Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hidayat Soegiharjo M, MS.
Ir. Ananta Sigit Sidharta, MSc., PhD.
1
STUDI RESPON SEISMIK JEMBATAN BALOK KOMPOSIT SEDERHANA YANG DIRETROFIT
DENGAN LINK SLAB DITINJAU DARI BENTANG JEMBATAN DAN KEKAKUAN BANGUNAN
BAWAH
ABSTRAK
Jembatan komposit sederhana dengan bentang banyak yang dihubungkan dengan link slab
(jembatan nirsambung) merupakan jembatan semi integral. Dengan adanya link slab mengakibatkan
jembatan lebih kaku dan tidak daktail. Pada studi terdahulu jembatan komposit sederhana dengan
menggunakan link slab mendapatkan dimensi balok dan dimensi link slab untuk bentang 12m sampai 30m
menggunakan pembebanan non seismik.
Pada studi ini telah dilakukan perencanaan bangunan bawah untuk bentang 12m sampai 30m
dengan pembebanan seismik. Dimensi bangunan bawah setiap bentang berbeda sehingga kekakuan struktur
bangunan bawah juga berbeda. Hasil studi untuk jembatan komposit dengan konstruksi link slab yang
ditinjau dari bentang jembatan dan kekakuan struktur bawah adalah didapatkan pengaruh bangunan bawah
terhadap konstruksi link slab, kemampuan link slab dari studi terdahulu masih mampu jika terdapat beban
seismik.
Kata kunci : jembatan komposit, link slab, struktur bawah, kekakuan struktur.
2
STUDY OF SEISMIC RESPONSE OF SIMPLE COMPOSITE BEAM BRIDGE RETROFITTING
WITH LINK SLAB REVISED FROM SPAN BRIDGE AND SUBSTRUCTURE RIGIDITY
ABSTRACT
Simple composite bridges with multisimple-spans are connected by a link slabs is a semi-integral
bridges. Given the link slab bridge resulted in more rigid and ductile. In the previous study, using a simple
composite bridge link slab to get the dimensions of the beam and link slab dimensions to span 12m to 30m
using non-seismic loading.
In the present study was performed substructure plan for span 12m up to 30m with seismic loading.
Dimensions of the substructure each span different so that the stiffness of substructure different too. Study of
seismic response of simple composite beam bridge retrofitting with link slab revised from span bridge and
substructure rigidity is obtained the influence of the construction of link slab, link slab capabilities of the
earlier studies are still capable if there are seismic loads.
3
BAB I Fungsi link slab adalah sebagai elemen tarik
Pendahuluan dan tekan. Metoda retrofitting tanpa
memperhitungkan kemampuan tekan dapat
1.1. Latar Belakang menyebabkan kerusakan pada ujung balok akibat
Jembatan merupakan struktur yang gempa kuat. Studi analitik dan disain retrofitting
berfungsi sebagai sarana untuk menyeberangi pada jembatan balok pratekan sederhana dengan
jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta bentang-banyak dengan meninjau kinerja seismik
api ataupun jalan raya. Struktur ini sangat telah dilakukan oleh Caner et al. (2002). Dalam
diperlukan untuk menunjang perkembangan dan studi ini retrofitting dilakukan, dimana ujung
pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia. balok jembatan tidak monolit (tidak terintegrasi
Dengan kondisi wilayah Indonesia yang terdiri dengan abutmen) atau yang biasa dikenal sebagai
dari pulau-pulau besar dan kecil terdiri dari semi integral bridge.
sekitar 17.000 pulau. Kondisi alam Indonesia Studi kinerja seismik yang akan dilakukan
berupa pulau-pulau dengan bukit-bukit, berdasar metoda yang telah dilakukan oleh Caner
pegunungan dan sungai-sungai besar serta et al. (2002) dan merupakan pengembangan dari
kondisi tanah lunak (rawa-rawa & gambut) yang analisis nonseismik dari studi terdahulu Irawan
tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, sehingga (2010), Sugihardjo et al. (2010). Bentang
masih banyak diperlukan pembangunan jembatan jembatan yang di studi 12,16,20,25 dan 30 meter
yang sesuai dengan perkembangan teknologi sesuai dengan standard bangunan atas jembatan
untuk mendukung sistem jaringan jalan. komposit.
Pada daerah terpencil yang terhalang sungai
ataupun jurang, jembatan merupakan solusi yang 1.2. Rumusan Masalah
paling efektif untuk tercapainya pertumbuhan Dalam studi lantai menerus pada jembatan
kesejahteraan ekonomi dan perkembangan sosial komposit dengan menggunakan link slab yang
budaya. Jembatan yang merupakan bagian dari ditinjau dari kekakuan struktur bawah ini,
jalan sangat diperlukan dalam sistem jaringan permasalahan yang timbul yaitu :
transportasi darat yang akan menunjang 1. Bagaimana menentukan desain abutment dan
pembangunan nasional pada masa yang akan pilar untuk bentang 12, 16,20,25 dan 30 m?
datang. 2. Bagaimana menganalisa desain struktur
Dari sekian banyak jembatan di Indonesia, bangunan bawah dengan bentang 4x12m,
sebagian besar menggunakan jembatan dengan 4x16m, 4x20m, 4x25m dan 4x30m akibat
sistem perletakan sederhana, yang berarti struktur pembebanan secara seismik dan non seismik ?
antara lantai kendaraan dengan abutmen atau 3. Bagaimana permodelan struktur ?
lantai kendaraan jembatan yang satu dengan yang 4. Bagaimana pengaruh kekakuan struktur
lainnya terpisah dengan siar. Siar tersebut dengan terhadap konstruksi link slab ?
biasanya ditutup dengan menggunakan
konstruksi yang dinamakan expansion joint. 1.3. Batasan Masalah
Permasalahan yang muncul dengan adanya Untuk mendapatkan hasil studi Jembatan
siar tersebut adalah terjadinya ketidaknyamanan komposit dengan menggunakan link slab yang
bagi pengguna jalan. Seiring dengan memadai, tinjuan dalam studi ini dibatasi sebagai
bertambahnya waktu, expansion joint akan berikut :
mengalami deterioration dan terjadi retak di 1. Studi ini tidak membahas detail ECC
sekitarnya. Air hujan juga bisa mengalir melewati (Engineer Cementitious Composite) yang
expansion joint. Hal ini akan mengakibatkan digunakan bahan material link slab.
karat pada girder maupun perletakannya dan 2. Studi ini dilakukan untuk bentang 4x12m,
tumbuhnya tanaman serta lumut yang berakibat 4x16m, 4x20m, 4x25m dan 4x30m.
rusaknya bearing pad. 3. Menggunakan perletakan sederhana.
Beberapa permasalahan tersebut pada 4. Struktur yang diperhitungkan pondasi
akhirnya menimbulkan dampak terhadap dianggap terjepit.
ketidaknyamanan bagi pemakai jalan, biaya yang 5. Struktur terletak pada zona gempa 1 (gempa
tinggi dalam perawatan dan berkurangnya umur kuat).
jembatan. Untuk mengatasi permasalahan 6. Jenis tanah yang diperhitungkan adalah
tersebut dan banyaknya jembatan panjang di tanah loose.
Indonesia menggunakan sistem pratekan diatas 7. Analisa numerik menggunakan program
dua perletakan, maka perlu dilakukan studi SAP 2000.
terhadap Konstruksi Lantai Menerus dengan
menggunakan Link slab.
4
1.4. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam studi
Mulai
analisa jembatan link slab ini adalah :
1. Mendapatkan desain abutmen dan pilar
untuk bentang 4x12m, 4x16m, 4x20m,
4x25m dan 4x30m. Studi Literatur :
2. Mengetahui redistribusi gaya pada bangunan Jurnal dan Peraturan yang
bawah akibat penggunaan link slab yang berkaitan
dilakukan pembebanan secara seismik dan Studi Non Seismik Link Slab
mengetahui pengaruh kekakuan struktur Terdahulu
terhadap pilar dan abutmen. Perencanaan Bangunan Bawah Setiap jenis
3. Mengetahui Permodelan struktur yang bentang
sesuai. - Pembebanan
4. Mengetahui pengaruh kekakuan struktur - Kontrol Geser dan Guling
terhadap studi link slab terdahulu. - Penulangan
- Tiang Pancang
1.5. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari
studi ini adalah sebagai berikut :
Desain Retrofitting dan permodelan
1. Mampu memperbaiki expansion joint pada tanah
jembatan komposit sederhana dengan
konstruksi lantai menerus menggunakan link Permodelan kekakuan tanah
slab untuk berbagai bentang. urug
2. Mengetahui perilaku struktur apabila terjadi
pembebanan secara seismik. Analisa Non Seismik berdasarkan bentang
- Kontrol retak link slab
- Menghitung displacemen perletakan
BAB II - Menghitung kekakuan perletakan
Tinjauan Pustaka - Menghitung Displacemen ijin
5
3.2 Urutan Tahap-Tahap Pengerjaan Tugas Penentuan Luasan Tulangan
Akhir
Urutan pengerjaan tugas akhir tentang
“Studi Respon Seismik Jembatan Balok Komposit
Sederhana yang Diretrofit dengan Link Slab
Ditinjau Dari Bentang Jembatan dan Kekakuan
Bangunan Bawah” adalah sebagai berikut :
Gambar 6.1 Penentuan Luasan Tulangan
1. Studi Literatur Bentang 25 m
Karena dalam penulisan Tugas Akhir ini
lebih cenderung melakukan penerapan dan Tulangan terpasang D22 – 100
pengembangan dari teori-teori dasar yang ada
1 l
pada buku-buku penunjang, maka dalam As D2 =
=
perhitungan dan analisa masalah yang 4 s
dihadapi, dilakukan studi literatur diantaranya 1 1200
yaitu : 22 2
Jurnal "Seismic Performance of Multisimple- 4 100
Span Bridges Retrofitted with Link Slabs" = 4561,59 mm2/1,2m’
RSNI T-02-2005, Standar pembebanan untuk
jembatan d 4561,59
ρ = =
Bridge Management Sistem (BMS, 1992) As ls 144 1200
Hasil Studi link Slab terdahulu (Irawan, 2010) = 0,026
6
1 3 Hasil Studi Nonseismik setiap jenis bentang
I ls, g 1200 195 Penampang Ldz/ s/
12 Lsp Penulanga
balok Lsp 0.4y
8 4 (m) (rad) n
I ls, g 7 10 mm (1)
WF
(3)
(%) (%)
(6)
(2) (4) (5)
Rotasi 12 400x400x21x21 0,00363 14,5 99,27 D22-100
Besarnya rotasi dihitung dengan rumus :
16 460x400x30x50 0,00374 11,5 96,76 D22-100
2 3
PLsp qLsp 20 900x300x15x23 0,00347 8,5 97,09 D22-100
16E c I ap 24E c I ap 25 925x400x24x38 0,00364 7,0 98,84 D22-100
2 30 1200x500x20x35 0,00335 5,5 96,74 D22-100
7644 2500
1
6
16 2,1 10 1312142,71 3. Perencanaan Bangunan Bawah
1 0,00108 Desain Pilar dan abutment jembatan
2 didasarkan pada gaya dari struktur bangunan atas
10,8 2500 dan gaya tekanan tanah yang terjadi. Untuk
2
6
24 2,1 10 1312142,72 desain abutmen dan pilar yaitu dengan langkah-
2 0,00255 langkah sebagai berikut :
Langkah 1 :
0,00108 0,00255
Menghitung Beban-beban yang bekerja
0,00364
pada abutmen dan pilar yang berasal dari beban
Tegangan Pada Penulangan Link Slab struktur atas dan tekanan tanah.
2 E c I ls,9 Langkah 2 :
Ldz Menentukan Dimensi abutment dengan
0, 40 y trial dimensi dan menghitung letak titik berat
1 abutmen dan pilar.
As d kd
3 Langkah 3 :
8 Menghitung Momen yang terjadi pada
2 27805,57 8 10
0,00364 titik berat abutmen
1,75 1000 Langkah 4 :
0, 40 y
1 Kontrol Stabilitas terhadap guling
4561,59 144 66,65
3 dengan syarat 2.3.4
154,192Mpa Langkah 5 :
Kontrol Stabilitas terhadap geser dengan
Tegangan Tarik Ijin Tulangan
syarat 2.3.4
y 0,4 fy 0,4 390 156Mpa Langkah 6 :
s 154,192 Perhitungan kebutuhan tiang pancang
98,84% dengan mengolah data tanah. dengan
y 156
memperhitungkan efisiensi tiang pancang.
Dipakai tulangan D22 – 100 ( As = 4561,59 Langkah 7 :
mm’/1,2m’) Penulangan untuk struktur utama
7
Dengan konfigurasi : k 3 2 h h
2
Abutment barat : Sendi
k i i 1 h h
2
Pilar barat perletakan barat : Rol
Pilar barat perletakan timur : Rol
k n 3n 4 h h
1 2
Pilar tengah perletakan barat : Sendi
Pilar tengah perletakan timur : Rol 6
Pilar timur perletakan barat : Sendi
Dimana k1 adalah kekakuan pegas paling
Pilar timur perletakan timur : Rol
Abutment timur : Sendi k
atas, dan n adalah kekakuan pegas paling
bawah. n adalah jumlah banyak pegas yang akan
5. Permodelan Tekanan Tanah Pada Struktur
dipasang. h adalah modulus reaksi tanah dasar
Abutmen jembatan dimodelkan sebagai
pondasi dinamis. Dimana di sisi belakang yang didapat dari tabel 3.1 berdasarkan jenis
abutmen diberi pegas sehingga akan terjadi 1 tanahnya dan sifatnya.
derajat kebebasan, yaitu translasi.
Desain Analisia Nonseismik
k Kontrol Displacement berdasarkan
INITIAL
tegangan geser
∆h 1 Menghitung besarnya displesemen
k POSITION
Slab
Menghitung besarnya gaya gempa statik
h2 h2
yang bekerja pada link slab dengan metoda
pendekatan: b1 b1 h3 b1 b1 h3
∗
𝑇𝐿𝑆 = 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇(1+2) h4 h4
b2 b2
dimana WT(1+2)=berat dari 2 bentang yang By
Bx bc
berdekatan di setiap sisi link slab
b2 b2
b2 b2
6. Desain Analisa Seismik
Pada Analisis Riwayat Waktu, nilai PGA 4.1 Desain Bangunan Bawah
(Peak Ground Acceleration) gempa diperoleh Dari perhitungan bab sebelumnya, didapatkan;
dengan menyamakan intensitas gempa Denpasar, Dimensi :
Elcentro, Miyagi, Kobe dan Northridge dengan - Abutment
respon spektrum redaman 5% RSNI (2005), Bentang
Breast Wall
sehingga spektra respon disainnya kompatibel, Lentur Geser-x Geser-y
Caner et al. (2002); AASHTO (2007). Spektra 12 D25-250 D13-200 D13-250
kecepatan dan percepatan dihitung dengan 16 D25-200 D13-200 D13-250
bantuan Program SREL, Wahyudi (1990) dan 20 D29-200 D13-300 D13-250
besarnya intensitas gempa: 25 D29-200 D13-250 D13-250
9
Wing Wall Horizontal 5.2 Analisa Nonseismik
Bentang
Lentur Bagi Geser Kontrol Retak Link Slab
12 D22-200 D13-200 D13-200 Kontrol besarnya tebal retak yang terjadi,
16 D22-200 D13-200 D13-200 ω (mm), dimana besarnya tidak boleh melebihi
20 D22-200 D13-200 D13-200 0.33 mm, ASSHTO (2007):
25 D22-200 D13-200 D13-200 ω = 0,000011β√dcA
30 D22-200 D13-200 D13-200 Dimana;
β = 2 (asumsi)
- Pilar fls = 40%fy
Bentang
Kolom Pilar Balok Pilar = 0,4 x 390
diameter Tul b d Tulangan = 156 MPa
12 1.2 48D35-70 1.3 1.3 14D-32 dc = 50 mm
16 1.4 47D35-80 1.3 1.3 14D-32 h’ = 2 x dc
20 1.5 54D35-75 1.3 1.3 16D-32 = 100 mm
25 1.7 54D35-90 1.3 1.3 18D-32 S = 100 mm
30 1.8 60D35-80 1.3 1.3 20D-32 A = h’ x s
= 100 x 100
Pile Cap = 10000 mm2
Bentang ω = 0,000011*2*156*√50*100000
Lentur Bagi Geser x Geser y
12
= 0,272 mm < 0,33 mm (OK)
D29-200 D19-250 D16-200 D16-250
16
Retak selebar 82,5% dari retak ijin ini
D36-150 D22-250 D16-200 D16-250
dapat diatasi dengan penggunaan beton
20 D32-200 D19-200 D16-200 D16-250
Engineered Cementious Composite (ECC) yang
25 D32-150 D19-150 D16-200 D16-250
mempunyai kekuatan tarik 350 kali beton
30 D32-150 D19-150 D16-200 D16-250
normal, Kim et al. (2004).
Analisa Displesemen Longitudinal
Ukuran Jumlah jumlah
Bentang Pile Cap Pancang Displesemen longitudinal perletakan
pancang diameter
bx by x y total pancang akibat beban gempa pada sebuah sistim
12 5 10 3 7 21 D=0.5 jembatan di atas 2 perletakan:
∗
𝑇𝐸𝑄 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇
16 5 11 4 6 24 D=0.5 𝛿𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 = =
𝑘 𝑒𝑓𝑓 𝑘 𝑒𝑓𝑓
20 6 12 4 7 28 D=0.5
25 5 13 4 7 28 D=0.6
3𝐸𝐼 3𝐸𝐼
30 6 13 4 7 28 D=0.6 𝐾𝑝𝑖𝑙𝑎𝑟 = 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑡 =
𝐿3 𝐿3
Keff = (Kpilar + Kabut)/2
BAB V
DESAIN DAN ANALISA NONSEISMIK 𝐺𝐴𝑏
𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑛 =
5.1 Desain Link Slab
Dari studi nonsesismik terdahulu, (2010); 𝜏𝐴𝑏
Sugihardjo dkk. (2010), diketahui; 𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 =
𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛
Dimensi Link Slab:
- Panjang =9m
- Lebar = 1,7 m Dari Perencanaan bangunan atas dan
- Tebal = 0,195 m dimasukkan ke dalam rumus-rumus tersebut,
- Diameter Tulangan = 22 mm maka didapat nilai displasemen ijin untuk setiap
- Mutu Beton = 35 MPa bentang jembatan sebagai berikut :
- Mutu Baja Tulangan = 390 MPa
- Material beton = Engineered
Cementious Composite (ECC)
10
Tabel 6.3 Kekakuan Spring Pasif
K ΔK
Depth n ƞh K
(kN/m) (kN/m)
0 1 600 K1 =1/6*ƞh*L2 100
1 2 600 K2 = ƞh*L2 600 350
2 3 600 K3 = 2*ƞh*L2 1200 900
3 4 600 K4 =3*ƞh*L2 1800 1500
4 5 600 K5 = 4*ƞh*L2 2400 2100
5 6 600 K6 = 5*ƞh*L2 3000 2700
6 7 600 K7 = 6*ƞh*L2 3600 3300
BAB VI 7 8 600 K8 = 1/6*(3n-4)*ƞh*L2 2000 2800
DESAIN DAN ANALISA SEISMIK
6.1 Analisa Simplikasi
Besarnya gaya gempa statik yang bekerja Perletakan dimodelkan sebagai balok 2D,
pada link slab pada satu pilar bentang 25 meter dengan beberapa konstrain sesuai fungsinya
dapat dihitung dengan persamaan (3.10). sebagai perletakan tetap atau bergerak, dimana
∗
𝑇𝐿𝑆 = 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇(1+2) kekakuan gesernya sebesar 4114,3 kN/m untuk
C = 0,23 (wilayah gempa 1 tanah lunak) tiap perletakan.
I = 1,2 (jembatan pada jalan raya utama) Model struktur jembatan 3D seperti seperti
S = 3 (tipe jembatan tidak daktail) ditunjukkan pada Gambar
Wt = 2754 kN (berat struktur atas 1 bentang)
T*LS = 0,23 x 1,2 x 3 x 2754
= 2280,3 kN
Luas tulangan,
A = 1/4πD2s
= 38013,3 mm2/m
Didapatkan tegangan yang terjadi pada link slab,
yaitu;
σ = T*LS / A
= 2280,3 x 1000 / 38013,3
= 59,98 Mpa
Struktur Retrofitting 35
30
D-RSNI
25 D-DNPSR
20 D-NRIDGE
Dari gambar 7.1.a diatas dapat dilihat 15 D-MIYAGI
bahwa jembatan pada struktur asli bentang 12 10
5
D-KOBE
ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
history dari gempa Northridge, nilai BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
displasemen melebihi batas slip yaitu 48,37
mm pada pilar tengah, sehingga Gambar 7.3.a Displasement Perletakan
dimungkinkan jatuhnya balok utama. Struktur Asli
sedangkan pada gambar 7.1.b merupakan 50
45
struktur yang telah diretrofit dengan link slab
20 D-NRIDGE
karena pada sambungan tersebut dibuat lebih 15 D-MIYAGI
kaku. 10 D-KOBE
5 D-ELCNTR
0
bentang 16 m ABUTMENT
BARAT
PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR
PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN
ABUTMENT
TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
Dari desain dan analisa didapatkan
displasemen ijin perletakan pada struktur Gambar 7.3.b Displasement Perletakan
bentang 16 m, yaitu δijin = 7,19 mm Struktur Retrofitting
50
45
Displasemen Perletakan (mm)
45 45
Displasemen Perletakan (mm)
40 40
35 35 D-RSNI
D-RSNI
30 30
D-DNPSR 25 D-DNPSR
25
20 D-NRIDGE 20 D-NRIDGE
15 D-MIYAGI
15
D-MIYAGI
10 10
D-KOBE D-KOBE
5 5
0 D-ELCNTR 0 D-ELCNTR
ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
15 D-MIYAGI
10 D-KOBE Bentang 12 m
5 D-ELCNTR
0 Gaya horizontal yang terjadi pada base
ABUTMENT
BARAT
PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR TENGAH PILAR TENGAH
PERLETAKAN PERLETAKAN
PILAR TIMUR
PERLETAKAN
PILAR TIMUR
PERLETAKAN
ABUTMENT
TIMUR
reaction pada bangunan bawah akibat beban
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
seismik dari Time HIstory Analysis pada
Gambar 7.4.a Displasement Perletakan bentang 12 m.
Struktur Retrofitting
RESP-SNI
Dari gambar 7.4.a diatas dapat dilihat 1500 DENPASAR
bahwa jembatan pada struktur asli bentang 25 NORTHRIDGE
45
1000 MIYAGI
40
35 KOBE
D-RSNI
30 500 ELCENTRO
25 D-DNPSR
RATA-RATA
20 D-NRIDGE
15 0
D-MIYAGI
10 ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
5 D-KOBE
0 D-ELCNTR Gambar 7.6.a Gaya Horizontal Struktur
ABUTMENT BARAT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT TIMUR
PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN Retrofitting
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
Gambar 7.5.a Displasement Perletakan Pada Gambar 7.6.a terlihat bahwa gaya
Struktur Asli horizontal yang terjadi pada base reaction
50 jembatan bentang 12 m, untuk pilar tengah
45
dan pilar timur mempunyai nilai yang besar.
Displasemen Perletakan (mm)
40
35
30
D-RSNI Sedangkan gaya horizontal pada struktur
25 D-DNPSR retrofitting lebih merata.
20 D-NRIDGE
15 D-MIYAGI
Hal ini menunjukkan bahwa dengan
10 D-KOBE retrofitting mengakibatkan struktur seolah-
5 D-ELCNTR
0
olah menjadi satu kesatuan dan gaya
ABUTMENT BARAT PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR TENGAH
PERLETAKAN
PILAR TENGAH
PERLETAKAN
PILAR TIMUR
PERLETAKAN
PILAR TIMUR ABUTMENT TIMUR
PERLETAKAN
horizontal yang terjadi didistribusikan merata
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
pada abutmen dan pilar.
Gambar 7.5.b Displasement Perletakan
Struktur Retrofitting Bentang 16 m
Dari gambar 7.5.a diatas dapat dilihat Gaya horizontal yang terjadi pada base
bahwa jembatan pada struktur asli bentang 30 reaction pada bangunan bawah akibat beban
m displasemen terbesar terjadi pada gempa seismik dari Time HIstory Analysis pada
Kobe, nilai displasemen melebihi batas slip bentang 16 m.
yang sangat besar yaitu 24,8 mm pada pilar
timur dan pilar barat, sehingga dimungkinkan
jatuhnya balok utama.
Displasemen pada perletakan yang
diretrofit dengan link slab menunjukkan
kinerjanya dengan baik pada setiap bentang.
Displasemen yang terjadi pada semua bentang
13
Pada Gambar 7.8.a terlihat bahwa gaya
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)
2000
horizontal yang terjadi pada base reaction
RESP-SNI
1500 DENPASAR
jembatan bentang 20 m, untuk pilar tengah
NORTHRIDGE dan pilar timur mempunyai nilai yang besar.
1000 MIYAGI Sedangkan gaya horizontal pada struktur
KOBE
500 ELCENTRO
retrofitting lebih merata.
RATA-RATA
0 Bentang 25 m
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
Gaya horizontal yang terjadi pada base
Gambar 7.7.a Gaya Horizontal Struktur Asli reaction pada bangunan bawah akibat beban
seismik dari Time HIstory Analysis pada
bentang 12 m.
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)
2000
RESP-SNI
2000
Pada Gambar 7.7.a terlihat bahwa gaya
RESP-SNI
horizontal yang terjadi pada base reaction 1500 DENPASAR
jembatan bentang 16 m, untuk pilar tengah NORTHRIDGE
Bentang 20 m ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
Gaya horizontal yang terjadi pada base Gambar 7.9.b Gaya Horizontal Struktur Asli
reaction pada bangunan bawah akibat beban
seismik dari Time HIstory Analysis pada Pada Gambar 7.9.a terlihat bahwa gaya
bentang 20 m. horizontal yang terjadi pada base reaction
jembatan bentang 25 m, untuk pilar tengah
Reaksi Horizontal Base Reaction (kN)
2000
dan pilar timur mempunyai nilai yang besar.
RESP-SNI
1500 DENPASAR
Sedangkan gaya horizontal pada struktur
NORTHRIDGE retrofitting lebih merata.
1000 MIYAGI
Bentang 30 m
KOBE
500 ELCENTRO
RATA-RATA Gaya horizontal yang terjadi pada base
0 reaction pada bangunan bawah akibat beban
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
seismik dari Time HIstory Analysis pada
Gambar 7.8.a Gaya Horizontal Struktur Asli bentang 30 m
Gaya Horixontal Base Reacyion (kN)
2000
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)
2000 RESP-SNI
1500 DENPASAR
RESP-SNI
1500 DENPASAR NORTHRIDGE
1000 MIYAGI
NORTHRIDGE
1000 MIYAGI KOBE
ELCENTRO RATA-RATA
500
RATA-RATA 0
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
0
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
Gambar 7.10.a Gaya Horizontal Struktur
Gambar 7.8.b Gaya Horizontal Struktur Asli Asli
14
nonseismik dan 50%fy untuk desain seismik.
Gaya Horizontal Base Reaktion (kN)
2000
Pada Gambar 7.11 menunjukkan tegangan
RESP-SNI
1500 DENPASAR
yang terjadi pada bentang 12 m masih
NORTHRIDGE dibawah dari tegangan tulangan minimum
1000 MIYAGI 50% fy = 195 Mpa
KOBE
500 ELCENTRO
RATA-RATA Bentang 16 m
0 Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
untuk bentang jembatan 16 m.
Gambar 7.10.b Gaya Horizontal Struktur 180
160
Retrofitting
Bentang 20 m
Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab
untuk bentang jembatan 20 m.
180
160
Tegangan Tulangan (MPa)
Bentang 12 m
Tabel 7.2 Periode dan Partisipasi Massa
Bentang 12 m
16
Periode Partisipasi Massa Periode Partisipasi Massa
Raga Struktur Struktur Raga Struktur Struktur
Retrofitting-1 Retrofitting-1 Retrofitting-1 Retrofitting-1
m Asli Asli m Asli Asli
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 0.264422 0.235514 0.38 0.00006892 1 0.243902 0.192256 0.39 0.00003861
2 0.256018 0.232192 0.4 0.0004287 2 0.238284 0.187513 0.39 0.0004853
3 0.251121 0.228242 0.4 0.000504 3 0.196999 0.182388 0.39 0.0006895
4 0.247465 0.225975 0.4 0.0006901 4 0.192197 0.179948 0.39 0.001436
5 0.243705 0.172209 0.4 0.87 5 0.187145 0.162548 0.39 0.86
6 0.242075 0.073001 0.4 0.87 6 0.184918 0.064258 0.39 0.86
7 0.13697 0.068532 0.88 0.87 7 0.128807 0.059072 0.86 0.86
8 0.073067 0.063049 0.88 0.87 8 0.063834 0.052589 0.86 0.86
9 0.069171 0.059726 0.88 0.87 9 0.058855 0.046576 0.86 0.86
10 0.064567 0.046606 0.88 0.87 10 0.052618 0.040332 0.86 0.86
11 0.062101 0.042113 0.88 0.87 11 0.047385 0.035913 0.86 0.88
12 0.048665 0.038427 0.88 0.87 12 0.045533 0.035632 0.86 0.88
13 0.046655 0.027952 0.88 0.87 13 0.040462 0.032283 0.86 0.88
14 0.04308 0.027601 0.88 0.87 14 0.035952 0.030113 0.86 0.88
15 0.040132 0.027082 0.88 0.87 15 0.032751 0.027147 0.86 0.88
16 0.028676 0.025402 0.88 0.88 16 0.026941 0.021581 0.86 0.88
17 0.028142 0.025279 0.88 0.94 17 0.022211 0.020989 0.93 0.88
18 0.027054 0.024018 0.88 0.94 18 0.022 0.020908 0.93 0.93
19 0.026175 0.023847 0.88 0.94 19 0.02146 0.02089 0.93 0.93
20 0.023926 0.019421 0.88 0.96 20 0.020945 0.019692 0.93 0.93
21 0.023362 0.019311 0.96 0.96 21 0.020930 0.019651 0.93 0.93
Dari tabel 7.3 terlihat bahwa periode pada Dari tabel 7.4 terlihat bahwa periode pada
struktur yang telah diretrofit menjadi hampir struktur yang telah diretrofit menjadi hampir
sama dengan bentang 12 m. Partisipasi massa sama dengan bentang 16 m. Partisipasi massa
sudah mencapai 90% dari 20 noda. sudah mencapai 90% dari 20 noda.
Bentang 20 m Bentang 25 m
Tabel 7.4 Periode dan Partisipasi Massa Tabel 7.5 Periode dan Partisipasi Massa
Bentang 20 m Bentang 25 m
17
Periode Partisipasi Massa Periode Partisipasi Massa
Raga Struktur Struktur Struktur Struktur
Retrofitting-1 Retrofitting-1 Ragam Retrofitting-1 Retrofitting-1
m Asli Asli Asli Asli
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 0.230872 0.207678 0.41 0.000007589 1 0.277951 0.274431 3.352E-17 0.000001647
2 0.226182 0.201899 0.41 0.0001027 2 0.27285 0.269416 5.199E-17 0.00001093
3 0.210089 0.195718 0.41 0.0001516 3 0.26756 0.26414 7.26E-17 0.00001633
4 0.204305 0.192885 0.41 0.0003116 4 0.265256 0.261698 3.066E-16 0.00002535
5 0.198175 0.168661 0.41 0.88 5 0.228938 0.169947 0.43 0.9
6 0.195456 0.069273 0.41 0.88 6 0.223072 0.083073 0.43 0.9
7 0.138231 0.063329 0.89 0.88 7 0.139097 0.077567 0.91 0.9
8 0.068919 0.056013 0.89 0.88 8 0.083015 0.070991 0.91 0.9
9 0.063112 0.049713 0.89 0.88 9 0.077637 0.067235 0.91 0.9
10 0.055966 0.042201 0.89 0.88 10 0.071265 0.049945 0.91 0.9
11 0.050188 0.036991 0.89 0.88 11 0.067722 0.044653 0.91 0.9
12 0.048463 0.033185 0.89 0.88 12 0.052542 0.040012 0.91 0.9
13 0.042128 0.032188 0.89 0.9 13 0.049594 0.036256 0.91 0.91
14 0.037038 0.030675 0.89 0.9 14 0.044466 0.03286 0.91 0.91
15 0.033305 0.027336 0.89 0.9 15 0.039889 0.03192 0.91 0.91
16 0.024843 0.023028 0.89 0.9 16 0.031159 0.030881 0.91 0.91
17 0.02332 0.022232 0.89 0.9 17 0.029599 0.029356 0.91 0.91
18 0.022544 0.020849 0.89 0.9 18 0.029461 0.026887 0.91 0.91
19 0.021454 0.020648 0.95 0.9 19 0.027142 0.024952 0.91 0.91
20 0.021025 0.020235 0.95 0.95 20 0.025249 0.020893 0.91 0.95
21 0.020812 0.020222 0.95 0.95 21 0.025233 0.020872 0.91 0.95
Dari tabel 7.5 terlihat bahwa periode pada Dari tabel 7.6 terlihat bahwa periode pada
struktur yang telah diretrofit menjadi hampir struktur yang telah diretrofit menjadi hampir
sama dengan bentang lainnnya. Partisipasi sama dengan bentang lainnnya. Sedangkan
massa sudah mencapai 90% dari 20 noda. partisipasi massa sudah mencapai 90%
Secara umum, periode akibat beban
Bentang 30 m seismik untuk struktur retrofitting lebih kecil
Tabel 7.6 Periode dan Partisipasi Massa dari struktur asli, artinya struktur lebih kaku,
Bentang 30 m sedangkan untuk partisipasi massa
membutuhkan node hingga 20 node untuk
mencapai partisipasi massa 90% kecuali untuk
bentang 16 meter 21 node.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
18
Tegangan yang terjadi pada link slab pada
studi terdahulu pada bentang 12, 16, 20,
25, dan 30 masih memenuhi batas aman
50%fy= 195 Mpa
Periode yang terjadi pada setiap bentang
setelah retrofitting dengan link slab
menjadi lebih kecil, yang artinya struktur
lebih kaku.
Analisa dinamis dengan time history
analisis sangatlah tidak menentu, karena
setiap gempa mempunyai kharakteristik
intensitas dan PGA yang berbeda-beda.
Untuk pelaksanaan pembangunan
jembatan harus memperhatikan jenis tanah.
Pembesaran dimensi bangunan bawah akan
sangat mempengaruhi kekakuan struktur,
semakin kaku struktur maka semakin kecil
displasemen, semakin kecil gaya
horizontal yang terjadi dan periode akan
lebih cepat.
19