Oleh
RIZKY RAMADHAN
1804101010072
Oleh
RIZKY RAMADHAN
1804101010072
C. OUTLINE PROPOSAL
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan pada dunia konstruksi agar
dapat memenuhi permintaan masyarakat untuk mencukupi bahan baku
pembangunan gedung maupun rumah tinggal terus meningkat. Salah satu bahan
baku utama yang di butuhkan untuk pembangunan gedung maupun rumah tinggal
adalah kayu. Akibat yang di timbulkan karena penggunaan kayu pada proses
konstruksi gedung menyebabkan terjadinya penebangan hutan. Penebangan hutan
yang dilakukan secara terus-menerus mengakibatkan terjadinya degradasi hutan
yang dapat memperburuk keadaan lingkungan sekitar (Arif 2016). Oleh karena itu
untuk memenuhi permintaan masyarakat mencukupi bahan baku pembangunan
gedung maupun rumah tinggal dan agar tidak semakin memperburuk keadaan
lingkungan sekitar di butuhkannya alternatif lain yang dapat menggantikan
penggunaan kayu secara terus menerus.
Baja merupakan salah satu jenis material yang mempunyai kemampuan
cukup baik pada gaya tarik. Salah satu jenis baja yang sering di gunakan pada
dunia konstruksi yaitu jenis baja hollow. Baja hollow merupakan jenis baja
dengan ketebalan tertentu berbentuk batangan yang terdapat rongga pada bagian
tengahnya. Pada beberapa pekerjaan konstruksi, baja hollow dapat digunakan
sebagai bahan baku utama pada proses pengerjaan konstruksi struktural maupun
non struktural. Tetapi pada kenyataannya, baja hollow mempunyai kelemahan
karena mudah mengalami tekuk. Untuk mengurangi terjadinya tekuk, maka baja
hollow diisi dengan mortar (Alamsyah 2019).
Mortar merupakan campuran dari agregat halus (pasir), bahan perekat, dan
juga air. Bahan perekat yang dimaksud ini berupa tanah liat, kapur, maupun
semen (Wenda 2018). Mutu mortar beton dapat di ketahui dengan membuat benda
uji kubus, kemudian diuji pada saat beton mortar berumur 14 dan 28 hari.
Penggunaan mortar dapat di fungsikan sebagai bahan pengisi kekosongan pada
rongga baja hollow agar dapat mengantisipasi terjadinya tekuk yang berlebihan.
2
Pada penelitian ini terdapat tiga buah benda uji dengan desain dan bentuk
yang berbeda. Benda uji ini berupa baja hollow yang di sambung menggunakan
las dan bagian rongganya di isi dengan mortar dengan variasi jarak antar batang
horizontal. Penggunaan batang horizontal ini diharapkan dapat mengurangi
lendutan yang terjadi pada kolom akibat gaya horizontal yang diberikan, sehingga
dibuat beberapa variasi jarak antar batang horizontal yang nantinya diharapkan
akan didapat variasi horizontal yang paling efektif dalam mengurangi terjadinya
lendutan tersebut. Adapun perbedaannya terdapat pada jarak horizontalnya dari
1,25 m, 0,83 m, dan 0,625 m. Baja hollow yang di gunakan nantinya baja hollow
dengan ukuran 100/100, 50/100, 30/60, dan 20/40. Material penyusun mortar yang
di gunakan nantinya adalah semen portland tipe I, agregat halus, air, dan bahan
tambahan berupa sika viscocrete-10. Pembuatan benda uji di mulai dengan
pemotongan baja hollow sesuai dengan yang telah di rencanakan, kemudian
dilakukan pengisian mortar kedalam rongga baja hollow dengan mortar mutu K-
300 yang telah di tambahkan dengan sika viscocrete-10. Untuk mengendalikan
mutu mortar beton yang di inginkan, juga di gunakan benda uji kubus berukuran
50 mm x 50 mm x 50 mm yang akan di uji pada umur 14 hari dan 28 hari.
Tumpuan yang di rencanakan pada benda uji ini nantinya adalah tumpuan jepit,
hal ini di harapkan agar mendapatkan struktur yang kaku. Hipotesis pada
penelitian ini adalah semakin banyak batang horizontal, maka beban yang di
terima oleh kolom akan disalurkan ke masing-masing batang horizontalnya,
sehingga kapasitas dan daktilitas dari rangka bidang semakin besar.
2. Apakah nilai kapasitas dan daktilitas rangka baja hollow yang diisi
mortar yang dihitung secara analisa struktur sesuai dengan hasil
pengujian eksperimental di laboratorium?
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan
tentang kapasitas dan daktilitas rangka baja hollow.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori teori, ataupun pendapat para ahli
mengenai rangka bidang (plane truss), baja hollow, sambungan, mortar dan
beberapa hal penting lainnya. Teori-teori yang digunakan tersebut dapat berasal
dari jurnal, skripsi, tesis, prosiding, ataupun disertasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tentang bagaimana metode untuk mendapatkan
hasil dari penelitian seperti kapasitas dan daktilitas rangka bidang, pada bab ini
juga dijelaskan tentang langkah langkah dari awal mulai penelitian hingga selesai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil yang didapat dari penelitian yang telah
dilakukan yaitu, kurva beban-lendutan untuk analisis kapasitas dan daktilitas
rangka baja hollow.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil
penelitian, serta saran untuk penelitian selanjutnya
Karakteristik dan sifat-sifat mekanis baja hollow harus sama dengan sifat
mekanis baja struktural yang dipersyaratkan dalam SNI 03-1729-2002. Sifat
mekanis baja struktural dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Sifat mekanis baja structural
Regangan
Tegangan putus Tegangan leleh
Jenis baja minimum
minimum fu (MPa) maksimum fy (MPa)
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : SNI 03-1729-2002
6
Semakin kecilnya FAS yang di gunakan kekuatan beton yang di hasilkan semakin
baik. Beton yang menggunakan nilai FAS besar, akan lebih sedikit membutuhkan
pasta, begitu pula sebaliknya jika menggunakan nilai FAS kecil, maka pasta
semen yang di butuhkan lebih banyak.
Kutipan dalam Jurnal Sipil Statik (2015) menurut Tjokrodimulyo (2007)
biasanya nilai FAS yang di gunakan pada pembuatan beton minimal 0,4 dan
maksimal 0,65. Akan tetapi pada penilitian yang di lakukan Duff Abrams
menunjukan semakin tingginya nilai FAS hingga mencapai 0,6 akan
menyebabkan menurunnya kekuatan beton sampai nol pada FAS 4,0 pada beton
yang berumur 28 hari.
Menurut S. Mindess, Young dan D. Darwin (2003), jika faktor air semen
terlalu rendah, maka campuran beton relatif sulit untuk di padatkan. Kepadatan
adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan beton setelah mengeras. Adanya
udara pada campuran beton dapat mengurangi kuat tekan beton sampai 35% dan
jika terdapat pori-pori sebanyak 10% dapat mengurangi kuat tekan beton tersebut
hingga 60%.
2.4 Mortar
Menurut felisa (2016), mortar merupakan adukan dari agregat halus, bahan
perekat, dan juga air. Mortar berfungsi sebagai matrik pengikat bagian suatu
kontruksi baik struktural maupun non-struktural.
Mortar yang di gunakan dalam pekerjaan konstruksi meliputi (Amir, 2010,
dikutip dari Tjokrodimulyo,2004) :
1. Untuk merekatkan batu bata maupun batako pada pekerjaan bangunan.
2. Pembuatan batako, genteng beton, dan sebagainya.
biasanya berupa gaya horizontal, tidak berpengaruh pada balok. (Zaenal Khafidho
2019)
Adapun menurut (Oscar Fithrah Nur 2010) balok utama yang langsung
ditumpu oleh kolom, dianggap menyatu secara kaku dengan kolom. Sistem kolom
dan balok utama seperti ini dikatakan sebagai sistem portal. Sistem ini telah lama
digunakan sebagai sistem konstruksi terhadap gaya berat dan beban lateral akibat
gempa. Sistem ini menggunakan kekakuan gelagar utama dan kekakuan kolom
𝐼komposit = 𝐼s + 𝐼c.................................................................(2.5)
𝐹s = ( 𝑏 × ℎ )
𝐹c ( b × h ).....................................................................................................................
= (2.6)
n
𝐹komposit = 𝐹s + 𝐹c..............................................................(2.7)
1
c. Dinding Sirap
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling
baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga
memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak
membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis
tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).
2.8.4 Dinding Beton
a. struktural – dinding geser
Dinding geser adalah slab beton bertulang yang dipasang dalam posisi
vertikal pada sisi gedung tertentu yang berfungsi menambah kekakuan
struktur dan menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin
tingginya struktur. Ketika dinding geser ditempatkan pada lokasi-
lokasi tertentu yang cocok dan strategis, dinding tersebut dapat
digunakan secara ekonomis untuk menyediakan tahanan beban
horisontal yang diperlukan.
b. pengisi – cladding wall/ beton pra cetak
Dinding precast adalah dinding beton yang dibuat oleh pabrik yang
kemudian setelah cukup umur dipasang atau diinstal dilapangan untuk
konstruksi. Dinding precast merupakan sebuah inovasi produk material
bangunan yang kokoh dan bahan yang ramah lingkungan serta hemat
energi.
2.8.5 Sistem Dinding Struktural
Sistem Dinding Struktural (SDS) adalah dinding kaku yang menahan
beban bangunan beserta komponen pendukung lainnya seperti pondasi, kolom,
balok. Sistem ini juga dapat menyerap dan mengurangi beban lateral, beban
gempa yang terjadi pada bangunan. (Rhayina Agisni Diniar 2020)
2.8.6 Sistem Dinding Struktrural Ganda
Sistem ganda merupakan kombinasi dari sistem rangka pemikul momen
dan sistem struktur dinding, sistem struktur yang digunakan harus memperhatikan
1
batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur. (Rhayina Agisni Diniar
2020)
2.10 Kapasitas
Menurut afrilianto dan Rahmania (2010), Kapasitas struktur adalah
memperkirakan terjadinya kegagalan pada suatu struktur dilihat dari beban
maksimum yang di alami oleh struktur tersebut. Sehingga saat merencanakan
bangunan pada elemen-elemen struktur dibuat tidak sama kuat terhadap gaya yang
di rencanakan, melainkan ada elemen struktur yang di buat lebih lemah dengan
elemen lainnya dengan harapan elemen itulah yang menjadi kegagalan struktur
pada saat beban maksimum gempa bekerja.
Kapasitas secara teoritis dapat ditentukan dengan menggunakan konsep
desain ASD (Allowable Stress Design) dengan membandingkan gaya batang
dengan luas penampang batang dan menghasilkan nilai tegangan. Nilai kapasitas
ditentukan ketika tegangan maksimum bernilai lebih kecil atau sama dengan
tegangan ijin atau dapat ditulis sebagai berikut:
𝞼maks < 𝞼ijin......................................................................... (2.8)
Keterangan : 𝞼maks = Tegangan yang timbul akibat beban layan (kg/cm2)
1
Dimana : 𝜇 = Daktilitas;
∆𝑢 = Defleksi pada saat runtuh (mm); dan
∆𝑦 = Defleksi Pada saat leleh (mm).
2.12 ETABS
Menurut Tjerita (2018), software ETABS menggunakan Metode Elemen
Hingga (MEH) untuk melakukan analisis strukur pada rangka bidang. Metode
elemen hingga merupakan salah satu metode numerik yang banyak dalam
penyelesaian masalah masalah yang berhubungan dengan rekayasa dan
matematika fisis, ruang lingkup ilmu metode elemen hingga meliputi analisis
struktur, aliran fluida, dan perpindahan massa.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, benda uji yang PBT60 dapat
memikul beban yang paling besar yaitu, 20.07 ton, dan diikuti oleh PBT50 dan
PBT40 yang dapat memikul beban berturut-turut sebesar 13,24 ton dan 11.31.
Selain itu nilai lendutan dan daktilitas untuk benda uji PBT40 didapat sebesar
11.71mm; 1.567 sedangkan untuk benda uji PBT50 dan PBT60 berturut-turut
25.64 mm; 4.460 dan 18.84; 1.799. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa, semakin tinggi portal maka kemampuannya dalam
menahan beban akan semakin baik,
Keniko (2019) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kekakuan dan
Perilaku Balok Sederhana Baja Hollow Yang Diisi Mortar FAS 0,4 Dengan
Variasi Ukuran Profil”. Berdasarkan hasil penelitian pada pengujian
pembebanan balok sederhana ini didapat bahwa beban maksimum yang
mampu dipikul oleh profil 30/60, 40/80, dan 50/100 secara berturut-turut
adalah sebesar 1,33 ton, 2,26 ton, dan 4,44 ton. Adapun nilai lendutannya
secara berurutan adalah 26,17 mm, 24,5 mm, dan 18,31 mm. Nilai kekakuan
dicapai untuk profil 30/60 sebesar 12 5820,723 N/mm, profil 40/80 nilai
kekakuannya sebesar 17250,25 N/mm dan profil 50/100 nilai kekakuannya
sebesar 24764,27 N/mm
Humayra (2020) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kapasitas dan
Daktilitas Plat Dari Baja Hollow yang Diisi Mortar FAS 0.4 Dengan Variasi
Ukuran Baja Hollow“. Pada penelitian ini dibuat 6 unit sampel benda uji yang
masing-masing diberi nama, benda uji kosong 30/300, benda uji kosong 40/40,
benda uji kosong 50/50, benda uji terisi 30/30, benda uji terisi 40/40, dan benda
uji terisi 50/50. Pengelompokan ketiga benda uji ini dilakukan berdasarkan
variasi ukuran baja. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, benda uji
kosong 30/30 mampu menahan beban sebesar 0.92 ton dan memiliki lendutan
sebesar 14.23 mm. Untuk benda uji kosong 40/40 mampu menahan beban
sebesar 1.63 ton dan memiliki lendutan sebesar 12.34 mm, sedangkan untuk
benda uji kosong 50/50 mampu menahan beban sebesar 1.79 ton dan memiliki
lendutan sebesar 8.26 mm. Untuk benda uji terisi 30/30 mampu menahan
beban sebesar 1.26 ton dan lendutan sebesar 38.50 mm, sedangkan untuk benda
1
uji terisi 40/40 mampu menahan beban sebesar 2.31 ton dan lendutan sebesar
36.67 mm, dan benda uji 50/50 yang terisi mortar mampu menahan beban
sebesar 2.84 ton dan memiliki lendutan sebesar 38.65 mm. Dari hasil penelitian
ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, penambahan mortar pada baja
hollow dapat meningkatkan kemampuan baja hollow untuk menahan beban
Prasad (2021) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kapasitas dan
Daktilitas Rangka Bidang yang Dikombinasikan dengan Pelat dari Baja
Hollow yang Diisi Mortar (Studi Kasus : Variasi Ukuran Profil Dan FAS 0,4)“.
Pada penelitian ini dibuat 3 unit sampel benda uji yang masing-masing diberi
nama RBDP30, RBDP40, dan RBDP50. Pengelompokan ketiga benda uji ini
dilakukan berdasarkan variasi ukuran baja hollow. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa beban maksimum yang mampu dipikul oleh benda uji
RBDP30 dan benda uji RBDP40 berturut turut adalah sebesar 9.340 ton dan
13.380 ton, sedangkan benda uji RBDP50 mampu memikul beban sebesar
16.790 ton. Lendutan maksimum terjadi pada (joint 5) yang terletak pada
tengah bentang dimana nilai lendutan maksimum untuk masing masing benda
uji adalah 11.170 mm untuk benda uji RBDP 30 dan 16.140 mm untuk benda
uji RBDP 40, serta 9.030 mm untuk benda uji RBDP 50. Nilai daktilitas yang
didapat dari hasil pengujian laboratorium pada penelitian ini adalah 2.97 untuk
benda uji RBDP 30 dan 4.00 untuk benda uji RBDP 40, serta 2.66 untuk benda
uji RDBP 50. Dari hasil penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa,
penambahan mortar pada baja hollow dapat meningkatkan kemampuan baja
hollow untuk menahan beban.
dan juga tahap analisis data. Flowchart penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran
A.
3.3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini tersedia di Laboratorium
Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dalam
kondisi alat yang bagus. Peralatan yang digunakan dalam penelitin ini adalah :
1. Mesin uji kuat tekan beton (Compressive Strength Tester) merk Ton
Industri No.2551/90/1970 produksi Mannheim Germany dengan kapasitas
maksimum pembebanan 10 ton;
2. Mesin uji kuat tarik baja (Universal Strength Tester) Mohr and Federhaff
AG No. UPD. 10-7385/1970 produksi Mannheim Germany dengan
kapasitas maksimum pembebanan 10 ton;
3. LVDT (Linear Variable Differential Tranducer) untuk mengukur lendutan
yang terjadi pada rangka bidang;
4. Data logger TDS-530;
5. Load cell 100 ton;
6. Load frame;
7. Hydraulic jack;
8. Cetakan benda uji kubus ukuran 50 mm;
9. Mesin pengaduk beton (concrete mixer) berkapasitas 90 liter;
10. Kereta sorong;
11. Satu set saringan;
12. Mesin gerinda;
13. Alat las; dan
14. Peralatan penunjang lainnya.
100/100/1,7 5000
50/100/1,7 1500
30/60/1,7 1500
20/40/1,7 15600
20/20/1,7 10000
100/100/1,7 5000
50/100/1,7 1500
30/60/1,7 3000
20/40/1,7 20600
20/20/1,7 10000
Tabel 3.3 Jumlah material baja hollow untuk benda uji III
Ukuran Profil (mm) Panjang Benda Uji (mm)
100/100/1,7 5000
50/100/1,7 1500
30/60/1,7 4500
20/40/1,7 26000
20/20/1,7 10000
2
Ketentuan yang harus di penuhi pada perencanaan mix desain ini adalah :
1. Kekuatan Tekan ;
Kuat tekan adalah besarnya beban per satuan luas yang dapat di pikul oleh
beton itu sendiri. Kuat tekan ini merupakan salah satu standar yang harus
dimiliki oleh beton, kuat tekan ini di rencanakan sesuai kebetuhan sebelum
campuran beton disiapkan.
2. Workability; dan
Workability ini menandakan bahwa beton dapat di pindahkan dari mixer
hingga struktur, ini juga menandakan bahwa pekerjaan dapat di selesaikan
dari tahap awal hingga tahap penyelesaian.
3. Durability
Durability ini menunjukkan ketahanan beton dalam menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak menentu. Kekuatan ini bergantung pada
perbandingan antara air dan semen.
Pemotongan benda uji baja hollow ini dilakukan sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Rincian panjang setiap batangnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 3.4 Panjang Tiap Batang Baja Hollow Pada Benda Uji Tipe I
Nama Panjang
Ukuran Profil (mm)
Batang Elemen (mm)
V1 1.250
100/100/1,7 mm V2 1.250
V3 1.250
V4 1.250
V5 2.500
20/20/1,7 mm V6 2.500
V7 2.500
V8 2.500
30/60/1,7 mm H1 1.500
50/100/1,7 mm H2 1.500
D1 976,5
D2 976,5
D3 976,5
D4 976,5
D5 976,5
D6 976,5
D7 976,5
20/40/1,7 mm D8 976,5
D9 976,5
D10 976,5
D11 976,5
D12 976,5
D13 976,5
D14 976,5
D15 976,5
D16 976,5
Tabel 3.5 Panjang Tiap Batang Baja Hollow Pada Benda Uji Tipe II
Nama
Ukuran Profil (mm) Panjang
Batang Elemen (mm)
2
V1 833,3
V2 833,3
100/100/1,7 mm V3 833,3
V4 833,3
V5 833,3
V6 833,3
V7 833,3
V8 833,3
20/20/1,7 mm V9 833,3
V10 833,3
V11 833,3
V12 833,3
30/60/1,7 mm H1 1.500
H2 1.500
50/100/1,7 mm H3 1.500
D1 858
D2 858
D3 858
D4 858
D5 858
D6 858
D7 858
D8 858
D9 858
D10 858
D11 858
20/40/1,7 mm D12 858
D13 858
D14 858
D15 858
D16 858
D17 858
D18 858
D19 858
D20 858
D21 858
D22 858
D23 858
D24 858
2
Tabel 3.6 Panjang Tiap Batang Baja Hollow Pada Benda Uji Tipe III
Nama Panjang
Ukuran Profil (mm)
Batang Elemen (mm)
V1 625
V2 625
V3 625
100/100/1,7 mm V4 625
V5 625
V6 625
V7 625
V8 625
V9 625
V10 625
V11 625
20/20/1,7 mm V12 625
V13 625
V14 625
V15 625
V16 625
30/60/1,7 mm H1 1.500
H2 1.500
H3 1.500
50/100/1,7 mm H4 1.500
D1 812,5
D2 812,5
D3 812,5
D4 812,5
D5 812,5
D6 812,5
D7 812,5
20/40/1,7 mm D8 812,5
D9 812,5
D10 812,5
D11 812,5
D12 812,5
D13 812,5
D14 812,5
D15 812,5
2
D16 812,5
D17 812,5
D18 812,5
D19 812,5
D20 812,5
D21 812,5
D22 812,5
D23 812,5
D24 812,5
D25 812,5
D26 812,5
D27 812,5
D28 812,5
D29 812,5
D30 812,5
D31 812,5
D32 812,5
50/100
100/100
20/2020/4030/60
Benda Uji
5.2 Saran
Saran akan disampaikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang
diperoleh. Saran tersebut diharapkan bisa memberi masukan bagi peneliti yang
akan melanjutkan penelitian ini di kemudian hari.
3
Alamsyah, S., & Rudiansyah, H. (2019). Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap
Perilaku Portal Bidang Baja Hollow yang Diisi Mortar. 1(2), 1–7.
Arizki, R., Sari, I., Wallah, S. E., & Windah, R. S. (2015). Pengaruh Jumlah
Semen Dan Fas Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Yang Berasal
Dari Sungai. Jurnal Sipil Statik, 3(1), 68–76.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/6798
Azwinur, Ismy, A. S., Nanda, R., & Ferdiyansyah. (2020). Pengaruh arus
pengelasan SMAW terhadap kekuatan sambungan las double lap joint pada
material AISI 1050. Journal of Welding Technology, 2(1), 1–7.
Khafidho, Z., Kusumastuti, D. R., Setiawan, D. B., & Suwarto, S. (2019). Analisis
Value Engineering Struktur Portal Proyek Rumah Sakit Onkologi Kotabaru
Yogyakarta. Wahana Teknik Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik Sipil,
24(2), 104. https://doi.org/10.32497/wahanats.v24i2.1728
Oktarinata, Y., Gunawan, I., & Manalu, D. F. (2021). Kapasitas Lentur Balok
Komposit Beton Dengan Baja. FROPIL (Forum Profesional Teknik Sipil),
8(2), 76–84. https://doi.org/10.33019/fropil.v8i2.2003
Pelestarian, U., Melalui, H., Hutan, D., & Masyarakat, B. (2011). 2296-5080-1-
Sm. 3(1), 70–82.
Rifqi, M., Huzaim, H., & Putra, R. (2021). Analisis Kekakuan dan Perilaku Portal
Bidang Baja Hollow yang Diisi Mortar FAS 0,4 Dengan Variasi Ukuran
Profil. Journal of The Civil Engineering Student, 3(1), 84.
3
https://doi.org/10.24815/journalces.v3i1.14067
Sipil, J. T., Maranatha, U. K., Prof, J., Mph, S., Sipil, J. T., & Parahyangan, U. K.
(2008). Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton Bertulang Dengan Analisis
Riwayat Waktu Dan Analisis Beban Dorong. Jurnal Teknik Sipil Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 8(3), 250-263–263.
Slat, V. B., Supit, S. W. M., Kondoj, N., Teknik, J., Politeknik, S., & Manado, N.
(2003). PENGARUH SUPERPLASTICIZER POLYMER TERHADAP.
Zulnas, L., Hasibuan, P., & Putra, R. (2019). Kapasitas Batang Tekan Baja Profil
Siku ∟40×40×3,5 Dengan Variasi Panjang Menggunakan Sambungan Baut.
Journal of The Civil Engineering Student, 1(2), 58–64.