TINJAUAN PUSTAKA
Review Literatur 1
Volume dan
Volume (2) No. 1 dan Halaman 18-24
Halaman
Tahun 2020
7
gelagar memanjang baja profil WF 350 x 350 x 14 x 22,
gelagar melintang baja profil WF 700 x 400 x 14 x 32,
gelagar induk baja profil WF 800 x 400 x 40 x 40, ikatan
angin baja profil dobel L 250 x 250 x 35, untuk Dimensi
kabel penggantung dyform 6, untuk peletakan
menggunakan elastomer ukuran panjang 110 cm, lebar 110
cm, tinggi 32 cm.
Gambar
Perencanaan
Review Literatur 2
8
Volume dan
Volume (2) No. 2 dan Halaman 1 - 10
Halaman
Tahun 2022
Gambar
Perencanaan
Gambar 2.2 Alternatif Perencanaan Jembatan Sanga Sanga,
Kecamatan Palaran
9
Review Literatur 3
Volume dan
Volume (6) No. 1 dan Halaman 34 - 46
Halaman
Tahun 2021
10
3. Profil gelagar induk menggunakan baja profil boks.
1. Profil gelagar memanjang dan melintang menggunakan
Perbedaan baja profil WF.
2. Pelat lantai menggunakan tulangan ulir.
Review Literatur 4
Volume dan
Volume (2) No. 2 dan Halaman 258 - 268
Halaman
Tahun 2020
11
baja dengan menggunakan tipe pelengkung dapat diterapkan pada jembatan
dengan bentang diatas 60 meter. Jembatan rangka baja tipe pelengkung
memiliki bentang maksimum sampai 550 meter (Prasmoro dkk., 2017). Pada
gelagar induk jembatan dan juga kabel hanger bisa di rencanakan bersudut
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Maka pada studi alternatif
perencanaan struktur atas jembatan Bandar Ngalim, Kota Kediri dengan
bentang 120 meter dan lebar lantai kendaraan ditambah trotoir 15 meter akan
direncanakan pada gelagar memanjang, melintang, induk, dan pelengkung
menggunakan menggunakan profil boks baja. Kemudian menggunakan kabel
sebagai hanger jembatan.
12
1. Material baja memiliki kuat tekan dan kuat tarik yang tinggi.
2. Dapat menghemat tenaga kerja dikarenakan material baja dilakukan
fabrikasi di pabrik, sehingga pada saat di site hanya tinggal dilakukan
pemasangan saja.
3. Baja memiliki berat yang relatif ringan.
4. Pada material baja bisa didaur ulang pada saat setelah masa kerja, struktur
baja tersebut bisa di bongkar dan di pasang kembali di tempat lainnya.
13
Ada banyak jenis yang terdapat pada konstruksi jembatan busur baja
ini, salah satunya yaitu Tied-Arch Bridge.
Tied-Arch Bridge merupakan jembatan busur dimana gaya
horizontal pada busur disebabkan oleh gaya tarik yang berada di ujung
busur ke pondasi yang dilawan oleh gaya tarik gravitasi sendiri yang
sama besarnya ditambah dengan elemen dari semua struktur yang dapat
menopang lengkungan pada jembatan tersebut.
Pada saat perencanaan jembatan busur perlu menentukan dimensi
terlebih dahulu, dalam penentuan dimensi jembatan yang perlu
diperhatikan diantaranya :
1. Lebar Jembatan
Yang dimaksud dari lebar jembatan yaitu jarak dari perletakkan kiri
ke perletakkan kanan paling luar terhadap besar bentang :
≥ ...................................................................................... (2.1)
14
2. Portal baja jika dirawat dengan baik akan berumur panjang.
3. Perilaku baja yang dapat mendekati asumsi perancang disbanding
dengan material lain karena material baja mengikuti hukum hooke
hingga mencapai tegangan yang cukup tinggi.
15
(Sumber : SNI 1729:2020, Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, halaman 10 - 11)
16
2.5.2 Desain Komponen Struktur untuk Tekan
Kekuatan tekan desain ϕcPn, dan kekuatan tekan izin, Pn/Ωc
ditentukan sebagai berikut.
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus diambil dari nilai terendah
yang diperoleh berdasarkan pada keadaan batas tekuk lentur, tekuk
torsi, dan tekuk torsi lentur yang berlaku.
Φc = 0,90 (DFBT)
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus ditentukan berdasarkan keadaan
batas berupa tekuk lentur.
Pn = Fcr × Ag ............................................................................ (2.7)
Tegangan kritis Fcr ditentukan sebagai berikut.
Dengan :
Ag = Luas penampang bruto komponen struktur (mm2)
E = Modulus elastisitas baja (200.000 MPa)
Fe = Tegangan tekuk elastis yang sesuai dengan persamaan
2.10 sebagaimana berlaku (MPa)
= ...................................................................... (2.10)
17
2.5.3 Desain Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal yang
Memikul Lentur dan Tekan
Interaksi lentur dan gaya tekan pada komponen struktur simetris
ganda dan komponen struktur simetris tunggal yang melentur terhadap
sumbu geometris (x dan/atau y) harus dibatasi oleh persamaan 2.11 dan
persamaan 2.12.
a. Apabila ≥ 0,2
+ + ≤ 1 ................................................... (2.11)
+ + ≤ 1 .................................................. (2.12)
Dengan
Pr = Kekuatan aksial perlu dengan menggunakan kombinasi
Beban DFBT, kips (N)
Pc = ϕcPn = Kekuatan aksial tersedia, kips (N)
Mr = Kekuatan lentur perlu, menggunakan kombinasi beban
DFBT, kip-in. (N-mm)
Mc = ϕbMn = Kekuatan lentur tersedia, kip-in. (N-mm)
ϕc = Faktor ketahanan untuk tekan = 0,90
ϕb = Faktor ketahanan untuk lentur = 0,90
(Sumber : SNI 1729:2020, Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, halaman 76 - 77)
18
Pc = ϕtPn = Kekuatan aksial desain, kips (N)
Mr = Kekuatan lentur perlu dengan menggunakan kombinasi
beban DFBT, kip-in. (N-mm)
Mc = ϕbMn = Kekuatan lentur desain, kip-in. (N-mm)
Φt = Faktor ketahanan untuk tarik = 0,90
ϕb = Faktor ketahanan untuk lentur = 0,90
(Sumber : SNI 1729:2020, Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, halaman 77)
19
(SNI 1725:2016, Pembebanan untuk Jembatan, 2016)
2. Beban Mati Tambahan/Utilitas (MA)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang
membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen
nonstruktural, dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan.
Dalam hal tertentu, nilai faktor beban mati tambahan yang berbeda
dengan ketentuan pada tabel 2.4 boleh digunakan dengan
persetujuan instansi yang berwenang. Hal ini bisa dilakukan
apabila instansi tersebut melakukan pengawasan terhadap beban
mati tambahan pada jembatan, sehingga tidak dilampaui selama
umur jembatan (SNI 1725:2016, Pembebanan untuk Jembatan,
halaman 14).
20
Tabel 2.4 Faktor beban mati tambahan
21
(Sumber : SNI 1725:2016, Pembebanan untuk Jembatan, halaman
38 - 39)
Dengan
q = Intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah
memanjang jembatan (KPa)
L = Panjang total jembatan (m)
22
2. Beban Truk “T” (TT)
Beban truk “T” tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban
“D”. Beban truk dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai.
Adapun faktor beban untuk beban “T” dipaparkan pada tabel 2.6.
23
2.6.3 Faktor Beban Dinamis (FBD)
Faktor beban dinamis (FBD) merupakan hasil interaksi antara
kendaraan yang bergerak dan jembatan. Besarnya FBD tergantung pada
frekuensi dasar dari suspensi kendaraan, biasanya antara 2 hz sampai 5
hz untuk kendaraan berat, dan frekuensi dari getaran lentur jembatan.
Untuk perencanaan, FBD dinyatakan sebagai beban statis ekuivalen.
Untuk pembebanan “D”, FBD merupakan fungsi panjang bentang
ekuivalen seperti tercantum pada gambar 2.9. untuk bentang tunggal
panjang bentang ekuivalen diambil sama dengan bentang sebenarnya.
Pada pembebanan truk “T”, FBD diambil 30%. Nilai FBD yang
dihitung digunakan pada seluruh bagian bangunan yang berada diatas
permukaan tanah.
Gambar 2.9 Faktor beban dinamis untuk beban T untuk pembebanan lajur
“D”
(Sumber : SNI 1725:2016, Pembebanan untuk Jembatan, halaman 44 -
45)
24
(Sumber : SNI 1725:2016, Pembebanan untuk Jembatan, halaman 46)
Dengan
VDZ = Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z
(km/jam)
V10 = Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas
permukaan tanah atau diatas permukaan air
rencana (km/jam)
VB = Kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 126
km/jam pada elevasi 10000 mm
Z = Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau
dari permukaan air dimana beban angin dihitung
(Z > 10000 mm)
25
V0 = Kecepatan gesekan angin (km/jam)
Z0 = Panjang gesekan di hulu jembatan (mm)
Tabel 2.7 Nilai V0 dan Z0 untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Dengan
PB = Tekanan angin dasar seperti yang sudah ditentukan pada
tabel 2.8 (MPa)
26
(Sumber : SNI 1725:2016, Pembebanan untuk Jembatan, halaman
56)
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4
kN/mm pada bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada
struktur rangka dan pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm
pada balok atau gelagar.
Tabel 2.9 Tekanan angin dasar (PB) untuk berbagai sudut serang
27
Tabel 2.10 Komponen beban angin yang bekerja pada kendaraan
Dengan
EQ = Gaya gempa horizontal statis (kN)
CSM = Koefisien respons gempa elastis
Rd = Faktor modifikasi respons
Wt = Adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan
beban hidup yang sesuai (kN)
(Sumber : SNI 2833:2016, Perencanaan Jembatan Terhadap Beban
Gempa, halaman 9)
28
2.6.8 Kombinasi Pembebanan
Gaya total terfaktor yang digunakan dalam perencanaan harus
dihitung dengan menggunakan persamaan 2.18.
Q = Ʃηi γi Qi ....................................................................... (2.18)
Dengan
ηi = Fakor pengubah respons
γi = Faktor beban
Qi = Gaya atau beban yang bekerja pada jembatan
Faktor beban untuk setiap beban harus diambil seperti yang
ditentukan dalam tabel 2.11. Perencana harus menyelidiki bagian
parsial dari kombinasi pembebanan yang dapat terjadi harus
diinvestigasi dimana setiap beban yang diindikasikan untuk perhitungan
dalam kombinasi pembebanan harus dikalikan dengan faktor beban
yang sesuai.
29
3. Pelat lantai jembatan
4. Gelagar induk
5. Pelengkung jembatan (Steel Arch)
6. Ikatan angin
7. Kabel (Hanger)
8. Socket
9. Perletakkan elastomer
bE ≤ b0 ............................................................................ (2.20)
bE ≤ bf + 16 tS ................................................................. (2.21)
Untuk gelagar pinggir/balok eksterior :
30
bE ≤ + bf ..................................................................... (2.22)
bE ≤ bf + 6 tS ................................................................... (2.24)
Dengan
bE = Lebar efektif beton
L = Panjang gelagar
b0 = Jarak antar gelagar
bf = Lebar profil
tS = Tebal plat lantai
(Sumber : Struktur Baja - Desain dan Perilaku Edisi Kedua, Salmon
& Johnson, 1995)
λG = ×
........................................................................ (2.25)
31
λr = 1,49 .................................................................. (2.28)
λW = ....................................................................... (2.29)
Dengan syarat :
λf ≤ λp ≤ λr
λW ≤ λp ≤ λr
Dimana
b = Lebar profil baja (mm)
h = Tinggi profil baja (mm)
tw = Tebal web (mm)
tf = Tebal flange (mm)
fy = Mutu baja
λG = Faktor kelangsingan
λf = Rasio lebar terhadap tebal sayap
λp = Batas maksimum untuk penampang kompak
λr = Batas maksimum untuk penampang nonkompak
λW = Rasio lebar terhadap tebal badan
E = Modulus elastisitas baja (MPa)
(SNI 1729:2020, Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, halaman 18)
32
Mn = Momen nominal (kgm)
Mu = Momen ultimit (kgm)
d. Kontrol lendutan
Kontrol lendutan menggunakan momen area atau luasan momen.
f ijin = × 𝐿 ............................................................... (2.34)
f ada ≤ f ijin
Kontrol lendutan untuk perletakkan sendi-rol, akibat beban terpusat
(P) dan beban merata (q) lendutan maksimumnya sebesar :
.
f ada = + f ada = ................................ (2.35)
33
bentang balok, untuk menahan gaya leteral dan bekerja sebagai plat
satu arah. Pelat lantai steel deck termasuk kedalam pelat satu arah
dikarenakan pada pelat lantai steel deck lebih dominan menahan
beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja akibat
bentuk penampang balok yang bergelombang.
Untuk perhitungan tulangan plat 1 arah :
× × ×
As tulangan ulir = ........................... (2.37)
34
2.7.4 Pelengkung Jembatan
Struktur pelengkung pada jembatan busur merupakan struktur
utama yang menahan sebagian besar beban yang diterima oleh
jembatan.
35
Gambar 2.10 Parallel wire cables
b. Wire Ropes
Setiap tali terdiri dari 7 strand dan setiap strand berisi 7, 19, 37,
atau 61 kawat. Kawat-kawat tersebut dijalin untuk membuat sebuah
strand yang kemudian strand-strand tersebut disatukan untuk
menjadi tali. Pada setiap tali tidak diijinkan mempunyai lebih dari
250 – 300 kabel, ini bertujuan untuk menghindari kekakuan yang
berlebih supaya pada saat pemasangan lebih mudah.
2.7.7 Socket
Sambungan antar kabel penggantung menggunakan socket yaitu
open wire rope socket. Karena socket tersebut didesain berdasarkan
kuat ijin kabel, yang berfungsi menahan gaya tarik kabel ke struktur
utama dan gelagar melintang.
36
Gambar 2.13 Sambungan socket pada struktur
(Sumber : www.pfeifer-structures.com)
σL = .............................................................................. (2.47)
Dengan
σS = Tegangan rata-rata akibat beban total (MPa)
37
σL = Tegangan rata-rata akibat beban hidup (MPa)
PDL = Beban mati rencana (N)
PLL = Beban hidup rencana (N)
A = Luas keseluruhan (bonded surface area) (mm2)
Faktor bentuk untuk lapisan-lapisan elastomer tanpa lubang harus
dihitung dengan persamaan 2.48, 2.49, dan 2.50.
S= .
............................................................................ (2.48)
lp = 2 (L + W) ..................................................................... (2.49)
A = L × W .......................................................................... (2.50)
Dengan
S = Faktor Bentuk
A = Luas keseluruhan (bonded surface area) (mm2)
lp = Keliling elastomer, termasuk lubang (bonded surface
perimeter) (mm)
hri = Ketebalan efektif karet pada lapisan antara (mm)
l = Panjang efektif keseluruhan elastomer (mm)
b = Lebar efektif keseluruhan elastomer (mm)
Faktor bentuk (S) harus berada dalam batas ini :
Untuk bantalan polos 1<S≤4
Untuk bantalan tipe berlapis 4 < S ≤ 12
(Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 10/SE/M/2015 Tentang Pedoman Perancangan Bantalan
Elastomer untuk Perletakkan Jembatan, 2015)
38
bahannya. Pada jembatan rangka baja pelengkung ini akan menggunakan
sambungan baut.
39
d. Kontrol Kekuatan Geser Desain
Dalam kontrolnya kekuatan geser desain harus lebih besar atau
sama dengan (≥) beban geser terfaktor baut baru bisa dikatakan
aman.
ϕRn ≥ Rn ........................................................................ (2.54)
Dengan
Φ = Faktor reduksi = 0,75
Pu = Beban terfaktor (kg)
𝑛 = Jumlah baut
(Sumber : Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD,
Setiawan, halaman 110–111)
40