Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan oleh rakyat. Kedaulatan masyarakat


merupakan unsur penting dalam konsep demokrasi yang sebenarnya, jalan konkrit
untuk mengorganiasaikan bentuk pemerintahan ini dan pertanyaan mengenai kondisi
dan prakondisi yang dibutuhkan telah diperdebatkan secara intensif selama beberapa
abad. Memahami demokrasi dan posisinya didunia sekarang ini, kita harus sadar akan
perdebatan paling penting mengenai arti demokrasi; sebuah ide mengenai wajah pokok
demokrasi yang relevan dengan dunia dewasa ini; dan pemahaman mengenai
bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan budaya mempengaruhi kualitas demokrasi.

Demokrasi merupakan suatu bentuk atau mekanisme dari sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan dari rakyat untuk dijalankan
pemerintahan negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya prinsip trias
politika yang membagi ke dalam tiga kekuasaan politik negara (eksekutif, legislatif,
yudikatif) yang diwujudkan dalam tiga jenis lembaga yang saling lepas (independen)
dan sejajar. Kesejajaran dan independensi ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini
bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip check and balance .

Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas Trias Politika, hanya
melaksanakann kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh badan
legislatif serta menyelenggarakan undangg-undang yang dibuat oleh badan legislatif.2
Akan tetapi seiring perkembangan demokrasi dewasa ini ada pergseran fungsi legislatif
lebih banyak menerima Undang-undang dan harus dilaksanakan oleh badan eksekutif,
lebih luas pula ruang lingkup kekuasaan eksekutif. Menurut teori yang berlaku tugas
utama legislatif terletak pada bidang perundang – undangan, sekali pun ia tidak
mempunyai monopoli di bidang itu. Untuk membahas rancangan undang-undang
sering dibentuk panitia – panitia yang berwenang untuk memanggil pejabat terkait
untuk keterangan seperlunya. Akan tetapi dewasa ini telah terjadi gejala umum bahwa
titik berat di bidang legislatif telah banyak bergeser ke badan eksekutif. Fenomena ini
merupakan sebuah kemunduran dari fungsi lembaga tersebut karena tidak dapat
melaksanakan sesuai dengan fungsi utama yang seharusnya, namun meskipun
1
berkurangnya fungsi legislatif dibidang pembuatan peraturan maka fungsi pengawasan
dan kontrol dapat bertambah menonjol melalui sidang panitia – panitia legislatif dan
melalui hak – hak kontrol yang khusus. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004
dengan tegas dinyatakan bahwa “DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan
Daerah”. Ini artinya bahwa “Leading Sector” pembentukan Perda seharusnya ada
ditangan DPRD. Belum lagi yang berkaitan dengan “bargaining position” dalam
pembahasan APBD, DPRD masih dalam posisi yang lemah. Bagaimana tidak, draft
Perda APBD tersebut biasanya masuk ke Dewan dalam jangka waktu yang sangat
pendek, sehingga sangat sulit bagi Dewan untuk secara teliti mengkaji substansi dari
draft tersebut.

Dalam konteks pemerintahan daerah, hubungan antara pemerintah dan DPRD


seyogyanya merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat
kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintah
daerah memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi.
Hal ini dapat dicerminkan dalam membuat kebijakan daerah berupa peraturan daerah.
Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah
sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan
otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu
membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung (sinergi) bukan
merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-
masing.

Pemerintah Daerah adalah pelaksana fungsi-fungsi Pemerintahan daerah yang


dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah
(Gubernur/Bupati/Walikota) dan Dewam Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota). Kepala Daerah adalah Kepela Pemerintahan Daerah yang
dipilih secara demokratis yaitu dipilih langsung oleh rakyat secara berpasangan dengan
Wakil Kepala Daerah yang pencalonanya melalui partai politik atau perorangan.

Komunikasi Politik seorang kepala daerah sangat dibutuhkan dalam Proses berjalannya
pemerintahan yang baik, diperlukan kerjasama yang sinergi antara lembaga
pemerintahan. Namun terkadang fakta yang terjadi di lapangan tidak semulus yang
dibayangkan. Banyak batu sandungan yang menghampiri perjalanan para pejabat
pemerintah untuk menegakkan pemerintahan yang baik. Dalam proses perencanaan
2
pembangunan misalnya banyak sekali kepentingankepentingan yang
melatarbelakanginya. Tidak sedikit daerah di Indonesia yang mengalami hambatan-
hambatan proses pemerintahan dikarenakan komunikasi politik antara beberapa
lembaga pemerintahan yang sangat kurang. Eksekutif dan legislatif, dua lembaga
pemerintahan yang kalau kita pahami secara normatif memiliki perbedaan kubu di
masing masing lembaga, lembaga eksekutif yang merepresentatifkan pemerintah dan
lembaga legislatif yang merepresentatifkan masyarakat sebagai lembaga perwakilan.
Lembaga eksekutif dalam hal ini adalah pemerintah daerah bertanggung jawab
mencakup kewenangan dalam semua bidang pemerintahan, terkecuali bidang politik
luar negeri, pertahanan keamanan peradilan moneter, fiskal dan agama. Bidang
pemerintahan yang dimaksud adalah hal yang menyangkut kewajiban dari pemerintah
daerah yang meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, pertanian,
perhubungan, industri dan perdagangan, lingkungan hidup dan kebijakan pemerintah
dan kesemuanya itu terencana dan teranggarkan dalam penyusunan rencana anggaran
pendapatan dan belanja daerah atau RAPBD serta Laporan pertanggung jawaban
Kepala daerah kepada legislatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi politik?
2. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi politik?
3. Bagaimana strategi komunikasi politik?
4. Apa dampak problem dalam komunikasi politik?
5. Bagaimana analisis masalah dari dampak problem komunikasi politik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian komunikasi politik.
2. Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi politik.
3. Mengetahui strategi komunikasi politik.
4. Mengetahui dampak problem komunikasi politik.
5. Mengetahui analisis masalah dari dampak problem komunikasi politik.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Komunikasi Politik


1. Pengertian Komunikasi Bergantung pada titik pandangnya,

Komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan;


pengoordinasian makna antara seseorang dan khalayak; saling berbagi informasi,
gagasan atau sikap; saling berbagi unsur-unsur perilaku, atau modus kehidupan,
melalui perangkat-perangkat aturan; penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat
simbol bersama di dalam pikiran para peserta. Singkatnya, suatu pengertian, suatu
peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal yang dibagi dengan
orang lain; atau pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang
lain, terutama dengan menggunakan simbol.

Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun
makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka
bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Akhirnya, arti utama
proses yang mendasari definisi kita tentang komunikasi harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Proses adalah arus, perubahan, dan ketidaktetapan dalam
hubungan kegiatan terhadap satu sama lain. Dalam mendalilkan apa saja
komunikasi itu, Barlund melukiskan sifat proses itu sendiri—berkembang, dinamis,
sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks.
Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya, ia meliputi
interpretasi personal, pertukaran sosial, dan politik. Ia tidak memiliki penyebab
yang mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat diamati.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian


komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan satu orang atau suatu
kelompok kepada yang lain untuk menyusun makna. Makna yang disusun
merupakan citra mereka dan untuk bertukar citra itu terutama melalui simbol-
simbol.

2. Pengertian Politik Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana;

4
Pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan;
pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas
tindakan lainnya. Dari semua pandangan yang beragam itu ada persesuaian umum
bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam
suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan
tersebut. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi
tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas tujuan yang dipilih. Untuk melaksanakan kebijaksanaan
itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan
dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses ini. Cara yang dipakai dapat bersifat persuasi
(meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan
kebijaksanaan ini hanya merupakan permuasan keinginan (statement of intent)
belaka.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian


politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut
proses menentukan tujuan dari sistem politik itu sendiri. Dalam melaksanakan
kebijaksanaan itu diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang
dipakai untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang
timbul dalam proses ini.

Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari


pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.
Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan
dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem
sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan proses yang
berkesinambungan, melibatkan pula 19 pertukaran informasi di antara individu-
individu dengan kelompok- kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat. Lagi
pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan serta harapan-
harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana dengan mana
pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang berkuasa diteruskan
kepada anggota-anggota masyarakat selanjutnya juga melibatkan reaksi-reaksi
5
anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-pandangan dan janji serta saran-
saran para penguasa. Maka komunikasi politik itu memainkan peranan yang
penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi politik ini menentukan elemen
dinamis, dan menjadi bagian menentukan dari sosialisasi politik, partisipasi politik,
dan pengrekrutan politik.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian


komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik yang relevan dari
satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial
dengan sistem-sistem politik. Dalam hal ini komunikasi politik merupakan proses
yang berkesinambungan, dan melibatkan pula pertukaran informasi di antara
individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan
masyarakat.

Komunikasi politik adalah fungsi penting dalam sistem politik. Bahkan,


komunikasi politik dinyatakan sebagai “urat nadi” proses politik. Bagaimana
tidak(?) aneka struktur politik seperti parlemen, kepresidenan, partai politik,
lembaga swadaya masyarakat, kelompok kepentingan, dan warganegara biasa
memperoleh informasi politik melalui komunikasi politik ini. Setiap struktur jadi
tahu apa yang telah dan akan dilakukan berdasarkan informasi ini.

Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep dari ilmu komunikasi


oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih dahulu ketimbang
komunikasi politik. Konsep-konsep seperti komunikator, pesan, media, komunikan,
dan feedback sesungguhnya juga digunakan dalam komunikasi politik. Titik
perbedaan utama adalah, komunikasi politik mengkhususkan diri dalam hal
penyampaian informasi politik. Sebab itu, perlu terlebih dahulu memberikan
definisi komunikasi politik yang digunakan di dalam tulisan ini.

R.M. Perloff mendefinisikan komunikasi politik sebagai proses dengan mana


pemimpin, media, dan warga negara suatu bangsa bertukar dan menyerap makna
pesan yang berhubungan dengan kebijakan publik. Dalam definisi ini, Perloff
menjadi media sebagai pihak yang ikut melakukan komunikasi politik.

Definisi komunikasi politik adalah seluruh proses transmisi, pertukaran, dan


pencarian informasi (termasuk fakta, opini, keyakinan, dan lainnya) yang dilakukan
6
oleh para partisipan dalam kerangka kegiatan-kegiatan politik yang terlembaga.
Definisi ini menghendaki proses komunikasi politik yang dilakukan secara
terlembaga. Sebab itu, komunikasi yang dilakukan di rumah antarteman atau
antarsaudara tidak termasuk ke dalam fokus kajian. Meskipun demikian, konsep-
konsep yang dikaji di dalam komunikasi politik sangat banyak, yang oleh sebab
keterbatasan tempat, maka hanya akan diambil beberapa saja.

Secara operasional, komunikasi politik juga dapat dinyatakan sebagai proses


penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan melalui
media tertentu hingga memberikan efek (feedback).

Komunikasi Politik menurut para ahli sendiri di antaranya :

Maswadi Rauf : Seorang ahli politik yang berpendapat bahwa komunikasi politik
merupakan bagian objek dari kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang
diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik yakni berkaitan dengan
kekuasaan politik negara, pemerintahan dan juga aktivitas komunikator dalam
kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik.

Mueller (1973) : Komunikasi Politik didefinisikan sebagai hasil yang bersifat


politik apabila menekankan pada hasil. Sedangkan definisi Komunikasi Politik jika
menekankan pada fungsi komunikasi politik dalam sistem politik, adalah
komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik dan antara sistem tersebut
dengan lingkungannya. (Baca juga: Komunikasi Pemerintahan)

Almond dan Powell : Komunikasi Politik sebagai fungsi politik bersama-sama


fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi dan rekruitmen yang terdapat di dalam suatu
sistem politik dan komunikasi politik merupakan prasyarat (prerequisite) bagi
berfungsinya fungsi-fungsi politik yang lain.

B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Politik

Komunikasi politik memiliki beberapa tujuan penting antara lain, untuk membentuk
citra politik yang baik dalam masyarakat, menciptakan public opinion atau pendapat
umum, dan untuk ikut dalam pemilihan umum serta untuk mempengaruhi kebijakan-
kebijakan publik dalam segala segi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

7
Terdapat berbagai macam bentuk-bentuk komunikasi politik, namun bentuk-bentuk
yang sudah biasa digunakan oleh para politikus adalah:

1. Retorika politik: Berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu rhetorica, yang
berarti seni berbicara. Asalnya digunakan dalam perdebatan-perdebatan di ruang
sidang pengadilan untuk saling memengaruhi sehingga bersifat kegiatan 2 18
antarpesona. Kemudian berkembang menjadi kegiatan komunikasi massa, yaitu
berpidato kepada orang banyak (khalayak).
2. Agitasi politik: Berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu agitare, yang artinya
bergerak atau menggerakkan dan dalam bahasa Inggris, agitation. Menurut
Harbert Blumer yang dikutip oleh Anwar Arifin, agitasi dilakukan untuk
membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan politik, baik lisan maupun tulisan,
dengan merangsang dan membangkitkan emosi khalayak. Dimulai dengan cara
membuat kontradiksi dalam masyarakat, kemudian menggerakkan khalayak
untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh
ketidakpastian dan penuh penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan
di kalangan massa.
3. Propaganda politik: Propaganda (menyemaikan tunas suatu tanaman) adalah
suatu salah bentuk kegiatan yang sudah lama dalam bidang politik. Penggunaan
propaganda politik secara intensif dalam politik adalah dilakukan oleh Hitler
(NAZI) dalam perang dunia II. Yaitu dengan melakukan kebohongan dengan
cara menyebarkan ideologi NAZI (fasisme) untuk memperluas pengaruh dan
kekuasaannya. Sebelumnya propaganda digunakan dalam bentuk kegiatan
keagamaan (umat katolik), yaitu pada tahun 1622, Paus Gregius XV membentuk
suatu komisi cardinal yaitu congretgation de propaganga fide, untuk
menambahkan keimanan kristiani.
4. Kampanye politik: Bentuk kampanye komunikasi ini yang paling menarik dan
semarak dilakukan menjelang hari pemilihan kampanye politik. Kampanye
politik termasuk bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang dalam
waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat. Kampanye
politik adalah penciptaan ulang, dan pengalihan lambang signifikan secara
sinambung melalui komunikasi.

8
C. Strategi Komunikasi Politik

Strategi komunikasi politik merupakan sebuah taktik yang begitu berperan dalam
pemenangan pemilihan umum. Keberhasilan strategi komunikasi politik memberikan
sebuah kontribusi yang besar dalam menggunakan dan merencanakan strategi pasangan
kandidat atau partai politik untuk menyusun tidak hanya dalam menghadapi pemilu
namun juga pasca pemilu. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
menejemen (management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan saja yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Politik dan strategi merupakan dua hal yang harus berjalan beriringan apabila mengejar
tujuan berpolitik dalam pemenangan pemilu atau pilkada. Sementara itu strategi juga
membutuhkan taktik, prasyaratan dalam sebuah perencanaan adalah adanya
perencanaan strategi. Perencanaan taktik dan pengambilan tindakan hanya dapat
memiliki arti apabila sebuah strategi direncanakan secara teliti. Jadi perencanaan taktik
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan siapa, akan melakukan apa, kapan, dimana,
bagaimana dan mengapa. Keputusan taktis semacam ini digunakan untuk mencapai
setiap tujuan strategis. Keputusan-keputusan ini terutama tergantung pada pengenalan
akan ruang lingkup, kerangka prasyarat, dan kemampuan pribadi. Oleh karena itu,
perencanaan taktis hendaknya tidak direncanakan dari tingkat strategis, melainkan oleh
pimpinan yang ada di tingkat taktis, karena hanya disinilah pengetahuan yang
dibutuhkan berada

Strategi komunikasi politik dalam konteks pilkada, memiliki peran sentral dalam
agenda meraih kemenangan. Seorang kandidat dalam hal ini tidak hanya mengandalkan
popularitas maupun posisinya sebagai kandidat imcumbent saja, namun ada strategi
komunikasi politik yang bisa diaplikasikan sesuai dengan kondisi dan tempat dimana
kontestasi diselenggarakan. Apabila untuk kandidat yang kurang memiliki popularitas
di mata masyarakat, tentu membutuhkan atau mencari strategi komunikasi yang efektif
untuk mensosialisasikan visi misinya untuk memenangkan pertarungan antar kandidat
dalam pilkada.

Strategi komunikasi politik dalam konteks pemerintahan, digunakan untuk membuat


dan menerapkan aturan-aturan khususnya di dalam proses pemilihan umum dengan

9
cara meningkatkan kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat untuk
mengungkapkan aspirasi dan kepentingannya serta menyalurkan kebijakan-kebijakan
sehingga wujud menciptakan sebuah komunikasi timbal balik antara suprastruktur dan
infrastruktur politik dalam mempersiapkan sebuah pemilukada.

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Dampak Problem Komunikasi Politik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan komunikasi antara eksekutif dan
legislatif dalam penyelesaian konflik dalam penetapan Perda RTRW Kabupaten Buton
Selatan dilakukan melalui proses komunikasi organisasi formal dan komunikasi
organisasi informal. Bentuk konflik yang terjadi antara eksekutif dan legislatif dalam
penyusunan Perda RTRW Kabupaten Buton Selatana dalah konflik antar organisasi,
yakni antara lembaga eksekutif dan legislatif Kabupaten Buton Selatan. Kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan kewenangan dalam meningkatkan hubungan kerja antara
eksekutif dan legislatif diantaranya adalah kerancuan data yang dituangkan eksekutif
dalam draft Naskah Akademis RTRW dan kurangnya pemahaman legislatif terhadap
RTRW sehingga tidak ada tanggapan kritis dari legislatif dalam perumusan ini.
Sedangkan upaya untuk meningkatkan hubungan kerja antara eksekutif dan legislatif
yaitu dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan individual dan
mengutamakan kepentingan masyarakat.

1. Efek/dampak Komunikasi Politik

Dalam proses komunikasi, efek komunikasi merupakan akibat yang diberikan oleh
komunikator kepada komunikan, setidaknya efek komunikasi merupakan tahap awal
adanya feedback (umpan balik) yang merupakan indikator berlanjut tidaknya proses
komunikasi tersebut. Disamping efek komunikasi dan feedback dapat pula dijadikan
tolak ukur untuk mengetahui tingkat rujukan dan kapasitas yang berada pada
komunikan. efek komunikasi merupakan proses dari aksi-reaksi dan kausalitas dari
komunikasi. Seluruh reaksi komunikasi merupakan efek komunikasi yang berlanjut
pada feedback yang pada dasarnya tidak terkait oleh ruang dan waktu.

2. Dampak Potensial Komunikasi

Menurut Ball Rokeah Dan De Fleur, dampak potensial komunikasi dapat


dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu:

11
a) Dampak Kognitif

yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan (khalayak) terhadap


pesan yang disampaikan. Dampak yang timbul adalah menciptakan dan
memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang, menyajikan bahan mentah bagi
interpretasi personal, memperluas realitas sosial dan politik, menyusun agenda,
dan media juga bermain di atas sistem kepercayaan orang.

b) Dampak Afektif

yaitu efek yang berkaitan dengan pemahamankomunikan terhadap pesan yang


disampaikan. ada 3 dampak komunikasi politik yang timbul yaitu:

-seseorang dapat menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik melalui


komunikasi politik.

- komunikan bisa memperkuat nilai komunikasi politik.

- komunikasi politik bisa memperkecil nilai yang dianut.

c) Dampak Konatif (Perubahan Perilaku)

yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan perilaku dalam melaksanakan


pesan komunikasi politik yang diterima dari komunikator politik. Perwujudan
efek komunikasi yang timbul adalah dapat berupa partisipasi politik nyata untuk
memberikan suara dalam pemilu atau bersedia melaksanakan kebijakan serta
keputusan politik yg dikomunikasikan oleh Komunikastor Politik.

3. Jenis Efek Komunikasi

Dalam efek komunikasi ada dua jenis yaitu efek komunikasi secara langsung dan
tidak langsung.

Efek komunikasi secara langsung, menurut Johan Gardner dalam bukunya “A


Sythesis of Expremintal Studies of Speech Communiccation Feedback” menyatakan
bahwa feedback dan efek komunikasi secara langsung adalah reaksi langsung yang
dilihat atau dirasakan oleh komunikan, hal ini bersifat terikat pada waktu sebab efek
langsung ini terjadi ketika komunikasi juga dijalankan secara langsung. Contoh:
saya berkampanye kepada SBY, dengan bertemu secara langsung untuk memilih

12
saya sebagai presiden. Karena pendekatan saya secara personal dalam artian
komunikasi yang dibangun secara antarpersonal, maka saya akan mengetahui efek
secara langsung dari kampanye saya tersebut pada SBY. Misalnya SBY langsung
memberikan reaksi akan mendukung bahkan sampai menjadi tim sukses.

Sedangkan efek secara tidak langsung bersifat tidak terikat dengan ruang dan waktu.
Bisa saja rekasi yang disampaikan SBY pada waktu itu adem-adem aja bahkan tidak
menentukan pilihan. Namun jika ketika pemilihan umum beliau memilih saya
berarti efek komunikasi yang dirasakan tidak secara langsung oleh saya sebagai
komunikator politik.

4. Dampak Komunikasi Politik Secara Langsung

Efek komunikasi politik secara langsung memiliki pengertian bahwa strategi


komunikasi politik bisa berpengaruh pada individu atau komunikasi dengan cepat.
Pengaruh tersebut akan membawa reaksi yang cepat dari masyarakat untuk
melakukan suatu aksi. Berikut ini adalah beberapa contoh efeknya:

a) Demonstrasi

Demonstrasi atau unjuk rasa oleh masyarakat bisa langsung terjadi manakala
masyarakat mengetahui suatu informasi yang tidak sesuai dari sebuah proses
komunikasi politik. Demonstrasi akan dilakukan dengan sesegera mungkin dan
biasanya ini juga akan berpengaruh langsung pada politik pemerintahan.
Kebijakan politik yang sebelumnya dibuat, mungkin akan berpengaruh secara
langsung setelah adanya demonstrasi.

b) Aksi Long March

Sebenarnya hampir mirip dengan demonstrasi, long march merupakan bentuk


pengungkapan aspirasi oleh masyarakat tentang kebijakan politik tertentu.
Efeknya juga akan langsung dirasakan pada kebijakan politik yang sedang
disorot. Ini merupakan bentuk-bentuk dari komunikasi politik yang memang
bisa memberikan dampak langsung bagi masyarakat.

c) Pencetusan Petisi

13
Petisi-petisi juga bisa muncul dari adanya komunikasi politik yang terjadi.
Biasanya, petisi dilakukan manakala ada ketidaksetujuan terhadap suatu
kebijakan. Petisi digunakan untuk mengumpulkan dukungan untuk kemudian
diajukan sebagai bentuk “protes” terhadap kebijakan. Umumnya, petisi bisa
dilakukan untuk membuat kebijakan politik bisa dievaluasi kembali dan
menjadi lebih baik. Petisi bisa menjadi bagian dari media komunikasi politik.

5. Dampak Komunikasi Politik Secara Tidak Langsung

Efek komunikasi politik secara tidak langsung mengandung pengertian bahwa


komunikasi yang terjadi akan memiliki pengaruh-pengaruh tertentu yang
sebenarnya merupakan akibat dari komunikasi politik, namun tidak begitu
disadari. Kehidupan masyarakat mungkin akan terlihat biasa saja namun
sebenarnya ada perubahan yang tidak disadari terjadi akibat adanya perubahan
kebijakan politik. Berikut adalah beberapa contohnya:

a) Dukungan Calon Pimpinan

Seseorang memilih calon pimpinan bisa jadi karena adanya pengaruh-pengaruh


dalam komunikasi politik. Ia akan cenderung memilih seorang pimpinan karena
secara tidak sadar telah terpapar mengenai berbagai macam kampanye. Ini
merupakan efek dari komunikasi politik yang memang kadang kita juga
mengalami.

b) Dukungan Kebijakan Politik

Kebijakan politik bisa diterapkan dengan mudah manakala sudah sesuai dengan
nilai masyarakat. Masyarakat mungkin tidak akan menyadari bahwa pola
kehidupan bermasyarakat sudah berubah karena memang ada unsur komunikasi
politik yang dilakukan tanpa menimbulkan penolakan tertentu.

c) Penerapan Birokrasi

Kita mungkin pernah mengalami sebuah pengalaman, dimana kita mengikuti


aturan-aturan birokrasi tertentu. Secara tidak langsung, ini adalah pengaruh dari
komunikasi politik yang sudah kita terima. Kita bisa tahu aturan-aturan
birokrasi yang ada dalam suatu pemerintahan berkat peran media komunikasi

14
politik. Efek komunikasi politik ini memang seperti tidak dirasakan tetapi
memang ada.

B. Analisis Masalah Dari Dampak Problem Komunikasi Politik

Masalah Omnibus Law bukan sekedar soal buruh dan berbagai pihak kontra lain yang
dinilai belum membaca dan memahami substansi isi 1028 halaman RUU Cipta Kerja,
tetapi lebih dari itu, persoalan utamanya adalah masalah komunikasi. Setidaknya
terdapat lima masalah komunikasi berkaitan dengan Omnibus Law.

Pertama, masalah keterbukaan. Proses perumusan dan pelibatan pihak-pihak terkait


kurang transparan, bahkan prosesnya cenderung elitis serta kesempatan bagi semua
pihak memberi masukan sebelum disahkan terbatas.

Kedua, masalah keberpihakan. Keberpihakan ini soal standing position pemerintah dan
DPR RI yang dinilai justru lebih pro terhadap kalangan pemodal.

Ketiga, masalah distorsi persepsi. Hambatan komunikasi di era disrupsi media digital
semakin memperkeruh tingkat pemahaman informasi yang komprehensif. Keempat,
masalah konteks atau situasi. Situasi pandemi dianggap belum tepat untuk
mengesahkan secara sepihak UU Cipta KerjaKelima, masalah kompetensi komunikasi.
Kompetensi komunikasi pejabat publik dinilai belum optimal terbukti dengan sejumlah
blunder bahkan mekanisme komunikasi publik yang sering bermasalah. Di satu sisi
hadirnya Omnibus Law disambut meriah oleh sejumlah kalangan, namun sebaliknya
meradang di pihak yang lain. Kalangan yang menyambut positif Omnibus Law tentu
pemerintah, DPR RI dan pebisnis. Sementara di lain pihak, gabungan masyarakat sipil,
di antaranya buruh, nelayan, petani, mahasiswa termasuk sejumlah ormas seperti
PBNU, PP Muhammadiyah berada di barisan menolak Omnibus Law. Pihak-pihak
yang pro berdalih bahwa Omnibus Law dapat memuluskan investasi dan mendongkrak
ekonomi nasional.

Sementara pihak yang kontra memandang bahwa Omnibus Law hanya menjadi “karpet
merah” bagi para elite dan oligark serta justru semakin menyengsarakan rakyat.
Mereka yang setuju beranggapan bahwa melalui UU Cipta Kerja menjadi solusi
menghadapi resesi termasuk berkaitan dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan
memperlancar birokrasi perizinan, sementara yang menolak cenderung menilai belum

15
dilibatkan secara penuh bahkan beberapa pihak beranggapan dalam perumusan
Omnibus Law ada kesan mengesampingkan partisipasi publik yang lebih luasPihak
DPR RI dan pemerintah mencoba memberikan klarifikasi atas beragam penolakan yang
muncul, mulai dari uang pesangon dihilangkan, Upah Minimum Regional (UMR)
dihapus,upah buruh dihitung per jam, semua hak cuti hilang dan tidak diberi
kompensasi, outsourching diganti dengan kontrak seumur hidup, tidak ada status
karyawan tetap, perusahaan dapat melakukan PHK secara sepihak, jaminan sosial
dihilangkan, semua karyawan distatuskan tenaga kerja harian, tenaga kerja asing lebih
longgar masuk, buruh dilarang protes jika ter-PHK, serta libur hari raya hanya di
tanggal merah bahkan tidak ada tambahan cuti. Semua poin-poin itu ditentang oleh
pihak pemerintah dan DPR RI dengan menyatakan informasi yang berkembang itu
tidak benar atau hoax.

Penyelesaian problem komunikasi politik bagi lembaga eksekutif dan legislatif:

Komunikasi politik bisa berpengaruh pada individu atau komunikasi dengan cepat.
Pengaruh tersebut akan membawa reaksi yang cepat dari masyarakat untuk melakukan
suatu aksi.

1. Demonstrasi

Demonstrasi atau unjuk rasa oleh masyarakat bisa langsung terjadi manakala
masyarakat mengetahui suatu informasi yang tidak sesuai dari sebuah proses
komunikasi politik. Demonstrasi akan dilakukan dengan sesegera mungkin dan
biasanya ini juga akan berpengaruh langsung pada politik pemerintahan. Kebijakan
politik yang sebelumnya dibuat, mungkin akan berpengaruh secara langsung
setelah adanya demonstrasi.

2. Pencetusan Petisi

Petisi-petisi juga bisa muncul dari adanya komunikasi politik yang terjadi.
Biasanya, petisi dilakukan manakala ada ketidaksetujuan terhadap suatu kebijakan.
Petisi digunakan untuk mengumpulkan dukungan untuk kemudian diajukan sebagai
bentuk “protes” terhadap kebijakan. Umumnya, petisi bisa dilakukan untuk
membuat kebijakan politik bisa dievaluasi kembali dan menjadi lebih baik. Petisi
bisa menjadi bagian dari media komunikasi politik.

16
3. Aksi Long March

Sebenarnya hampir mirip dengan demonstrasi, long march merupakan bentuk


pengungkapan aspirasi oleh masyarakat tentang kebijakan politik tertentu. Efeknya
juga akan langsung dirasakan pada kebijakan politik yang sedang disorot. Ini
merupakan bentuk-bentuk dari komunikasi politik yang memang bisa memberikan
dampak langsung bagi masyarakat.

4. Dukungan Calon Pimpinan

Seseorang memilih calon pimpinan bisa jadi karena adanya pengaruh-pengaruh


dalam komunikasi politik. Ia akan cenderung memilih seorang pimpinan karena
secara tidak sadar telah terpapar mengenai berbagai macam kampanye.

5. Dukungan Kebijakan Politik

Kebijakan politik bisa diterapkan dengan mudah manakala sudah sesuai dengan
nilai masyarakat. Masyarakat mungkin tidak akan menyadari bahwa pola
kehidupan bermasyarakat sudah berubah karena memang ada unsur komunikasi
politik yang dilakukan tanpa menimbulkan.

6. Penerapan Birokrasi

Kita mungkin pernah mengalami sebuah pengalaman, dimana kita mengikuti


aturanaturan birokrasi tertentu. Secara tidak langsung, ini adalah pengaruh dari
komunikasi politik yang sudah kita terima. Kita bisa tahu aturan-aturan birokrasi
yang ada dalam suatu pemerintahan berkat peran media komunikasi politik. Efek
komunikasi politik ini memang seperti tidak dirasakan tetapi memang ada.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian Komunikasi politik biasanya berpusat pada pembahasan tentang Opini publik.
Hal ini terjadi karena sasaran komunikasi politik sendiri adalah bagaimana bisa
menguasai dan mengarahkan opini publik sehingga bisa memberi manfaat bagi pelaku
komunikasi politik (komunikator).

Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan oleh rakyat. Kedaulatan masyarakat


merupakan unsur penting dalam konsep demokrasi yang sebenarnya, jalan konkrit
untuk mengorganiasaikan bentuk pemerintahan ini dan pertanyaan mengenai kondisi
dan prakondisi yang dibutuhkan telah diperdebatkan secara intensif selama beberapa
abad. Demokrasi merupakan suatu bentuk atau mekanisme dari sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan dari rakyat untuk dijalankan
pemerintahan negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya prinsip trias
politika yang membagi ke dalam tiga kekuasaan politik negara (eksekutif, legislatif,
yudikatif) yang diwujudkan dalam tiga jenis lembaga yang saling lepas (independen)
dan sejajar. Menurut teori yang berlaku tugas utama legislatif terletak pada bidang
perundang – undangan, sekali pun ia tidak mempunyai monopoli di bidang itu. Belum
lagi yang berkaitan dengan “bargaining position” dalam pembahasan APBD, DPRD
masih dalam posisi yang lemah. Dalam konteks pemerintahan daerah, hubungan antara
pemerintah dan DPRD seyogyanya merupakan hubungan kerja yang kedudukannya
setara dan bersifat kemitraan. Pemerintah Daerah adalah pelaksana fungsi-fungsi
Pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu
Pemerintah Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) dan Dewam Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota). Namun terkadang fakta yang terjadi di
lapangan tidak semulus yang dibayangkan. Dalam proses perencanaan pembangunan
misalnya banyak sekali kepentingan-kepentingan yang melatarbelakanginya.
Pengertian Komunikasi Politik. a. Pengertian Komunikasi Bergantung pada titik
pandangnya,. Ia tidak memiliki penyebab yang mudah dilihat bagi akibatnya yang
dapat diamati (Dan Nimmo, 2005: 7). Makna yang disusun merupakan citra mereka
dan untuk bertukar citra itu terutama melalui simbol-simbol. Pengertian Politik Politik

18
adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana;. pembagian nilai-nilai oleh yang
berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan
untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya. Cara yang dipakai
dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion).
Pengertian Komunikasi Politik. Komunikasi politik adalah proses di mana informasi
politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya,
dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Dalam hal ini
komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan, dan melibatkan pula
pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada
semua tingkatan masyarakat. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan sebagai “urat
nadi” proses politik. Setiap struktur jadi tahu apa yang telah dan akan dilakukan
berdasarkan informasi ini. Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep
dari ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih
dahulu ketimbang komunikasi politik. Sebab itu, perlu terlebih dahulu memberikan
definisi komunikasi politik yang digunakan di dalam tulisan ini. Perloff mendefinisikan
komunikasi politik sebagai proses dengan mana pemimpin, media, dan warganegara
suatu bangsa bertukar dan menyerap makna pesan yang berhubungan dengan kebijakan
publik. Dalam definisi ini, Perloff menjadi media sebagai pihak yang ikut melakukan
komunikasi politik. Definisi komunikasi politik adalah seluruh proses transmisi,
pertukaran, dan pencarian informasi (termasuk fakta, opini, keyakinan, dan lainnya)
yang dilakukan oleh para partisipan dalam kerangka kegiatan-kegiatan politik yang
terlembaga. Definisi ini menghendaki proses komunikasi politik yang dilakukan secara
terlembaga. Mueller (1973) : Komunikasi Politik didefinisikan sebagai hasil yang
bersifat politik apabila menekankan pada hasil. Sedangkan definisi Komunikasi Politik
jika menekankan pada fungsi komunikasi politik dalam sistem politik, adalah
komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik dan antara sistem tersebut dengan
lingkungannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan komunikasi antara
eksekutif dan legislatif dalam penyelesaian konflik dalam penetapan Perda RTRW
Kabupaten Buton Selatan dilakukan melalui proses komunikasi organisasi formal dan
komunikasi organisasi informal. Bentuk konflik yang terjadi antara eksekutif dan
legislatif dalam penyusunan Perda RTRW Kabupaten Buton Selatana dalah konflik
antar organisasi, yakni antara lembaga eksekutif dan legislatif Kabupaten Buton
Selatan. Dalam proses komunikasi, efek komunikasi merupakan akibat yang diberikan

19
oleh komunikator kepada komunikan, setidaknya efek komunikasi merupakan tahap
awal adanya feedback (umpan balik) yang merupakan indikator berlanjut tidaknya
proses komunikasi tersebut. Disamping efek komunikasi dan feedback dapat pula
dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat rujukan dan kapasitas yang berada pada
komunikan. yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan (khalayak)
terhadap pesan yang disampaikan. yaitu efek yang berkaitan dengan
pemahamankomunikan terhadap pesan yang disampaikan. ada 3 dampak komunikasi
politik yang timbul yaitu:. yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan perilaku dalam
melaksanakan pesan komunikasi politik yang diterima dari komunikator politik.
Contoh: saya berkampanye kepada SBY, dengan bertemu secara langsung untuk
memilih saya sebagai presiden. Karena pendekatan saya secara personal dalam artian
komunikasi yang dibangun secara antarpersonal, maka saya akan mengetahui efek
secara langsung dari kampanye saya tersebut pada SBY. efek secara tidak langsung
bersifat tidak terikat dengan ruang dan waktu. Bisa saja rekasi yang disampaikan SBY
pada waktu itu adem-adem aja bahkan tidak menentukan pilihan. Efek komunikasi
politik secara langsung memiliki pengertian bahwa strategi komunikasi politik bisa
berpengaruh pada individu atau komunikasi dengan cepat. Pengaruh tersebut akan
membawa reaksi yang cepat dari masyarakat untuk melakukan suatu aksi. Demonstrasi
atau unjuk rasa oleh masyarakat bisa langsung terjadi manakala masyarakat
mengetahui suatu informasi yang tidak sesuai dari sebuah proses komunikasi politik.
Kebijakan politik yang sebelumnya dibuat, mungkin akan berpengaruh secara langsung
setelah adanya demonstrasi. Sebenarnya hampir mirip dengan demonstrasi, long march
merupakan bentuk pengungkapan aspirasi oleh masyarakat tentang kebijakan politik
tertentu. Efeknya juga akan langsung dirasakan pada kebijakan politik yang sedang
disorot. Petisi-petisi juga bisa muncul dari adanya komunikasi politik yang terjadi.
Efek komunikasi politik secara tidak langsung mengandung pengertian bahwa
komunikasi yang terjadi akan memiliki pengaruh-pengaruh tertentu yang sebenarnya
merupakan akibat dari komunikasi politik, namun tidak begitu disadari. Ia akan
cenderung memilih seorang pimpinan karena secara tidak sadar telah terpapar
mengenai berbagai macam kampanye. Ini merupakan efek dari komunikasi politik yang
memang kadang kita juga mengalami. Kebijakan politik bisa diterapkan dengan mudah
manakala sudah sesuai dengan nilai masyarakat. Masyarakat mungkin tidak akan
menyadari bahwa pola kehidupan bermasyarakat sudah berubah karena memang ada

20
unsur komunikasi politik yang dilakukan tanpa menimbulkan penolakan tertentu. Kita
mungkin pernah mengalami sebuah pengalaman, dimana kita mengikuti aturan-aturan
birokrasi tertentu. Secara tidak langsung, ini adalah pengaruh dari komunikasi politik
yang sudah kita terima. Kajian Komunikasi politik biasanya berpusat pada pembahasan
tentang Opini publik.

B. Saran

Pembahasan/pengesahan Omnimbus Law yang melibatkan banyak pemangku


kepentingan politik yang diduga terlalu terburu-buru mungkin lebih baik jika dilakukan
secara transparan dan terbuka agar terjadinya komunikasi politik berjalan dengan baik
dan harus diperbaiki. Lalu, kebijakan antara lembaga legislatif dan eksekutif harus bisa
sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antarkedua lembaga itu untuk
membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung dan selalu
berkomunikasi, bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam
pelaksanaaan kewenangan dan bukan hubungan saling menginterfensi dan
mendominasi satu sama lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19355/130906057.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

https://eprints.uny.ac.id/23581/4/4.%20BAB%20II.pdf

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-politik

https://www.jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Kybernan/article/view/173

https://pakarkomunikasi.com/contoh-efek-komunikasi-politik-secara-langsung-dan-
tidak-langsung

https://media.neliti.com/media/publications/210360-analisis-peraturan-daerah-ditinjau-
denga.pdf

https://www.researchgate.net/publication/
333937794_Konflik_Dalam_Komunikasi_Politik_Antara_Legislatif_dan_Eksekutif_D
alam_Menyikapi_Rencana_Tata_Ruang_dan_Wilayah_di_Kabupaten_Buton_Selatan

https://media.neliti.com/media/publications/148223-ID-komunikasi-politik-dalam-
konflik-pertana.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai