
kegiatan, yaitu : (1) prakarsa pembuatan undang-undang
(legislative intiation); (2) pembahasan rancangan Undangundang
(law making process); (3) persetujuan atas pengesahan rancangan
undang-undang (law enactment approval); dan (4) pemberian
persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau
persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum yang
mengikat lainnya (Binding decision making on international
agreement and treaties or other legal binding documents).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
fungsi utama dari legislatif adalah membuat undangundanh
(legislasi). Hal ini juga sejalan dengan fungsi-fungsi yang lain
seperti, fungsi pengawasan (controlling) juga merupakan bagian
dari fungsi legislasi, karena dalam menjalankan fungsi pengawasan
tentunya terlebih dahulu melahirkan peraturan perundangan-
undangan yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan tugasnya.
Begitu juga fungsi anggaran (budgeting) yang merupakan sebagian
dari fungsi legislasi karena untuk menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga ditetapkan dengan
Peraturan Perundangundangan setiap tahun anggaran.6
6
Ratnia Solihah, “Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakya, Permasalahan dan
Upaya Mengatasinya”,Cosmogov, Vol.2 No.2, Oktober 2016, hlm.296
peningkatan deficit anggaran.” Hal itu menunjukkan peran DPR RI
dalam penetapan APBN menjadi tereduksi, terutama peran dari
politik anggaran DPD RI.7
Jika dijabarkan maka Terkait dengan fungsi
legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
a) Menyusun Program Legislasi Nasional
(Prolegnas)
b) Menyusun dan membahas Rancangan Undang-
Undang (RUU)
c) Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah; pengelolaan SDA dan SDE lainnya;
serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah)
d) Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden
ataupun DPD
e) Menetapkan UU bersama dengan Presiden
f) Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan
pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU
7
Rencana Strategis Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2015-2019, hlm. 21
c) Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK
d) Memberikan persetujuan terhadap
pemindahtanganan aset negara maupun
terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara
Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR
memiliki tugas dan wewenang:
a) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
UU, APBN dan kebijakan pemerintah
b) Membahas dan menindaklanjuti hasil
pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan
SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama)
Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:
8
Website resmi dpr.go.id
9
Rahmat Robuwan, “Redistribusi kekuasaan negara dan hubungan antar lembaga negara di
indonesia”, Jurnal Hukum Progresif: Volume XII, No.1, tahun 2018, hlm 2069
d. DPD memberikan pertimbangan terhadap pemilihan anggota BPK
yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
e. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
f. DPD dapat mengajukan usul dan ikut dalam pembahasan dan
memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi
tertentu.
g. DPR menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD
yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya
dalam pembahasan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan DPR dalam sistem penyelenggaraan kekuasaan negara
mengalami perubahan yang signifikan sejak amandemen keempat UUD 1945
disahkan. Hal ini tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 20A ayat (1), Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya, DPR RI memiliki hak interpelasi,
setiap anggota DPR RI mmpunyai hak mengajukan rancangan undang-undang,
hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, UUD NRI 1945 dengan jelas
membedakan cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang legislatif,
eksekutif, dan yudikatif yang tercermin dalam fungsi-fungsi MPR, DPR dan
DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan Mahkamah Konstitusi. Namun pada era reformasi, demi
memperbaiki UUD yang mampu membangun sistem politik dan
ketatanegaraan demokratis, masyarakat, terutama akademisi menyampaikan
gagasan dan usulannya sehingga berhasil mencetuskan sistem checks and
balance antar lembaga negara.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnia Solihah. 2016. Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakya,
Permasalahan dan Upaya Mengatasinya. Cosmogov. Vol. 2 No.2
Hananto Widodo. 2012. Politik Hukum Hak Interpelasi Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia. Rechtsvinding. Vol.1 No. 3
Rencana Strategis Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2015-2019
Rahmat Robuwan. 2018. Redistribusi kekuasaan negara dan hubungan antar
lembaga negara di indonesia. Jurnal Hukum Progresif. Volume XII. No.1