Anda di halaman 1dari 2

UMKM Outlook 2020

Bahrul ulum Ilham


Koord Konsultan PLUT Sulsel

Tahun 2019 segera berakhir dan sebentar lagi memasuki tahun 2020. Saatnya
melakukan evaluasi dan refleksi, juga memberikan prediksi dan sejumlah pandangan, salah
satunya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai penopang perekonomian.
Secara makro, bayang-bayang perekonomian global diprediksi makin sulit bahkan mengarah ke
resesi. Perekonomian Indonesia pada 2020 diperkirakan melambat akibat harga komoditas
internasional ekspor utama yang cenderung menurun serta dampak perang dagang Amerika
Serikat (AS)-China yang tak kunjung mereda.
Di tengah perlambatan ekonomi dunia, sektor UMKM senantiasa tampil sebagai
penyelamat. Berkaca dari pengalaman krisis ekonomi tahun 2008 yang berlanjut dengan era
perdagangan bebas sejak tahun 2010, sektor UMKM masih tetap kokoh. Saat resesi ekonomi
dampaknya paling banyak dirasakan oleh industri-industri berskala besar namun disisi lain
UMKM masih tetap bisa eksis.
UMKM bisa bertahan tehadap krisis tak lepas dari perannya menghasilkan produk
berupa barang dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat atau sektor riil. Para pelaku
UMKM juga memanfaatkan sumber daya lokal, baik itu untuk sumber daya manusia, modal,
bahan baku, hingga peralatan dan tidak mengandalkan barang impor, termasuk operasional
bisnisnya yang umumnya dilakukan secara mandiri.
Dengan kondisi global di atas maka pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia
harus makin dipicu dengan mendorong ekonomi lokal. Di tengah perlambatan ekonomi dunia,
sektor UMKM senantiasa tampil sebagai penyelamat sehingga peran dan kontribusinya harus
makin ditingkatkan. Dibalik pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada kekuatan modal, akan
selalu menyisakan problem kemiskinan, serta sulitnya mewujudkan kesejahteraan yang riil dan
merata.
Memasuki tahun 2020 peran usaha mikro, kecil dan menengah tetap menjadi harapan
dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Bisnis UMKM juga makin prospektif dengan sejumlah
regulasi dan kebijakan yang pro UMKM. Tahun 2020 seharusnya menjadi momentum tahunnya
UMKM menjadi tuan rumah di negeri sendiri melalui pengembangan UMKM ”naik kelas”
menjadi entrepreneur skala menengah dalam arti bisnis mereka dapat bertumbuh dan
berkelanjutan. Disisi lain, transformasi teknologi digital di tahun 2020 yang makin massif harus
dimanfatkan sebaik mungkin dalam mendorong bisnis UMKM dapat tumbuh lebih berkualitas.
Bisnis UMKM pada sektor makanan dan minuman tahun 2020 diprediksi makin melejit
dengan memanfaatkan platform online, namun jangan lupa terus melakukan inovasi produk
menyesuaikan trend gaya hidup kelas menengah dan generasi milineal. Demikian juga bisnis
UMKM pada sektor kreatif akan makin tumbuh seiring perekonomian dunia yang mulai
bergeser kepada ekonomi yang berbasis ide, kreativitas, dan inovasi.
Fakta menunjukkan, mayoritas pelaku sektor ekonomi kreatif ini tidak lepas dari peran
UMKM. Dari total 16 sektor ekonomi kreatif, tiga sektor utama dengan kontribusi terbesar
adalah sub-sektor kuliner, kriya, dan fashion. Sejalan dengan prioritas pemerintah mendorong
sektor pariwisata menjadi momentum menggenjot ekonomi kreatif yang bila disinergikan dan
melibatkan multipihak akan mendorong UMKM lebih berdaya. Tantangan bagi UMKM
meningkatkan daya saingnya dengan terus berbenah memperbaiki bisnisnya mulai dari proses
kreasi, produksi, distribusi, hingga konsumsi.
Menghadapi dampak perang dagang AS-China maka kolaborasi sesama UMKM menjadi
sangat penting. Saat ini komunitas UMKM banyak tumbuh, harus saling bersinergi, jangan saling
bersaing, juga pentingnya membangun sinergi multipihak. Pelaku UMKM juga dituntut
melakukan peningkatan standar kualitas produk UMKM yang go global atau memenuhi standar
internasional.
Data menunjukkan, keterlibatan Sektor UMKM Indonesia dalam rantai nilai global masih
sangat rendah. Data Kemenkop UKM, hanya 6,3 persen dari total UMKM yang ada di Indonesia
yang mampu terlibat dalam rantai perdagangan di wilayah Asia Tenggara.Kontribusi UMKM
terhadap ekspor nasional masih rendah yaitu sebesar 15.80% atau sekitar US$23 miliar dari
total ekspor non migas. Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan negara Asean
lainnya seperti Vietnam 20.00% dan Thailand 29.50%.
Karena itu kapasitas pelaku UMKM peru ditingkatkan agar dapat berdaya saing global,
memiliki efisiensi dan produktivitas produk, namun disisi lain pemerintah tetap hadir
memberikan proteksi UMKM dari serbuan produk luar negeri, serta menciptakan produk
UMKM secara massif. Kehadiran platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang
nasional bisa dimaksimalkan mengakomodasi produk UMKM lokal berjualan ke pasar luar
negeri.
Dalam roadmap pengembangan UMKM 2020 -2024, Kemetreian Koperasi dan UKM
menargetkan lima hal yang hendak dicapai, yaitu kenaikan ekspor UMKM, kontribusi UMKM
terhadap PDB, rasio kewirausahaan, koperasi modern dan UMKM naik kelas. Pada akhir 2020
kontribusi UMKM terhadap ekspor meningkat menjadi 18% dari sebelumnya 14%. Begitu juga
dengan kontribusi UMKM terhadap PDB nasional meningkat menjadi 61% dan rasio
kewirausahaan menjadi 3,55% dan peningkatan jumlah koperasi moderen dan UMKM naik
kelas.
Arah dan kebijakan pemerintah yang pro UMKM harus dimanfatkan sebaik mungkin
oleh UMKM dan seluruh stakehlder UMKM antara lain membangun kualitas sumber daya
manusia (SDM); membangun Infrastruktur, Omnibus Law untuk cipta lapangan kerja dan
pemberdayaan UMKM; penyederhanaan birokrasi dan transformasi ekonomi digital. Kita
berharap tahun 2020 program-program pengembangan UMKM tidak lagi dilakukan secara
sporadis tanpa koordinasi. Sebaliknya, ada kordinasi kebijakan pengembangan UMKM dan
orkestrasi pengembangan UMKM dapat lebih komprehensif dan integratif. Selamat menyambut
tahun 2020, UMKM Kuat, Bangsa Berdaulat.

Anda mungkin juga menyukai