PROPOSAL SKRIPSI
TEKNIK SIPIL
Penguji / Pembimbing 2
Bu Devi N. UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
KKJF-Struktur, 15 Januari 2021
Pak Wisnumurti 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mendesain bangunan yang tahan terhadap beban gempa, sudah banyak
berbagai bahan material diteliti dan dipakai untuk bahan konstruksi. Salah satunya ialah
baja canai dingin. Baja canai dingin merupakan suatu komponen struktur yang terbuat dari
lembaran-lembaran baja yang diproses dengan bentuk-bentuk profil tertentu menggunakan
proses stamping, rolling, dan shaping. Material baja cold formed merupakan komponen
yang tipis, ringan dan mudah dalam pengerjaan bila dibandingkan dengan material baja
hot rolled (Mutawalli, 2007).. Untuk saat ini material baja canai dingin biasa digunakan
untuk rangka atap, rangka plafond, dan rangka bangunan salah satunya kini mulai
diterapkan pada portal sederhana.
Portal adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan yang berfungsi menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang berdiri
sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma-diafragma horizontal atau sistem-sistem
lantai. Ada 2 macam portal, yaitu portal terbuka dan tertutup. Pada portal terbuka, seluruh
momen dan gaya yang bekerja langsung ditahan oleh pondasi, sloof hanya menahan
dinding saja. Sedangkan, pada portal tertutup gaya dan momen yang bekerja ditahan
terlebih dahulu oleh sloof/beam kemudian diratakan ke sebagian pondasi.
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisa kegagalan pada struktur portal canai
dingin dengan panel dinding akibat beban gempa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dengan perencanaan pemberian beban siklik antara struktur portal
2
dengan jenis material panel dinding yang berbeda, dapat diketahui energi disipasi akibat
pemberian beban siklik pada struktur portal tersebut. Diharapkan dari penelitian ini dapat
mengetahui desain yang lebih kuat dan aman. Sehingga tugas akhir ini penulis beri judul
“Pengaruh Variasi Bukaan Panel Dinding (Sheated Wall) Berbahan Multiplek
Terhadap Energi Disipasi Akibat Beban Siklik Pada Portal Baja Canai Dingin 2D”
Struktur portal dapat mengalami kegagalan dikarenakan beberapa sebab, faktor yang
paling umum adalah dari sisi desain struktur dan beban yang diterima. Menurut Diptes Das
dan CVR Murty (2004), kekakuan portal terbuka tidak cukup besar untuk menahan beban
horizontal akibat gempa. Penambahan panel dinding meningkatkan kekakuan struktur dan
memberi pengaruh besar terhadap keruntuhan gedung sehingga perilakunya berbeda dari
portal terbuka. Konfigurasi panel dinding sebagai elemen tambahan pada struktur portal
dapat divariasikan berdasarkan jenis materialnya, sehingga perlu diteliti pengaruh jenis
panel dinding terhadap energi disipasi akibat pembebanan siklik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Portal
Struktur portal adalah struktur yang terbuat dari elemen yang linear seperti balok dan
kolom yang dihubungkan satu sama lain pada ujungnya sehingga tidak memungkinkan
terjadinya rotasi pada ujung yang saling terhubung (Schodek, 1998). Portal adalah struktur
yang tetap stabil bila diberi beban lateral seperti gempa bumi maupun beban gravitasi karena
ujung pada balok dapat menahan kolom dari rotasi karena sambungannya bersifat kaku. Dan
kolom pada portal berfungsi untuk menahan putaran pada ujung balok sehingga dapat
mengurangi defleksi pada bentang balok.
Ada dua jenis struktur portal jenis yakni portal terbuka dan portal tertutup.
2.1.1. Portal Terbuka
Portal terbuka adalah portal yang kekuatan dan kekakuannya dalam menahan beban
lateral dan kestabilan bergantung pada kekuatan elemen-elemennya sendiri (Carvalho,
2012). Struktur dari portal terbuka terdiri dari balok dan kolom yang saling terhubung satu
sama lain dengan sambungan penahan momen.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki struktur portal terbuka diantaranya adalah
kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan finishing dan arsitektural dikarenakan memiliki
bukaan penuh pada portalnya. Disamping itu, struktur portal terbuka juga cenderung
mempunyai disipasi energi yang baik.
Kekuatan suatu baja canai dingin tergantung pada titik lelehnya. Tegangan leleh (yield
stress) sendiri adalah titik batas dimana baja masih mengalami pertambahan deformasi
namun tidak diikuti kenaikan beban yang ditahan. Dalam kurva tegangan-regangan baja
batas tersebut disebut sebagai titik leleh. Menurut Yu (2000) tegangan leleh baja ringan
berkisar antara 165 Mpa hingga 552 Mpa (1687-5624 kg/cm2).
Baja yang diproduksi dengan hot rolled akan menghasilkan kurva tegangan-regangan
yang tajam sedangkan baja yang diproduksi dengan menggunakan cold formed
menghasilkan kurva yang lebih stabil dibandingkan dengan hot rolled.
(a)
(b)
Gambar 2.4 Kurva tegangan regangan baja ringan (a) Tegangan leleh tajam; (b) Tegangan
leleh stabil
Sumber: Yu, Wei-Wen dan La Boube Roger A. (2010)
8
(a) (b)
Gambar 2.5 Jenis profil baja canai dingin (a) Bentuk profil struktural tunggal (b) Bentuk
profil dek dan panel
Sumber: (Yu, 2000)
3. Baja canai dingin bersifat anti api atau tidak membuat api membesar jika ada api.
Karena pada baja canai dingin tersebut terdapat suatu sistem proteksi seperti fire
resistance.
4. Baja canai dingin tidak memiliki nilai muai susut seperti yang dimiliki material
kayu.
5. Baja canai dingin memiliki daya tahan terhadap serangga sehingga waktu
penggunaan lebih lama. Selain itu biaya pemeliharaannya juga kecil sehingga baja
canai dingin lebih efisien dan ekonomis.
Tabel 2.1
Sifat Material Kayu dan Kayu Komposit
Gambar 2.7 Perbandingan Kolom panjang dan Kolom pendek pada penerimaan
beban gempa
Sumber: C.V.R. Murty (20
12
Pada saat struktur portal dengan panel dinding menerima pembebanan yang relatif
kecil, panel dinding tersebut berperan terhadap kekakuan dan kekuatan struktur secara
penuh. Pada saat pembebanan tersebut, panel dinding belum mengalami kegagalan yang
dapat menurunkan kekakuan strukturnya meskipun portalnya sendiri berpeluang besar
mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan karena pembebanan yang diberikan belum
melampaui kekuatan panel dinding tersebut. Namun apabila struktur tersebut diberi
pembebanan yang lebih besar, deformasi yang terjadi akan mengakibatkan kekuatan panel
dinding terlampaui sehingga terjadi kerusakan pada dinding. Kerusakan tersebut dapat
menurunkan kekakuan struktur secara signifikan, sehingga gaya gempa yang sebelumnya
diterima langsung oleh struktur portal dan panel dindingnya secara bersamaan akan
berubah diterima sepenuhnya oleh portal saja. Hal tersebut akan menyebabkan kegagalan
terjadi pasa struktur portal. (Tjahjanto & Imran, 2009)
13
e. Frame failure (FF), terjadi keruntuhan ditandai dengan terbentuknya sendi plastis
pada sambungan balok-kolom. Hal ini dikarenakan dinding memiliki kekuatan
besar namun struktur portal memiliki kekuatan kecil dengan hubungan balok-
kolom yang lemah.
Kurva histeresis adalah representasi respon dari struktur atau elemen struktur akibat
beban siklik. Kurva histeresis terdiri dari dua bagian yaitu reloading curve dan unloading
curve. Kurva histerisis mempunyai titik-titik puncak dan setiap titik puncak dari kurva
histerisis dapat dihubungkan satu sama lain untuk menghasilkan garis lengkung kurva yang
disebut envelope curve yang merupakan titik akhir reloading curve dan titik awal menuju
unloading curve. Ada beberapa parameter yang bisa didapat dengan menganalisis kurva
histeresis salah satunya yakni parameter kekakuan.
Suatu struktur yang diberi beban siklik lama-lama akan mengalami degradasi.
Degradasi yang terjadi pada struktur dibagi menjadi tiga jenis yakni degradasi kekakuan
(stiffness degradation), degradasi kekuatan (strength degradation) dan efek pinching.
Degradasi kekakuan terjadi akibat retak atau hilangnya ikatan antar elemen yang
menyebabkan momen inersia efektif menjadi berkurang dengan ditandai turunnya nilai
kekakuan. Pada gambar 2.8 dapat dilihat bahwa pada model pertama loading dan unloading
bersifat sama dan kekakuan akan menurun dengan bertambahnya perpindahan. Pada model
kedua, loading berkurang sebagai fungsi perpindahan tetapi saat unloading tetap dijaga
seperti kekakuan awal. Pada model ketiga, loading dan unloading mengalami penurunan
sesuai fungsi perpindahan tetapi penurunan keduanya tidak sama.
Degradasi kekuatan adalah degradasi yang ditandai dengan adanya penurunan gaya
atau beban (P) pada siklus berikutnya, sehingga puncak dari siklus juga mengalami
penurunan. Penurunan kekuatan yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.9
Sedangkan efek pinching adalah penurunan kekakuan yang besar pada struktur
yang terjadi saat pembebanan ulang setelah terjadi unloading. Pada baja efek pinching
terjadi pada celah antar pelat dan sambungan yang membuka dan menutup ketika
diberi beban siklik.
2.5. Perpindahan
Apabila suatu struktur diberikan pembebanan lateral secara terus menerus maka
struktur akan mengalami perpindahan searah beban sebagai respon pembebanan. Apabila
suatu struktur diberi pembebanan dan tidak dapat kembali ke posisi semula setelah beban
dilepas, maka struktur mengalami perpindahan plastis dan mengisyaratkan struktur tidak
mampu lagi menahan beban yang lebih besar. Perpindahan akibat beban lateral dibagi
menjadi tiga jenis yaitu perpindahan lentur, perpindahan penetrasi leleh, dan perpindahan
geser.
Energi terdisipasi oleh peredaman dalam satu siklus getaran harmonis adalah
Untuk mendapatkan interpretasi grafis dari energi disipasi, kita harus terlebih dahulu
menurunkan persamaan yang berkaitan dengan gaya redaman fD terhadap perpindahan u:
20
(2.6.1)
Menurut Wijaya energi total yang diberikan kepada struktur pada suatu
pembebanan disebut energi input. Sebagian energi input yang diberikan pada struktur
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.3. Sekrup
Pada penelitian ini menggunakan sekrup jenis SS dengan diameter kepala sekrup 8 mm
dengan panjang dari kepala hingga kaki sekrup ± 20 mm.
3.2.4. Multiplek
Pada penelitian ini multipleks digunakan untuk dua bagian yakni untuk bagian panel
dinding dengan menggunakan multipleks dengan tebal 4 mm, sedangkan untuk pondasi atau alas
portal menggunakan gabungan dua buah multipleks berukuran 15 mm yang ditempel dengan lem
sehingga menghasilkan tebal pondasi 30 mm. Multipleks yang digunakan harus memiliki
permukaan yang rata baik di sisi depan maupun belakang
26
(a) (b)
Gambar 3.4 Multiplek (a) Pada panel dinding (b) Pada pondasi
3.2.5. Lem
Pada penelitian ini menggunakan lem kayu merk Rajawali yang digunakan sebagai perekat
untuk menggabungkan dua buah multipleks tebal 15 mm sehingga menjadi multipleks tebal 30 mm
yang digunakan sebagai pondasi atau alas dari portal.
3.3.1. Bor
Bor digunakan untuk memasang sekrup dan baut pada profil baja canai dingin untuk
menggabungkan profil balok kolom serta pondasi yang telah disusun. Untuk pemilihan mata bor
yang digunakan disesuaikan dengan diameter dari kepala baut atau sekrup yang dipakai
3.3.2. Cetakan
Cetakan dibuat di satu lembar multipleks yang digunakan untuk mempermudah
penyusunan balok kolom canai dingin dan juga digunakan agar penempatan balok kolom presisi
sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan.
fiber cement board. Pemilihan mata gerinda yang digunakan dapat disesuaikan dengan bahan yang
akan dipotong.
3.3.9. Railing
Railing pada penelitian ini digunakan agar saat diberi pembebanan portal tidak mengalami
puntir serta tidak keluar dari sumbu pembebanannya. Railing diperlukan karena jika portal keluar
dari sumbu pembebanannya maka pembacaan perpindahan pada LVDT menjadi tidak valid. Dalam
penelitian ini railing dibuat dari profil baja siku dan dipasang searah horizontal pada bagian depan
dan belakang benda uji yang dikaitkan pada loading frame. Pada bagian depan benda uji yang
berdinding, railing diberi tambahan roda atau bearing agar gesekan antara railing dan dinding tidak
mempengaruhi pembacaan beban pada load cell.
3.3.10. Sabuk
Sabuk berfungsi untuk menjaga benda uji tetap pada sumbunya, sehingga terjadinya puntir
dapat dicegah pada saat akan melakukan pembebanan siklik. Sabuk dipasang di atas benda uji
setinggi 100 mm dan terdapat sambungan yang digunakan untuk menyambung sabuk dengan 2
load cell.
Benda uji yang akan digunakan pada penelitian ini adalah portal canai dingin 2 (dua) dimensi
yang memiliki lebar 58 cm dan tinggi 106 cm. Dalam penelitian ini digunakan 4 (empat) jenis
portal. Masing – masing portal memiliki variasi bukaan panel dinding multiplek sebesar 0%,
25%, 50% dan 100%. Letak perbedaan dari keempat portal tersebut adalah bukaan panel
34
dindingnya saja. Sedangkan untuk dimensi profil, material penyusunan dan konfigurasi
sambungan pada keempat portal tetap sama.
Pada penelitian ini benda uji portal memiliki total jumlah sebanyak 12 dengan pembebanan
dilakukan secara siklik yaitu beban lateral diberikan secara bergantian dengan dua arah yang
berlawanan. Portal yang akan diuji diberikan kode dengan ketentuan sebagai berikut.
S – T - ##
Keterangan :
M : Menunjukkan pembebanan yang digunakan, yaitu siklik.
T : Menunjukkan material panel dinding, yaitu multiplek.
## : Menunjukkan prosentase bukaan pada panel dinding.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kode yang akan digunakan pada penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Portal S – 100 dengan bukaan sebesar 100% pada panel dinding multiplek dengan
pembebanan siklik.
35
2. Portal S – T – 25 dengan bukaan sebesar 25% pada panel dinding multiplek dengan
pembebanan siklik.
3. Portal S – T – 50 dengan bukaan sebesar 50% pada panel dinding multiplek dengan
pembebanan siklik.
4. Portal S – T – 0 dengan bukaan sebesar 0% pada panel dinding multiplek dengan
pembebanan siklik.
(a) (b)
Gambar 3.20 Benda Uji Portal dengan Bukaan 25% (a) Tampak Depan (b) Tampak Belakang
(a) (b)
Gambar 3.21 Benda Uji Portal dengan Bukaan 50% (a) Tampak Depan (b) Tampak Belakang
(a) (b)
Gambar 3.22 Benda Uji Portal dengan Bukaan 0% (a) Tampak Depan (b) Tampak Belakang
Benda uji tersebut selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan load cell dengan
pembebanan siklik pada dua sisi (kiri dan kanan) portal searah dengan posisi balok atas portal.
(a) (b)
Gambar 3.23 Detail Sambungan (a) Sambungan balok-kolom (b) Sambungan kolom-pondasi
sebanyak 6 buah pada tiap sisi kanan dan kiri dinding dengan jarak antar sekrup 20 cm dan
jarak sekrup dari tepi dinding sebesar 1,8 cm.
4. Portal kemudian dibuat berdiri dan dipasang pada pelat pondasi dari multipleks kemudian
dipasang sekrup pada ke empat sisi pelat sambungan antara kolom-pelat pondasi pada titik
yang telah ditentukan seperti pada Gambar 3.23.
5. Cek kembali kekuatan sambungan pada balok-kolom dan kolom-pelat pondasi sebelum
dilakukan pengujian pada portal.
Sehingga pengujian pada penelitian ini menggunakan drift ratio terbesar yaitu
13% dan dilakukan sebanyak 13 siklus, dimulai dari 1% sampai dengan 13%,
dengan interval 1%, kemudian beban dicatat setiap perubahan simpangan sejauh 2
mm.
41
7. Catat perpindahan dan beban yang terjadi, baik saat loading dan unloading.
Beban dicatat setiap simpangan 2 mm. Langkah ini dilakukan ntuk
mendapatkan kurva histerisis.
melakukan crosscheck data dengan memutar ulang video saat pengujian berlangsung. Data-
data yang didapat ini nantinya akan menghasilkan sebuah kurva histerisis
Tabel 3.2 Form Pengumpulan Data Pembacaan Beban dan LVDT per Drift Ratio
Pembacaan Beban Pembacaan LVDT Beban Simpangan
No
kg mm kg mm
Dalam penelitian ini akan dianalisis disipasi energinya serta menguji mutu material
baja canai dingin dari penelitian terdahulu. Dari data yang telah dikumpulkan, dapat
dibuat kurva histerisisnya yang kemudian akan menghasilkan disipasi energi. Karena
disipasi energi adalah luas kurva yang tertutup, untuk mendapatkan luas tersebut maka
luas area atas dikurangi dengan luas area bawah. Sedangkan untuk uji mutu material
baja canai dingin hanya memerlukan data gaya tarik maksimum serta tebal dan lebar
dari sampel uji tarik.
Tabel 3.3 Form Pengolahan Data Disipasi Energi Benda Uji per Drift Ratio
Luas Area
Beban Simpangan Interval
No Bawah Atas
Kg mm mm kg.cm kg.cm
∑= Total
Energi disipasi =
DAFTAR PUSTAKA
American iron and steel institute, North American standard for cold-formed steel framing
lateral design, 2007 Ed., AISI S213-07; 2007.
Carvalho, G., Rita, B., Carlos, B. (2012). Nonlinear Static and Dynamic Analyses of
Reinforced Concrete Buildings-Comparison of Different Modelling Approaches.
Portugal.
Choi, H., Yoshiaki, Nakano., and Sanada, Y., (2005), Seismic Performance and Crack Pattern
of Concrete Block Infilled Frames. Bulletin of ERS, No. 38. City: California
Diptesh Das, C.V.R Murty, (2000). Bricknmasonry infills in seismic design of RC frame
buildings, Civil Engineering IIT Kanpur, India, Part 2.
European convention for construction steelwork, recommended testing procedure for assessing
the behaviour of structural steel elements under cyclic loads; 1985.
FEMA 461. 2007. Interim Interim Testing Protocols for Determining the Seismic Performance
Characteristic of Structural and Nonstructural Components. Redwood
FEMA P440A. 2009. Effects of Strength and Stiffness Degradation on Seismic Response.
Gere & Timoshenko. 1996. Mekanika Bahan. Jakarta: Erlangga.
Goutam, Mondal., and Sudhir, K., Jain, M., (2008), Lateral Stiffness of Masonry Infilled
Reinforced Concrete (RC) Frames with Central Opening, Earthquake Spectrum
Earthquake Engineering Research Institute (EERI), Vol. 24, No. 3, 701 –723. DOI:
10.1193/1.2942.376.
Kawai Y, Kanno R, Hanya K. Cyclic shear resistance of light-gauge steel framed walls.
ASCE Structures Congress, Poland, USA 1997:433–7
Kubon, K. D., Sukrawa, M., & Putra, D. (2014). Analisa Perilaku dan Kinerja Struktur Rangka
Dinding Pengisi dengan Variasi Penempatan Dinding pada Lantai Dasar. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil. 18(1): 66-76.
46
Mutawalli M. (2007). Stabilitas Sambungan Struktur Baja Ringan SMART FRAME Type-T
Terhadap Beban Siklik Pada Rumah Sederhana Tahan Gempa, Tesis Program Pasca
Sarjana. UGM Yogyakarta.
Pan, C. L., & Shan, M. Y. (2011). Monotonic shear tests of cold-formed steel wall frames with
sheathing. Thin-Walled Structures, 49(2), 363-370.
Park, R., & Paulay, T. (1975). Reinforced concrete structures. John Wiley & Sons.
Paulay, T. and M.J.N., Priestley. (1992), Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry
Building, J.Wiley and Sons, NY, 744 pp. Redwood City: California.
Sudika, I. G. M. (2017). Analisis Perilaku Struktur Portal dengan Dinding Pengisi Penuh dan
Sebagian terhadap Beban Lateral. Bali: Jurusan Teknik Sipil Universitas Ngurah Rai.
Sulistomo, Jourdan Tri. (2020). Pengaruh Variasi Bentuk Pelat Sambung Terhadap Energi
Disipasi Akibat Beban Siklik (Quasi-Statis) Pada Portal Baja Canai Dingin 2D.
Malang; Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya.
Timur, Shella Kartika. (2020). Pengaruh Variasi Jenis Material Pada Panel Dinding (Sheated
Wall) Terhadap Energi Absorpsi dan Daktilitas Akibat Beban Monotonik Pada Canai
2D. Malang; Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya.
Tjahjanto, H. H., & Imran, I. (2009). Kajian Performance Struktur Portal Beton Bertulang
dengan Dinding Pengisi. Seminar dan Pameran HAKI. HAKI.
Watanabe, K., Niwa, J., Yokota, H., & Iwanami, M. (2004). Stress-Strain Relationship for the
Localized Compressive Failure Zone of Concrete under Cyclinic Loading. Japan.
Wibowo, A. (2012). Seismic Performance of Insitu and Precast Soft Storey Buildings.
Wicaksono, Ramadhan Budi. (2020). Pengaruh Variasi Jenis Alat Sambung Terhadap Energi
Disipasi Akibat Beban Siklik (Quasi-Statis) Pada Canai 2D. Malang; Jurusan Teknik
Sipil Universitas Brawijaya.
47
Wiguna, A., & Walujodjati, E. (2015). Analisis Kekuatan Baja Canai Dingin (Cold Formed
Steel) sebagai Alternatif untuk Elemen Struktur Balok Rumah Sederhana yang
Merespon Gempa. Jurnal Kalibrasi. 13(1): 1-20.
Yu, W. W. (2000). Cold Formed Stell Design. John Wiley and Sons.