PROPOSAL SKRIPSI
TEKNIK SIPIL
Penguji / Pembimbing 1
Pak Ananda
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
8. Alas benda uji yang digunakan adalah multiplek dengan ketebalan 30 mm dengan
asumsi jepit sempurna.
9. Pembebanan pada penelitian ini menggunakan beban quasi statis.
10. Pada pengujian ini parameter yang diamati adalah kekakuan benda uji akibat variasi
jenis panel dinding.
11. Penelitian ini tidak memperhitungkan perubahan secara vertikal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Portal
Struktur portal adalah struktur yang terbuat dari elemen yang linear seperti balok dan
kolom yang dihubungkan satu sama lain pada ujungnya sehingga tidak memungkinkan
terjadinya rotasi pada ujung yang saling terhubung (Schodek, 1998). Portal adalah struktur
yang tetap stabil bila diberi beban lateral seperti gempa bumi maupun beban gravitasi karena
ujung pada balok dapat menahan kolom dari rotasi karena sambungannya bersifat kaku. Dan
kolom pada portal berfungsi untuk menahan putaran pada ujung balok sehingga dapat
mengurangi defleksi pada bentang balok.
Struktur portal biasanya digunakan dalam sebuah permodelan konstruksi bangunan
gedung. Dalam permodelannya struktur portal dibagi menjadi dua jenis yakni portal terbuka
dan portal tertutup.
Sedangkan panel dinding dalam sebuah portal terbuka dianggap sebagai komponen
non-struktural yang digunakan sebagai partisi atau penutup bagian luar portal. Namun
walaupun dianggap sebagai komponen non-struktural, dengan adanya panel dinding
tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kekakuan dan kekuatan terhadap portal yang
lebih baik sehingga perilakunya akan berbeda dengan portal tanpa panel dinding (Diptes Das
dan CVR Murty, 2004). Sedangkan menurut Schodek (1999) kekakuan pada titik hubung
berkontribusi untuk memberikan kestabilan terhadap gaya lateral yang bekerja pada struktur,
sehingga panel dinding dapat memberikan kekakuan yang lebih terhadap balok dan kolom.
diinginkan. Menurut Mutawalli (2007) proses pembuatan baja canai dingin yang melewati
proses penekanan dan penggabungan baja lembaran menyebabkan baja canai dingin
memiliki dimensi ketebalan profil yang tipis dan ringan sehingga memudahkan dalam
pengerjaannya.
(a) (b)
Gambar 2.4 Kurva tegangan regangan baja ringan (a) Tegangan leleh tajam; (b) Tegangan
leleh stabil
Sumber: Yu, Wei-Wen dan La Boube Roger A (2010)
7
(a) (b)
Gambar 2.5 Jenis profil baja canai dingin (a) Bentuk profil struktural tunggal (b) Bentuk
profil dek dan panel
Sumber: Yu (2000)
4. Biaya pemeliharaan lebih murah dan ekonomis dikarenakan baja canai dingin tidak
terlalu memerlukan perawatan seperti halnya kayu.
5. Tidak dapat terbakar sehingga saat terjadi kebakaran tidak menyebabkan api
merambat semakin besar.
6. Tidak mempunyai faktor muai dan susut yang harus dipertimbangkan seperti halnya
kayu.
7. Canai dingin dapat didaur ulang kembali jika tidak digunakan karena sifatnya yang
awet dan tahan lama.
2.3.1.1. Multiplek
Multiplek (plywood) adalah kombinasi lembaran serat dan kulit kayu yang dibentuk
melalui proses perekatan kemudian dilakukan pemampatan (press) dalam tekanan tinggi.
Bagian luar multiplek memiliki sifat yang lebih kuat dibandingkan bagian tengah
dikarenakan bagian luar multiplek digunakan untuk mereduksi tekanan tekuk dan muai
serta lebih mudah dibentuk saat pemasangannya. Dimensi multiplek yang umum dijual di
pasaran berdimensi 120 x 240 cm dengan ketebalan bervariasi 3 hingga 24 mm. Beberapa
karakteristik dari multiplek (plywood) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Beberapa kelebihan multiplek sebagai bahan panel dinding partisi adalah sebagai
berikut.
1. Lebih mudah dalam pemasangan karena ringan dan fleksibel
2. Memiliki sifat kokoh sehingga mampu digunakan sebagai komponen material dasar
pembuatan furniture indoor.
3. Memiliki permukaan yang rata,halus dan tidak bergelombang
4. Tersedia dalam ketebalan dan ukuran yang bermacam-macam sehingga
mempermudah pemilihan dan pengaplikasian di lapangan
dan 60 x 120 cm dengan ketebalan 4 mm. Beberapa karakteristik dari fiber cement board
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Beberapa kelebihan fiber cement board sebagai bahan panel dinding partisi adalah
sebagai berikut.
1. Tahan terhadap air dan api sehingga awet dalam pemakaiannya.
2. Harga yang murah dan proses pemasangan yang relatif mudah dan cepat.
3. Mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan.
4. Tidak mengandung bahan asbes yang tidak baik untuk kesehatan manusia
yang berakibat menurunnya kekakuan dan kekuatan struktur, karena yang awal mulanya
gaya lateral atau gaya gempa ditahan oleh struktur portal dan panel dinding secara
bersama-sama menjadi ditahan oleh struktur portal saja (Tjahjanto & Imran, 2009).
displacement control adalah pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan nilai beban
yang dihasillkan dari kontrol perpindahan yang diberikan. Kedua metode pengujian ini
dilakukan untuk menghasilkan kurva hysteresis yang kemudian akan menghasilkan
parameter-parameter kekuatan struktur terhadap beban gempa.
Kurva histeresis adalah representasi respon dari struktur atau elemen struktur akibat
beban siklik. Kurva histeresis terdiri dari dua bagian yaitu reloading curve dan unloading
curve. Kurva histerisis mempunyai titik-titik puncak dan setiap titik puncak dari kurva
histerisis dapat dihubungkan satu sama lain untuk menghasilkan garis lengkung kurva yang
disebut envelope curve yang merupakan titik akhir reloading curve dan titik awal menuju
unloading curve. Ada beberapa parameter yang bisa didapat dengan menganalisis kurva
histeresis salah satunya yakni parameter kekakuan.
Suatu struktur yang diberi beban siklik lama-lama akan mengalami degradasi.
Degradasi yang terjadi pada struktur dibagi menjadi tiga jenis yakni degradasi kekakuan
(stiffness degradation), degradasi kekuatan (strength degradation) dan efek pinching.
Degradasi kekakuan terjadi akibat retak atau hilangnya ikatan antar elemen yang
menyebabkan momen inersia efektif menjadi berkurang dengan ditandai turunnya nilai
kekakuan. Pada gambar 2.8 dapat dilihat bahwa pada model pertama loading dan unloading
bersifat sama dan kekakuan akan menurun dengan bertambahnya perpindahan. Pada model
kedua, loading berkurang sebagai fungsi perpindahan tetapi saat unloading tetap dijaga
seperti kekakuan awal. Pada model ketiga, loading dan unloading mengalami penurunan
sesuai fungsi perpindahan tetapi penurunan keduanya tidak sama.
Degradasi kekuatan adalah degradasi yang ditandai dengan adanya penurunan gaya
atau beban (P) pada siklus berikutnya, sehingga puncak dari siklus juga mengalami
penurunan. Penurunan kekuatan yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.9
Sedangkan efek pinching adalah penurunan kekakuan yang besar pada struktur
yang terjadi saat pembebanan ulang setelah terjadi unloading. Pada baja efek pinching
terjadi pada celah antar pelat dan sambungan yang membuka dan menutup ketika
diberi beban siklik.
15
2.5. Perpindahan
Apabila suatu struktur diberikan pembebanan lateral secara terus menerus maka
struktur akan mengalami perpindahan searah beban sebagai respon pembebanan. Apabila
suatu struktur diberi pembebanan dan tidak dapat kembali ke posisi semula setelah beban
dilepas, maka struktur mengalami perpindahan plastis dan mengisyaratkan struktur tidak
mampu lagi menahan beban yang lebih besar. Perpindahan akibat beban lateral dibagi
menjadi tiga jenis yaitu perpindahan lentur, perpindahan penetrasi leleh, dan perpindahan
geser.
2.7. Kekakuan
Kekakuan adalah besarnya gaya yang dapat mengakibatkan suatu struktur mengalami
deformasi. Sedangkan menurut Simajuntak (2017) kekakuan juga dapat didefinisikan
sebagai gaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu lendutan Secara ilmiah kekakuan
didefinisikan sebagai rasio antara beban dengan perpendekan.
Menurut Gere dan Timoshenko (1996) kekakuan mengarah pada kemampuan suatu
struktur dalam menahan perubahan bentuk. Namun, kekakuan perlu dibatasi agar tidak
terjadi deformasi berlebihan seperti defleksi bear yang terjadi pada sebuah balok karena hal
itu bisa mempengaruhi kinerja balok itu sendiri. Nilai kekakuan dapat diperoleh dua metode
yakni metode secant stiffness dan metode tangent stiffness.
a. Metode Secant Stiffness
Metode secant stifness merupakan suatu metode pendekatan kekakuan yang
menggambarkan kekakuan suatu struktur saat mengalami kelelehan. Nilai kekakuan
metode secant stiffness didapat dari nilai kemiringan garis linear yang bermula pada titik
asal (0,0) ke titik saat kondisi struktur mengalami leleh, yaitu menggunakan pendekatan
beban sebesar 75% dari beban maksimum struktur.
b. Metode Tangent Stiffnesss
Metode tangent stiffness merupakan suatu metode pendekatan kekakuan yang
menggambarkan kekakuan suatu struktur saat struktur belum mengalami kerusakan atau
belum mencapai titik lelehnya. Nilai kekakuan metode tangent stiffness didapatkan dari
nilai kemiringan garis linear yang bermula pada titik asal (0,0) dan menyinggung
lengkungan pertama kurva tegangan-regangan.
Menurut Silalahi (2017), nilai kekakuan yang didapatkan dari metode tangent stiffness
akan lebih besar dibandingkan metode secant stiffness. Tetapi metode secant stiffness
memiliki ketepatan nilai yang lebih baik dibandingkan metode tangent stiffness karena posisi
18
metode secant stiffness yang berada di antara kondisi leleh dan kondisi maksimum.
Sedangkan, metode tangent stiffness hanya menggambarkan pada saat kondisi leleh.
Kekakuan suatu material juga dapat dilihat dari nilai modulus elastisitasnya, material
yang memiliki nilai modulus elastisitas tinggi akan mengalami deformasi yang lebih kecil
daripada material yang memiliki modulus elastitas yang rendah. Menurut Gere dan
Timoshenko (1996) modulus elastisitas adalah kemiringan pada kurva tegangan – regangan
di dalam daerah elastis linier dimana suatu bahan berperilaku elastis. Rumus yang digunakan
untuk perhitungan tegangan regangan yaitu :
Rumus Tegangan :
𝜎 = .............................................................................................................................. (2-2)
𝜎 = Tegangan
P = Beban
A = Luas penampang
Rumus Regangan :
𝜀 = ............................................................................................................................... (2-3)
𝜀 = Regangan
𝛿 = Perpendekan kolom
L = Panjang efektif
19
Sehingga,
𝜎 = 𝐸 × ....................................................................................................................... (2-5)
= 𝐸 × ........................................................................................................................ (2-6)
= 𝐸 × ........................................................................................................................ (2-7)
𝑘 = 𝐸 × ....................................................................................................................... (2-8)
k = Kekakuan aksial
E = Modulus elastisitas
A = Luas Penampang
L = Panjang efektif
4. Hilmi Abdillah Pengaruh variasi jenis Pada pengujian portal canai dingin
(2020) material pada panel dinding dengan beban monotonic, panel
portal terhadap kekakuan dinding berbahan fiber cement
struktur akibat pembebanan board memiliki kekakuan yang
monotonik pada canai 2 lebih tinggi dibandingkan panel
(dua) dimensi dinding berbahan multiplek
sehingga jenis bahan panel dinding
juga berpengaruh pada kekakuan
sebuah portal.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.3. Sekrup
Pada enelitian ini menggunakan sekrup jenis SS dengan diameter kepala sekrup 8 mm
dengan panjang dari kepala hingga kaki sekrup ± 20 mm. Sekrup ini digunakan untuk
menyambungkan lapisan dinding dengan portal baja canai dingin serta untuk
menyambungkan antara kaki portal dengan alas pondasi yang terbuat dari multipleks.
3.2.4. Multiplek
Pada penelitian ini multipleks digunakan untuk dua bagian yakni untuk bagian panel
dinding dengan menggunakan multipleks dengan tebal 4 mm, sedangkan untuk pondasi atau
alas portal menggunakan gabungan dua buah multipleks berukuran 15 mm yang ditempel
dengan lem sehingga menghasilkan tebal pondasi 30 mm. Multipleks yang digunakan harus
memiliki permukaan yang baik yakni sisi depan maupun belakang rata serta tidak ada yang
bergelombang.
(a) (b)
Gambar 3.4 Multiplek (a) Pada panel dinding, (b) Pada pondasi
23
3.2.6. Lem
Pada penelitian ini menggunakan lem kayu merk Rajawali yang digunakan sebagai
perekat untuk menggabungkan dua buah multipleks tebal 15 mm sehingga menjadi
multipleks tebal 30 mm yang digunakan sebagai pondasi atau alas dari portal.
3.3.1. Bor
Bor digunakan untuk memasang sekrup dan baut pada profil baja canai dingin untuk
menggabungkan profil balok kolom serta pondasi yang telah disusun. Untuk pemilihan mata
bor yang digunakan disesuaikan dengan diameter dari kepala baut atau sekrup yang dipakai.
3.3.2. Cetakan
Cetakan dibuat di satu lembar multipleks yang digunakan untuk mempermudah
penyusunan balok kolom canai dingin dan juga digunakan agar penempatan balok kolom
presisi sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan.
3.3.3. Gerinda
Gerinda digunakan untuk mempermudah pemotongan canai dingin sesuai ukuran
yang diinginkan serta digunakan juga untuk memotong panel dinding yang terbuat dari
multipleks dan fiber cement board. Pemilihan mata gerinda yang digunakan dapat
disesuaikan dengan bahan yang akan dipotong.
25
(a) (b)
Gambar 3.11 (a) LVDT, (b) Monitor pembacaan digital LVDT
26
3.3.9. Railing
Railing pada penelitian ini digunakan agar saat diberi pembebanan portal tidak
mengalami puntir serta tidak keluar dari sumbu pembebanannya. Railing diperlukan karena
jika portal keluar dari sumbu pembebanannya maka pembacaan perpindahan pada LVDT
menjadi tidak valid. Dalam penelitian ini railing dibuat dari profil baja siku dan dipasang
searah horizontal pada bagian depan dan belakang benda uji yang dikaitkan pada loading
frame. Pada bagian depan benda uji yang berdinding, railing diberi tambahan roda atau
bearing agar gesekan antara railing dan panel dinding tidak mempengaruhi pembacaan
beban pada load cell.
Pada penelitian ini jumlah benda uji portal sebanyak enam buah dengan pembagian
benda uji yang digunakan yakni tiga benda uji portal dengan dinding mutliplek penuh dan
tiga benda uji portal dengan dinding fiber cement board penuh. Portal yang akan diuji
diberikan kode sesuai dengan ketentuan sebagai berikut.
30
1. Portal S-F-0 untuk portal dengan pembebanan siklik dan panel dinding penuh
menggunakan bahan fiber cement board
2. Portal S-T-0 untuk portal dengan pembenanan siklik dan panel dinding penuh
menggunakan bahan multipleks.
(a) (b)
Gambar 3.19 Benda uji portal dengan panel dinding multipleks (a) Tampak depan (b)
Tampak belakang
Sumber : Wicaksono (2020)
(a) (b)
Gambar 3.20 Benda uji portal dengan panel dinding fiber cement board (a) Tampak depan
(b) Tampak belakang
Sumber : Wicaksono (2020)
31
(a) (b)
Gambar 3.21 Detail sambungan (a) Sambungan balok-kolom (b) Sambungan kolom-
pondasi
Sumber : Wicaksono (2020)
Benda uji portal tersebut selanjutnya diuji menggunakan hydraulic jack dan load cell
dengan pembebanan quasi statis pada as dari balok teratas pada portal hingga portal atau
dinding mengalami kerusakan
32
5. Panel dinding
Multiplek dan fiber cement board dipotong menggunakan gerinda dengan dua
macam ukuran yaitu sebesar 57x50 cm untuk dinding bagian bawah dan ukuran 57x52
cm untuk dinding bagian atas dengan ketelitian pemotongan (±) 1 mm. Untuk masing
masing ukuran dan bahan dibuat potongan sebanyak tiga buah.
6. Pondasi
Untuk bahan pondasi menggunakan multipleks setebal 15 mm yang dipotong
menjadi bentuk persegi panjang dengan ukuran 15x120 cm menggunakan gerinda
sebanyak 12 buah potongan. Kemudian tiap dua buah potongan pelat digabungkan
menggunakan lem kayu rajawali sehingga menjadi sebuah pelat dengan ketebalan 30
mm yang akan digunakan sebagai pondasi portal.
7. Cetakan Portal
Cetakan portal dibuat pada sebuah multipleks ukuran 130x70 cm dan diberi cetakan
sesuai dengan ukuran dari penyusunan portal yang diinginkan
Tabel 3.1 Data Simpangan Ultimate Akibat Pembebanan Monotonik pada Panel Dinding
Multipleks
Tabel 3.2 Data Simpangan Ultimate Akibat Pembebanan Monotonik pada Panel Dinding
Fiber Cement Board
Dari data diatas didapatkan drift ratio terbesar dari portal yang yang berpanel dinding
yakni 13%, sehingga untuk pengujian dengan beban quasi statis ini akan digunakan drift
ratio sebesar 13% yang dimulai dari drift ratio 1% sampai dengan 13% dengan interval 1%,
kemudian beban dicatat setiap perubahan simpangan sejauh 5 mm.
35
Tabel 3.2 Form Pengumpulan Data Pembacaan Beban Quasi Statis dan LVDT
Pembacaan Beban Pembacaan LVDT Beban Simpangan
No
kg mm kg mm
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Kusuma Putri Wahyu. (2020). Pengaruh Variasi Jenis Alat Sambung Terhadap
Beban Lateral Maksimum dan Kekakuan Akibat Beban Siklik (Quasi-Statis) Pada
Portal Baja Canai Dingin 2D. Malang; Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya.
Abdillah, Hilmi. (2020). Pengaruh Variasi Jenis Material Pada Panel Dinding Portal
Terhadap Kekakuan Struktur Akibat Pembebanan Monotonik Pada Canai 2 (Dua)
Dimensi. Malang; Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya.
American iron and steel institute, North American standard for cold-formed steel framing—
lateral design, 2007 Ed., AISI S213-07; 2007.
Carvalho, G., Rita, B., Carlos, B. (2012). Nonlinear Static and Dynamic Analyses of
Reinforced Concrete Buildings-Comparison of Different Modelling Approaches.
Portugal.
Choi, H., Yoshiaki, Nakano., and Sanada, Y., (2005), Seismic Performance and Crack
Pattern of Concrete Block Infilled Frames. Bulletin of ERS, No. 38.
Dewobroto, W. (2005). Analisa Inelastis Portal-Dinding Pengisi dengan “Equivalent
Diagonal Strut”. Bandung: Jurnal Teknik Sipil ITB.
Diptesh Das, C.V.R Murty, (2000). Bricknmasonry infills in seismic design of RC frame
buildings, Civil Engineering IIT Kanpur, India, Part 2.
European convention for construction steelwork, recommended testing procedure for
assessing the behaviour of structural steel elements under cyclic loads; 1985.
FEMA 461. 2007. Interim Interim Testing Protocols for Determining the Seismic
Performance Characteristic of Structural and Nonstructural Components. Redwood
City: California
FEMA P440A. 2009. Effects of Strength and Stiffness Degradation on Seismic Response.
Redwood City: California.
Gere & Timoshenko. 1996. Mekanika Bahan. Jakarta: Erlangga.
Goutam, Mondal., and Sudhir, K., Jain, M., (2008), Lateral Stiffness of Masonry Infilled
Reinforced Concrete (RC) Frames with Central Opening, Earthquake Spectr
Earthquake Engineering Research Institute (EERI)a, Vol. 24, No. 3, 701 –723. DOI:
10.1193/1.2942.376.
Kawai Y, Kanno R, Hanya K. Cyclic shear resistance of light-gauge steel framed walls.
ASCE Structures Congress, Poland, USA 1997:433–7.
39
Kubon, K. D., Sukrawa, M., & Putra, D. (2014). Analisa Perilaku dan Kinerja Struktur
Rangka Dinding Pengisi dengan Variasi Penempatan Dinding pada Lantai Dasar.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 18(1): 66-76.
Mutawalli M. (2007). Stabilitas Sambungan Struktur Baja Ringan SMART FRAME Type-T
Terhadap Beban Siklik Pada Rumah Sederhana Tahan Gempa, Tesis Program
Pasca Sarjana. UGM Yogyakarta.
Pan, C. L., & Shan, M. Y. (2011). Monotonic shear tests of cold-formed steel wall frames
with sheathing. Thin-Walled Structures, 49(2), 363-370.
Park, R., & Paulay, T. (1975). Reinforced concrete structures. John Wiley & Sons.
Paulay, T. and M.J.N., Priestley. (1992), Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Building, J.Wiley and Sons, NY, 744 pp.
Schodek, D. L. (1999). Struktur. Jakarta: Erlangga.
Simanjuntak, J. B., Wibowo, A., & Wijaya, M. N. (2017). Pengaruh Variasi Jarak
Tulangan Vertikal terhadap Daktilitas dan Kekakuan Dinding Geser dengan
Pembebanan Siklik (Quasi-Statis). Malang: Jurusan Teknik Sipil Universitas
Brawijaya.
Sudika, I. G. M. (2017). Analisis Perilaku Struktur Portal dengan Dinding Pengisi Penuh
dan Sebagian terhadap Beban Lateral. Bali: Jurusan Teknik Sipil Universitas
Ngurah Rai.
Tjahjanto, H. H., & Imran, I. (2009). Kajian Performance Struktur Portal Beton Bertulang
dengan Dinding Pengisi. Seminar dan Pameran HAKI. HAKI.
Watanabe, K., Niwa, J., Yokota, H., & Iwanami, M. (2004). Stress-Strain Relationship for
the Localized Compressive Failure Zone of Concrete under Cyclinic Loading.
Japan.
Wibowo, A. (2012). Seismic Performance of Insitu and Precast Soft Storey Buildings.
Wiguna, A., & Walujodjati, E. (2015). Analisis Kekuatan Baja Canai Dingin (Cold Formed
Steel) sebagai Alternatif untuk Elemen Struktur Balok Rumah Sederhana yang
Merespon Gempa. Jurnal Kalibrasi. 13(1): 1-20.
Yu, W. W. (2000). Cold Formed Stell Design. John Wiley and Sons.