PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi merupakan suatu bentuk atau mekanisme dari sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan dari rakyat untuk dijalankan
pemerintahan negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya prinsip trias
politika yang membagi ke dalam tiga kekuasaan politik negara (eksekutif, legislatif,
yudikatif) yang diwujudkan dalam tiga jenis lembaga yang saling lepas (independen)
dan sejajar. Kesejajaran dan independensi ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini
bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip check and balance .
Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas Trias Politika, hanya
melaksanakann kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh badan
legislatif serta menyelenggarakan undangg-undang yang dibuat oleh badan legislatif.2
Akan tetapi seiring perkembangan demokrasi dewasa ini ada pergseran fungsi legislatif
lebih banyak menerima Undang-undang dan harus dilaksanakan oleh badan eksekutif,
lebih luas pula ruang lingkup kekuasaan eksekutif. Menurut teori yang berlaku tugas
utama legislatif terletak pada bidang perundang – undangan, sekali pun ia tidak
mempunyai monopoli di bidang itu. Untuk membahas rancangan undang-undang
sering dibentuk panitia – panitia yang berwenang untuk memanggil pejabat terkait
untuk keterangan seperlunya. Akan tetapi dewasa ini telah terjadi gejala umum bahwa
titik berat di bidang legislatif telah banyak bergeser ke badan eksekutif. Fenomena ini
merupakan sebuah kemunduran dari fungsi lembaga tersebut karena tidak dapat
melaksanakan sesuai dengan fungsi utama yang seharusnya, namun meskipun
1
berkurangnya fungsi legislatif dibidang pembuatan peraturan maka fungsi pengawasan
dan kontrol dapat bertambah menonjol melalui sidang panitia – panitia legislatif dan
melalui hak – hak kontrol yang khusus. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004
dengan tegas dinyatakan bahwa “DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan
Daerah”. Ini artinya bahwa “Leading Sector” pembentukan Perda seharusnya ada
ditangan DPRD. Belum lagi yang berkaitan dengan “bargaining position” dalam
pembahasan APBD, DPRD masih dalam posisi yang lemah. Bagaimana tidak, draft
Perda APBD tersebut biasanya masuk ke Dewan dalam jangka waktu yang sangat
pendek, sehingga sangat sulit bagi Dewan untuk secara teliti mengkaji substansi dari
draft tersebut.
Komunikasi Politik seorang kepala daerah sangat dibutuhkan dalam Proses berjalannya
pemerintahan yang baik, diperlukan kerjasama yang sinergi antara lembaga
pemerintahan. Namun terkadang fakta yang terjadi di lapangan tidak semulus yang
dibayangkan. Banyak batu sandungan yang menghampiri perjalanan para pejabat
pemerintah untuk menegakkan pemerintahan yang baik. Dalam proses perencanaan
2
pembangunan misalnya banyak sekali kepentingankepentingan yang
melatarbelakanginya. Tidak sedikit daerah di Indonesia yang mengalami hambatan-
hambatan proses pemerintahan dikarenakan komunikasi politik antara beberapa
lembaga pemerintahan yang sangat kurang. Eksekutif dan legislatif, dua lembaga
pemerintahan yang kalau kita pahami secara normatif memiliki perbedaan kubu di
masing masing lembaga, lembaga eksekutif yang merepresentatifkan pemerintah dan
lembaga legislatif yang merepresentatifkan masyarakat sebagai lembaga perwakilan.
Lembaga eksekutif dalam hal ini adalah pemerintah daerah bertanggung jawab
mencakup kewenangan dalam semua bidang pemerintahan, terkecuali bidang politik
luar negeri, pertahanan keamanan peradilan moneter, fiskal dan agama. Bidang
pemerintahan yang dimaksud adalah hal yang menyangkut kewajiban dari pemerintah
daerah yang meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, pertanian,
perhubungan, industri dan perdagangan, lingkungan hidup dan kebijakan pemerintah
dan kesemuanya itu terencana dan teranggarkan dalam penyusunan rencana anggaran
pendapatan dan belanja daerah atau RAPBD serta Laporan pertanggung jawaban
Kepala daerah kepada legislatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi politik?
2. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi politik?
3. Bagaimana strategi komunikasi politik?
4. Apa dampak problem dalam komunikasi politik?
5. Bagaimana analisis masalah dari dampak problem komunikasi politik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian komunikasi politik.
2. Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi politik.
3. Mengetahui strategi komunikasi politik.
4. Mengetahui dampak problem komunikasi politik.
5. Mengetahui analisis masalah dari dampak problem komunikasi politik.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun
makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka
bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Akhirnya, arti utama
proses yang mendasari definisi kita tentang komunikasi harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Proses adalah arus, perubahan, dan ketidaktetapan dalam
hubungan kegiatan terhadap satu sama lain. Dalam mendalilkan apa saja
komunikasi itu, Barlund melukiskan sifat proses itu sendiri—berkembang, dinamis,
sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks.
Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya, ia meliputi
interpretasi personal, pertukaran sosial, dan politik. Ia tidak memiliki penyebab
yang mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat diamati.
2. Pengertian Politik Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana;
4
Pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan;
pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas
tindakan lainnya. Dari semua pandangan yang beragam itu ada persesuaian umum
bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam
suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan
tersebut. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi
tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas tujuan yang dipilih. Untuk melaksanakan kebijaksanaan
itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan
dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses ini. Cara yang dipakai dapat bersifat persuasi
(meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan
kebijaksanaan ini hanya merupakan permuasan keinginan (statement of intent)
belaka.
Maswadi Rauf : Seorang ahli politik yang berpendapat bahwa komunikasi politik
merupakan bagian objek dari kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang
diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik yakni berkaitan dengan
kekuasaan politik negara, pemerintahan dan juga aktivitas komunikator dalam
kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik.
Komunikasi politik memiliki beberapa tujuan penting antara lain, untuk membentuk
citra politik yang baik dalam masyarakat, menciptakan public opinion atau pendapat
umum, dan untuk ikut dalam pemilihan umum serta untuk mempengaruhi kebijakan-
kebijakan publik dalam segala segi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
7
Terdapat berbagai macam bentuk-bentuk komunikasi politik, namun bentuk-bentuk
yang sudah biasa digunakan oleh para politikus adalah:
1. Retorika politik: Berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu rhetorica, yang
berarti seni berbicara. Asalnya digunakan dalam perdebatan-perdebatan di ruang
sidang pengadilan untuk saling memengaruhi sehingga bersifat kegiatan 2 18
antarpesona. Kemudian berkembang menjadi kegiatan komunikasi massa, yaitu
berpidato kepada orang banyak (khalayak).
2. Agitasi politik: Berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu agitare, yang artinya
bergerak atau menggerakkan dan dalam bahasa Inggris, agitation. Menurut
Harbert Blumer yang dikutip oleh Anwar Arifin, agitasi dilakukan untuk
membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan politik, baik lisan maupun tulisan,
dengan merangsang dan membangkitkan emosi khalayak. Dimulai dengan cara
membuat kontradiksi dalam masyarakat, kemudian menggerakkan khalayak
untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh
ketidakpastian dan penuh penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan
di kalangan massa.
3. Propaganda politik: Propaganda (menyemaikan tunas suatu tanaman) adalah
suatu salah bentuk kegiatan yang sudah lama dalam bidang politik. Penggunaan
propaganda politik secara intensif dalam politik adalah dilakukan oleh Hitler
(NAZI) dalam perang dunia II. Yaitu dengan melakukan kebohongan dengan
cara menyebarkan ideologi NAZI (fasisme) untuk memperluas pengaruh dan
kekuasaannya. Sebelumnya propaganda digunakan dalam bentuk kegiatan
keagamaan (umat katolik), yaitu pada tahun 1622, Paus Gregius XV membentuk
suatu komisi cardinal yaitu congretgation de propaganga fide, untuk
menambahkan keimanan kristiani.
4. Kampanye politik: Bentuk kampanye komunikasi ini yang paling menarik dan
semarak dilakukan menjelang hari pemilihan kampanye politik. Kampanye
politik termasuk bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang dalam
waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat. Kampanye
politik adalah penciptaan ulang, dan pengalihan lambang signifikan secara
sinambung melalui komunikasi.
8
C. Strategi Komunikasi Politik
Strategi komunikasi politik merupakan sebuah taktik yang begitu berperan dalam
pemenangan pemilihan umum. Keberhasilan strategi komunikasi politik memberikan
sebuah kontribusi yang besar dalam menggunakan dan merencanakan strategi pasangan
kandidat atau partai politik untuk menyusun tidak hanya dalam menghadapi pemilu
namun juga pasca pemilu. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
menejemen (management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan saja yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Politik dan strategi merupakan dua hal yang harus berjalan beriringan apabila mengejar
tujuan berpolitik dalam pemenangan pemilu atau pilkada. Sementara itu strategi juga
membutuhkan taktik, prasyaratan dalam sebuah perencanaan adalah adanya
perencanaan strategi. Perencanaan taktik dan pengambilan tindakan hanya dapat
memiliki arti apabila sebuah strategi direncanakan secara teliti. Jadi perencanaan taktik
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan siapa, akan melakukan apa, kapan, dimana,
bagaimana dan mengapa. Keputusan taktis semacam ini digunakan untuk mencapai
setiap tujuan strategis. Keputusan-keputusan ini terutama tergantung pada pengenalan
akan ruang lingkup, kerangka prasyarat, dan kemampuan pribadi. Oleh karena itu,
perencanaan taktis hendaknya tidak direncanakan dari tingkat strategis, melainkan oleh
pimpinan yang ada di tingkat taktis, karena hanya disinilah pengetahuan yang
dibutuhkan berada
Strategi komunikasi politik dalam konteks pilkada, memiliki peran sentral dalam
agenda meraih kemenangan. Seorang kandidat dalam hal ini tidak hanya mengandalkan
popularitas maupun posisinya sebagai kandidat imcumbent saja, namun ada strategi
komunikasi politik yang bisa diaplikasikan sesuai dengan kondisi dan tempat dimana
kontestasi diselenggarakan. Apabila untuk kandidat yang kurang memiliki popularitas
di mata masyarakat, tentu membutuhkan atau mencari strategi komunikasi yang efektif
untuk mensosialisasikan visi misinya untuk memenangkan pertarungan antar kandidat
dalam pilkada.
9
cara meningkatkan kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat untuk
mengungkapkan aspirasi dan kepentingannya serta menyalurkan kebijakan-kebijakan
sehingga wujud menciptakan sebuah komunikasi timbal balik antara suprastruktur dan
infrastruktur politik dalam mempersiapkan sebuah pemilukada.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan komunikasi antara eksekutif dan
legislatif dalam penyelesaian konflik dalam penetapan Perda RTRW Kabupaten Buton
Selatan dilakukan melalui proses komunikasi organisasi formal dan komunikasi
organisasi informal. Bentuk konflik yang terjadi antara eksekutif dan legislatif dalam
penyusunan Perda RTRW Kabupaten Buton Selatana dalah konflik antar organisasi,
yakni antara lembaga eksekutif dan legislatif Kabupaten Buton Selatan. Kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan kewenangan dalam meningkatkan hubungan kerja antara
eksekutif dan legislatif diantaranya adalah kerancuan data yang dituangkan eksekutif
dalam draft Naskah Akademis RTRW dan kurangnya pemahaman legislatif terhadap
RTRW sehingga tidak ada tanggapan kritis dari legislatif dalam perumusan ini.
Sedangkan upaya untuk meningkatkan hubungan kerja antara eksekutif dan legislatif
yaitu dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan individual dan
mengutamakan kepentingan masyarakat.
Dalam proses komunikasi, efek komunikasi merupakan akibat yang diberikan oleh
komunikator kepada komunikan, setidaknya efek komunikasi merupakan tahap awal
adanya feedback (umpan balik) yang merupakan indikator berlanjut tidaknya proses
komunikasi tersebut. Disamping efek komunikasi dan feedback dapat pula dijadikan
tolak ukur untuk mengetahui tingkat rujukan dan kapasitas yang berada pada
komunikan. efek komunikasi merupakan proses dari aksi-reaksi dan kausalitas dari
komunikasi. Seluruh reaksi komunikasi merupakan efek komunikasi yang berlanjut
pada feedback yang pada dasarnya tidak terkait oleh ruang dan waktu.
11
a) Dampak Kognitif
b) Dampak Afektif
Dalam efek komunikasi ada dua jenis yaitu efek komunikasi secara langsung dan
tidak langsung.
12
saya sebagai presiden. Karena pendekatan saya secara personal dalam artian
komunikasi yang dibangun secara antarpersonal, maka saya akan mengetahui efek
secara langsung dari kampanye saya tersebut pada SBY. Misalnya SBY langsung
memberikan reaksi akan mendukung bahkan sampai menjadi tim sukses.
Sedangkan efek secara tidak langsung bersifat tidak terikat dengan ruang dan waktu.
Bisa saja rekasi yang disampaikan SBY pada waktu itu adem-adem aja bahkan tidak
menentukan pilihan. Namun jika ketika pemilihan umum beliau memilih saya
berarti efek komunikasi yang dirasakan tidak secara langsung oleh saya sebagai
komunikator politik.
a) Demonstrasi
Demonstrasi atau unjuk rasa oleh masyarakat bisa langsung terjadi manakala
masyarakat mengetahui suatu informasi yang tidak sesuai dari sebuah proses
komunikasi politik. Demonstrasi akan dilakukan dengan sesegera mungkin dan
biasanya ini juga akan berpengaruh langsung pada politik pemerintahan.
Kebijakan politik yang sebelumnya dibuat, mungkin akan berpengaruh secara
langsung setelah adanya demonstrasi.
c) Pencetusan Petisi
13
Petisi-petisi juga bisa muncul dari adanya komunikasi politik yang terjadi.
Biasanya, petisi dilakukan manakala ada ketidaksetujuan terhadap suatu
kebijakan. Petisi digunakan untuk mengumpulkan dukungan untuk kemudian
diajukan sebagai bentuk “protes” terhadap kebijakan. Umumnya, petisi bisa
dilakukan untuk membuat kebijakan politik bisa dievaluasi kembali dan
menjadi lebih baik. Petisi bisa menjadi bagian dari media komunikasi politik.
Kebijakan politik bisa diterapkan dengan mudah manakala sudah sesuai dengan
nilai masyarakat. Masyarakat mungkin tidak akan menyadari bahwa pola
kehidupan bermasyarakat sudah berubah karena memang ada unsur komunikasi
politik yang dilakukan tanpa menimbulkan penolakan tertentu.
c) Penerapan Birokrasi
14
politik. Efek komunikasi politik ini memang seperti tidak dirasakan tetapi
memang ada.
Masalah Omnibus Law bukan sekedar soal buruh dan berbagai pihak kontra lain yang
dinilai belum membaca dan memahami substansi isi 1028 halaman RUU Cipta Kerja,
tetapi lebih dari itu, persoalan utamanya adalah masalah komunikasi. Setidaknya
terdapat lima masalah komunikasi berkaitan dengan Omnibus Law.
Kedua, masalah keberpihakan. Keberpihakan ini soal standing position pemerintah dan
DPR RI yang dinilai justru lebih pro terhadap kalangan pemodal.
Ketiga, masalah distorsi persepsi. Hambatan komunikasi di era disrupsi media digital
semakin memperkeruh tingkat pemahaman informasi yang komprehensif. Keempat,
masalah konteks atau situasi. Situasi pandemi dianggap belum tepat untuk
mengesahkan secara sepihak UU Cipta KerjaKelima, masalah kompetensi komunikasi.
Kompetensi komunikasi pejabat publik dinilai belum optimal terbukti dengan sejumlah
blunder bahkan mekanisme komunikasi publik yang sering bermasalah. Di satu sisi
hadirnya Omnibus Law disambut meriah oleh sejumlah kalangan, namun sebaliknya
meradang di pihak yang lain. Kalangan yang menyambut positif Omnibus Law tentu
pemerintah, DPR RI dan pebisnis. Sementara di lain pihak, gabungan masyarakat sipil,
di antaranya buruh, nelayan, petani, mahasiswa termasuk sejumlah ormas seperti
PBNU, PP Muhammadiyah berada di barisan menolak Omnibus Law. Pihak-pihak
yang pro berdalih bahwa Omnibus Law dapat memuluskan investasi dan mendongkrak
ekonomi nasional.
Sementara pihak yang kontra memandang bahwa Omnibus Law hanya menjadi “karpet
merah” bagi para elite dan oligark serta justru semakin menyengsarakan rakyat.
Mereka yang setuju beranggapan bahwa melalui UU Cipta Kerja menjadi solusi
menghadapi resesi termasuk berkaitan dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan
memperlancar birokrasi perizinan, sementara yang menolak cenderung menilai belum
15
dilibatkan secara penuh bahkan beberapa pihak beranggapan dalam perumusan
Omnibus Law ada kesan mengesampingkan partisipasi publik yang lebih luasPihak
DPR RI dan pemerintah mencoba memberikan klarifikasi atas beragam penolakan yang
muncul, mulai dari uang pesangon dihilangkan, Upah Minimum Regional (UMR)
dihapus,upah buruh dihitung per jam, semua hak cuti hilang dan tidak diberi
kompensasi, outsourching diganti dengan kontrak seumur hidup, tidak ada status
karyawan tetap, perusahaan dapat melakukan PHK secara sepihak, jaminan sosial
dihilangkan, semua karyawan distatuskan tenaga kerja harian, tenaga kerja asing lebih
longgar masuk, buruh dilarang protes jika ter-PHK, serta libur hari raya hanya di
tanggal merah bahkan tidak ada tambahan cuti. Semua poin-poin itu ditentang oleh
pihak pemerintah dan DPR RI dengan menyatakan informasi yang berkembang itu
tidak benar atau hoax.
Komunikasi politik bisa berpengaruh pada individu atau komunikasi dengan cepat.
Pengaruh tersebut akan membawa reaksi yang cepat dari masyarakat untuk melakukan
suatu aksi.
1. Demonstrasi
Demonstrasi atau unjuk rasa oleh masyarakat bisa langsung terjadi manakala
masyarakat mengetahui suatu informasi yang tidak sesuai dari sebuah proses
komunikasi politik. Demonstrasi akan dilakukan dengan sesegera mungkin dan
biasanya ini juga akan berpengaruh langsung pada politik pemerintahan. Kebijakan
politik yang sebelumnya dibuat, mungkin akan berpengaruh secara langsung
setelah adanya demonstrasi.
2. Pencetusan Petisi
Petisi-petisi juga bisa muncul dari adanya komunikasi politik yang terjadi.
Biasanya, petisi dilakukan manakala ada ketidaksetujuan terhadap suatu kebijakan.
Petisi digunakan untuk mengumpulkan dukungan untuk kemudian diajukan sebagai
bentuk “protes” terhadap kebijakan. Umumnya, petisi bisa dilakukan untuk
membuat kebijakan politik bisa dievaluasi kembali dan menjadi lebih baik. Petisi
bisa menjadi bagian dari media komunikasi politik.
16
3. Aksi Long March
Kebijakan politik bisa diterapkan dengan mudah manakala sudah sesuai dengan
nilai masyarakat. Masyarakat mungkin tidak akan menyadari bahwa pola
kehidupan bermasyarakat sudah berubah karena memang ada unsur komunikasi
politik yang dilakukan tanpa menimbulkan.
6. Penerapan Birokrasi
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian Komunikasi politik biasanya berpusat pada pembahasan tentang Opini publik.
Hal ini terjadi karena sasaran komunikasi politik sendiri adalah bagaimana bisa
menguasai dan mengarahkan opini publik sehingga bisa memberi manfaat bagi pelaku
komunikasi politik (komunikator).
18
adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana;. pembagian nilai-nilai oleh yang
berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan
untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya. Cara yang dipakai
dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion).
Pengertian Komunikasi Politik. Komunikasi politik adalah proses di mana informasi
politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya,
dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Dalam hal ini
komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan, dan melibatkan pula
pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada
semua tingkatan masyarakat. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan sebagai “urat
nadi” proses politik. Setiap struktur jadi tahu apa yang telah dan akan dilakukan
berdasarkan informasi ini. Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep
dari ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih
dahulu ketimbang komunikasi politik. Sebab itu, perlu terlebih dahulu memberikan
definisi komunikasi politik yang digunakan di dalam tulisan ini. Perloff mendefinisikan
komunikasi politik sebagai proses dengan mana pemimpin, media, dan warganegara
suatu bangsa bertukar dan menyerap makna pesan yang berhubungan dengan kebijakan
publik. Dalam definisi ini, Perloff menjadi media sebagai pihak yang ikut melakukan
komunikasi politik. Definisi komunikasi politik adalah seluruh proses transmisi,
pertukaran, dan pencarian informasi (termasuk fakta, opini, keyakinan, dan lainnya)
yang dilakukan oleh para partisipan dalam kerangka kegiatan-kegiatan politik yang
terlembaga. Definisi ini menghendaki proses komunikasi politik yang dilakukan secara
terlembaga. Mueller (1973) : Komunikasi Politik didefinisikan sebagai hasil yang
bersifat politik apabila menekankan pada hasil. Sedangkan definisi Komunikasi Politik
jika menekankan pada fungsi komunikasi politik dalam sistem politik, adalah
komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik dan antara sistem tersebut dengan
lingkungannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan komunikasi antara
eksekutif dan legislatif dalam penyelesaian konflik dalam penetapan Perda RTRW
Kabupaten Buton Selatan dilakukan melalui proses komunikasi organisasi formal dan
komunikasi organisasi informal. Bentuk konflik yang terjadi antara eksekutif dan
legislatif dalam penyusunan Perda RTRW Kabupaten Buton Selatana dalah konflik
antar organisasi, yakni antara lembaga eksekutif dan legislatif Kabupaten Buton
Selatan. Dalam proses komunikasi, efek komunikasi merupakan akibat yang diberikan
19
oleh komunikator kepada komunikan, setidaknya efek komunikasi merupakan tahap
awal adanya feedback (umpan balik) yang merupakan indikator berlanjut tidaknya
proses komunikasi tersebut. Disamping efek komunikasi dan feedback dapat pula
dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat rujukan dan kapasitas yang berada pada
komunikan. yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan (khalayak)
terhadap pesan yang disampaikan. yaitu efek yang berkaitan dengan
pemahamankomunikan terhadap pesan yang disampaikan. ada 3 dampak komunikasi
politik yang timbul yaitu:. yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan perilaku dalam
melaksanakan pesan komunikasi politik yang diterima dari komunikator politik.
Contoh: saya berkampanye kepada SBY, dengan bertemu secara langsung untuk
memilih saya sebagai presiden. Karena pendekatan saya secara personal dalam artian
komunikasi yang dibangun secara antarpersonal, maka saya akan mengetahui efek
secara langsung dari kampanye saya tersebut pada SBY. efek secara tidak langsung
bersifat tidak terikat dengan ruang dan waktu. Bisa saja rekasi yang disampaikan SBY
pada waktu itu adem-adem aja bahkan tidak menentukan pilihan. Efek komunikasi
politik secara langsung memiliki pengertian bahwa strategi komunikasi politik bisa
berpengaruh pada individu atau komunikasi dengan cepat. Pengaruh tersebut akan
membawa reaksi yang cepat dari masyarakat untuk melakukan suatu aksi. Demonstrasi
atau unjuk rasa oleh masyarakat bisa langsung terjadi manakala masyarakat
mengetahui suatu informasi yang tidak sesuai dari sebuah proses komunikasi politik.
Kebijakan politik yang sebelumnya dibuat, mungkin akan berpengaruh secara langsung
setelah adanya demonstrasi. Sebenarnya hampir mirip dengan demonstrasi, long march
merupakan bentuk pengungkapan aspirasi oleh masyarakat tentang kebijakan politik
tertentu. Efeknya juga akan langsung dirasakan pada kebijakan politik yang sedang
disorot. Petisi-petisi juga bisa muncul dari adanya komunikasi politik yang terjadi.
Efek komunikasi politik secara tidak langsung mengandung pengertian bahwa
komunikasi yang terjadi akan memiliki pengaruh-pengaruh tertentu yang sebenarnya
merupakan akibat dari komunikasi politik, namun tidak begitu disadari. Ia akan
cenderung memilih seorang pimpinan karena secara tidak sadar telah terpapar
mengenai berbagai macam kampanye. Ini merupakan efek dari komunikasi politik yang
memang kadang kita juga mengalami. Kebijakan politik bisa diterapkan dengan mudah
manakala sudah sesuai dengan nilai masyarakat. Masyarakat mungkin tidak akan
menyadari bahwa pola kehidupan bermasyarakat sudah berubah karena memang ada
20
unsur komunikasi politik yang dilakukan tanpa menimbulkan penolakan tertentu. Kita
mungkin pernah mengalami sebuah pengalaman, dimana kita mengikuti aturan-aturan
birokrasi tertentu. Secara tidak langsung, ini adalah pengaruh dari komunikasi politik
yang sudah kita terima. Kajian Komunikasi politik biasanya berpusat pada pembahasan
tentang Opini publik.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19355/130906057.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://eprints.uny.ac.id/23581/4/4.%20BAB%20II.pdf
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-politik
https://www.jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Kybernan/article/view/173
https://pakarkomunikasi.com/contoh-efek-komunikasi-politik-secara-langsung-dan-
tidak-langsung
https://media.neliti.com/media/publications/210360-analisis-peraturan-daerah-ditinjau-
denga.pdf
https://www.researchgate.net/publication/
333937794_Konflik_Dalam_Komunikasi_Politik_Antara_Legislatif_dan_Eksekutif_D
alam_Menyikapi_Rencana_Tata_Ruang_dan_Wilayah_di_Kabupaten_Buton_Selatan
https://media.neliti.com/media/publications/148223-ID-komunikasi-politik-dalam-
konflik-pertana.pdf
22