PENDAHULUAN
memiliki fungsi sebagai pembatas antar ruangan, sebagai pelindung dari cuaca dan
intrusi, serta sebagai peredam suara. Pada bangunan tingkat rendah dinding
berfungsi sebagai penahan beban. Material dinding yang umum digunakan adalah
kayu, gypsum, dan GRC Board sebagai dinding partisi atau sekat. Sedangkan untuk
dinding pengisi umumnya menggunakan material bata merah, batako, bata ringan
Pada daerah pantura, Jawa Timur yaitu Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan
pegunungan tersebut menghasilkan batu yang biasa disebut batu kumbung yang
ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Antara lain batu kumbung digunakan
sebagai pasangan dinding, sebagai pondasi batu kumbung dan lain sebagainya. Batu
kumbung (batu putih) pada dasarnya adalah batuan sedimen dari batu kapur.
Kandungan mineral batuan sedimen kapur adalah sekitar 95% calcite, 3 % dolomite
1
2
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan Papua (Madiapoera, T, 1990). Di
Jawa Timur daerah dengan potensi dolomit terdapat di Gunung Ngaten dan Gunung
dengan cadangan sebesar puluhan juta ton. Sekapuk, sebelah Utara Kampung
Sekapuk, Sedayu, Tuban dengan potensi sebesar 50 juta m3. Gunung Lengis, Gresik
dengan spesifikasi batu dolomit yang keras, pejal, kompak dan kristalin. Socah,
Bangkalan, Madura dengan cadangan sebesar 430 juta ton. Pacitan, Sentul dan
Pancen dengan cadangan sebesar 70 juta m3. Pada penelitian oleh Haryanto, dkk
pada tahun 2012 menyebutkan bahwa batuan dolomit memiliki kuat tekan uniaksial
sebesar 65 MPa.
kumbung lebih besar dari batu bata merah, batu kumbung yang umumnya banyak
terdapat dipasaran yang digunakan sebagai pasangan bata adalah dengan ukuran 27
padat karena dihasilkan langsung dari alam yaitu pada pegunungan kapur dan
dengan terdapatnya kandungan kapur maka batu kumbung lebih melekat terhadap
mortar.
Batu kumbung sudah digunakan massal oleh masyarakat akan tetapi belum
ada standar yang digunakan sebagai acuan dasar maupun kekuatannya. Pada
yaitu dilakukan oleh (1) Muntaha (2007) ; (2) Setyawan (2008) ; (3) Tarmuji (2008)
mengenai batu kumbung (batu putih) sebagai salah satu alternatif bahan bangunan.
3
Dari ketiga penelitian tersebut, disimpulkan bahwa batu kumbung khususnya dari
daerah Lamongan dan Tuban layak digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi
pasangan dinding.
Pada bangunan tingkat rendah atau lebih tepatnya rumah tinggal (non-
penyokong konstruksi lantai atas atau atap dan menyalurkan beban itu kepada sloof
dan pondasi selain dari balok dan kolom praktis. Pasangan dinding bata masing-
masing dihubungkan dengan mortar menjadi satu kesatuan yang dapat menerima
beban. Kekuatan pasangan dinding dipengaruhi oleh kekuatan mortar dan ketebalan
atau tukang akan menggunakan mortar untuk pasangan dinding dengan komposisi
diperoleh kuat tekan maksimum dinding pada komposisi campuran 1 pc : 4 ps. Pada
pengujian yang dilakukan oleh tim laboratorium uji bahan teknik sipil UM dengan
Karena kuat tekan tekan mortar harus lebih rendah dari kuat tekan bahan
pasangan dinding yaitu batu kumbung (123 Kg/cm2, Setyawan, 2008). Sehingga
(Barron, 2002) atau direncanakan lebih kecil dibanding kuat tekan batu kumbung.
dinding bata. Siar-siar tegak selalu diusahakan agar tidak merupakan satu garis,
melainkan harus bersilang. Pada umumnya siar tegak dipilih selebar 1 cm dan siar
mendatar setebal 1,5 cm (Frick dan Setiawan, 2001), tetapi pekerja sering tidak
memerhatikan tebal spesi yang sesuai dengan standar. Selain itu tidak jarang tukang
batu menggunakan batu kumbung yang ukurannya sudah tidak utuh lagi dalam
proses pemasangannya. Hal ini berdampak pada ketebalan mortar yang sampai 3-4
cm atau melebihi tebal spesi pada umumnya untuk menjaga kelurusan pasangan
dinding batako. Pada tempat tertentu juga terkadang ada batu kumbung yang tidak
terlapisi mortar yang mengakibatkan ikatan antar batako yang satu dengan yang lain
Belum adanya standar yang menjadi dasar acuan tentang penggunaan batu
layak atau tidaknya batu kumbung sebagai bahan pasangan dinding ditinjau dari
kekuatan tekannya. perlu diketahui pula kuat lekat antar batu kumbung dengan
mortar sebagai pengikat karena proses produksi batu kumbung yang digergaji
daya lekat yang rendah serta pola retak pasangan batu kumbung pada saat menerima
beban melebihi batas kekuatannya. Sebagai bahan pasangan dinding, batu kumbung
memiliki fungsi yang sama dengan bata merah pejal sehingga sebagai acuan dapat
menggunakan SNI 15-2049-2000 tentang bata merah pejal. Penelitian ini sangat
diperlukan sebagai upaya untuk memberikan informasi agar ada kajian teknis
mengetahui kuat lekat dinding batu kumbung dengan variasi tebal spesi. Perilaku
yang diteliti meliputi hubungan antara beban dan deformasi yang terjadi serta pola
terhadap daya lekat pada dinding batu kumbung. Maka skripsi ini adalah dengan
judul Kuat Lekat Pasangan Dinding Batu Kumbung Dengan Variasi Tebal Spesi.
(2) Berapa kuat tekan mortar dengan komposisi campuran 1 Semen : 4 Pasir
yang digunakan ?
(3) Berapa kuat lekat pasangan dinding batu kumbung dengan variasi tebal
spesi?
(4) Adakah perbedaan kuat lekat pasangan dinding batu kumbung karena tebal
spesi ?
(5) Bagaimana pola retak pasangan dinding batu kumbung dengan variasi tebal
spesi?
6
tebal spesi.
tebal spesi.
Ada perbedaan kuat lekat yang signifikan karena variasi tebal spesi yang
dinding.
(1) Metode pengujian kuat lekat yang digunakan adalah SNI 03-4166-1996
(2) Ukuran dan toleransi mengacu pada SNI 15-2049-2000:2 tentang ukuran
(5) Pengujian kuat tekan dan kuat lekat pasangan dinding batu kumbung
balok pejal.
Negeri Malang.
(12) Pasir yang digunakan adalah pasir dari pasaran di kota Malang.
(1) Kuat lekat batu kumbung merupakan kemampuan batu kumbung untuk
(2) Batu kumbung merupakan batuan sedimen yakni batuan dari endapan
kapur atau batuan dolomite yang ditambang dari pegunungan kapur dan
(3) Menurut SNI 15-2049-2004 Mortar adalah campuran yang terdiri dari
semen, agregat halus dan air baik dalam keadaan dikeraskan ataupun tidak
dikeraskan.
(4) Variasi tebal spesi merupakan perbedaan ketebalan mortar yang digunakan