Bata merah : panjang 240 mm (p), lebar 115 mm (l) dan tebal 52 mm
Bata merah : panjang 230 mm (p), lebar 110 mm (l)dan tebal 50 mm
Batu-bata merah
3/4 Bata
Batu-bata merah
1/2 Bata
1
Batu-bata merah
1/4 Bata
Batu-bata merah ¼ Bata
Sebaiknya tidak dilakukan
karena batu-bata akan
pecah
1. Siar lintang
2. Siar bujur
3. Siar tegak
2
3
Macam-macam ikatan bata
Untuk nomor 4,5 dan 6 jarang digunakan karena kurang efisien dalam pembuatan
dan hasilnya kurang efektip.
1. Ikatan ½ bata
4
Ikatan bata ½ bata x ½ bata
Ikatan sudut siku seperti ini sekarang jarang dilakukan setelah adanya beton
bertulang yang dapat diperoleh dengan mudah dengan harga terjangkau
5
6
Pertemuan siku 3 arah
Cara 1
7
2. Ikatan Tegak
8
Tembok 1 bata
9
Ikatan tegak 1 bata pada sudut pertemuan dinding
3. Ikatan Silang
10
Tembok 1 bata.
11
Ikatan silang dinidng 1 bata pada pertemuan siku
4. Ikatan Vlam
12
Pada Ikatan Vlam terdapat
pecahan batu ¼ bata.
Pecahan ¼ bata ini sulit
untuk dilaksanakan, karena
pada umumnya akan
pecah. Oleh karena itu
Ikatan Vlam pada
umumnya dihindari.
¼ bata
Cara 1
Cara 2
13
Cara 1
Cara 2
Ikatan Vlam untuk dinding 1 bata pada persilangn siku dua dinding
tembok
14
5. Ikatan Rantai
Ikatan Rantai serupa dengan Ikatan Vlam, akan tetapi pada Ikatan Rantai lebih
sederhana karena susunan batu bata tidak lagi menggunakan bata ukuran ¼
bata.
Cara 1
Cara 2
Cara 3
15
b) Ikatan Rantai untuk membuat cerobong asap
Cara menyusun bata dengan Ikatan Rantai dapat juga digunakan untuk
membuat ceronbong asap sederhana, yang terdiri dari dua macam lapisan, baik
untuk tebal lapisan ½ bata atai 1 bata.
16
Mengenai cerobong asap, harus diperhatikan temperatur panas yang dapat
mengganggu konstruksi cerobong. Misalnya cerobong asap untuk pemanas ruang
(perapian) pada tempat/deerah bersuhu rendah, katakanalah bangunan vila-vila di
daerah Puncak, Bogor yang bersuhu 15 0 C , maka cerobong asap dengan konstruksi
batu-bata sangat tepat doigunakan. Konstruksi beton bertulang sebaiknya harus
dipertimbangkan kembali, karena suhu panas dapat melemahakan besi beton.
6. IKATAN KOP
Dinamakan ikatan kop karena semua lapisannya dibuat dari ko melintang. Ikatan ini
dibuat minimum untuk tebal 1 bata, yang terdiri dari susunan bata utuh atau bata
pecah (bata sisa). Tembok yang terbuat dari ikatan kop kurang kokoh, oleh karena
itu dipakai untuk tembok yang tidak menerima beban.
7. PENGUATAN TEMBOK
17
Artinya bila tembok memiliki luas 10 m 2 , dan tinggi tembok 3 m, maka jarak kolom
praktis satu dengan yang lainnya 10 m/3 m = 3,33 m, dibulatkan menjadi 3,50 m.
Bahan kolom praktis : beton bertulang. Demensi kolom paraktis untuk tembok tebal
½ bata : beton bertulang dengan Ø 8 mm dengan ring Ø 6 mm yang dipasang
dengan jarak 15 cm 20 cm.
18
PENUTUP DI ATAS LOBANG DALAM TEMBOK
Yang dimaksud lobang dalam tembok yaitu : pintu, jendela, lobang angin.
Supaya tembok tidak runtuh diperlukan penutup diatas lobang tembok tersebut.
Sebelum ada beton bertulang, penutup di atas lobang tembok dipergunakan balok
kayu dan bahan tembok itu sendiri. Kalau bahan tembok dari batu bata, maka
penutup diatas lobang tembok dipakai batu bata juga yang disusun secara rolag.
Penutup di atas lobang tembok disebut : balok latai
Balok latai inilah yang menahan runtuhnya lobang tembok.
Secara teknis dapat dijelaskan bahwa runtuhnya susunan batu bata pembentuk
tembok akan berbetuk segitiga. Keadaan runtuh tembok dapat digambarkan sebagai
gambar dibawah ini :
19
Cara-cara ini dilaksanakan apabil balok latei terdiri dari susunan batu bata. Akan lain
sekali apabila balok latei terdiri dari beton bertulang. Sekarang semua balaok latei
dibuat dari beton bertulang, yang ditutup oleh bata keramik dan disusun seolah-olah
balok latei dibuat dari susunan batu bata.
Namun demikian apabila dijumpai pada suatu daerah belum belum terdapat beton
bertulang , maka balok latei dibuat dari susunan bata. Susunan batu bata ini disebut
sebagai rolag.
Ada beberapa cara untuk menyusun bata di atas lobang tembok, sebagai berikut :
Susunan bentuk rolag yang terbuat dari batu bata memiliki kemampuan
menutup lebar bentang lobang tembok, terbatas. Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut, orang memberi bentuk lengkung atau menyusun
siar-siar rolag arahnya tidak sejajar, melainkan menuju ke satu titik.
20
STREK
Kalau pada lapis rolag, siar-siar arahnya sejajar, pada strek semua siar
mengarah ke satu titik pusat ( P ). P berada di tengah-tengah bentang l
dan berjarak 1¼ l dari tengah-tengah bagian bawah strek dan berkisar
1½ l dari tepi kiri/kanan bawah panjang strek.
Tebal strek harus 3/10 bentang
Misalnya :
Bentang 80 cm, tebal strek 3/10 x 80 = 24 cm = 1 bata
Bentang 120 cm, tebal strek 3/10 x 120 = 36 cm = 1½ bata
Bentang 160 cm, tebal strek 3/10 x 160 = 48 cm = 2 bata
21
LENGKUNG ELLIPS
Dengan adanya teknik komputer, melukis lengkung ellips tidaklah sulit.
Tetapi kalau kita di lapangan yang jauh dari alat-alat yang modern ,
maka kita harua mampu membuat lengkung ellips dengan alat
seadanya. Teknik membuat lengkung ellips sebagai berikut :
22
LENGKUNG SEGMEN
Misalnya :
23
Tebal lengkung segmen 1½ bata Tebal lengkung segmen 2 bata
LENGKUNG KRANJANG
Bentuk lengkung kranjang seperti ellips, tetapi membuat lengkung kranjang lebih
sederhana dibanding lengkung ellips. Cara menggambar lengkung kranjang sebagai
berikut :
24
LENGKUNG KRANJANG
LENGKUNG BUNDAR
25
LENGKUNG TAJAM
1. Tarik garis dari titik A sampai di titik B, titik A dan B adalah titik permulaan
busur.
2. Letakkan titik M di tengah-tengah bentang AB
3. Oleh karena R lebih besar dari 1, maka titik pusar berada di luar bentang, C
merupakan titk puncak busur bagian dalam
4. Dari titik A dan B ditarik garis miring 40 0 – 450 yang memotong busur itu di titik
D dan E
5. Siar-siar yang berada di busur AE mengarah ke titik B, siar-siar yang berada di
busur BD mengarah ke titik A. Dan untuk pasangan bata di titik C harus
dipasangi bata tutup (yang di arsir)
6. Separuh dari bata tutup dihitung termasuk bagian kiri dan separuhnya lagi
termasuk bagian kanan
7. Pemasangan bata pada busur CD dan CE dilakukan dengan cara :
26
- Misalnya jumlah batanya (x + ½) buah. Pengukuran tebal lapis busur itu di
tengah-tengah tebal busurnya
- Untuk busur CD, lebar AM dibagi dalam (x + ½) bagian yang sama besar.
Pada AM diberi nomor urut sama.
- Bagian yang ½ (kanan) diukur dari sumbu di tengah-tengah busur, begitu
pula pada busur CE
8. Untuk menentukan arah dari pada sir-siar itu, angka-angka yang sama saling
dihubungkan.
27
28