Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinding merupakan salah satu komponen utama pada bangunan. Dinding

memiliki fungsi sebagai pembatas antar ruangan, sebagai pelindung dari cuaca dan

intrusi, serta sebagai peredam suara. Pada bangunan tingkat rendah dinding

berfungsi sebagai penahan beban. Material dinding yang umum digunakan adalah

kayu, gypsum, dan GRC Board sebagai dinding partisi atau sekat. Sedangkan untuk

dinding pengisi umumnya menggunakan material bata merah, batako, bata ringan

(hebel) dan batu kumbung.

Pada daerah pantura, Jawa Timur yaitu Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan

Gresik terdapat banyak pegunungan kapur. Kondisi tersebut mempengaruhi bahan

yang digunakan untuk kebutuhan mendirikan bangunan. Dari pegunungan-

pegunungan tersebut menghasilkan batu yang biasa disebut batu kumbung yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Batu kumbung dipotong berbabagi

ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Antara lain batu kumbung digunakan

sebagai pasangan dinding, sebagai pondasi batu kumbung dan lain sebagainya. Batu

kumbung (batu putih) pada dasarnya adalah batuan sedimen dari batu kapur.

Kandungan mineral batuan sedimen kapur adalah sekitar 95% calcite, 3 % dolomite

dan 2 % mineral lempung. (Muntaha, 2007)

1
2

Penyebaran dolomit cukup besar terdapat di Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan Papua (Madiapoera, T, 1990). Di

Jawa Timur daerah dengan potensi dolomit terdapat di Gunung Ngaten dan Gunung

Ngembang, Tuban dengan kandungan sebesar 11 juta m3. Temperan, Pacitan

dengan cadangan sebesar puluhan juta ton. Sekapuk, sebelah Utara Kampung

Sekapuk, Sedayu, Tuban dengan potensi sebesar 50 juta m3. Gunung Lengis, Gresik

dengan spesifikasi batu dolomit yang keras, pejal, kompak dan kristalin. Socah,

Bangkalan, Madura dengan cadangan sebesar 430 juta ton. Pacitan, Sentul dan

Pancen dengan cadangan sebesar 70 juta m3. Pada penelitian oleh Haryanto, dkk

pada tahun 2012 menyebutkan bahwa batuan dolomit memiliki kuat tekan uniaksial

sebesar 65 MPa.

Penggunaan batu kumbung sebagai dinding dalam pelaksanaannya

berpengaruh terhadap kecepatan dan efisiensi pembangunan. Ukuran batu

kumbung lebih besar dari batu bata merah, batu kumbung yang umumnya banyak

terdapat dipasaran yang digunakan sebagai pasangan bata adalah dengan ukuran 27

cm x 13 cm x 10 cm. Batu kumbung dianggap lebih kuat karena bentuknya yang

padat karena dihasilkan langsung dari alam yaitu pada pegunungan kapur dan

dengan terdapatnya kandungan kapur maka batu kumbung lebih melekat terhadap

mortar.

Batu kumbung sudah digunakan massal oleh masyarakat akan tetapi belum

ada standar yang digunakan sebagai acuan dasar maupun kekuatannya. Pada

penelitian sebelumnya yang memanfaatkan batu kumbung sebagai bahan dinding

yaitu dilakukan oleh (1) Muntaha (2007) ; (2) Setyawan (2008) ; (3) Tarmuji (2008)

mengenai batu kumbung (batu putih) sebagai salah satu alternatif bahan bangunan.
3

Dari ketiga penelitian tersebut, disimpulkan bahwa batu kumbung khususnya dari

daerah Lamongan dan Tuban layak digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi

pasangan dinding.

Penelitian ini akan melakukan pengembangan dari ketiga hasil penelitian

tersebut untuk dilakukan pengujian lanjutan terhadap batu kumbung yang

digunakan sebagai pasangan dinding yaitu bertujuan untuk mengetahui perilaku

tekan dan daya lekat pasangan dinding batu kumbung.

Pada bangunan tingkat rendah atau lebih tepatnya rumah tinggal (non-

engineering building), pasangan dinding berfungsi sebagai penahan beban yaitu

penyokong konstruksi lantai atas atau atap dan menyalurkan beban itu kepada sloof

dan pondasi selain dari balok dan kolom praktis. Pasangan dinding bata masing-

masing dihubungkan dengan mortar menjadi satu kesatuan yang dapat menerima

beban. Kekuatan pasangan dinding dipengaruhi oleh kekuatan mortar dan ketebalan

mortar yang digunakan. Umumnya komposisi campuran mortar yang digunakan

adalah perbandingan 1 pc : 3 ps biasanya untuk konstruksi dinding trassram, 1 pc :

4 ps untuk pasangan dinding biasa, untuk menghemat penggunaan semen, owner

atau tukang akan menggunakan mortar untuk pasangan dinding dengan komposisi

1 pc : 6 ps bahkan ada juga dengan komposisi 1 pc : 8 ps. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Barron (2002) di laboratorium bahan teknik sipil UB dengan

membandingkan komposisi campuran 1 pc : 4 ps ; 1 pc : 6 ps ; dan 1 pc : 8 ps

diperoleh kuat tekan maksimum dinding pada komposisi campuran 1 pc : 4 ps. Pada

pengujian yang dilakukan oleh tim laboratorium uji bahan teknik sipil UM dengan

komposisi campuran 1 pc : 4 ps diperoleh kuat tekan benda uji kubus 5 cm x 5 cm

x 5 cm sebesar 136.4 Kg/cm2 dengan nilai fas 0,6.


4

Karena kuat tekan tekan mortar harus lebih rendah dari kuat tekan bahan

pasangan dinding yaitu batu kumbung (123 Kg/cm2, Setyawan, 2008). Sehingga

pada penelitian ini akan menggunakan komposisi campuran mortar 1 pc : 6 ps

dengan kuat tekan benda uji kubus 5 cm x 5 cm x 5 cm sebesar 64,768 Kg/cm2

(Barron, 2002) atau direncanakan lebih kecil dibanding kuat tekan batu kumbung.

Ketebalan mortar mempunyai pengaruh terhadap kuat tekan pasangan

dinding bata. Siar-siar tegak selalu diusahakan agar tidak merupakan satu garis,

melainkan harus bersilang. Pada umumnya siar tegak dipilih selebar 1 cm dan siar

mendatar setebal 1,5 cm (Frick dan Setiawan, 2001), tetapi pekerja sering tidak

memerhatikan tebal spesi yang sesuai dengan standar. Selain itu tidak jarang tukang

batu menggunakan batu kumbung yang ukurannya sudah tidak utuh lagi dalam

proses pemasangannya. Hal ini berdampak pada ketebalan mortar yang sampai 3-4

cm atau melebihi tebal spesi pada umumnya untuk menjaga kelurusan pasangan

dinding batako. Pada tempat tertentu juga terkadang ada batu kumbung yang tidak

terlapisi mortar yang mengakibatkan ikatan antar batako yang satu dengan yang lain

kurang sempurna (Sagita, 2016).

Belum adanya standar yang menjadi dasar acuan tentang penggunaan batu

kumbung sebagai bahan pasangan dinding, maka memunculkan suatu permasalan

keselamatan dan keamanan bagi masyarakat yang menggunakan batu kumbung

sebagai dinding bangunannya. Beberapa permasalahan yang timbul antara lain

layak atau tidaknya batu kumbung sebagai bahan pasangan dinding ditinjau dari

kekuatan tekannya. perlu diketahui pula kuat lekat antar batu kumbung dengan

mortar sebagai pengikat karena proses produksi batu kumbung yang digergaji

menggunakan mesin sehingga mengakibatkan permukaan yang halus dan memiliki


5

daya lekat yang rendah serta pola retak pasangan batu kumbung pada saat menerima

beban melebihi batas kekuatannya. Sebagai bahan pasangan dinding, batu kumbung

memiliki fungsi yang sama dengan bata merah pejal sehingga sebagai acuan dapat

menggunakan SNI 15-2049-2000 tentang bata merah pejal. Penelitian ini sangat

diperlukan sebagai upaya untuk memberikan informasi agar ada kajian teknis

terhadap penggunaan batu kumbung sebagai bahan pasangan dinding.

Berdasarkan uraian di atas maka penting dilakukan penelitian untuk

mengetahui kuat lekat dinding batu kumbung dengan variasi tebal spesi. Perilaku

yang diteliti meliputi hubungan antara beban dan deformasi yang terjadi serta pola

retak/moda keruntuhan. Sehingga akan dapat diketahui pengaruh tebal spesi

terhadap daya lekat pada dinding batu kumbung. Maka skripsi ini adalah dengan

judul Kuat Lekat Pasangan Dinding Batu Kumbung Dengan Variasi Tebal Spesi.

1.2 Rumusan Masalah

(1) Berapa kuat tekan batu kumbung ukuran 27 cm x 13 cm x 10 cm?

(2) Berapa kuat tekan mortar dengan komposisi campuran 1 Semen : 4 Pasir

yang digunakan ?

(3) Berapa kuat lekat pasangan dinding batu kumbung dengan variasi tebal

spesi?

(4) Adakah perbedaan kuat lekat pasangan dinding batu kumbung karena tebal

spesi ?

(5) Bagaimana pola retak pasangan dinding batu kumbung dengan variasi tebal

spesi?
6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :

1) Mengetahui kuat tekan masing-masing batu kumbung.

2) Mengetahui kuat tekan mortar yang digunakan.

3) Mengetahui kuat lekat pasangan dinding batu kumbung berdasarkan variasi

tebal spesi.

4) Menganalisa perbedaan pengaruh variasi tebal spesi terhadap kuat lekat

pasangan dinding batu kumbung.

5) Mengetahui pola retak pasangan dinding batu kumbung berdasarkan variasi

tebal spesi.

1.4 Hipotesis Penelitian

Pada Penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

Ada perbedaan kuat lekat yang signifikan karena variasi tebal spesi yang

digunakan pada pasangan dinding batu kumbung

1.5 Manfaat Penelitian

(1) Bagi Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan

batu kumbung sebagai pasangan dinding.

(2) Bagi Jurusan


7

Dapat menjadi referensi dan ilmu pengetahuan dalam

pengembangan dan pemanfaatan batu kumbung sebagai material pasangan

dinding.

(3) Bagi Masyakat

Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui tebal spesi

yang digunakan untuk pasangan dinding batu kumbung menghasilkan kuat

tekan yang baik.

1.6 Batasan Penelitian

Sesuai pertimbangan terhadap luasnya analisa yang dapat dilakukan maka

digunakan batasan sebagai berikut :

(1) Metode pengujian kuat lekat yang digunakan adalah SNI 03-4166-1996

tentang tata cara pengujian kuat lekat pasangan bata merah.

(2) Ukuran dan toleransi mengacu pada SNI 15-2049-2000:2 tentang ukuran

dan toleransi bata merah pejal untuk pasangan dinding.

(3) Spesifikasi mortar sesuai dengan SNI 03-6882-2002.

(4) Pengujian dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM).

(5) Pengujian kuat tekan dan kuat lekat pasangan dinding batu kumbung

dilakukan pada umur 28 hari.

(6) Perawatan dilakukan pada suhu ruang yaitu 25C.

(7) Menggunakan batu kumbung dengan ukuran 27 cm x 13 cm x 10 cm

balok pejal.

(8) Menggunakan batu kumbung dari daerah Lamongan.


8

(9) Menggunakan semen portland yang umum digunakan yaitu semen

portland type I produksi Semen Gresik.

(10) Menggunakan FAS 0.6.

(11) Menggunakan air bersih yang ada di Laboratorium bahan Universitas

Negeri Malang.

(12) Pasir yang digunakan adalah pasir dari pasaran di kota Malang.

1.7 Definisi Operasional

(1) Kuat lekat batu kumbung merupakan kemampuan batu kumbung untuk

menahan gaya geser horizontal dengan mortar sebagai bahan pengikat

antar batu kumbung yang menghasilkan kekakuan.

(2) Batu kumbung merupakan batuan sedimen yakni batuan dari endapan

kapur atau batuan dolomite yang ditambang dari pegunungan kapur dan

dipotong-potong menjadi balok-balok dengan berbagai ukuran sesuai

dengan fungsi dan kegunaannya. (Tarmuji, 2008)

(3) Menurut SNI 15-2049-2004 Mortar adalah campuran yang terdiri dari

semen, agregat halus dan air baik dalam keadaan dikeraskan ataupun tidak

dikeraskan.

(4) Variasi tebal spesi merupakan perbedaan ketebalan mortar yang digunakan

untuk merekatkan masing-masing batu kumbung. Pada penelitian ini

menggunakan variasi tebal spesi 1,5 cm ; 2 cm ; dan 3 cm.

Anda mungkin juga menyukai