Anda di halaman 1dari 27

Perbandingan Tanah Abang per Era Gubernur

dari Masa Jabatan Joko Widodo Hingga Anies


Baswedan

Dosen Kelas : Ir. Petrus Rudy K

Dosen Pembimbing : Maria Veronica Gandha, S.T., M.Arch.

Oleh :
-Robby Indrajaya 315170102
-Nathanael Hizkia 315170110
-Venny Mettasari 315170124
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan pedagang kaki lima di Indonesia bukanlah hal yang baru. Selama
bertahun-tahun pedagang kaki lima seperti bermusuhan dengan Satuan Polisi Pamong
Praja (SatPol PP). Hal ini dikarenakan para pedagang kaki lima merasa tidak
mendapat tempatnya sehingga mereka menggunakan trotoar atau jalan raya untuk
berjualan sementara hal itu bertentangan dengan peraturan di Indonesia. Hal tersebut
kentara sekali pada masa pemerintahan Gubenrnur Joko Widodo dan Basuki Cahaya
Purnama dimana penertiban pedagang kaki lima sedang digalakkan untuk mengatasi
masalah di Jakarta.
Baru-baru ini kita mendapatkan berita yang mengejutkan perihal penataan Tanah
Abang. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengeluarkan kebijakan yang cukup
kontroversial dengan mengijinkan pedagang kaki lima berjualan di sisi jalan Jatibaru
Raya. Banyak pro dan kontra dari berbagai pihak terkait dengan kebijakan tersebut.
Faktanya, dengan diijinkannya pedagang kaki lima berjualan di sisi jalan, beberapa
peraturan telah dilanggar. Seperti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan.
Walaupun demikian, banyak pihak yang beranggapan kebijakan ini cukup baik
dan cukup memihak kepada rakyat kecil. Semua yang memihak kebnyakan dari
pedagang kaki lima (PKL) yang merasa dengan dibuatnya kebijakan ini, mereka
akhirnya mendapat tempat berjualan tanpa harus takut digusur. Namun, diantara
begitu banyaknya pihak yang memihak pada kebijakan ini, ada juga pihak-pihak yang
mempertanyakan kebijakan tersebut seperti Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan
pihak kepolisian DKI Jakarta. Mereka menganggap kebijakan ini terlalu terburu-buru
tanpa adanya kajian lebih lanjut.
Hal ini membuat peneliti ingin lebih lanjut menelititentang pedagang kaki lima
yang dilegalkan berjualan. Peneliti menggunakan sumber artikel terpercaya untuk
membantu peneliti dalam mengumpulkn data. Peneliti juga melakukan observai
langsung serrta mewawancarai sumber-sumber terkait. Peneliti berharap karya ilmiah
ini dapat memberikan pengetahuan lebih lanjut kepada para pembaca. Peneliti juga
berharap Pemprov DKI Jakarta dapat segera mengkaji ulang kebijakan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dampak positif dari adanya pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya ?
2. Apa dampak negatif dari adanya pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya ?
3. Bagaimana tanggapan pedagang Blok G terkait kebijakan tersebut ?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terkait kebijakan tersebut ?
5. Apa faktor penyebab munculnya permasalahan ruang dan sirkulasi pada area
pedagang kaki lima ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari


karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui :
1. Dampak positif dari adanya pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya.
2. Dampak negatif dari adanya pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya.
3. Tanggapan pedagang Blok G terkait kebijakan tersebut.
4. Tanggapan masyarakat sekitar terkait kebijakan tersebut.
5. Faktor penyebab munculnya permasalahan ruang dan sirkulasi pada area pedagang
kaki lima.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti menemukan beberapa kegunaan dan manfaat dari karya tulis ini, antara lain :
1. Bagi pembaca : Dengan membaca ini, pembaca diharapkan dapat
menambah wawasan terkait permasalahan ini serta dapat membantu mencari
solusi.
2. Bagi peneliti berikutnya : Peneliti berharap karya tulis ini dapat membantu
peneliti berikutnya dalam menggali data yang dibutuhkan guna mempersingkat
waktu penelitian.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Arsitektur Menurut Nicolaus Pavsner

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Arsitektur tidak
akan pernah lepas dari karya arsitektur itu sendiri. Karya arsitektur berbeda dengan
bangunan gedung. Menurut Nicolaus Pavsner, segala jenis naungan yang memberi
keleluasaan kepada manusia untuk bergerak bebas di dalamnya adalah sebuah
bangunan gedung, sedangkan karya arsitektur adalah bangunan gedung yang dibuat
dengan keterarahan estetik. Sehingga sebuah karya arsitektur sesungguhnya adalah
bangunan gedung yang ditingkatkan kualitasnya. Katerarahan estetik ini menurut
Vitruvius dapat diwujudkan dengan 3 syarat, yaitu Firmitas,Utilitas, dan Venustas.

2.1.2 Kota
Pengertian atau definisi kota menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. SMSAI (Standard Metropolitan Statistical Area) USA – Canada
Kota adalah tempat yang:
• Penduduknya 50.000 jiwa atau gabungan 2 kota dengan total penduduk 50.000
jiwa.
• Merupakan gabungan kota-kota kecil dengan masing-masing jumlah
penduduknya kurang lebih 15.000 jiwa.
• Menunjukkan hubungan antara aspek ekonomi dan sosial.
• 75% penduduknya bekerja di sektor non pertanian.
• Mayoritas penduduk bekerja di kota.
• Kepadatan penduduknya 375 jiwa / hektar.
2. UU No. 22 th. 1999 Tentang Otonomi Daerah
Kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
3. Peraturan Mendagri RI No. 4 th. 1980
Kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti
kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungan kehidupan
perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota
kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan.
4. Jorge E. Hardoy
Ciri-ciri kota adalah:
1 Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap masa dan tempat.
2 Bersifat permanen.
3 Kepadatan minimum terhadap masa dan tempat.
4 Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditujukan oleh jalur jalan dan
ruang-ruang perkotaan yang nyata.
5 Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja.
6 Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yaitu meliputi sebuah pasar,
sebuah pusat administratif atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah
pusat keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan
kelembagaan yang sama.
7 Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat.
8 Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di
tepi kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas.
9 Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat.
10 Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada masa dan
tempat itu.
5. Peraturan Mendagri No. 2 th. 1987
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai
batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta
permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.

1.1.3 Pasar
Pengertian pasar menurut berbagai sumber adalah sebagai berikut
1. Menurut Kotler
Pasar merupakan suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul
untuk mempertukarkan barang dan jasa.
2. Menurut H. Nystrom
Pasar merupakan suatu tempat tertentu yang digunakan sebagai tempat
penyaluran barang dan jasa dari tangan produsen ke konsumen. Dengan kata
lain bahwa pasar merupakan tempat transaksi barang dan jasa antara produsen
dan konsumen.
3. Menurut William J. Stanton
Menyatakan bahwa pasar merupakan tempat dimana terdapat segerombol
orang yang ingin membelanjakan uangnya, atau dapat dikatakan bahwa pasar
ialah tempat untuk kegiatan jula beli dengan alat pertukaran “uang”.
4. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat Atau Amerika Marketing
Association
Merupakan suatu tempat pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan yang
kemudian di arahkan secara khusus untuk barang dan jasa dari produsen ke
konsumen.
Menurut Handri Ma’aruf “2005”
Menurutnya pasar memiliki tiga pengertian yaitu:

• Pasar dalam arti “tempat” yaitu tempat bertemunya para penjual atau produsen
dengan pembeli atau konsumen.
• Pasar dalam arti “interaksi permintaan dan penawaran” yaitu pasar sebagai
tempat terjadinya transaksi jual beli.
• Pasar dalam arti “sekelompok anggota masyarakat yang memiliki kebutuhan
dan daya beli”, pengertian ini merujuk pada dua hal yaitu kebutuhan dan daya
beli. Jadi pasar ialah orang-orang yang menginginkan sesuatu barang atau jasa
dan memiliki kemampuan untuk membeli.
5. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
Dalam hal ini ada beberapa antaranya yaitu:
Tempat orang berjual beli, pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh
perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.
Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari
lamanya.
2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah studi korelasi. Studi ini
mempelajari 2 variabel ataupun lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu
variabel berhubungan dengan variabel lain.

2.2.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah survey. Peneliti
menggunakan beberapa referensi dari artikel yang saling mendukung. Peneliti
juga melakukan observasi langsung ke tempat kejadian dan melakukan
wawancara kepada beberapa orang serta pedagang yang berada di sekitar
pedagang kaki lima di Tanah Abang.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Dampak Positif dari Adanya Pedagang Kaki Lima di Jalan Jatibaru
Raya
Dengan adanya pro dan kontra terhadap kebijakan ini, salah satu pihak yakni
para pedagang mendapat keuntungan dari kebijakan tersebut seperti mendapat tempat
berjualan tanpa harus ‘bermain’ kejar-kejaran dengan Satuan Polisi Pamong Praja saat
dilakukan razia penertiban PKL.
Pedagang juga mengalami peningkatan pendapatan selama berjualan di sisi
Jalan Jatibaru Raya. Secara tidak langsung, para pedagang juga mengalami
peningkatan kualitas hidup, dimana hal ini juga dapat mengatasi sebagian kecil
masalah kemiskinan.
Para pembeli dimudahkan pencapaiannya untuk membeli barang, dikarernakan
sebelumnya para pembeli mengeluhkan akses gedung Blok G yang sulit.

3.2 Dampak Negatif dari Adanya Pedagang Kaki Lima di Jalan Jatibaru Raya
Selain dampak positif yang ditimbulkan, tidak sedikit keluhan dari berbagai pihak
mengenai permasalahan ini.
Beberapa faktor penyebab munculnya permasalahan ruang dan sirkulasi :

 Tidak terpenuhinya standar ukuran ruang yang disediakan

Misalnya pedagang baju minimal  memerlukan ruang 4 x 6, namun yang tersedia


hanya 3 x 4. Akibatnya pedagang akan menyiasati space agar terpenuhi standar
ukuran ruang yang diinginkan. Biasanya yang menjadi sasaran alih fungsi ruangan
adalah selasar atau koridor. Meskipun sifat perletakkan produknya tidak permanen,
namun telah mengambil ruang sirkulasi pengguna yang lalu lalang. Banyak pasar
didapati dengan selasar efektif dilalui hanya 1m. Dapat terbayangkan suasana yang
kurang nyaman. Solusi permasalahan ini tidak sederhana, karena tidak bisa hanya
diselesaikan dalam desain semata, harus ada instrumen pendukung yang turut
berperan.

 Tidak tepat meletakkan fungsi sejenis pada zona yang sama sifat dan
karakternya

Pengelompokkan sifat produk yang diperdagangkan perlu dilakukan. Kelompok besar


area pasar terbagi 2 yaitu area basah dan area kering. Area basah mencakup ikan,
sayur mayur. Area kering mencakup makanan/minuman, pakaian, alat rumah tangga,
obat-obatan, perhiasan dan aksesoris, barang elektronik, area jasa [tukang cukur,
penjahit, pulsa, service elektronik], PKL, dll. Kelompok sirkulasi mencakup jenis
kendaraan dan parkir yang terdiri dari sepeda, sepeda motor, sepeda motor pickup
[seperti tossa, caesar, jialing] mobil, truk. Alur sirkulasi barang, kendaraan dan
pejalan kaki mestinya tidak bercampur, untuk kelancaran dan mencegah
kesemerawutan.

 Keliru mengambil lokasi pasar

Pasar berdasarkan proses pembetukkannya terbagi dua yaitu pasar tidak terencana
[unplanned] dan pasar yang terencana [planed]. Pasar yang tidak terencana
kebanyakannya mengalami kegagalan di kemudian harinya. Pasar yang awalnya
memanfaatkan lahan tidur milik orang lain kemudian berkembang. Setelah
berkembang terjadinya proses eksekusi oleh pemiliknya. Adapun pasar yang
terencana, biasanya telah dipikirkan dengan matang. Kemungkinan terjadi kesalahan
dalam proses perencanaan bisa juga terjadi. Perencana yang asal-asalan dalam
melakukan studi, bisa mengakibatkan kesalahan dalam implikasi pembangunan pasar.
Produk-produk studi kelayakan pasar banyak dilakukan di beberapa kota/daerah.
Produk studi tersebut gampang ditiru dan diadobsi. Saat proses tiru meniru produk
inilah yang rentan menimbulkan kekeliruan. Terlebih lagi perencana pasarnya tidak
faham dengan kondisi lokasi site. Dalam proses perencanaan hanya mengandalkan
peta dan dilakukan plotting lokasi site dan diteruskan gambar desain.
 Tanpa prediksi perkembangan beberapa tahun yang akan datang

Aktivitas pasar cukup dinamis. Pedagang dan pembeli selalu bertambah dari tahun ke
tahun. Pembahasan ini berkaitan juga dengan no. 1 di atas. Di dalam merencanakan
pasar semestinya telah ada estimasi perkembangan jauh ke depan. Jika lahan yang
tersedia sempit, maka konsep pengembangan yang disiapkan adalah intensifikasi
bangunan dengan bertingkat. Sebaliknya jika lahan luas, maka pengembangan dapat
bersifat ekstensifikasi, secara horizontal. Jika tidak melakukan prediksi yang akurat
maka terbentuklah pasar yang semrawut.

 Budaya masyarakat yang tidak sejalan dengan pasar yang disediakan

Sebenarnya poin 5 ini lebih mengarah kepada aspek sosial, namun ada juga perlunya
untuk sedikit dibahas. Pengembangan pasar ke arah vertikal bangunan bertingkat
tidak bisa dihindarkan lagi bagi kota yang sudah padat. Terkadang hal ini tidak
diimbangi dengan kebiasaan pedagang/pembeli untuk beraktivitas. Berdagang atau
berbelanja ke lantai atas adalah sesuatu yang sangat dihindari [malas naik] untuk tipe
pasar biasa [bukan mall/plaza]. Di lantai 2 seringkali dijadikan sebagai gudang saja,
sedangkan aktivitas asli pasar dilantai bawah. Ini baru lantai 2, bagaimana jika pasar
berlantai banyak. Pasar Beringhardjo Yogyakarta termasuk pasar yang terkenal dan
dianggap menjadi contoh perencanaan pasar yang bagus. Jika anda ada kesempatan
jalan-jalan di setiap lantai hingga ke lantai 3, maka saya yakin anda berkesimpulan
yang sama dengan saya yaitu aktivitas yang paling ramai ada di lantai dasar. Inilah
masalah budaya ruang yang masih perlu waktu lama untuk bergeser dari budaya
horizontal ke vertikal.
Hasil Survey

Berkaitan dengan topik yang kami ambil, yakni penataan pedagang kaki lima
di ruas jalan Tanah Abang dan dampaknya terhadap pedagang yang berada di Pasar
Jaya Blok G, Tanah Abang. Kami telah melakukan survei kepada pedagang di blok G
dan pedagang di ruas jalan depan Stasiun Tanah Abang.

Kami telah mewawancarai beberapa pedagang yang kami jumpai di Blok G,


maupun area PKL depan Stasiun Tanah Abang. Berikut data survei yang telah kami
kumpulkan :

Pertanyaan ;
1. Jam berapa persiapan yang dilakukan saat buka dan tutup toko ?
2. Dimana meletakkan barang dagangan setelah selesai berjualan ?
3. Apa perbedaan yang dirasakan antara hari kerja dan hari libur ?
4. Jam berapa kemacetan biasa terjadi ?
5. Pukul berapa toko buka hingga tutup ?
6. Dimana tempat membuang sampah yang tersisa ?
7. Dimana lokasi Bapak/Ibu berjualan sebelum pindah ke area PKL Tanah
Abang ?
8. Apa usul dari Bapak/Ibu untuk ke depannya ?

Narasumber ke-1: Pak Ramli, pedagang minuman dan makanan ringan di Pasar
Jaya Blok G, Tanah Abang.

1. Tidak ada persiapan, karena toko buka 24 jam.


2. –
3. Weekend dan hari libur lebih ramai, dagangannya lebih banyak yang laku.
4. Setiap hari macet, terutama pukul 13.00-17.00 WIB
5. Toko buka 24 jam
6. Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah yang telah disediakan oleh
Pemda.
7. –
8. Jalan kembali dibuka seperti sediakala, karena dengan adanya PKL di pinggir
jalan, merugikan pedagang blok G karena akses menuju pedagang PKL lebih
mudah dijangkau. Di gedung blok G diadakan banyak pertunjukkan atau acara
untuk meramaikan pengunjung, seperti masa kepemimpinan mantan Gubernur
Joko Widodo.

Narasumber ke-2: Pak Asmardi dan Pak Jepri, penjual tas di lantai 2 gedung Blok
G, Tanah Abang.
1. Persiapan buka toko pukul 07.30 WIB, sementara persiapan menutup toko
dimulai pukul 17.00-17.45 WIB.
2. Setelah toko ditutup, barang dagangan kembali dibawa oleh pedagang masing-
masing.
3. Hari libur dan weekend lebih ramai dibanding hari biasa.
4. Jalanan paling macet pada pukul 13.00-17.00 WIB.
5. Toko buka dari pukul 08.00-17.00 WIB.
6. Sampah ditinggal di area pertokoan karena sampah sedikit.
7. –
8. Jalan dibuka kembali, PKL ditiadakan karena membuat dagangan para
pedagang di blok G lebih sepi pembeli dibanding sebelum adanya PKL di
Tanah Abang. Akses ke stasiun dan blok A lebih susah dijangkau karena harus
memutar jalan lebih dulu. Untuk pemerintah, mohon membuat kebijakan lebih
wajar serta melakukan renovasi gedung blok G

Narasumber ke-3: Bu Nia, salah satu pedagang kaki lima didepan Stasiun Tanah
Abang

1. Persiapan buka kios mulai dari pukul 07.30-08.00 WIB, persiapan tutup kios
mulai dari pukul 16.00-17.00 WIB
2. Barang dagangan dibawa kembali
3. Tidak ada perbedaan yang cukup besar, rezeki orang sudah ada yang mengatur
4. -
5. Jam operasional 08.00-17.00 WIB
6. Sampah dibuang di area pembuangan yang sudah disediakan oleh Pemda DKI
Jakarta
7. Sebelum menjadi pedagang kaki lima di area tersebut, awalnya berjualan di
Blok M, Tanah Abang. Antara Blok M dan Tanah Abang tidak ada perbedaan
yang cukup signifikan
8. Kondisi saat ini sudah bagus, karena penataannya sudah rapih.

Narasumber ke-4: Pak Hasanuddin, salah satu penjual pakaian muslimah

1. Persiapan buka kios dari jam 07.00-07.30 WIB untuk menghindari keramaian
yang berlebihan. Tutup toko pukul 17.00 WIB
2. Ada sebagian barang yang diletakkan di gudang, sementara barang yang
harganya cukup tinggi dibawa pulang
3. Lebih ramai saat hari Sabtu dan Minggu pada sore hari
4. Pada pagi dan sore hari, saat saya berangkan dan pulang
5. Jam operasional 08.00-17.00 WIB
6. Sampah dibiarkan tergeletak berserakan, karena ada pasukan oranye yang siap
membersihkan sampah
7. Dulu saya sering digusur oleh Gubernur sebelumnya, dengan adanya area yang
disediakan oleh Gubernur tercinta, Anies Baswedan dan wakil gubernur
tertampan, Sandiaga Uno, saya akhirnya bisa berjualan dengan tenang damai
dan sejahtera tanpa gangguan apapun dan sekarang saya tidak digusur lagi.
8. Sekarang sudah baik, mungkin ke depannya bisa di sediakan tempat yang tetap
bagi kami.
Daftar Pustaka

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-pasar-menurut-para-ahli-beserta-jenis-
jenisnya/

http://thzarch.in/arsitektur-pasar/

http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-pasar-menurut-definisi-para.html

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/12/25/daftar-peraturan-yang-
diacuhkan-anies-baswedan-demi-pkl-tanah-abang

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171225134417-20-264705/pemprov-dki-
diduga-fasilitasi-pkl-tanah-abang-langgar-perda

http://wartakota.tribunnews.com/2017/12/29/area-pkl-pasar-tanah-abang-jadi-kumuh

http://m.detik.com/news/berita/d-3780957/tenda-pkl-mulai-dipasang-di-jalan-depan-
stasiun-tanah-abang

http://www.kricom.id/demi-kenyamanan-pedagang-tanah-abang-tahun-depan-blok-g-
akan-direnovasi-total

https://m.merdeka.com/jakarta/berharap-anies-sandi-kembalikan-fungsi-blok-g-tanah-
abang-jadi-lapak-para-pkl.html

https://fokus.tempo.co/amp/1046018/penataan-pasar-tanah-abang-polda-ungkap-
dampak-lalu-lintasnya

https://tirto.id/pedagang-blok-g-kecewa-sebab-pkl-di-tanah-abang-dilegalkan-cCbL
Lampiran
-Suasana Pasar Jaya Blok G, Tanah Abang, Jakarta Pusat

-Suasana sepi di dalam gedung Blok G, Tanah Abang


-Beberapa pedagang yang bertahan di gedung blok G

-Suasana ramai di
kawasan depan stasiun

-Parkiran motor di
kolong Jembatan Jatibaru

-Suasana kawasan
pedagang kaki lima

-Pedagang yang
berdagang di trotoar
Area PKL Pasar Tanah Abang Jadi
Kumuh
Jumat, 29 Desember 2017 16:15

WARTA KOTA, TANAH ABANG-Terhitung sejak tanggal 22 Desember


2017 lalu, Pemprov DKI Jakarta memberlakukan kebijakan untuk meblokir
dua ruas Jalan Jatibaru Raya, tepat di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta
Pusat.
Para pedagang kaki lima (pkl) pun direstui untuk menggunakan satu ruas
jalan sebagai lokasi berdagang.
Diberlakukannya kebijakan tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai
kalangan.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Halim Paggara bahkan
meminta Pemprov DKI mengkaji ulang penutupan ruas Jalan Jatibaru Raya
yang berimbas pada terjadinya dua kecelakaan akibat pengalihan arus.
Selain itu, pemberlakuan kebijakan itu juga menyebabkan dampak negatif
lain yakni menumpuknya sampah di sekitar ruas Jalan Jatibaru Raya.
Pantauan Warta Kota, sampah-sampah bekas bungkus makan, plastik,
botol minuman beserta kulit buah-buahan tersebar hampir di seluruh
kawasan pasar yang didiami PKL.
Saat ditanyakan, para pedagang pun berdalih bahwa sampah-sampah
tersebut bukanlah kepunyaan mereka.
"Ini mah bekas pedagang yang kemarin, bukan punya saya mas. Lagian
kan disini berebut lapaknya. Jadi saya gak selalu disini, kadang pindah,"
kata Sulaiman (54) pedagang buah yang tidak memiliki lapak dagangan di
lokasi, Jumat (29/12/2017).
Pedagang baju bernama Hendy mengungkapkan bahwa dirinya hanya
untuk sementara waktu membuang bekas plastik-plastik dagangannya.
Usai operasional pasar selesai pada jam 18.00, dirinya mengaku akan
membuangnya ke tempat sampah.
"Namanya lagi jualan, jadi ditaruh di sini dulu. Nanti kami buang kok,"
ujarnya.

Tenda PKL Mulai Dipasang di Jalan


Depan Stasiun Tanah Abang
Haris Fadhil – detikNews
Foto: Tenda-tenda berwarna merah untuk para PKL yang didirikan di jalur
Jalan Jati Baru Raya yang ditutup. (Haris Fadhil-detikcom)

Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai melaksanakan penataan


di kawasan Tanah Abang. Salah satunya dengan menutup satu jalur jalan
Jati Baru Raya untuk menjadi lapak pedagang kaki lima (PKL).

Pantauan detikcom di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat


(22/12/2017) mulai pukul 07.45 WIB sudah terlihat ada tenda-tenda
berwarna merah untuk para PKL yang didirikan di jalur Jalan Jati Baru
Raya yang ditutup.

Tenda-tenda yang didirikan berukuran 2 x 2 meter. Ada nomor yang


ditempel di bagian atas tenda. Terlihat warga sekitar menonton proses
pemasangan tenda. 

Terdapat pula pembatas dari beton yang memisahkan dua jalur di jalan ini.
Pada jalur yang masih dibuka, terlihat sejumlah kendaraan melintas dari
arah Pasar Tanah Abang menuju ke arah Jalan Jati Baru Bengkel.

Sementara itu, petugas terus mendirikan tenda untuk PKL. Para pedagang
belum terlihat mengisi tenda yang ada.

Penutupan Jalan Jati Baru Raya dimulai dari pukul 08.00 WIB-18.00 WIB.
Jalur yang ditutup digunakan sebagai lokasi berdagang para PKL. (nvl/nvl)
Demi Kenyamanan Pedagang Tanah
Abang, Tahun Depan Blok G akan
Direnovasi Total
Sabtu, 30 Des 2017 14:36 WIB 
Redaktur: Sjamsu Dradjad 
Reporter: Naufal Mamduh 

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno (Mamduh/KRICOM)

KRICOM - Para pedagang yang menempati area Blok G Pasar Tanah


Abang harus bersiap pindah tempat berjualan karena rencananya gedung
tersebut akan diruntuhkan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan bahwa PD Pasar


Jaya akan melakukan renovasi terhadap Blok G Tanah Abang dengan
meruntuhkan semua struktur bangunannya. Adapun renovasi tersebut akan
dilakukan pada awal 2018 dan saat ini sedang dicarikan lahan untuk
merelokasi sementara pedagang yang ada di Blok G.

"Jadi kami melakukan penataan ini karena sudah tahu bahwa Blok G ini
akan dirobohkan beberapa minggu lagi. Pak Arief (Dirut Pasar Jaya)
menyampaikan jika sudah menemukan lahan pengganti maka gedung Blok
G itu akan diruntuhkan," kata Sandi di Balai Kota, Jumat, (29/12/2017).

Sandi menambahkan bahwa rencana merenovasi kawasan itu sudah ada


sejak tahun 2016. Hal itu karena tempat tersebut dinilai sudah tak layak
lagi digunakan untuk berdagang.

"Itu yang kami sampaikan bahwa Blok G itu sudah tidak layak karena
gedungnya sudah tidak memungkinkan untuk jadi pusat perdagangan.
Memang rencana PD Pasar Jaya dari 2016 adalah membangun ulang,"
imbuhnya.

Ia membeberkan alasan dilakukannya renovasi Blok G. Ketersediaan lahan


yang terbatas di Tanah Abang menjadi salah satu alasan Pemprov DKI
menyetujui agar Blok G Tanah Abang direnovasi total untuk dibangun
kembali dengan struktur bangunan yang lebih efisien.

"Ya sekitar tiga tahun mereka akan membangun itu. Jadi memang pilihan
lain hampir enggak ada karena lahan di sana sangat terbatas. Jadi itu yang
tadi kami sampaikan dan alhamdulillah tercapai," jelasnya.

Lebih lanjut, Sandi menjelaskan, ke depannya pedagang kaki lima (PKL)


yang berdagang di jalanan akan dipindahkan ke dalam Blok G bila
renovasi telah selesai. Ia meyakini, Blok G akan ramai dikunjungi karena
nantinya akan dibangun dengan skema transit oriented development
(TOD).

"Kita maunya para PKL harus pindah ke sana. Begitu itu dibangun,
mudah-mudahan LRT-nya diizinkan untuk sampai ke sana,” pungkasnya.
Berharap Anies-Sandi kembalikan fungsi
Blok G Tanah Abang jadi lapak para
PKL

Pasar Blok G Tanah Abang. ©2013

JAKARTA | 2 Januari 2018 14:33


Reporter : Hari Ariyanti
Merdeka.com - Jalan raya yang seharusnya menjadi akses pengendara di
Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat kini ditutup dari pukul
08.00-18.00 Wib oleh Pemprov DKI Jakarta. Jalan itu kemudian
dimanfaatkan untuk lapak-lapak jualan. 

Niat awal kebijakan itu agar tak ada lagi PKL di trotoar. Kendati kebijakan
telah diberlakukan, masih saja ada PKL yang memanfaatkan trotoar untuk
berjualan di sekitar Tanah Abang.
Kebijakan baru Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies
Baswedan-Sandiaga Uno itu juga dinilai semakin berpengaruh terhadap
penurunan pendapatan pedagang di Blok G. Hal itu diakui pedagang
pakaian, Sri Hartini.
Saat ditemui pada Jumat (29/12) sore, ia mengatakan pakaian yang laku
baru beberapa lembar. "Sudah drastis pengaruhnya dengan adanya PKL di
sana (Jalan Jatibaru Raya). Saya enggak setuju soalnya itu bukan pasar,"
keluhnya.
Jalan, tegas Sri, harus difungsikan sebagaimana mestinya. "Seharusnya
jalan ya buat kendaraan, jangan buat dagang," cetusnya.
Sebelum ada PKL di Jalan Jatibaru Raya, biasanya dalam sehari ia bisa
mengantongi Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. "Sepi-sepinya ya bisa Rp 2 juta
sehari. Sekarang hanya enam potong yang laris," sebutnya.
Ia pun berharap Anies-Sandi mengubah kebijakannya menjadikan jalan
raya untuk PKL. Karena jika terus begitu, pedagang di Blok G akan
merasakan dampaknya. Sementara mereka diwajibkan membayar uang
sewa maupun servis charge tiap bulan.
Sri mengatakan toko yang ia tempati telah menjadi milik sendiri. Ia hanya
berkewajiban membayar servis charge Rp 1 juta per bulan. "Bayar servis
charge Rp 1 juta sebulan. Itu untuk biaya pasar. Kebersihan paling bayar
tiap Sabtu. Jumlahnya enggak ditentuin seikhlasnya kita aja," ujarnya
Ia berharap PKl di jalan itu dibawa ke Blok G. Karena masih ada lantai
yang kosong. "Harapannya Anies-Sandi tiru kebijakan Jokowi. Dinaikin
lagi PKL-nya. Kan msh banyak yang kosong lantai dua dan tiga. Di lantai
satu ini, di belakang-belakang banyak yang kosong. Yang depan sini aja
yang full karena masih bertahan," jelasnya.
Keluhan penurunan pendapatan juga disampaikan pedagang sepatu H
Tanu. Omzetnya menurun sampai 50 persen setelah ada PKL di Jalan
Jatibaru Raya. Biasanya ia bisa mengantongi Rp 4 juta sehari tapi kini
hanya sekitar Rp 2 juta.
"Kerasa banget perbedaannya," ujarnya.
Menurutnya banyak pembeli yang kemudian enggan ke Blok G dan lebih
memilih belanja di PKL yang ada di jalan itu. "Kalau yang mau belanja
sepatu, di situ juta ada yang jualan. Yang enggak sengaja belanja jadi pada
belanja," kata dia.
Tanu mengaku sangat tak setuju dengan kebijakan Anies-Sandi itu. Ia
heran ada jalan yang malah digunakan untuk PKL. "Masa jalan dipakai
dagang. Enggak ada tuh jalan dipakai dagang. Kecuali ini dibongkar dan
enggak ada tempat ya boleh saja untuk sementara. Tapi kalau ada tempat
kosong terus jalan buat dagang itu kan enggak benar," sesalnya.
Ia yakin jika tak ada yang jualan di jalan itu, pembeli pasti akan datang ke
Blok G. "Kalau enggk ada pedagang di sana sama sekali orang pasti naik
kok belanja. Selama ada kaki lima ya enggak akan ada yang naik," ujarnya.
Tanu membayar uang sewa atau disebutnya uang tempelan sebesar Rp 270
ribu per bulan. Sedangkan uang listrik ia biasa menghabiskan Rp 120 ribu
per bulan. "Ada uang ngepel. Itu sudah digaji tapi kita ngasih uang pribadi
paling ngasih Rp 5 ribu seminggu. Enggak ngasih juga enggak apa-apa, itu
kita pribadi aja," kata dia.
Tanu juga berharap Anies-Sandi meniru kebijakan Jokowi-Ahok saat
menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk menghidupkan
Blok G. Dulu Jokowi membuat tangga untuk mempermudah akses pembeli.
Termasuk juga membuat berbagai acara di Blok G untuk menarik
pengunjung.
Tanu menceritakan Blok G selesai dibangun pada tahun 1987 untuk
menampung PKL di jalan. "Dulu kaki kima di jalan semua ditampung di
sini. Dulu sebelumnya di sini terminal," kisahnya.
Blok yang pertama dibangun ialah Blok A kemudian Blok G yang awalnya
bernama Pasar Kebon Jati. "Dulu Pasar Kebon Jati. Setelah itu dinamakan
Blok G. Setelah itu Blok B dibangun lagi dan kemudian Blok F," tuturnya.
Ia sendiri mulai berjualan di Tanah Abang sejak 1980. Setelah bangunan
Blok G rampung pada 1987, ia pindah. "Dulu belum ada lampu, masih
pakai petromarks. Dan tahun 1988 baru ada lampu," tutupnya.

Pasar Tanah Abang, Polda Ungkap Dampak


Lalu Lintasnya
JUMAT, 29 DESEMBER 2017 17:42 WIB

Suasana Pasar Tanah Abang setelah dilakukan penertiban oleh Pemprov DKI Jakarta,
Jakarta, 23 Desember 2017. Dua jalur yang ada di depan Stasiun Tanah Abang akan
ditutup pukul 08.00-18.00. Tempo/Ilham Fikri
TEMPO.CO, Jakarta – Kepolisian Daerah Metro Jaya menemukan dampak lalu
lintas dari penutupan jalan di depan Stasiun Tanah Abang, yang dianggap sebagai
solusi penataan kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Polda meminta
Pemerintah Provinsi DKI mengevaluasi kebijakan penutupan Jalan Jatibaru Raya
tersebut.
“Ada dua kecelakaan yang terjadi karena ada penghambatan arus kendaraan sehingga
mereka saling serobot,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar
Halim Pagarra, Kamis, 28 Desember 2017.
Karena itu, Halim mendorong adanya evaluasi. Polda Metro jaya mengajak
pemerintah DKI menghitung dampak apa saja yang ditimbulkan dari kebijakan
penutupan jalan untuk memberi ruang kepada pedagang kaki lima (PKL) itu.
Menurut Halim, evaluasi perlu dilakukan karena kepadatan kendaraan dan kemacetan
lalu lintas justru meningkat di jalan sekitar Jatibaru. Berdasarkan pantauannya,
dampak dirasakan di kolong jembatan Jalan Jatibaru Raya.
Begitu juga dengan jalan di sekitarnya yang berbatasan dengan Jalan Jatibaru.
Kemacetan bertambah karena mereka menerima “pelarian” pengendara ojek sepeda
motor, baik konvensional maupun pengguna aplikasi Internet, yang sebelumnya
mangkal di Jalan Jatibaru.
Halim belum bisa memberi data detail mengenai lonjakan kepadatan kendaraan dan
kemacetan lalu lintas itu. “Mungkin nanti setelah tahun baru, setelah normal kembali,
akan lebih jelas,” katanya sembari menambahkan semua hasil evaluasi kepolisian
secara lengkap akan disampaikan kepada pemerintah DKI. "Bisa saja Jalan Jatibaru
dibuka lagi jika memang ada solusi yang lebih baik."
Halim menyodorkan alternatif pemerintah DKI membuka akses Jalan K.S. Tubun
mengarah ke Tomang. “Seharusnya dibuka jalur kiri yang menuju Tomang. Itu
sekarang malah ditutup, sehingga semua numpuk di Tanah Abang,” tuturnya.
Sebelumnya, penutupan jalan tersebut juga menuai kritik dari sejumlah kalangan.
Pengamat kebijakan Agus Pambagio, misalnya, menilai penutupan jalan raya tersebut
melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Adapun Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Prasetyo Edi Marsudi
menganggap kebijakan itu contoh buruk dalam penataan Ibu Kota. “Kalau di Tanah
Abang solusinya seperti itu, bukan tidak mungkin di wilayah-wilayah lain PKL akan
mengokupasi jalan," ujar Prasetyo.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menanggapi santai semua kritik itu.
Menurut dia, masyarakat masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan
kebijakan yang berlaku sejak 22 Desember lalu itu. Sandi yakin, dalam beberapa
pekan ke depan, masyarakat bisa menyesuaikan, sehingga kemacetan tidak lagi terjadi
di kawasan itu. “Semua masukan akan dipantau melalui Dinas Perhubungan dan data
Jakarta Smart City, supaya nanti bisa dicarikan solusi jika benar ada masalah," ucap
Sandi.
Wakil Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijiatmoko menuturkan hambatan lalu
lintas di sekitar Pasar Tanah Abang awalnya memang disebabkan oleh masyarakat
yang masih bingung dengan perubahan lalu lintas. Namun sejauh ini dinilainya masih
lancar. "Hanya perlu optimalisasi traffic light di simpang Blok A," katanya.
Pedagang Blok G Kecewa Sebab PKL di Tanah
Abang "Dilegalkan"

Sejumlah tenda pedagang kaki lima (PKL) berdiri di Jalan Jatibaru Raya, Tanah
Abang, Jakarta, Jumat (22/12/2017).

Pedagang di pasar Blok G Tanah Abang kecewa pada kebijakan baru Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dalam menata kawasan perdagangan tersebut. Mereka kesal
sebab Pemprov DKI melegalkan keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di sekitar
Tanah Abang. Apalagi Pemprov DKI juga memberikan fasilitas tenda gratis kepada
para PKL di depan Stasiun Tanah Abang tersebut.

"Itu tidak masuk akal di depan (stasiun Tanah Abang). Kecewa (sebab) bukannya ini
(Blok G) yang diurus, malah PKL yang dikasih tempat. Kita (pedagang) ngapain di
atas ini (pasar),” kata Yeyen (40), salah satu pedagang Blok G Tanah Abang kepada
Tirto, pada Jumat (22/12/2017).

Yeyen melanjutkan keluhannya, “Orang buat apa milih ke atas (pasar) kalau di bawah
sudah ada yang jualan (PKL)."

Keluhan itu muncul usai Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk menutup Jalan
Jatibaru Raya di depan Stasiun Tanah Abang sejak pukul 08.00-18.00 WIB setiap
hari. Rekayasa lalu lintas itu bermaksud mengurai kemacetan sekaligus
mengakomodir kepentingan PKL, pejalan kaki, dan pengendara yang melintas di
kawasan Stasiun Tanah Abang.
Setelah penutupan jalan dilakukan, satu lajur di Jalan Jatibaru Raya akan digunakan
untuk lokasi berdagang PKL. Kemudian, lajur lain diperuntukkan khusus bagi bus
Transjakarta.

Menurut Yeyen, lapak-lapak yang disediakan Pemprov DKI untuk PKL justru banyak
ditempati para pedagang dari Blok A dan B Tanah Abang. Ia mendapati banyak
pemilik toko menyuruh anak buahnya agar membuka 'cabang' berdagang di jalan.
"Kebanyakan yang dagang di bawah itu punya kios di Blok A dan B. Mereka ke sana,
anak buahnya, buat nutupin sepinya dagangan," ujarnya.
Informasi Yeyen dibenarkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Tapi,
Sandiaga justru menganggap pemilik kios wajar mendapat jatah lapak di Jalan
Jatibaru Raya untuk 'menjemput' pelanggan dari kawasan Stasiun.

"Karena di kios aslinya yang di dalam gedung itu sepi. Jadi nanti ini kan secara
jangka pendek. Kami akan lihat datanya melalui pendekatan digital. Makanya, Jakarta
Smart City sekarang melakukan pemantauan hari per harinya," ujar Sandiaga.
Saat Tirto menyambangi jalan Jatibaru Raya, pada Jumat siang tadi, puluhan tenda
berwarna merah terlihat sudah berdiri di sana. Para PKL juga mulai berdagang di
lokasi itu.

Sementara itu, banyak pemotor yang nekat melintas di trotoar karena terdampak
penutupan jalan. Mereka memilih melanggar peraturan dengan berkendara di trotoar,
daripada harus menempuh jalan memutar untuk menuju lokasi tujuan.

Anda mungkin juga menyukai