Anda di halaman 1dari 28

KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

Sumber : Ilmu Bangunan Gedung, Drs. IK Supribadi


Penerbit CV. Armico Bandung, 1986

UKURAN BATU BATA DAN TEBAL TEMBOK

Sesuai penetapan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB) ukuran standar


batu bata adalah :

Bata merah : panjang 240 mm (p), lebar 115 mm (l) dan tebal 52 mm
Bata merah : panjang 230 mm (p), lebar 110 mm (l)dan tebal 50 mm

Syarat mutak ukuran bata : 1 strek = 2 kop + 1 siar

t Batu-bata merah utuh


1 Bata

Batu-bata merah
3/4 Bata

Batu-bata merah
1/2 Bata

1
Batu-bata merah
1/4 Bata
Batu-bata merah ¼ Bata
Sebaiknya tidak dilakukan
karena batu-bata akan
pecah

Ada 3 macam siar untuk merekatkan batu bata.

1. Siar lintang
2. Siar bujur
3. Siar tegak

Pada gedung-gedung kuno


tembok-tembok bata
merupakan tembok pemikul
beban diatasnya. Makin tinggi
dan makin besar gedung, maka
temboknya menjadi makin
tebal. Akan tetapi setelah
ditemukan konstruksi beton
bertulang, maka tembok tidak
berfungsi sebagai pemikul
beban melinkan sebagai
pembatas ruangan saja.

Macam-macam tebal tembok

1. Tembok ½ bata mempunyai tebal : 1 kop atau 115 mm


2. Tembok 1 bata mempunyai tebal : 1 strek atau 240 mm
3. Tembok 1½ bata mempunyai tebal : 1 strek + 1 kop = 355 mm
4. Tembok 2 bata mepunyai tebal : 1 kop + 1 strek + 1 kop atau 2 strek = 480 mm
Tembok yang mempunyai tebal 2 bata jarang dibuat.

2
3
Macam-macam ikatan bata

1. Ikatan ½ bata : untuk tembok tebal lapisan ½ bata


2. Ikatan tegak : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih dan
Kombinasinya
3. Ikatan silang : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih dan
Kombinasinya
4. Ikatan vlam : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih
5. Ikatan rantai : untuk tembok tebal lapisan ½ bata atau lebih
6. Ikatan kop : untuk tembok tebal lapisan 1 bata atau lebih

Untuk nomor 4,5 dan 6 jarang digunakan karena kurang efisien dalam pembuatan
dan hasilnya kurang efektip.

1. Ikatan ½ bata

4
Ikatan bata ½ bata x ½ bata

Ikatan sudut siku seperti ini sekarang jarang dilakukan setelah adanya beton
bertulang yang dapat diperoleh dengan mudah dengan harga terjangkau

5
6
Pertemuan siku 3 arah

Cara 1

Persilangan siku 4 arah

7
2. Ikatan Tegak

8
Tembok 1 bata

Ikatan tegak 1 bata pada sudut siku

9
Ikatan tegak 1 bata pada sudut pertemuan dinding

Ikatan tegak 1 bata pada sudut persilangan dinding

3. Ikatan Silang

10
Tembok 1 bata.

Ikatan Silang pada sudut siku untuk dinding 1 bata

11
Ikatan silang dinidng 1 bata pada pertemuan siku

Ikatan silang dinding 1 bata pada persilangan dinding

4. Ikatan Vlam

12
Pada Ikatan Vlam terdapat
pecahan batu ¼ bata.
Pecahan ¼ bata ini sulit
untuk dilaksanakan, karena
pada umumnya akan
pecah. Oleh karena itu
Ikatan Vlam pada
umumnya dihindari.

¼ bata

Ikatan Vlam dinding 1 bata pada pertemuan siku

Cara 1

Cara 2

Ikatan Vlam diding 1 bata pada pertemuan dua dinding tembok

13
Cara 1

Cara 2

Ikatan Vlam untuk dinding 1 bata pada persilangn siku dua dinding
tembok

14
5. Ikatan Rantai

a) Untuk tembok 1 bata

Ikatan Rantai serupa dengan Ikatan Vlam, akan tetapi pada Ikatan Rantai lebih
sederhana karena susunan batu bata tidak lagi menggunakan bata ukuran ¼
bata.

Cara 1

Cara 2

Cara 3

15
b) Ikatan Rantai untuk membuat cerobong asap

Cara menyusun bata dengan Ikatan Rantai dapat juga digunakan untuk
membuat ceronbong asap sederhana, yang terdiri dari dua macam lapisan, baik
untuk tebal lapisan ½ bata atai 1 bata.

1) Cerobong 1 lobang tebal ½ bata

2) Cerobong 2 lobang tebal ½ bata

3) Cerobong 1 lobang tebal 1 bata

16
Mengenai cerobong asap, harus diperhatikan temperatur panas yang dapat
mengganggu konstruksi cerobong. Misalnya cerobong asap untuk pemanas ruang
(perapian) pada tempat/deerah bersuhu rendah, katakanalah bangunan vila-vila di
daerah Puncak, Bogor yang bersuhu 15 0 C , maka cerobong asap dengan konstruksi
batu-bata sangat tepat doigunakan. Konstruksi beton bertulang sebaiknya harus
dipertimbangkan kembali, karena suhu panas dapat melemahakan besi beton.

6. IKATAN KOP

Dinamakan ikatan kop karena semua lapisannya dibuat dari ko melintang. Ikatan ini
dibuat minimum untuk tebal 1 bata, yang terdiri dari susunan bata utuh atau bata
pecah (bata sisa). Tembok yang terbuat dari ikatan kop kurang kokoh, oleh karena
itu dipakai untuk tembok yang tidak menerima beban.

7. PENGUATAN TEMBOK

Penguatan tembok dimaksudkan adalah mempertebal tembok di tempat-tempat


tertentu sehingga tembok mampu menahan beban dan getaran-getaran dari luar.
Penguatan tembok pada umumnya dilakukan untuk tembok dengan tebal ½ bata,
seperti pada tembok rumah, pagar halaman dan lain-lain fungsi ruang.
Penguatan tembok dilakukan untuk semua bahan tembok baik bata merah, hebel
dan batako.
Penguat tembok dinamakan kolom praktis.
Penentuan letak kolom praktis dilaksanakan untuk setiap luas tembok 10 m².

17
Artinya bila tembok memiliki luas 10 m 2 , dan tinggi tembok 3 m, maka jarak kolom
praktis satu dengan yang lainnya 10 m/3 m = 3,33 m, dibulatkan menjadi 3,50 m.

Bahan kolom praktis : beton bertulang. Demensi kolom paraktis untuk tembok tebal
½ bata : beton bertulang dengan Ø 8 mm dengan ring Ø 6 mm yang dipasang
dengan jarak 15 cm 20 cm.

Sebelum ditemukan bahan beton bertulang, penguatan tembok dilakukan dengan


peneblan tembok pada jarak-jarak tertentu, yaitu setiap 10 m 2 luas tembok. Sebgai
contoh : penebalan tembok pada satu sisi.

PENGUATAN DENGAN LEBAR 3 K (KOP) DAN TEBAL 1 K (KOP)


K = KOP/KEPALA

PENGUATAN TEMBOK DENGAN LEBAR 5 K DAN TEBAL 1 /4 K

PENGUATAN TEMBOK UNTUK TEBAL TEMBOK 1 BATA

18
PENUTUP DI ATAS LOBANG DALAM TEMBOK

Yang dimaksud lobang dalam tembok yaitu : pintu, jendela, lobang angin.
Supaya tembok tidak runtuh diperlukan penutup diatas lobang tembok tersebut.
Sebelum ada beton bertulang, penutup di atas lobang tembok dipergunakan balok
kayu dan bahan tembok itu sendiri. Kalau bahan tembok dari batu bata, maka
penutup diatas lobang tembok dipakai batu bata juga yang disusun secara rolag.
Penutup di atas lobang tembok disebut : balok latai
Balok latai inilah yang menahan runtuhnya lobang tembok.
Secara teknis dapat dijelaskan bahwa runtuhnya susunan batu bata pembentuk
tembok akan berbetuk segitiga. Keadaan runtuh tembok dapat digambarkan sebagai
gambar dibawah ini :

BEBERAPA CARA UNTUK MENYUSUN BATA DI ATAS LOBANG TEMBOK

19
Cara-cara ini dilaksanakan apabil balok latei terdiri dari susunan batu bata. Akan lain
sekali apabila balok latei terdiri dari beton bertulang. Sekarang semua balaok latei
dibuat dari beton bertulang, yang ditutup oleh bata keramik dan disusun seolah-olah
balok latei dibuat dari susunan batu bata.
Namun demikian apabila dijumpai pada suatu daerah belum belum terdapat beton
bertulang , maka balok latei dibuat dari susunan bata. Susunan batu bata ini disebut
sebagai rolag.
Ada beberapa cara untuk menyusun bata di atas lobang tembok, sebagai berikut :

Sebagai acuan tebal rolag (t) = 2/5 x bentang.


Kalau bentang l = 50 cm,maka tebal rolag t = 2/5 x 50 cm = 20 cm = 1 bata
Kalau bentang l =100 cm, maka tebal rolag t = 2/5 x 100 cm = 40 cm = 2 bata
Siar-siar rolag pada contoh dibawah ini, berdiri sejajar.

Susunan bentuk rolag yang terbuat dari batu bata memiliki kemampuan
menutup lebar bentang lobang tembok, terbatas. Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut, orang memberi bentuk lengkung atau menyusun
siar-siar rolag arahnya tidak sejajar, melainkan menuju ke satu titik.

20
STREK

Kalau pada lapis rolag, siar-siar arahnya sejajar, pada strek semua siar
mengarah ke satu titik pusat ( P ). P berada di tengah-tengah bentang l
dan berjarak 1¼ l dari tengah-tengah bagian bawah strek dan berkisar
1½ l dari tepi kiri/kanan bawah panjang strek.
Tebal strek harus 3/10 bentang
Misalnya :
Bentang 80 cm, tebal strek 3/10 x 80 = 24 cm = 1 bata
Bentang 120 cm, tebal strek 3/10 x 120 = 36 cm = 1½ bata
Bentang 160 cm, tebal strek 3/10 x 160 = 48 cm = 2 bata

21
LENGKUNG ELLIPS
Dengan adanya teknik komputer, melukis lengkung ellips tidaklah sulit.
Tetapi kalau kita di lapangan yang jauh dari alat-alat yang modern ,
maka kita harua mampu membuat lengkung ellips dengan alat
seadanya. Teknik membuat lengkung ellips sebagai berikut :

1. Tarik garis AB yang sama dengan bentang dan tentukan titik M


tengah-tengah AB sehingga AB=MB.
2. Sumbu pendek CD tegak lurus AB = 2 x tinggi porring (2 x MC)
3. Lukiskan dengan titik M sebagai titik pusat persekutuan lingkaran,
didapatkan 2 lingkaran sepusat dengan jari-jari MA dan MC
4. Kemudian keliling lingkaran luar dibagi dalam beberapa bagian
(segmen) yang sama besar.
5. Buat garis 1 menolong lingkaran dalam dua titik 2. Dari titik 1 ditarik
garis sejajar dengan CD, sedang dari titik 2 ditarik garis sejajar
dengan AB. Titik potong dari kedua garis ini merupakan sati titik
pertolongan Q untuk melukis ellips.
Cara ini dilakukan berturut-turut dari titik 3 serta 4, 5 serta 6 dan
seterusnya, sehingga banyak didapat titik-titik pertolongan. Melalui
titik-titik pertolongan ini ditarik garis lengkung yang merupakan
ellips.
6. Makin banyak bilangan garis tengah, akhirnya didapat lengkung ellips
yang cukup teliti.

22
LENGKUNG SEGMEN

Lengkung Segmen mirip dengan Strek, karena bentuknya melengkung maka


lengkung segmen lebih kuat dibanding strek dan bentang lobang dinding yang
mampu di tutup juga bertambang lebar. Pembuatan lengkung segmen memang lebih
sulit dibanding strek, tetapi lebih sederhana dibanding lengkung ellips.

Tebal lengkung (busur) harus 1/5 x bentang (l ).

Misalnya :

Bentang 120 cm, tebal busur 1/5 x 120 cm = 24 cm = 1 bata


Bentang 180 cm, tebal busur 1/5 x 180 cm = 36 cm = 1½ bata
Bentang 240 cm, tebal busur 1/5 x 240 cm = 48 cm = 2 bata

CARA MEMBUAT LENGKUNG SEGMEN :

1. A dan B adalah titik pangkal busur yang telah


ditentyukan.
2. Bentang AB demensinya telah ditentukan dan
AD=BD= ½ l dengan C adalah titik tengah AB.
3. Tinggi CD = p = 1/8 l dapat dicari
4. Garis AC dibagi dua sama panjang, kemudian
dari titik bagi ini ditarik garis sampai
memotong perpanjangan garis CD di titik P.
Dengan demikian jari-jari R didapat.
5. Atau dapat diperoleh dengan rumus :
c 2 + p2
R=
2p
6. Tebal lengkung dengan segmen = d= 1/5 x AB
dapat dihoitung

23
Tebal lengkung segmen 1½ bata Tebal lengkung segmen 2 bata

LENGKUNG KRANJANG

Bentuk lengkung kranjang seperti ellips, tetapi membuat lengkung kranjang lebih
sederhana dibanding lengkung ellips. Cara menggambar lengkung kranjang sebagai
berikut :

1. Tarik garis AB = bntang dan tentukan titik M di tengah-tengah AB (AB=MB).


2. Lukislah segitiga sama sisi AJM.
3. Garis MD = tinggi poring dan buat MD=MF
4. Tarik garis mulai dari titik D melalui titik F yang diteruskan sampai garis ini
memotong busur AJ di titik E.
5. Kemudian tarik dari E garis sejajar dengan JM yang memotong perpanjangan DM
di titik H dan memotong garis AB di titik G
6. Busur E1FDC terjadi dengan melingkarkan jari-jari R, sedang busur AE1 dan CB
terjadi dengan melingkarkan jari-jari r.

24
LENGKUNG KRANJANG

Pelaksanaan lengkung kranjang harus memperhatikan siar-siar bagian busur AE1


mengarah ke titik G dan siar-siar dari bagian E1, FDC mengarah ke titik H. Dapat
disimpulkan bahwa siar-siar pada lengkung keranjang tidak mengarah ke sati titk
pusat, berbeda dengan lengkung segmen yang mengarah pada satu titik pusat.

LENGKUNG BUNDAR

Untuk menggambar lengkung bundar sangat mudah, dan mengenai pelaksanaannya


sama halnya dengan lengkung segmen. Siar-siar pada lengkung bundar semua
mengarh pada satu titik pusat P.

Lengkung bundar 1 bata Lengkung bundar 1½ bata

25
LENGKUNG TAJAM

Lengkung tajam dengan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Normal : R=1 artinya jari-jari sama dengan lebar bentang


2. Diperendah : R lebih kecil dari 1 artinya jari-jari lebih kecil dari lebar bentang
3. Dipertinggi : R lebih besar dari 1 artinya jari-jari lebih besar dari lebar bentang

Lengkung tajam tebal 1½ bata Lengkung yang


ditopang tiang kecil

Cara membuat lengkung tajam :

1. Tarik garis dari titik A sampai di titik B, titik A dan B adalah titik permulaan
busur.
2. Letakkan titik M di tengah-tengah bentang AB
3. Oleh karena R lebih besar dari 1, maka titik pusar berada di luar bentang, C
merupakan titk puncak busur bagian dalam
4. Dari titik A dan B ditarik garis miring 40 0 – 450 yang memotong busur itu di titik
D dan E
5. Siar-siar yang berada di busur AE mengarah ke titik B, siar-siar yang berada di
busur BD mengarah ke titik A. Dan untuk pasangan bata di titik C harus
dipasangi bata tutup (yang di arsir)
6. Separuh dari bata tutup dihitung termasuk bagian kiri dan separuhnya lagi
termasuk bagian kanan
7. Pemasangan bata pada busur CD dan CE dilakukan dengan cara :

26
- Misalnya jumlah batanya (x + ½) buah. Pengukuran tebal lapis busur itu di
tengah-tengah tebal busurnya
- Untuk busur CD, lebar AM dibagi dalam (x + ½) bagian yang sama besar.
Pada AM diberi nomor urut sama.
- Bagian yang ½ (kanan) diukur dari sumbu di tengah-tengah busur, begitu
pula pada busur CE
8. Untuk menentukan arah dari pada sir-siar itu, angka-angka yang sama saling
dihubungkan.

27
28

Anda mungkin juga menyukai