Anda di halaman 1dari 5

Stabilisasi Tanah Dengan Bitumen

Stabilisasi bitumen menggunakan asphalt cement, cutback asphalt, atau asphalt


emulsi. Penggunaannya tergantung tipe tanah yang distabilisasi, metode
konstruksi, dan kondisi cuaca.

Walaupun tanah lempung distabilisasi dengan emulsi atau cutback, dengan


peforma yang cukup, kegunaan utama stabilisasi dengan emulsi bitumen adalah
untuk pasir karena kohesinya yang sangat rendah atau kebutuhannya terhadap
tindakan waterproofing

Gambar Stabilisasi Tanah Dengan Bitumen


Stabilisasi Tanah Dengan Semen

Klasifikasi stabilisasi tanah dengan semen dibagi kedalam 5 tipe


(kezdi,1979:108) yaitu:

Soil-Cement. Tipe stabilisasi tanah-semen ini merupakan tipe yang umum,


dimana pencampuran tanah dan semen biasa digunakan untuk pondasi
bangunan, perlindungan tanah terhadap erosi dan pembekuan tanah

Cement Improved Granuler-Soil Mix. Stabilisasi tipe ini digunakan untuk


mengurangi sifat kembang-susut dan plastisitas tanah yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan daya dukung tanah, dengan menambahkan semen sesuai
yang diperlukan.

Cement Improved Silt-Clay Mix. Penambahan kadar semen dilakukan secara


bertahap dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan tipe 2 untuk
mengurangi sifat kembang-susut tanah dan meningkatkan daya dukung tanah
sesuai dengan kadar air yang ada di lapangan.

plastic Soil-Cement. Tipe stabilisasi ini digunakan untuk tanah dengan kadar air
yang lebih tinggi misalnya untuk aliran irigasi, parit dan bangunan pengairan
lainnya. Hasil stabilitas dapat memberikan perlindungan terhadap tanah dari
erosi.

Cement-Treated Soil Pastes And Mortars. Tipe ini digunakan untuk kondisi
tanah dengan kadar yang sangat tinggi dengan cara menginjeksi campuran
tanah-semen ke dalam tanah sebagai perkuatan. Pada umumnya ditambahkan
beberapa bahan kimia pembantu.
Jenis semen yang biasa digunakan adalah semen portland tipe 1 yang paling
banyak digunakan. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan semen tipe ini
adalah pada saat digunakan pada tanah yang mengandung kadar air serta bahan
organik, sulfat dan garam-garaman dalam kadar air yang tinggi. Kendala lain
dari penggunaan semen ini adalah penyerapan air untuk hidrasi semen dan
reaksi awal ettringgite relatif kecil yaitu 28% dari berat semen serta dapat
terjadi keretakan. Stabilisasi tanah dengan semen lebih cocok untuk jenis tanah
tertentu yaitu tanah kepasiran atau batu kerikil.

Gambar Stabilisasi Tanah Dengan Semen


Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

 Metode perbaikan tanah dengan kapur salah satu alternatif usaha


perbaikan tanah yang tidak memenuhi standar sebagai lapisan tanah dasar
untuk perkerasan atau pondasi bangunan.

 Tujuan stabilisasi tanah dengan kapur yaitu meningkatkan akses di tanah


basah (reaksi penguapan akibat campuran air dan kapur dalam tanah).

 Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya,


mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah.

 Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya


akan berkurang secara drastis karena butir kapur.

 Kapur yang terdiri dari ion-ion Ca, Mg dan sebagian kecil Na dapat
digunakan untuk :

1. mengurangi sifat mengembang dari tanah

2. mengurangi plastisitas dari tanah

3. meningkatkan daya dukung dari tanah

 Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur :

1. adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya


ikatan antara partikel tanah.

2. adanya proses sementasi ( antara kapur dan tanah sehingga kekuatan


geser/daya dukung tanah menjadi naik ).

3. stabilisasi tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk


tanah lempung dan tidak efektif untuk tanah pasir.

Proses Pemadatan Pada Campuran Kapur Dan Tanah

Anda mungkin juga menyukai