Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH REKLAMASI PANTAI

LAYOUT RENCANA KAWASAN REKLAMASI PANTAI DI BALI

DISUSUN OLEH:
COSMAS YUDHA SATRIA NUGRAHA 175060107111018

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS


BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
TEKNIK SIPIL MALANG
2021
Teluk Benoa merupakan kawasan perairan yang memegang peranan penting dalam
menjaga ekosistem dan hidrologi Bali Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat
permodelan reklamasi Teluk Benoa dan menganalisis kualitas air DAS Tukad Badung yang
mengarah langsung ke Teluk Benoa sebagai kajian kuantitatif dalam Perpres No.51/2014.
Metode penelitian yang digunakan adalah Finite Volume Coastal Ocean Model (FVCOM) dan
analisis kimia-fisika air sungai mengacu pada PP RI No.82 Tahun 2001 dan Peraturan
No.907/MENKES/SK/VII/2002. Hasil dari penelitian ini menampilkan permodelan Teluk Benoa
pada saat menerima limpahan maksimum air sungai dan runoff DAS Tukad Badung selama
kondisi air pasang (empat jam). Reklamasi yang dilakukan seluas 15% meningkatkan permukaan
air laut di daerah selatan muara sungai Sama dan sungai Bualu, dan meningkat signifikan pada
saat dilakukan reklamasi seluas 80% mencakup wilayah sekitar DAS Tukad Badung. Analisis
kimia menunjukkan bahwa percontoh air DAS Tukad Badung yang diambil pada enam titik
lokasi memiliki tingkat kualitas air tergolong tercemar karena berada diatas persyaratan kualitas

air kelas I dengan parameter suhu 29oC, pH (6,00- 9,58), BOD (14,00-22,89 mg/L), COD
(30,41-122,20 mg/L), dan kadar deterjen (0,08-0,53 mg/L). Hasil analisis fisika menunjukkan
bahwa enam percontoh umumnya berbau dan berasa, kekeruhan (0-11,00 NTU), dan warna (0-
80,00 TCU). Reklamasi Teluk Benoa dapat menyebabkan berkurangnya reservoir dari DAS
Tukad Badung. Dengan rata-rata curah hujan DAS Tukad Badung mencapai 65 mm (empat jam)

dengan runoff 3.628.459 m3 dapat diperkirakan kawasan Bali Selatan akan mengalami bencana
banjir dan adanya wabah penyakit karena limpahan air yang meluap dalam kondisi tercemar di
kota Denpasar. Diharapkan kajian ini menjadi pertimbangan kebijakan reklamasi Teluk Benoa
pada Perpres No.51/2014.

Teluk Benoa merupakan kawasan perairan yang memegang peranan penting dalam
menjaga ekosistem dan hidrologi Bali Selatan. Teluk Benoa terletak pada kondisi morfologi
yang mempunyai tingkat erosi permukaan kecil, daerah abrasi, serta proses pengendapan aktif.
Teluk Benoa berbentuk intertidal yang disekelilingnya yaitu hutan mangrove dan dilindungi dari
gelombang air air yang besar oleh Semenanjung Jimbaran disebelah barat, Tanjung Benoa dan
Pulau Serangan di sebelah timur. Bentuk teluk tersebut relatif datar dan sangat dangkal, sheingga
sebagian besar dasar laut tereksposur pada waktu air surut rendah. Bagi masyarakat setempat
Teluk Benoa memiliki jasa perlindungan, ekonomi hingga sosial Dengan demikian untuk
meningkatkan pariwisata, pemerintah Bali berencana untuk mereklamasi Teluk Benoa dan Pulau
Pudut yang akan dijadikan kawasan Marina dan kawasan wisata terpadu. Namun rencana ini
ditolak oleh masyarakat sekitar karena takut akan kehilangan mata pencaharian dan ekosistem
alam yang rusak akibat reklamasi. Rencana reklamasi Teluk Benoa bertentangan dengan master
plan pembangunan Bali yang tertuang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) Bali Nomor Tahun 2009. Reklamasi perairan Teluk Benoa akan secara langsung
mengurangi volume tampungan banjir. Secara teoritis, dengan debit air yang keluar teluk sama
sementara volume tampungan di dalam teluk berkurang karena reklamasi maka sebagian air dari
aliran permukaan DAS pada saat hujan dan air laut pasang akan menggenangi daerah sekitarnya
yang mempunyai topografi rendah dan semakin buruk bila terjadi penurunan tanah (land
subsident). Berdasarkan peta topografi, daerah yang terancam tergenang yaitu Sanur Kauh,
Suwung Kangin, Pesanggaran, Pemogan, Simpang Dewa Ruci, Bandara

Ngurah Rai dan Tanjung Benoa. Dari hasil modeling, dampak reklamasi yang paling
signifikan adalah terjadinya penurunan salinitas air di dalam Teluk Benoa akibat tingginya muka
air di dalam teluk yang mengakibatkan menurunnya jumlah air laut yang bisa masuk pada saat
pasang.

Analisis Kimia

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 maka hasil
penelitian kimia kualitas air yang dilakukan di Tukad Badung menunjukkan bahwa air tersebut
telah terkontaminasi dengan limbah, . Parameter kualitas air tanah yang dimaksud tersebut antara
lain :

1. Kadar pH yang diukur pada suhu 29oC mempunyai nilai berkisar antara 6,00- 9,58, jika
dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas I sebesar 6,00 – 9,00. Umumnya
dari enam percontoh air yang dianalisis, dua percontoh berada diatas ambang batas.
2. Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) mempunyai nilai berkisar antara 30,41- 122,20
mg/L, jika dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas I sebesar 10,00
mg/L. Dari enam percontoh air yang dianalisis, seluruhnya berada diatas ambang batas.
Kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) mempunyai nilai berkisar antara 14,00-
22,89 mg/L, jika dibandingkan dengan kriteria kualitas mutu air berdasarkan kelas I
sebesar 2,00 mg/L. Dari enam percontoh air yang dianalisis, seluruhnya berada diatas
ambang batas.

3. Kadar Deterjen (Surfaktan Anion) mempunyai nilai berkisar antara 0,08- 0,53 mg/L, jika
dibandingkan dengan kriteria kualitas mutu air berdasarkan kelas I sebesar 0,20 mg/L.
Umumnya dari enam percontoh yang dianalisis, dua percontoh berada diatas ambang
batas.

Analisis Fisika

Hasil penelitian air Tukad Badung mengacu pada kondisi fisika air tersebut serta
membandingkan dengan persyaratan kualitas air minum menurut Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.

1. Dari enam percontoh yang dianalisis menunjukkan bahwa air Tukad Badung adalah
sebagai beikut :
 Tiga percontoh berbau tidak sedap.
 Tiga percontoh tidak berbau
 Empat percontoh berasa pahit
 Dua percontoh tidak berasa

Secara fisika air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya
garam-garam tertentu yang larut dalam air. Sedangkan rasa asam diakibatkan adanya
asam organik maupun asam anorganik. Jika dibandingkan dengan kualitas fisik
persyaratan kualitas air adalah tidak berasa dan tidak berbau. Umumnya dari enam
percontoh menunjukkan air Tukad Badung adalah berbau dan berasa.

2. Kekeruhan air mempunyai nilai berkisar antara 0-11,00 NTU, jika dibandingkan dengan
nilai maksimum kekeruhan air adalah 5,00 NTU, dua dari enam percontoh berada diatas
kadar maksimum yang diperbolehkan dalam persyaratan kualitas air minum.
3. Warna air mempunyai nilai berkisar 0– 80,00 TCU, jika dibandingkan dengan nilai
maksimum adalah 15,00 TCU, empat percontoh berada diatas kadar maksimum yang
diperbolehkan dalam persyaratan kualitas air minum.

Hasil dari studi ini akan menampilkan kondisi perairan teluk benoa pada saat menerima
limpahan air sungai secara maximum dan runoff dari DAS selama kondisi air pasang (~6 jam).
Gambar 2. memperlihatkan pola aliran air di teluk benoa pada saat kondisi pasang. Dari gambar
tersebut terlihat pula aliran yang terjadi akibat dari runoff DAS. DAS Badung, DAS mati, DAS
Sama dan DAS Bualu menyumbangkan volume air ke dalam Teluk Benoa, namun DAS di utara
Pulau Serangan mengalir melalui utara Pulau Serangan. Pola aliran yang hampir sama
diperlihatkan pada Kondisi Teluk Benoa saat ini dan Teluk Benoa direklamasi seluas 15%,
namun terdapat pola arus yang sangat berbeda ketika Teluk Benoa di reklamasi seluas 80%. Pada
saat Teluk Benoa direklamasi 80%, aliran sungai Sama dan Bualu mengalir melalui sisi barat
menuju ke utara dengan kekuatan arus yang cukup besar dibandingkan kondisi sebelumnya.
Pada grafik 1 memperlihatkan perbandingan elevasi permukaan air pada 5 kondisi yang
berbeda, yaitu kondisi saat ini (existing), reklamasi 15%, reklamasi 30%, reklamasi 50%, dan
reklamasi 80%. Terlihat bahwa elevasi permukaan air meningkat sehubungan dengan
peningkatan jumlah reklamasi yang di lakukan di Teluk Benoa, dan secara signifikan meningkat
pada saat Teluk Benoa di reklamasi seluas 80%. Perbandingan elevasi permukaan air pada mulut
teluk dan daerah bagian utara teluk (timur sungai Badung) diperlihatkan pada gambar 4. Elevasi
di mulut teluk sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut (sinusoidal), namun dibagian tengah
teluk sangat dipengaruhi oleh aliran air dari sungai dan runoff DAS yang dicirikan dengan tidak
terlihatnya pola sinusoidal elevasi. Elevasi di bagian tengah teluk juga menunjukkan elevasi
yang lebih tinggi sepanjang waktu di bandingkan pada mulut teluk.

Genangan air akibat dari runoff dan peningkatan ketinggian permukaan air akibat reklamasi
dapat di tunjukkan dari gambar 3 dan 4. Reklamasi yang dilakukan seluas 15% telah
meningkatkan permukaan air laut di daerah selatan pulau reklamasi (di sekitar daerah muara
sungai Sama dan Bualu), namun meningkat secara signifikan pada saat di lakukan reklamasi
80% dan meningkat sampai mecakup wilayah sekitar sungai mati dan badung (gambar 3).Daerah
yang tergenang akibat tertahannya air akibat runoff oleh air pasang terlihat pada gambar 4.
Daerah yang tergenang meningkat dengan peningkatan luasan area yang di reklamasi.

Anda mungkin juga menyukai