Anda di halaman 1dari 41

SEMINAR PROPOSAL

Hari, Tanggal: 21 Februari 2022 Pukul:


11.00 WIB
Tempat:

ANALISIS KAPASITAS DAN DAKTILITAS RANGKA


BIDANG BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR
UNTUK PERKUATAN DINDING DENGAN VARIASI
JARAK ANTAR BATANG HORIZONTAL

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh

RIZKY RAMADHAN
1804101010072

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
ANALISIS KAPASITAS DAN DAKTILITAS RANGKA
BIDANG BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR
UNTUK PERKUATAN DINDING DENGAN VARIASI
JARAK ANTAR BATANG HORIZONTAL

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Teknik dalam Program Studi Teknik Sipil pada
Jurusan Teknik Sipil – Universitas Syiah Kuala

Oleh

RIZKY RAMADHAN
1804101010072

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
B. RINGKASAN PROPOSAL
Kebutuhan bahan baku seperti kayu untuk memenuhi kebutuhan
permintaan masyarakat dalam pembangunan gedung maupun rumah tinggal terus
meningkat. Sehingga dibutuhkannya alternatif lain yang dapat mengurangi
penggunaan kayu secara berlebihan. Baja merupakan salah satu alternatif yang
mungkin dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Penggunaan baja hollow
untuk konstruksi struktural masih sangat kurang baik, dikarenakan mudah
terjadinya buckling (tekuk), untuk mengurangi terjadinya buckling yang berlebih
maka di gunakannya mortar sebagai material pengisi rongga baja hollow..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas dan daktilitas rangka baja
hollow dalam menahan beban horizontal dengan perbedaan jarak antar batang
horizontal. Penggunaan batang horizontal ini dapat mengantisipasi tekuk yang di
akibatkan dari pemberian beban secara horizontal. Peneltian ini menggunakan 3
jenis benda uji yang dilakukan menggunakan aplikasi ETABS secara analisa
struktur dan pengujian laboratorium secara eksperimental. Mortar yang diisi pada
rongga baja hollow memiliki mutu K-300. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi perencanaan benda uji rangka bidang, material dan
peralatan yang digunakan, tahapan persiapan berupa melakukan desain benda uji
dan mix design, tahapan pelaksanaan, proses pengolahan data, dan juga analisis
hasil penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh nilai kapasitas dan
daktilitas yang paling efektif dari variasi jarak antar batang horizontal yang
nantinya paling memungkinkan diaplikasikan langsung pada kondisi lapangan.

Kata Kunci: Baja hollow, Kapasitas, Daktilitas, Mortar, Horizontal, Rangka


Bidang.
1

C. OUTLINE PROPOSAL
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan pada dunia konstruksi agar
dapat memenuhi permintaan masyarakat untuk mencukupi bahan baku
pembangunan gedung maupun rumah tinggal terus meningkat. Salah satu bahan
baku utama yang di butuhkan untuk pembangunan gedung maupun rumah tinggal
adalah kayu. Akibat yang di timbulkan karena penggunaan kayu pada proses
konstruksi gedung menyebabkan terjadinya penebangan hutan. Penebangan hutan
yang dilakukan secara terus-menerus mengakibatkan terjadinya degradasi hutan
yang dapat memperburuk keadaan lingkungan sekitar (Arif 2016). Oleh karena itu
untuk memenuhi permintaan masyarakat mencukupi bahan baku pembangunan
gedung maupun rumah tinggal dan agar tidak semakin memperburuk keadaan
lingkungan sekitar di butuhkannya alternatif lain yang dapat menggantikan
penggunaan kayu secara terus menerus.
Baja merupakan salah satu jenis material yang mempunyai kemampuan
cukup baik pada gaya tarik. Salah satu jenis baja yang sering di gunakan pada
dunia konstruksi yaitu jenis baja hollow. Baja hollow merupakan jenis baja
dengan ketebalan tertentu berbentuk batangan yang terdapat rongga pada bagian
tengahnya. Pada beberapa pekerjaan konstruksi, baja hollow dapat digunakan
sebagai bahan baku utama pada proses pengerjaan konstruksi struktural maupun
non struktural. Tetapi pada kenyataannya, baja hollow mempunyai kelemahan
karena mudah mengalami tekuk. Untuk mengurangi terjadinya tekuk, maka baja
hollow diisi dengan mortar (Alamsyah 2019).
Mortar merupakan campuran dari agregat halus (pasir), bahan perekat, dan
juga air. Bahan perekat yang dimaksud ini berupa tanah liat, kapur, maupun
semen (Wenda 2018). Mutu mortar beton dapat di ketahui dengan membuat benda
uji kubus, kemudian diuji pada saat beton mortar berumur 14 dan 28 hari.
Penggunaan mortar dapat di fungsikan sebagai bahan pengisi kekosongan pada
rongga baja hollow agar dapat mengantisipasi terjadinya tekuk yang berlebihan.
2

Pada penelitian ini terdapat tiga buah benda uji dengan desain dan bentuk
yang berbeda. Benda uji ini berupa baja hollow yang di sambung menggunakan
las dan bagian rongganya di isi dengan mortar dengan variasi jarak antar batang
horizontal. Penggunaan batang horizontal ini diharapkan dapat mengurangi
lendutan yang terjadi pada kolom akibat gaya horizontal yang diberikan, sehingga
dibuat beberapa variasi jarak antar batang horizontal yang nantinya diharapkan
akan didapat variasi horizontal yang paling efektif dalam mengurangi terjadinya
lendutan tersebut. Adapun perbedaannya terdapat pada jarak horizontalnya dari
1,25 m, 0,83 m, dan 0,625 m. Baja hollow yang di gunakan nantinya baja hollow
dengan ukuran 100/100, 50/100, 30/60, dan 20/40. Material penyusun mortar yang
di gunakan nantinya adalah semen portland tipe I, agregat halus, air, dan bahan
tambahan berupa sika viscocrete-10. Pembuatan benda uji di mulai dengan
pemotongan baja hollow sesuai dengan yang telah di rencanakan, kemudian
dilakukan pengisian mortar kedalam rongga baja hollow dengan mortar mutu K-
300 yang telah di tambahkan dengan sika viscocrete-10. Untuk mengendalikan
mutu mortar beton yang di inginkan, juga di gunakan benda uji kubus berukuran
50 mm x 50 mm x 50 mm yang akan di uji pada umur 14 hari dan 28 hari.
Tumpuan yang di rencanakan pada benda uji ini nantinya adalah tumpuan jepit,
hal ini di harapkan agar mendapatkan struktur yang kaku. Hipotesis pada
penelitian ini adalah semakin banyak batang horizontal, maka beban yang di
terima oleh kolom akan disalurkan ke masing-masing batang horizontalnya,
sehingga kapasitas dan daktilitas dari rangka bidang semakin besar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dari penelitian
terdahulu yang meneliti baja hollow yang diisi dengan mortar menunjukan bahwa
mampu menahan beban yang lebih besar. Pada penelitian ini, rumusan masalah
yang diambil sebagai berikut :
1. Berapa nilai kapasitas dan daktilitas rangka baja hollow yang diisi
mortar dalam menahan beban horizontal dengan variasi jarak antar
batang horizontal?
3

2. Apakah nilai kapasitas dan daktilitas rangka baja hollow yang diisi
mortar yang dihitung secara analisa struktur sesuai dengan hasil
pengujian eksperimental di laboratorium?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan pada rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kekuatan rangka baja hollow dalam menahan beban
horizontal dengan perbedaan jarak batang horizontal; dan
2. Mengetahui nilai kapasitas dan daktilitas baja hollow yang diisi mortar
yang dihitung secara analisa struktur sesuai dengan hasil pengujian
eksperimental di laboratorium.
1.4 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Memberi informasi dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait
terhadap pengunaan baja hollow pada suatu konstruksi bangunan;
2. Memberikan terobosan baru untuk perkuatan batang tekan pada sistem
rangka bidang; dan
3. Menambah pengetahuan bagi saya sendiri dan bermanfaat bagi orang
banyak.

1.5 Batasan Masalah


Untuk memperkecil ruang lingkup penelitian, maka dilakukan dengan
beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1. Rangka bidang yang di uji di tumpu menggunakan tumpuan jepit.
2. Variasi baja hollow yang di gunakan yaitu 100/100 mm. 50/100 mm,
30/60 mm, dan 20/40 mm.
3. Mortar yang di gunakan mortar dengan mutu K-300

1.6 Sistematika Penulisan


Pada penelitian ini sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
4

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan
tentang kapasitas dan daktilitas rangka baja hollow.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori teori, ataupun pendapat para ahli
mengenai rangka bidang (plane truss), baja hollow, sambungan, mortar dan
beberapa hal penting lainnya. Teori-teori yang digunakan tersebut dapat berasal
dari jurnal, skripsi, tesis, prosiding, ataupun disertasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tentang bagaimana metode untuk mendapatkan
hasil dari penelitian seperti kapasitas dan daktilitas rangka bidang, pada bab ini
juga dijelaskan tentang langkah langkah dari awal mulai penelitian hingga selesai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil yang didapat dari penelitian yang telah
dilakukan yaitu, kurva beban-lendutan untuk analisis kapasitas dan daktilitas
rangka baja hollow.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil
penelitian, serta saran untuk penelitian selanjutnya

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN


Pada bab ini membahas tentang teori dan konsep dasar yang berasal dari
penelitian terdahulu baik itu skripsi, jurnal, disertasi, pendapat para ahli, dan
literatur lainnya yang dapat membantu pengolahan data pada penelitian yang
dilakukan.

2.1 Baja Hollow


Sardika (2014) menjelaskan bahwa baja hollow adalah bagian dari profil
baja yang memiliki jenis penampang mulai dari lingkaran, bujur sangkar, maupun
5

persegi panjang. Baja hollow disebut karena profilnya terdapat kekosongan


rongga pada posisi tengahnya.
Menurut Rifqi (2021), baja hollow merupakan salah satu jenis material
yang sering di gunakan pada dunia konstruksi yang berupa baja ringan dengan
terdapat rongga di tengahnya. Nilai kekakuan pada elemen baja dapat di tentukan
dari modulus elastisitas dan juga dimensinya.
Umumnya penampang baja merupakan gabungan dari penampang pelat
tipis. Penampang yang sering di jumpai di antaranya penampang I, penampang
siku (L), penampang T, penampang kanal (C), penampang pipa lingkaran dan juga
penampang hollow seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bentuk tipikal penampang profil baja


Sumber : Dewobroto (2015)

Karakteristik dan sifat-sifat mekanis baja hollow harus sama dengan sifat
mekanis baja struktural yang dipersyaratkan dalam SNI 03-1729-2002. Sifat
mekanis baja struktural dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Sifat mekanis baja structural

Regangan
Tegangan putus Tegangan leleh
Jenis baja minimum
minimum fu (MPa) maksimum fy (MPa)
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : SNI 03-1729-2002
6

2.1.1 Pengujian Kuat Tarik Baja


Untuk menentukan tegangan leleh, tegangan Tarik, dan modulus elastisitas
pada baja hollow dapat di peroleh dengan cara melakukan pengujian kuat tarik
langsung yang sesuai dengan SNI 07-8389-2017. Model grafik hubungan tegangan-
regangan dapat di lihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.2 Kurva Hubungan Tegangan-Regangan


Sumber : Nipun (2015)
Pada penelitian ini menggunakan nilai data sekunder tegangan leleh (σy)
dan regangan leleh (εy) profil baja hollow dengan ketebalan 1,7 mm menggunakan
data dari penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Dial Lab Dial Aktual


Rata- Tegangan
Beban Regangan
NO Dial 1 Dial 2 Dial 1 Dial 2 Rata ΔL (σ)
Kg (ε)
cm cm cm Cm cm (kg/cm2)

1 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000


2 20 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 81,268
3 40 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 162,536
4 60 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 243,803
5 80 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 325,071
6 100 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 406,339
7 120 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 487,607
8 140 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 568,874
9 160 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 650,142
7

10 180 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 731,410


11 200 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 812,678
12 220 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 893,946
13 240 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 975,213
14 260 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 1.056,481
15 280 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 1.137,749
16 300 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 1.219,017
17 320 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 1.300,284
18 340 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 1.381,552
19 360 0,000 0,001 0,000 0,001 0,001 0,000 1.462,820
20 380 0,003 0,002 0,003 0,002 0,003 0,000 1.544,088
21 400 0,008 0,003 0,008 0,003 0,006 0,000 1.625,356
22 420 0,036 0,018 0,036 0,018 0,027 0,002 1.706,623
23 440 0,040 0,022 0,040 0,022 0,031 0,003 1.787,891
24 460 0,068 0,047 0,068 0,047 0,058 0,005 1.869,159
25 480 0,059 0,042 0,059 0,042 0,050 0,004 1.950,427
26 500 0,070 0,053 0,070 0,053 0,062 0,005 2.031,694
27 520 0,079 0,060 0,079 0,060 0,070 0,006 2.112,962
28 540 0,091 0,073 0,091 0,073 0,082 0,007 2.194,230
29 560 0,104 0,085 0,104 0,085 0,095 0,008 2.275,498
30 580 0,118 0,095 0,118 0,095 0,107 0,009 2.356,766
31 600 0,131 0,108 0,131 0,108 0,119 0,010 2.438,033
32 620 0,144 0,121 0,144 0,121 0,133 0,011 2.519,301
33 640 0,165 0,140 0,165 0,140 0,153 0,013 2.600,569
34 660 0,204 0,180 0,204 0,180 0,192 0,016 2.681,837
35 680 0,237 0,210 0,237 0,210 0,223 0,019 2.763,104
36 700 0,294 0,267 0,294 0,267 0,280 0,023 2.844,372
37 720 0,337 0,312 0,337 0,312 0,324 0,027 2925,640
38 740 0,500 0,475 0,500 0,475 0,488 0,041 3.006,908
39 760 0,748 0,725 0,748 0,725 0,737 0,061 3.088,176
40 780 1.231 1.218 1.231 1.218 1.225 0,102 3.169,443
41 785 2.094 2.166 2.094 2.166 2.130 0,178 3.189,760
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Uji Tarik Baja Hollow
Sumber : Keniko (2019)

2.2 Faktor Air Semen


Menurut Rosie (2015), faktor air semen atau water to cementious ratio
adalah rasio total dari berat air terhadap berat total semen pada campuran beton.
8

Semakin kecilnya FAS yang di gunakan kekuatan beton yang di hasilkan semakin
baik. Beton yang menggunakan nilai FAS besar, akan lebih sedikit membutuhkan
pasta, begitu pula sebaliknya jika menggunakan nilai FAS kecil, maka pasta
semen yang di butuhkan lebih banyak.
Kutipan dalam Jurnal Sipil Statik (2015) menurut Tjokrodimulyo (2007)
biasanya nilai FAS yang di gunakan pada pembuatan beton minimal 0,4 dan
maksimal 0,65. Akan tetapi pada penilitian yang di lakukan Duff Abrams
menunjukan semakin tingginya nilai FAS hingga mencapai 0,6 akan
menyebabkan menurunnya kekuatan beton sampai nol pada FAS 4,0 pada beton
yang berumur 28 hari.
Menurut S. Mindess, Young dan D. Darwin (2003), jika faktor air semen
terlalu rendah, maka campuran beton relatif sulit untuk di padatkan. Kepadatan
adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan beton setelah mengeras. Adanya
udara pada campuran beton dapat mengurangi kuat tekan beton sampai 35% dan
jika terdapat pori-pori sebanyak 10% dapat mengurangi kuat tekan beton tersebut
hingga 60%.

2.3 Bahan Tambahan (Admixture)


Menurut ASTM C.125-1995:61, “Standard Definition of Terminology
Relating to Concrete and Concrete Agregates” admixture merupakan bahan
material selain dari pada air, agregat, dan semen yang di campur kedalam adonan
beton maupun mortar pada saat sebelum ataupun selama pengadukan
berlangsung. Admixture ini di fungsikan agar dapat mengubah sifat dan juga
karakteristik beton maupun mortar untuk memudahkan proses pengerjaan dan
juga penghematan energi. Jenis admixtures yang umumnya di tambahkan kedalam
campuran beton maupun mortar yaitu :
1. Air-entraining admixture;
2. Accelerating admixture;
3. Retarding admixture;
4. Superplasticizer;
5. Waterproofing material.
9

Menurut Erwin (2016), bahan kimia yang di tambahkan ini nantinya di


harapkan akan memiliki fungsi sebagai bahan yang dapat mempercepat proses
pengikatan beton dan juga dapat meningkatkan kuat tekan pada usia awal beton

2.4 Mortar
Menurut felisa (2016), mortar merupakan adukan dari agregat halus, bahan
perekat, dan juga air. Mortar berfungsi sebagai matrik pengikat bagian suatu
kontruksi baik struktural maupun non-struktural.
Mortar yang di gunakan dalam pekerjaan konstruksi meliputi (Amir, 2010,
dikutip dari Tjokrodimulyo,2004) :
1. Untuk merekatkan batu bata maupun batako pada pekerjaan bangunan.
2. Pembuatan batako, genteng beton, dan sebagainya.

2.5 Sambungan Las


Menurut widharto (2001), las adalah cara untuk menyambung benda padat
dengan cara mencairkan material tersebut melalui proses pemanasan. Pengelasan
dapat di pengaruhi beberapa faktor seperti prosedur pengelasan yaitu dengan cara
pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan juga spesifikasi dengan
menentukan semua hal yang di perlukan dalam pelaksanaan tersebut.
Pada buku American Welding Society (Connor,1987) definisi las adalah
proses penyambungan logam dengan membuat bagian yang disambung melebur
menjadi satu kesatuan dengan cara :
1. Memanasi material tersebut sampai temperature tertentu
2. Memberi tekanan(tanpa pemanasan), dengan atau tanpa bahan
pengisi( bahan penyambung)

2.6 Portal Bidang


Struktur Portal adalah struktur yang terdiri dari balok dan kolom yang
menahan muatan di atasnya dan timbul lenturan pada balok saja, dan akan
meneruskan gaya-gaya tersebut ke kolom berupa gaya normal. Balok pada system
ini serupa dengan balok sederhana. Adapun gaya yang bekerja pada kolom, yang
1

biasanya berupa gaya horizontal, tidak berpengaruh pada balok. (Zaenal Khafidho
2019)
Adapun menurut (Oscar Fithrah Nur 2010) balok utama yang langsung
ditumpu oleh kolom, dianggap menyatu secara kaku dengan kolom. Sistem kolom
dan balok utama seperti ini dikatakan sebagai sistem portal. Sistem ini telah lama
digunakan sebagai sistem konstruksi terhadap gaya berat dan beban lateral akibat
gempa. Sistem ini menggunakan kekakuan gelagar utama dan kekakuan kolom

2.7 Struktur Rangka Bidang (Plane Frame)


Kassimali (2010 : 250) menjelaskan bahwa rangka bidang adalah
gabungan dari kumpulan struktur lurus dan dikaitkan dalam sistem dua dimensi
dengan menggunakan sambungan kaku(las), sendi(baut), dan mengalami reaksi
beban pada bidang struktur.
2.7.1 Batang tekan
Menurut Dewobroto (2016) “Struktur Baja Perilaku, Analisis & Desain”
batang tekan di tujukan untuk komponen struktur yang memiliki beban tekan
sentris tepat pada titik berat penampang, atau kolom dengan gaya aksial saja
Sesuai dengan yang ada pada SNI 1729 : 2020, terdapat 2 metode yang
dapat di gunakan untuk mengetahui kekuatan dari batang tekan, yaitu ;
1. Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DFBK)
2. Desain Kekuatan Ijin (DKI)
2.7.2 Batang Tarik
Menurut Prasad (2021), Batang Tarik adalah elemen dari suatu batang
yang murni mengalami gaya aksial Tarik. Umumnya batang tarik digunakan pada
struktur penyusun rangka.
Perhitungan kuat tarik baja dapat dilakukan dengan meninjau 2 kondisi
yaitu kondisi leleh tarik pada penampang bruto dan keruntuhan tarik pada
penampang neto, ini sesuai dengan SNI 1729 : 2020.
 Leleh tarik pada penampang bruto:
𝑃n = 𝐹y𝐴g................................................................................. (2.1)
1

𝜙c = 0.90 (𝐷𝐹𝐷𝐾) c = 1.67 (𝐷𝐾𝐼)

Keterangan : Ag = Luas bruto dari komponen struktur (mm2)


Fy = Tegangan leleh minimum yang diisyaratkan (MPa)
Fu = Kekuatan tarik minimum yang diisyaratkan (MPa)
 Keruntuhan tarik pada penampang neto:
𝑃n = 𝐹u𝐴e............................................................................................................................(2.2)

𝜙c = 0.75 (𝐷𝐹𝐷𝐾) c = 2,00 (𝐷𝐾𝐼)

Keterangan : Ae = Luas neto efektif (mm2)


Ae = Luas bruto dari komponen struktur (mm2)
Fy = Tegangan leleh minimum yang diisyaratkan (MPa)
Fu = Kekuatan tarik minimum yang diisyaratkan (MPa)
2.7.3 Batang Tak Homogen (Komposit)
Menurut syahrul (2021), komposit adalah gabungan dua atau lebih
material dengan karakteristik yang berbeda, yang mana di antara material tersebut
memiliki fungsi sebagai penguat. Hasil dari penggabungan material tersebut akan
di peroleh suatu yang memiliki sifat berbeda dari material penyusunnya.
Menurut Wibowo (2011), penggunaan angka ekivalen dapat menjadikan
suatu penampang komposit dapat diekivalenkan menjadi penampang yang
homogen dengan cara mengkalikan luas penampang dengan angka ekivalen
tersebut.
Untuk menentukan luas dan momen inersia dari suatu penampang
komposit berbentuk persegi dapat digunakan persamaan :
1
𝐼s = ( × 𝑏 × ℎ3 ).........................................................................(2.3)
12
1
( × b × h3 )
12
𝐼 = ……………………………..………………………(2.4)
c n

𝐼komposit = 𝐼s + 𝐼c.................................................................(2.5)
𝐹s = ( 𝑏 × ℎ )

𝐹c ( b × h ).....................................................................................................................
= (2.6)
n

𝐹komposit = 𝐹s + 𝐹c..............................................................(2.7)
1

Keterangan : b = Panjang baja (mm);


h = Lebar baja (mm);
Is = Momen inersia baja (mm4);
Ic = Momen inersia beton (mm4);
Fs = Luas Penampang baja (mm2);
Fc = Luas Penampang beton
(mm2).

2.8 Sistem Dinding


Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
memisahkan/membentuk bidang. Ditinjau dari segi strukturdan konstruksi,
dinding ada yang berupa dinding partisi/pengisi (tidak menahan beban) dan ada
yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding dapat dibuat dari bermacam-
macam material sesuai kebutuhannya.
2.8.1 Dinding Batu Buatan
a. Dinding Bata
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka
pengolahannya harus memenuhi standar peraturan bahan bangunan
Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan
bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1
batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus
diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi
untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb.
Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik
pengerjaannya.
b. Dinding Batako
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu
buatan/ cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5: 1),
kadang – kadang ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata
1

merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%,


berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak
dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan
plesteran+acian lagi untuk finishing.

2.8.2 Dinding Batu Alam


Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan
batu cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana
siar vertikal harus dipasang selang- seling. Untuk menyatukan batu diberi
adukan (campuran 1 kapur: 1 tras untuk bagian dinding dibawah
permukaan tanah, dan ½ PC: 1 kapur: 6 pasir untuk bagian dinding di atas
permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan
min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom praktis.

2.8.3 Dinding Kayu


a. Dinding Kayu Log/ Batang Tersusun
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah
tradisional di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau
balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/
pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.
b. Dinding Papan
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka
kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan
sistem pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/
diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1
meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam: 2/ 16,
2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan
sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak
masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami muai dan susut.
1

c. Dinding Sirap
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling
baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga
memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak
membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis
tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).
2.8.4 Dinding Beton
a. struktural – dinding geser
Dinding geser adalah slab beton bertulang yang dipasang dalam posisi
vertikal pada sisi gedung tertentu yang berfungsi menambah kekakuan
struktur dan menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin
tingginya struktur. Ketika dinding geser ditempatkan pada lokasi-
lokasi tertentu yang cocok dan strategis, dinding tersebut dapat
digunakan secara ekonomis untuk menyediakan tahanan beban
horisontal yang diperlukan.
b. pengisi – cladding wall/ beton pra cetak
Dinding precast adalah dinding beton yang dibuat oleh pabrik yang
kemudian setelah cukup umur dipasang atau diinstal dilapangan untuk
konstruksi. Dinding precast merupakan sebuah inovasi produk material
bangunan yang kokoh dan bahan yang ramah lingkungan serta hemat
energi.
2.8.5 Sistem Dinding Struktural
Sistem Dinding Struktural (SDS) adalah dinding kaku yang menahan
beban bangunan beserta komponen pendukung lainnya seperti pondasi, kolom,
balok. Sistem ini juga dapat menyerap dan mengurangi beban lateral, beban
gempa yang terjadi pada bangunan. (Rhayina Agisni Diniar 2020)
2.8.6 Sistem Dinding Struktrural Ganda
Sistem ganda merupakan kombinasi dari sistem rangka pemikul momen
dan sistem struktur dinding, sistem struktur yang digunakan harus memperhatikan
1

batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur. (Rhayina Agisni Diniar
2020)

2.9 Konsep Beban Horizontal


Menurut PPI (1983), beban yang bekerja pada struktur bangunan
bertingkat, menurut arah bebannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu beban vertikal
(gravitasi) dan beban horizontal (lateral). Beban vertikal adalah beban yang
bekerja pada arah tegak lurus permukaan bumi, yaitu beban mati dan beban hidup.
Sedangkan beban horizontal adalah beban yang bekerja pada arah sejajar
permukaan bumi, yaitu beban angin dan beban gempa.
Menurut Park dan Paulay (1975 : 40) seperti yang dikutip Herman (2010 :
6), beban yang bekerja pada konstruksi ditinjau dari cara pembebanan dapat
dibedakan menjadi beban statis, beban berulang (repeated load) dan beban siklik
(reversed). Beban statis adalah beban tetap yang bekerja arah horizontal yang
menyerang titik-titik lemah pada struktur yang kekuatannya tidak memadai dan
akan langsung menyebabkan keruntuhan atau kegagalan (failure).

2.10 Kapasitas
Menurut afrilianto dan Rahmania (2010), Kapasitas struktur adalah
memperkirakan terjadinya kegagalan pada suatu struktur dilihat dari beban
maksimum yang di alami oleh struktur tersebut. Sehingga saat merencanakan
bangunan pada elemen-elemen struktur dibuat tidak sama kuat terhadap gaya yang
di rencanakan, melainkan ada elemen struktur yang di buat lebih lemah dengan
elemen lainnya dengan harapan elemen itulah yang menjadi kegagalan struktur
pada saat beban maksimum gempa bekerja.
Kapasitas secara teoritis dapat ditentukan dengan menggunakan konsep
desain ASD (Allowable Stress Design) dengan membandingkan gaya batang
dengan luas penampang batang dan menghasilkan nilai tegangan. Nilai kapasitas
ditentukan ketika tegangan maksimum bernilai lebih kecil atau sama dengan
tegangan ijin atau dapat ditulis sebagai berikut:
𝞼maks < 𝞼ijin......................................................................... (2.8)
Keterangan : 𝞼maks = Tegangan yang timbul akibat beban layan (kg/cm2)
1

𝞼ijin = Tegangan ijin (kg/cm2)


Sedangkan kapasitas secara laboratorium, benda uji akan diberi beban
secara berkala sampai batas kemampuan benda uji tersebut yang ditandai dengan
benda uji hancur, nilai yang beban maksimum yang dapat ditahan merupakan
kapasitas maksimum benda uji.
2.11 Daktalitas
Oscar (2009 :26), menjelaskan bahwa daktilitas adalah kemampuan suatu
struktur maupun substruktur untuk menahan respon inelastik dalam memikul
beban yang di berikan agar suatu struktur tidak runtuh. Nilai daktilitas (μ) secara
matematis di definisikan sebagai perbandingan antara parameter deformasi
rencana struktur maksimum (μu) dengan deformasi pada saat leleh pertama
struktur yang di tinjau (μy), perhitungan mengenai daktilitas menggunakan
persamaan berikut :
∆u …………………………………………………… (2.9)
𝜇 = ∆y

Dimana : 𝜇 = Daktilitas;
∆𝑢 = Defleksi pada saat runtuh (mm); dan
∆𝑦 = Defleksi Pada saat leleh (mm).

Gambar 2.3 Definisi 𝜇 dari Daktilitas


Sumber : Oscar (2009)
1

Menurut Nurlina (2016) Daktilitas adalah aspek penting pada


perencanaan elemen struktur selain dari pada aspek kekuatan dan kekakuan.
Elemen struktur yang memiliki daktilitas besar akan lebih baik pada saat
terjadinya gempa, karena elemen struktur dengan daktilitas besar ini
mempunyai kemampuan menyerap energy lebih banyak dari pada elemen
struktur dengan daktilitas kecil .

2.12 ETABS
Menurut Tjerita (2018), software ETABS menggunakan Metode Elemen
Hingga (MEH) untuk melakukan analisis strukur pada rangka bidang. Metode
elemen hingga merupakan salah satu metode numerik yang banyak dalam
penyelesaian masalah masalah yang berhubungan dengan rekayasa dan
matematika fisis, ruang lingkup ilmu metode elemen hingga meliputi analisis
struktur, aliran fluida, dan perpindahan massa.

2.13 Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang telah di lakukan terdahulu yang berhubungan
dengan penggunaan baja hollow yang di isi dengan mortar, diantaranya:
 Basri (2017), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kapasitas Lentur
Portal Bidang (Plane Frame) Baja Hollow yang diisi Mortar FAS 0,4 Dengan
Variasi Ketebalan Profil”. Berdasarkan hasil penelitian pada pengujian
pembebanan portal bidang ini, PBT 1,1 mm mampu menahan beban
maksimum sebesar 11,52 ton dengan lendutan sebesar 5,85 mm, PBT 1,3 mm
mampu menahan beban maksimum sebesar 13,24 ton dengan lendutan sebesar
25,64 mm dan PBT 1,5 mm mampu menahan beban maksimum sebesar 16,72
ton dengan lendutan sebesar 14,65 mm.
 Mursal (2018) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perilaku Portal
Bidang (Plane Frame) Baja Hollow yang Diisi Mortar FAS 0,4 Dengan Variasi
Tinggi Portal”. Pada penelitian ini menggunakan 3 unit benda uji yang
berbentuk portal bidang dengan ketinggian masing masing 400mm, 500mm,
dan 600mm. Ketiga benda uji ini diberi nama PBT40, PBT50, dan PBT60.
1

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, benda uji yang PBT60 dapat
memikul beban yang paling besar yaitu, 20.07 ton, dan diikuti oleh PBT50 dan
PBT40 yang dapat memikul beban berturut-turut sebesar 13,24 ton dan 11.31.
Selain itu nilai lendutan dan daktilitas untuk benda uji PBT40 didapat sebesar
11.71mm; 1.567 sedangkan untuk benda uji PBT50 dan PBT60 berturut-turut
25.64 mm; 4.460 dan 18.84; 1.799. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa, semakin tinggi portal maka kemampuannya dalam
menahan beban akan semakin baik,
 Keniko (2019) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kekakuan dan
Perilaku Balok Sederhana Baja Hollow Yang Diisi Mortar FAS 0,4 Dengan
Variasi Ukuran Profil”. Berdasarkan hasil penelitian pada pengujian
pembebanan balok sederhana ini didapat bahwa beban maksimum yang
mampu dipikul oleh profil 30/60, 40/80, dan 50/100 secara berturut-turut
adalah sebesar 1,33 ton, 2,26 ton, dan 4,44 ton. Adapun nilai lendutannya
secara berurutan adalah 26,17 mm, 24,5 mm, dan 18,31 mm. Nilai kekakuan
dicapai untuk profil 30/60 sebesar 12 5820,723 N/mm, profil 40/80 nilai
kekakuannya sebesar 17250,25 N/mm dan profil 50/100 nilai kekakuannya
sebesar 24764,27 N/mm
 Humayra (2020) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kapasitas dan
Daktilitas Plat Dari Baja Hollow yang Diisi Mortar FAS 0.4 Dengan Variasi
Ukuran Baja Hollow“. Pada penelitian ini dibuat 6 unit sampel benda uji yang
masing-masing diberi nama, benda uji kosong 30/300, benda uji kosong 40/40,
benda uji kosong 50/50, benda uji terisi 30/30, benda uji terisi 40/40, dan benda
uji terisi 50/50. Pengelompokan ketiga benda uji ini dilakukan berdasarkan
variasi ukuran baja. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, benda uji
kosong 30/30 mampu menahan beban sebesar 0.92 ton dan memiliki lendutan
sebesar 14.23 mm. Untuk benda uji kosong 40/40 mampu menahan beban
sebesar 1.63 ton dan memiliki lendutan sebesar 12.34 mm, sedangkan untuk
benda uji kosong 50/50 mampu menahan beban sebesar 1.79 ton dan memiliki
lendutan sebesar 8.26 mm. Untuk benda uji terisi 30/30 mampu menahan
beban sebesar 1.26 ton dan lendutan sebesar 38.50 mm, sedangkan untuk benda
1

uji terisi 40/40 mampu menahan beban sebesar 2.31 ton dan lendutan sebesar
36.67 mm, dan benda uji 50/50 yang terisi mortar mampu menahan beban
sebesar 2.84 ton dan memiliki lendutan sebesar 38.65 mm. Dari hasil penelitian
ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, penambahan mortar pada baja
hollow dapat meningkatkan kemampuan baja hollow untuk menahan beban
 Prasad (2021) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kapasitas dan
Daktilitas Rangka Bidang yang Dikombinasikan dengan Pelat dari Baja
Hollow yang Diisi Mortar (Studi Kasus : Variasi Ukuran Profil Dan FAS 0,4)“.
Pada penelitian ini dibuat 3 unit sampel benda uji yang masing-masing diberi
nama RBDP30, RBDP40, dan RBDP50. Pengelompokan ketiga benda uji ini
dilakukan berdasarkan variasi ukuran baja hollow. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa beban maksimum yang mampu dipikul oleh benda uji
RBDP30 dan benda uji RBDP40 berturut turut adalah sebesar 9.340 ton dan
13.380 ton, sedangkan benda uji RBDP50 mampu memikul beban sebesar
16.790 ton. Lendutan maksimum terjadi pada (joint 5) yang terletak pada
tengah bentang dimana nilai lendutan maksimum untuk masing masing benda
uji adalah 11.170 mm untuk benda uji RBDP 30 dan 16.140 mm untuk benda
uji RBDP 40, serta 9.030 mm untuk benda uji RBDP 50. Nilai daktilitas yang
didapat dari hasil pengujian laboratorium pada penelitian ini adalah 2.97 untuk
benda uji RBDP 30 dan 4.00 untuk benda uji RBDP 40, serta 2.66 untuk benda
uji RDBP 50. Dari hasil penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa,
penambahan mortar pada baja hollow dapat meningkatkan kemampuan baja
hollow untuk menahan beban.

III. METODE PENELITIAN


Pada bab ini menjelaskan bahwa bagaimana suatu penelitian nantinya di
laksanakan. Penilitian ini meliputi tahapan-tahapan mulai dari perencanaan
struktur rangka bidang, material, peralatan, tahapan persiapan, tahap pelaksanaan,
2

dan juga tahap analisis data. Flowchart penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran
A.

3.1 Perencanaan Struktur Rangka bidang


Pada proses perencanaan struktur rangka bidang ini melakukan
permodelan dengan menggunakan aplikasi ETABS. Permodelan struktur yang di
lakukan pada aplikasi ETABS diberikan beban horizontal pada bagian kiri atas,
yang nantinya juga bakal di aplikasikan saat pengujian di lapangan. Struktur
rangka bidang yang di rencanakan ini terdapat 3 jenis tipe yang berbeda,
perbedaan itu ada pada jarak antar batang horizontalnya, berikut gambar
permodelan perencanaan struktur rangka bidang dapat di lihat pada gambar.

Gambar 3.1 Rencana Permodelan Tipe I


2

Gambar 3.2 Rencana Permodelan Tipe II

Gambar 3.3 Rencana Permodelan Tipe III


2

3.2 Sambungan Las


Pada pengujian rangka bidang ini, nantinya semua joint pada rangka ini
akan dilakukan penyambungan dengan cara pengelasan. Penyambungan
pengelasan antar batang ini, nantinya di harapkan agar mendapatkan kekakuan
yang tinggi.

3.3 Material dan Peralatan


3.3.1 Material
Material yang di gunakan pada penelitian ini meliputi :
1. Baja hollow 100/100 mm dengan ketebalan 1,7 mm;
2. Baja hollow 50/100 mm dengan ketebalan 1,7 mm;
3. Baja hollow 30/60 mm dengan ketebalan 1,7 mm;
4. Baja hollow 20/40 mm dengan ketebalan 1,7 mm;
5. Baja hollow 20/20 mm dengan ketebalan 1,7 mm;
6. Semen Portland tipe I;
7. Pasir;
8. Air;
9. Agregat halus lolos saringan 4,76; dan
10. Sika viscocrete-10
11. Kawat las NK-68
Pada penelitian ini baja hollow yang di gunakan sesuai dengan PT.
Gunung Garuda dengan standar PKP yaitu fy =270 MPa dan fu =270 MPa, benda
uji pada penelitian ini terdapat tiga tipe, dimana setiap tipe mengalami perbedaan
jarak antar batang horizontalnya. Setiap batang di sambung dengan menggunakan
kawat las jenis RB 26 dengan nilai fy = 450 MPa.
Mortar yang di gunakan pada penelitian ini di fungsikan sebagai pengisi
rongga pada baja hollow. Mutu mortar di rencanakan dengan mutu K-300 dengan
modulus elastisitas E = 23.500 MPa. Pengisian mortar ini di harapkan untuk
menguatkan baja hollow untuk mengantisipasi terjadinya buckling (tekuk).
2

3.3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini tersedia di Laboratorium
Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dalam
kondisi alat yang bagus. Peralatan yang digunakan dalam penelitin ini adalah :
1. Mesin uji kuat tekan beton (Compressive Strength Tester) merk Ton
Industri No.2551/90/1970 produksi Mannheim Germany dengan kapasitas
maksimum pembebanan 10 ton;
2. Mesin uji kuat tarik baja (Universal Strength Tester) Mohr and Federhaff
AG No. UPD. 10-7385/1970 produksi Mannheim Germany dengan
kapasitas maksimum pembebanan 10 ton;
3. LVDT (Linear Variable Differential Tranducer) untuk mengukur lendutan
yang terjadi pada rangka bidang;
4. Data logger TDS-530;
5. Load cell 100 ton;
6. Load frame;
7. Hydraulic jack;
8. Cetakan benda uji kubus ukuran 50 mm;
9. Mesin pengaduk beton (concrete mixer) berkapasitas 90 liter;
10. Kereta sorong;
11. Satu set saringan;
12. Mesin gerinda;
13. Alat las; dan
14. Peralatan penunjang lainnya.

3.4 Tahapan Persiapan


3.4.1 Desain Benda Uji
Benda uji pada penelitian ini nantinya akan di bentuk seperti pada Gambar
3.1, Gambar 3.2, dan Gambar 3.3. Kemudian di sambung dengan menggunakan
sambungan las. Rincian jumlah material hollow yang di gunakan untuk benda uji
rangka bidang dapat di lihat pada tabel berikut ini :
2

Tabel 3.1 Jumlah material baja hollow untuk benda uji I


Ukuran Profil (mm) Panjang Benda Uji (mm)

100/100/1,7 5000

50/100/1,7 1500

30/60/1,7 1500

20/40/1,7 15600

20/20/1,7 10000

Tabel 3.2 Jumlah material baja hollow untuk benda uji II


Ukuran Profil (mm) Panjang Benda Uji (mm)

100/100/1,7 5000

50/100/1,7 1500

30/60/1,7 3000

20/40/1,7 20600

20/20/1,7 10000

Tabel 3.3 Jumlah material baja hollow untuk benda uji III
Ukuran Profil (mm) Panjang Benda Uji (mm)

100/100/1,7 5000

50/100/1,7 1500

30/60/1,7 4500

20/40/1,7 26000

20/20/1,7 10000
2

3.4.2 Mix Design

Perencanaan campuran mortar beton (mix design) pada penelitian ini


berdasarkan American Concrete Institute (ACI) standard 211.1-91. Mortar
didesain dengan mutu K-300 (f’c = 25 Mpa) dengan faktor air semen (FAS) yang
digunakan adalah 0,4 dan perbandingan semen dan pasir 1:2, serta ditambahkan
bahan tambah (admixture) berupa sika viscocrete-10 sebanyak 1% dari berat
semen yang bermanfaat agar mendapat kepadatan mortar dan memudahkan pada
saat pengecoran.

Ketentuan yang harus di penuhi pada perencanaan mix desain ini adalah :
1. Kekuatan Tekan ;
Kuat tekan adalah besarnya beban per satuan luas yang dapat di pikul oleh
beton itu sendiri. Kuat tekan ini merupakan salah satu standar yang harus
dimiliki oleh beton, kuat tekan ini di rencanakan sesuai kebetuhan sebelum
campuran beton disiapkan.
2. Workability; dan
Workability ini menandakan bahwa beton dapat di pindahkan dari mixer
hingga struktur, ini juga menandakan bahwa pekerjaan dapat di selesaikan
dari tahap awal hingga tahap penyelesaian.
3. Durability
Durability ini menunjukkan ketahanan beton dalam menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak menentu. Kekuatan ini bergantung pada
perbandingan antara air dan semen.

3.5. Tahapan Pelaksanaan


Pada penelitian ini tahap pelaksanaan meliputi pemotongan baja hollow,
perangkaian rangka bidang baja, pengisian mortar, dan pengujian beban horizontal
pada benda uji.
3.5.1. Pemotongan Baja Hollow
2

Pemotongan benda uji baja hollow ini dilakukan sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Rincian panjang setiap batangnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 3.4 Panjang Tiap Batang Baja Hollow Pada Benda Uji Tipe I

Nama Panjang
Ukuran Profil (mm)
Batang Elemen (mm)

V1 1.250
100/100/1,7 mm V2 1.250
V3 1.250
V4 1.250
V5 2.500
20/20/1,7 mm V6 2.500
V7 2.500
V8 2.500
30/60/1,7 mm H1 1.500
50/100/1,7 mm H2 1.500
D1 976,5
D2 976,5
D3 976,5
D4 976,5
D5 976,5
D6 976,5
D7 976,5
20/40/1,7 mm D8 976,5
D9 976,5
D10 976,5
D11 976,5
D12 976,5
D13 976,5
D14 976,5
D15 976,5
D16 976,5

Tabel 3.5 Panjang Tiap Batang Baja Hollow Pada Benda Uji Tipe II

Nama
Ukuran Profil (mm) Panjang
Batang Elemen (mm)
2

V1 833,3
V2 833,3
100/100/1,7 mm V3 833,3
V4 833,3
V5 833,3
V6 833,3
V7 833,3
V8 833,3
20/20/1,7 mm V9 833,3
V10 833,3
V11 833,3
V12 833,3
30/60/1,7 mm H1 1.500
H2 1.500
50/100/1,7 mm H3 1.500
D1 858
D2 858
D3 858
D4 858
D5 858
D6 858
D7 858
D8 858
D9 858
D10 858
D11 858
20/40/1,7 mm D12 858
D13 858
D14 858
D15 858
D16 858
D17 858
D18 858
D19 858
D20 858
D21 858
D22 858
D23 858
D24 858
2

Tabel 3.6 Panjang Tiap Batang Baja Hollow Pada Benda Uji Tipe III
Nama Panjang
Ukuran Profil (mm)
Batang Elemen (mm)

V1 625
V2 625
V3 625
100/100/1,7 mm V4 625
V5 625
V6 625
V7 625
V8 625
V9 625
V10 625
V11 625
20/20/1,7 mm V12 625
V13 625
V14 625
V15 625
V16 625
30/60/1,7 mm H1 1.500
H2 1.500
H3 1.500
50/100/1,7 mm H4 1.500
D1 812,5
D2 812,5
D3 812,5
D4 812,5
D5 812,5
D6 812,5
D7 812,5
20/40/1,7 mm D8 812,5
D9 812,5
D10 812,5
D11 812,5
D12 812,5
D13 812,5
D14 812,5
D15 812,5
2

D16 812,5
D17 812,5
D18 812,5
D19 812,5
D20 812,5
D21 812,5
D22 812,5
D23 812,5
D24 812,5
D25 812,5
D26 812,5
D27 812,5
D28 812,5
D29 812,5
D30 812,5
D31 812,5
D32 812,5

3.5.2 Pengecoran Mortar


Pada saat proses pegecoran komposisi bahan yang digunakan mengikuti
perencanaan mix design yang telah dibuat. Pengecoran dimulai dengan mengecek
alat dan bahan yang digunakan untuk pengecoran mortar, apakah dalam kondisi
baik atau tidak. Setelah melakukan pengecekan pada alat dan bahan maka proses
pengecoran dapat segera dimulai dengan memasukan pasir, air, semen, dan
visconcrete-10 ke dalam concrete mixer, lalu aduk material tersebut hingga
tercampur dengan rata selama 3-5 menit. Untuk mengontrol kekuatan dari mortar
dibuat benda uji untuk masing masing rangka bidang sebanyak 2 (dua) unit, benda
uji ini berbentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm.
3.5.3 Pengisian Mortar
Setelah adukan mortar yang di inginkan tercapai, campuran mortar
tersebut dimasukkan kedalam baja hollow yang telah di potong sesuai ukuranyang
telah di rencanakan. Proses injeksi campuran mortar kedalam baja hollow
dilakukan secara manual sampai baja hollow terisi penuh. Tampilan Potongan
Baja Hollow yang telah selesai dicor dapat dilihat pada Gambar 3.4.
3

Gambar 3.4 Potongan Baja Hollow Yang Diisi Mortar


3.5.4 Perangkaian Rangka Bidang Baja
Setelah dilakukannya proses pengisian mortar kedalam seluruh rongga
batang baja hollow yang telah di potong menjadi bagian yang di rencanakan
sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan proses perangkaian benda uji. Proses
perangkaian ini disambung dengan menggunakan metode pengelasan secara
menyeluruh.
3

50/100

100/100
20/2020/4030/60

Gambar 3.5 Tampak 3 Dimensi Rangka Bidang Baja Hollow

3.5.5 Perawatan Benda Uji Kubus


Pada penelitian ini, perawatan benda uji mortar dilakukan dengan metode
water curing. Metode ini dilakukan dengan cara merendam sampel mortar
didalam air pada suhu 200 – 300C. Proses perawatan benda uji ini dilakukan
selama 14 hari, jika mutu yang diinginkan belum tercapai maka perawatan benda
uji dilanjutkan hingga 28 hari. Setelah dilakukan perendaman, sampel mortar di
diamkan selama 1 hari pada suhu ruang untuk selanjutnya dilakukan proses
3

pengujian. Proses perawatan ini dilakukan pada Laboratorium Konstruksi dan


Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
3.5.6 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Kubus
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengontrol kualitas mortar yang di
gunakan untuk mengisi baja hollow. Tes ini perlu dilakukan untuk mengontrol
kualitas mortar yang digunakan untuk mengisi baja hollow. Pada penelitian ini
pengujian kuat tekan mortar dilakukan setelah, benda uji berumur 14 hari. Jika
mutu mortar yang diinginkan belum tercapai, maka dilakukan kembali uji kuat
tekan pada saat mortar berumur 28 hari. Alat yang digunakan untuk melakukan
pengujian kuat tekan adalah (Compressive Strength Tester) merk Ton Industri No.
2551/90/1970 produksi Mannheim Germany yang memiliki kapasitas tekan
sebesar 10 ton. Alat ini akan memberikan tekan secara konstan sampai batas
kehancuran beton, prosedur pengujian kuat tekan beton mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) 03-6825-2002 tentang metode pengujian kekuatan tekan
mortar semen portland untuk pekerjaan sipil.

Benda Uji

Gambar 3.5 Pengujian Kuat Tekan Mortar


3

3.5.7 Pengujian Benda Uji Terhadap Beban Horizontal


Proses pengujian rangka bidang dilakukan menggunakan mesin LVDT
(Linear Variable Differential Tranducer) yang terdapat di Laboratorium
Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Pengujian ini dilakukan dengan cara meletakkan benda uji pada posisi yang telah
di tentukan, kemudian secara perlahan di dorong dengan beban pada bagian kiri
atas benda uji, kemudian di catat reaksi yang terjadi. Pengujian ini dilakukan
masing-masing pada benda uji yang telah disiapkan. Pengujian ini dilaksanakan
mengikuti pengujian kuat tekan mortar. Sebelum melakukan pengujian kedua
ujung tumpuan rangka bidang terlebih dahulu di las agar tidak terjadi pergeseran
pada saat melakukan pengujian. Untuk melaksanakan pengujian struktur rangka
bidang harus diletakan pada alat load frame, setelah benda uji berada pada load
frame pemberian beban dilakukan dengan menempatkan alat load cell tepat di sisi
kiri atas pada benda uji, beban direncanakan mengalami pertambahan sebesar 100
kg secara konstan sampai benda uji gagal salah satu elemennya. Alat ini memiliki
kapasitas hingga 100 ton.

Gambar 3.7 Pengujian Pembebanan Rangka Bidang


3

3.6 Tahapan Analisis Data


Pada tahap ini, parameter yang di gunakan sebagai tinjauan penentuan data
kapasitas struktur meliputi lendutan. Dari perbedaan tipe benda uji dapat di
evaluasi pengaruh dari perbedaan jarak antar batang horizontal terhadap kapasitas
dari struktur rangka bidang. Daktalitas dapat di peroleh dengan cara membagi
nilai defleksi ultimit dengan niali defleksi saat leleh. Data yang di dapat pada hasil
pengujian di lapangan akan di bandingkan dengan permodelan yang telah di buat
sebelumnya pada aplikasi ETABS. Kemudian data tersebut di analisis dalam
pengaplikasiannya di lapangan layak atau tidaknya untuk mengganti penggunaan
kayu dalam pembangunan gedung sederhana.
Tahapan untuk melakukan Analisa Struktur dengan menggunakan aplikasi
ETABS, meliputi ;
1. Masukkan ordinat data garis X,Y, dan Z yang di dapat pada
penggambaran rangka bidang rencana. Berikut contoh dari data ordinat
X,Y, dan Z pada benda uji Tipe I yang terdapat pada table 3.7 ;
Tabel 3.7 Ordinat X,Y, dan Z
Arah Sumbu Grid ID Orditan (mm)
A 0
X
B 1500
Y 1 0
Z1 0
Z Z2 1250
Z3 2500
2. Penomoran elemen pada batang dan juga joint;
3. Mengimput material beton sesuai dengan mutu ke ETABS pada menu
define-material properties;
4. Menginput material baja sesuai dengan mutu ke ETABS pada menu
define-material properties;
5. Membuat profil baja sesuai ukuran yang akan di rencanakan dan
menginput ke ETABS pada menu define- section properties;
3

6. Memberikan skala pembebanan ke ETABS pada menu load pattern dan


juga load combinations;
7. Menggambarkan model rangka bidang yang di rencanakan pada ETABS;
8. Menginput beban horizontal pada struktur rangka bidang yang di
rencanakan pada bagian kiri atas struktur rangka tersebut.
9. Setelah rangka bidang selesai seperti model rencana yang di inginkan,
lakukan run analisis pada ETABS;
10. Selanjutnya dilakukan pengecekan keamanan tiap tiap batang pada rangka
bidang yang di rencanakan, hal ini di lakukan berulang kali hingga di
dapatkan beban maksimum yang dapat membuat kegagalan struktur.
Beban maksimum yang di dapat pada aplikasi ETABS ini nantinya akan
digunakan untuk pembebanan pada saat pengujian di laboratorium.
11. Kemudian hasil run analysis di dapat nilai aksial, geser, dan momen.

Rencana permodelan pada aplikasi ETABS sesuai dengan perencanaan


rangka bidang dapat dilihat pada Gambar 3.8

TIPE 1 TIPE 2 TIPE 3


Gambar 3.8 Permodelan Rangka Bidang Pada Aplikasi ETABS
3

IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pengolahan data berdasarkan
landasan teori dan rumus-rumus yang telah tercantum pada bab II dan metodologi
yang terurai pada bab III. Hasil yang ingin diperoleh dalam penelitian ini untuk
menentukan nilai kapasitas, daktilitas, deformasi, aksial, momen, dan geser dari
rangka bidang baja hollow yang diisi mortar dengan variasi jarak batang
horizontalnya, nantinya salah satu dari ketiga benda uji tersebut menunjukkan
variasi yang paling efektif dan paling memungkinkan di aplikasikan pada kondisi
lapangan. Pembahasan rencana hasil pada penelitian ini mencakup kapasitas dan
daktalitas dari perhitungan hasil eksperimental yang dilakukan langsung di
Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala, dan pengujian secara analisis struktur yang di bantu dengan aplikasi
ETABS. Hasil pengujian tersebut diharapkan dapat menjadi referensi dalam
perencanaan konstruksi gedung sebagai pengganti material kayu dengan
pendekatan yang lebih baik untuk kedepannya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Setelah penelitian selesai dilakukan dan telah diperoleh hasilnya, maka
diharapkan adanya kesimpulan mengenai analisis kapasitas dan daktilitas baja
hollow yang diisi mortar beton dengan variasi antar jarak batang horizontalnya.

5.2 Saran
Saran akan disampaikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang
diperoleh. Saran tersebut diharapkan bisa memberi masukan bagi peneliti yang
akan melanjutkan penelitian ini di kemudian hari.
3

VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alamsyah, S., & Rudiansyah, H. (2019). Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap
Perilaku Portal Bidang Baja Hollow yang Diisi Mortar. 1(2), 1–7.

American Institute of Steel Construction. (2010). Specification for Structural Steel


Buildings ANSI/AISC 360-10. American Institute of Steel Construction, 1–
612.

Arizki, R., Sari, I., Wallah, S. E., & Windah, R. S. (2015). Pengaruh Jumlah
Semen Dan Fas Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Yang Berasal
Dari Sungai. Jurnal Sipil Statik, 3(1), 68–76.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/6798

Azwinur, Ismy, A. S., Nanda, R., & Ferdiyansyah. (2020). Pengaruh arus
pengelasan SMAW terhadap kekuatan sambungan las double lap joint pada
material AISI 1050. Journal of Welding Technology, 2(1), 1–7.

DHAIFULLAH, T. D. (2020). ANALISIS KAPASITAS DAN DAKTILITAS PLAT


DARI BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR FAS 0,4 DENGAN VARIASI
TEBAL BAJA HOLLOW. 1–3.

Diniar, R. A., & Ryanto, M. (2012). ANALISIS PERILAKU STRUKTUR


GEDUNG 15 LANTAI DENGAN SISTEM PENGAKU DINDING GESER
(SHEAR WALL) TIPE C-SHAPE | TERHADAP BEBAN GEMPA RENCANA
BERDASARKAN SNI GEMPA 1726:2012. November 2020, 1–10.

Haris, S. (2020). Studi Analitik Karakteristik Penampang Baja Profil-I. Siklus :


Jurnal Teknik Sipil, 6(1), 1–11. https://doi.org/10.31849/siklus.v6i1.3736

Khafidho, Z., Kusumastuti, D. R., Setiawan, D. B., & Suwarto, S. (2019). Analisis
Value Engineering Struktur Portal Proyek Rumah Sakit Onkologi Kotabaru
Yogyakarta. Wahana Teknik Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik Sipil,
24(2), 104. https://doi.org/10.32497/wahanats.v24i2.1728

Oktarinata, Y., Gunawan, I., & Manalu, D. F. (2021). Kapasitas Lentur Balok
Komposit Beton Dengan Baja. FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil),
8(2), 76–84. https://doi.org/10.33019/fropil.v8i2.2003

Pelestarian, U., Melalui, H., Hutan, D., & Masyarakat, B. (2011). 2296-5080-1-
Sm. 3(1), 70–82.

Rifqi, M., Huzaim, H., & Putra, R. (2021). Analisis Kekakuan dan Perilaku Portal
Bidang Baja Hollow yang Diisi Mortar FAS 0,4 Dengan Variasi Ukuran
Profil. Journal of The Civil Engineering Student, 3(1), 84.
3

https://doi.org/10.24815/journalces.v3i1.14067

Sipil, J. T., Maranatha, U. K., Prof, J., Mph, S., Sipil, J. T., & Parahyangan, U. K.
(2008). Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton Bertulang Dengan Analisis
Riwayat Waktu Dan Analisis Beban Dorong. Jurnal Teknik Sipil Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 8(3), 250-263–263.

Slat, V. B., Supit, S. W. M., Kondoj, N., Teknik, J., Politeknik, S., & Manado, N.
(2003). PENGARUH SUPERPLASTICIZER POLYMER TERHADAP.

THOMAS SPUTO, PH.D., P.E., S.E., S. (n.d.). AISC 360-10 STANDARD -


ERECTION AND FABRICATION.

Zulnas, L., Hasibuan, P., & Putra, R. (2019). Kapasitas Batang Tekan Baja Profil
Siku ∟40×40×3,5 Dengan Variasi Panjang Menggunakan Sambungan Baut.
Journal of The Civil Engineering Student, 1(2), 58–64.

Zuraidah, S., & Hastono, B. (2018). Pengaruh Variasi Komposisi Campuran


Mortar Terhadap Kuat Tekan. Ge-STRAM: Jurnal Perencanaan Dan
Rekayasa Sipil, 1(1), 8–13. https://doi.org/10.25139/jprs.v1i1.801

Anda mungkin juga menyukai