3.1 Pendahuluan
Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat
(lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada temperatur yang tinggi,
sehingga tidak akan hancur bila direndam dalam air.
Pengujian dan pemeriksaan kualitas batu bata dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan cara :
Apabila tidak ada ketentuan lain, bata yang mempunyai kuat desak kurang dari 30
2
kg/cm tidak boleh dipakan untuk konstruksi bangunan. Selain pemeriksaan kuat
desak, dilakukan juga pemeriksaan terhadap kadar garam yang terdapat di dalam bata
yang sifatnya larut dan dapat merusak bagian-bagian dari kostruksi lainnya.
Beberapa sifat batu bata yang merupakan ciri khas sebagai bahan bangunan, yaitu :
1. mudah menyerap air dan dapat menyimpan dalam waktu yang lama,
2. mempunyai warna yang alami, sehingga sering dipakai sebagai hiasan atau
diexpose warna aslinya,
3. mudah korosi, terutama oleh pengaruh garam dapur, dan
4. hancurnya bata dapat dipakai untuk semen merah, sebagai campuran bahan
perekat.
3.1.3 Penggunaan Batu Bata
Batu bata yang dipakai pada bangunan-bangunan sipil, terutama pada bangunan
gedung, yaitu untuk :
Pada umumnua setiap daerah mempunyai ukuran bata yang tidak sama dengan ukuran
bata di tempat lain, ukursn ini tergantung kebiasaan di daerah tersebut. Namun
demikian, dari berbagai macam ukuran yang ada, dikenal juga adanya ukuran yang
standar, yaitu :
5 23
23 11
22
2. ¾ (tiga perempat) Batu
5 17
17
11
3. ½ (setengah) Batu
11
11 23 11
Gambar
Gambar BataProyeksi
½ Batu Miring
TampakBata ½ Batu
Depan dan Memanjang
Proyeksi Miring
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 23
3.3 Pasangan bata
Pasangan bata atau ikatan bata adalah susunan beberapa buah bata yang diikat
menjadi satu kesatuan dengan menggunakan bahan perekat yang di sebut spasi. Tebal
perekat pasangan bata umumnya tipis, yaitu antara 1 –1,5 cm.
Perekat untuk pasangan bata dapat dibuat dari campuran bahan-bahan sebagai berikut:
Plesteran adalah lapisan penutup pada pasangan bata yang telah selesai dipasang.
Plesteran berguna untuk melindungi bata-bata dari kerusakan oleh alam maupun
benturan-benturan dan juga untuk keindahan. Bahan untuk plesteran adalah sama
dengan bahan untuk perekat, dengan ketebalan 1 – 1,5 cm.
Sponneng adalah plesteran di sekitar gagang pintu atau jendela dan pada ujung-ujung
tembok. Sedangkan Nat atau tali air adalah bila pada bidang plesteran tersebut ada
cekungan kecil.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk pekerjaan pasangan bata adalah
sebagai berikut :
a. bata yang akan dipasang dibasahi dulu dengan air sampai kenyang atau sampai
gelembung udara dalam bata keluar semua,
b. pecahan bataGambar 3.5 Gambar
yang kurang Perekattidak
dari separo tegak yangdigunakan,
boleh benar dan salah
c. pemasangan bata harus dimulai dari sudut-sudut pertemuan, persilangan atau
kolom-kolom beton, supaya ikatan dan susunannya dapat tepat menurut peraturan,
d. tidak boleh ada perekat-tegak yang merupakan satu garis lurus menerus dari bawah
sampai atas,
e. pekerjaan pasangan bata dalam 1 hari sebaiknya tidak lebih dari 1 meter tinggi, hal
ini untuk mencegah agar perekat datar yang berada di bawah yang belum
mengeras, tidak melorot keluar, dan
f. pasangan bata yang masih baru harus selalu dibasahi dengan air selama 1 minggu
setelah bata dipasang, hal ini untuk mencegah susut pengerasan dari bahan perekat
secara cepat.
Dst
Lap. 2
Salah
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 24
b
Transraam adalah pasangan bata paling bawah yang kedap air untuk mencegah
naiknya air dari bawah secara kapiler ke atas. Transraam dipasang setinggi 40 cm,
yaitu 20 cm di bawah lantai dan 20 cm di atas lantai.
Lantai Lantai
20 cm
20 cm
½ batu 1 batu
Di atas fondasi batu kali sering dijumpai adanya pasangan bata yang bata-batanya
disusun berdiri. Susunan pasangan bata berdiri ini disebut Rollag, gunanya sebagai
dasar pasangan bata untuk menjamin ikatan yang lurus dan rata. Dewasa ini rollag
sudah jarang dipakai, sebagai gantinya dipakai Balok Sloof dari konstruksi beton
bertulang.
Kadang-kadang pekerjaan pasangan bata tidak dapat diselesaikan dalam satu waktu,
maka menghentikan pekerjaan pasangan bata harus memenuhi beberapa cara.
Gambar di bawah ini adalah gambar tampak muka pasangan bata pada dinding tembok.
1. ½ (setengah) Batu
Siar Tegak
Siar Datar
25
3. 1 (satu) Batu dan lebih
Siar Tegak
Siar Datar
Catatan :
a = Gigi Berdiri, digunakan untuk pertemuan dengan pilar atau kolom, atau
perhentian pekerjaan dinding tembok
b = Miring Bertangga, digunakan untuk penghentian pekerjaan dinding tembok
2
Perhatian Khusus : Untuk dinding Tembok tebal setengah batu seluas 12 m , harus
dibatasi dengan kolom beton bertulang/kolom praktis atau pilar
batu bata .
Gambar 3.9 Potongan A – A posisi spesi dan plesteran pada pasangan bata
3. Potongan Dinding Tembok A – A (satu batu)
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 26
Lapisan 2
dst
Lap. 2
Lap. 1
Pandangan Muka
Pandangan Atas
Yang perlu diperhatikan dalam membuat susunan batu bata dengan tebal
setengah batu adalah selisih siar tegak antara lapisan 1, lapisan 2, lapisan 3 dst.
adalah ½ (setengah) batu ke arah memanjang batu bata.
a. Memanjang
Lapisan 1 Lapisan 2
b. Satu Sudut
Lapisan 1
27
2
c. 2 (dua) Sudut
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 2
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 1 Lapisan 2
d. Sudut Silang
1
Lapisan 1
28
2 Lap. 1
Lapisan 1 Lapisan 2
Yang perlu diperhatikan dalam membuat susunan batu bata dengan tebal 1
(satu) batu adalah selisih siar tegak antara Lapisan 1, Lapisan 2, Lapisan 3 dst.
adalah boleh ¼ (sepermpat) batu ke arah memanjang.
Dst
Lap. 2
Dst
Lap. 4
Lap. 3
Lap. 2
Lap. 1
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 29
Bentuk Susunan Satu Batu Satu Sudut
a. Memanjang.
Lapisan 3
b. 1 (satu) Sudut
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 3 Lapisan 4
Lapisan 2
c. 2 (dua) Sudut
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 3 Lapisan 4
d. Sudut Silang
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3 Lapisan 4
a. Memanjang.
Lapisan 3
b. 1 (satu) Sudut
Lapisan 1
32
Bentuk Susunan Satu Setengah Batu Dua Sudut
Lapisan 3 Lapisan 4
b. 2 (dua) Sudut
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 3 Lapisan 4
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 33
Bentuk Susunan ½ + 1 Batu Satu Sudut
c. Sudut Silang
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 3 Lapisan 4
Susunan ½ + 1 Batu
a. 1 (satu) Sudut
b. 2 (dua) Sudut
c. Sudut Silang
d. 1 (satu) Sudut
35
Lapisan 3
e. 2 (dua) Sudut
Lapisan 4
Sudut Silang
Lapisan 1 Lapisan 2
36
Lapisan 3
Lapisan 4
Susunan 1 + 1 ½ Batu
a. 1 (satu) Sudut
b. 2 (dua) Sudut
Lapisan 1 Lapisan 2
37
Gambar 3.33 Bentuk Susunan 1 + 1 ½ Batu Sudut Silang
Lapisan 4
c. Sudut Silang
Lapisan 4
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 38
2 Lap. 1
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 1 Lapisan 2
Susunan VLAAR
Dst.
A
Lap. 2
Dst
B
Lap. 4
Lap. 3
Lap. 2
Lap. 1
39
Bentuk Susunan
1 Vlaar Satu Setengah Batu 2
a. 1 (satu) Batu
b. 1 ½ Batu
Lapisan 1 Lapisan 2
Lapisan 1 Lapisan 2
Menggambar Rekayasa_Novitasari,ST.,MT. 40