Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

CYBERBULLYING

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Komunikasi

Dosen Pengampu: Farida Nurfalah, S.Sos., M.Si.

Oleh:

1. Risnava Cahya (120100148)


2. Sulaimah (120100150)
3. Avissa Abli Umayyah (120100152)

KELAS E

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL & POLITIK

UNIVERSITAS GUNUNG JATI

2020
LATAR BELAKANG MASALAH

Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan oleh rakyat. Kedaulatan masyarakat


merupakan unsur penting dalam konsep demokrasi yang sebenarnya, jalan konkrit untuk
mengorganiasaikan bentuk pemerintahan ini dan pertanyaan mengenai kondisi dan prakondisi
yang dibutuhkan telah diperdebatkan secara intensif selama beberapa abad. Memahami
demokrasi dan posisinya didunia sekarang ini, kita harus sadar akan perdebatan paling
penting mengenai arti demokrasi; sebuah ide mengenai wajah pokok demokrasi yang relevan
dengan dunia dewasa ini; dan pemahaman mengenai bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan
budaya mempengaruhi kualitas demokrasi.

Demokrasi merupakan suatu bentuk atau mekanisme dari sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan dari rakyat untuk dijalankan pemerintahan
negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya prinsip trias politika yang membagi
ke dalam tiga kekuasaan politik negara (eksekutif, legislatif, yudikatif) yang diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga yang saling lepas (independen) dan sejajar. Kesejajaran dan
independensi ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip chek and balance .

Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas Trias Politika, hanya
melaksanakann kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh badan legislatif serta
menyelenggarakan undangg-undang yang dibuat oleh badan legislatif.2 Akan tetapi seiring
perkembangan demokrasi dewasa ini ada pergseran fungsi legislatif lebih banyak menerima
Undang-undang dan harus dilaksanakan oleh badan eksekutif, lebih luas pula ruang lingkup
kekuasaan eksekutif. Menurut teori yang berlaku tugas utama legislatif terletak pada bidang
perundang – undangan, sekali pun ia tidak mempunyai monopoli di bidang itu. Untuk
membahas rancangan undang-undang sering dibentuk panitia – panitia yang berwenang untuk
memanggil pejabat terkait untuk keterangan seperlunya. Akan tetapi dewasa ini telah terjadi
gejala umum bahwa titik berat di bidang legislatif telah banyak bergeser ke badan eksekutif.
Fenomena ini merupakan sebuah kemunduran dari fungsi lembaga tersebut karena tidak dapat
melaksanakan sesuai dengan fungsi utama yang seharusnya, namun meskipun berkurangnya
fungsi legislatif dibidang pembuatan peraturan maka fungsi pengawasan dan kontrol dapat
bertambah menonjol melalui sidang panitia – panitia legislatif dan melalui hak – hak kontrol
yang khusus. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004 dengan tegas dinyatakan bahwa
“DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan Daerah”. Ini artinya bahwa “Leading
Sector” pembentukan Perda seharusnya ada ditangan DPRD. Belum lagi yang berkaitan
dengan “bargaining position” dalam pembahasan APBD, DPRD masih dalam posisi yang
lemah. Bagaimana tidak, draft Perda APBD tersebut biasanya masuk ke Dewan dalam jangka
waktu yang sangat pendek, sehingga sangat sulit bagi Dewan untuk secara teliti mengkaji
substansi dari draft tersebut.

Dalam konteks pemerintahan daerah, hubungan antara pemerintah dan DPRD


seyogyanya merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan.
Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintah daerah memiliki
kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini dapat dicerminkan
dalam membuat kebijakan daerah berupa peraturan daerah. Hubungan kemitraan bermakna
bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat
kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing
sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling
mendukung (sinergi) bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam
melaksanakan fungsi masing-masing.

Pemerintah Daerah adalah pelaksana fungsi-fungsi Pemerintahan daerah yang


dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah
(Gubernur/Bupati/Walikota) dan Dewam Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota). Kepala Daerah adalah Kepela Pemerintahan Daerah yang dipilih
secara demokratis yaitu dipilih langsung oleh rakyat secara berpasangan dengan Wakil
Kepala Daerah yang pencalonanya melalui partai politik atau perorangan.

Komunikasi Politik seorang kepala daerah sangat dibutuhkan dalam Proses


berjalannya pemerintahan yang baik, diperlukan kerjasama yang sinergi antara lembaga
pemerintahan. Namun terkadang fakta yang terjadi di lapangan tidak semulus yang
dibayangkan. Banyak batu sandungan yang menghampiri perjalanan para pejabat pemerintah
untuk menegakkan pemerintahan yang baik. Dalam proses perencanaan pembangunan
misalnya banyak sekali kepentingankepentingan yang melatarbelakanginya. Tidak sedikit
daerah di Indonesia yang mengalami hambatan-hambatan proses pemerintahan dikarenakan
komunikasi politik antara beberapa lembaga pemerintahan yang sangat kurang. Eksekutif dan
legislatif, dua lembaga pemerintahan yang kalau kita pahami secara normatif memiliki
perbedaan kubu di masing masing lembaga, lembaga eksekutif yang merepresentatifkan
pemerintah dan lembaga legislatif yang merepresentatifkan masyarakat sebagai lembaga
perwakilan. Lembaga eksekutif dalam hal ini adalah pemerintah daerah bertanggung jawab
mencakup kewenangan dalam semua bidang pemerintahan, terkecuali bidang politik luar
negeri, pertahanan keamanan peradilan moneter, fiskal dan agama. Bidang pemerintahan yang
dimaksud adalah hal yang menyangkut kewajiban dari pemerintah daerah yang meliputi
pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan
perdagangan, lingkungan hidup dan kebijakan pemerintah dan kesemuanya itu terencana dan
teranggarkan dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
RAPBD serta Laporan pertanggung jawaban Kepala daerah kepada legislatif.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19355/130906057.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai