Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKHIR - RC 1380

STUDI RESPON SEISMIK JEMBATAN BALOK KOMPOSIT SEDERHANA YANG


DIRETROFIT DENGAN LINK SLAB DITINJAU DARI BENTANG JEMBATAN
DAN KEKAKUAN BANGUNAN BAWAH

ADITYA NUGROHO RAHARJO


NRP 3108 100 141

Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hidayat Soegiharjo M, MS.
Ir. Ananta Sigit Sidharta, MSc., PhD.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2012

1
STUDI RESPON SEISMIK JEMBATAN BALOK KOMPOSIT SEDERHANA YANG DIRETROFIT
DENGAN LINK SLAB DITINJAU DARI BENTANG JEMBATAN DAN KEKAKUAN BANGUNAN
BAWAH

Nama Mahasiswa : Aditya Nugroho Raharjo

NRP : 3108 100 141

Jurusan : Teknil Sipil FTSP – ITS

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hidayat Soegiharjo M, MS.

Ir. Ananta Sigit Sidharta, MSc. PhD.

ABSTRAK

Jembatan komposit sederhana dengan bentang banyak yang dihubungkan dengan link slab
(jembatan nirsambung) merupakan jembatan semi integral. Dengan adanya link slab mengakibatkan
jembatan lebih kaku dan tidak daktail. Pada studi terdahulu jembatan komposit sederhana dengan
menggunakan link slab mendapatkan dimensi balok dan dimensi link slab untuk bentang 12m sampai 30m
menggunakan pembebanan non seismik.

Pada studi ini telah dilakukan perencanaan bangunan bawah untuk bentang 12m sampai 30m
dengan pembebanan seismik. Dimensi bangunan bawah setiap bentang berbeda sehingga kekakuan struktur
bangunan bawah juga berbeda. Hasil studi untuk jembatan komposit dengan konstruksi link slab yang
ditinjau dari bentang jembatan dan kekakuan struktur bawah adalah didapatkan pengaruh bangunan bawah
terhadap konstruksi link slab, kemampuan link slab dari studi terdahulu masih mampu jika terdapat beban
seismik.

Kata kunci : jembatan komposit, link slab, struktur bawah, kekakuan struktur.

2
STUDY OF SEISMIC RESPONSE OF SIMPLE COMPOSITE BEAM BRIDGE RETROFITTING
WITH LINK SLAB REVISED FROM SPAN BRIDGE AND SUBSTRUCTURE RIGIDITY

Name : Aditya Nugroho Raharjo

NRP : 3108 100 141

Departement : Teknil Sipil FTSP – ITS

Supervisor : Dr. Ir. Hidayat Soegiharjo M, MS.

Ir. Ananta Sigit Sidharta, MSc. PhD.

ABSTRACT

Simple composite bridges with multisimple-spans are connected by a link slabs is a semi-integral
bridges. Given the link slab bridge resulted in more rigid and ductile. In the previous study, using a simple
composite bridge link slab to get the dimensions of the beam and link slab dimensions to span 12m to 30m
using non-seismic loading.

In the present study was performed substructure plan for span 12m up to 30m with seismic loading.
Dimensions of the substructure each span different so that the stiffness of substructure different too. Study of
seismic response of simple composite beam bridge retrofitting with link slab revised from span bridge and
substructure rigidity is obtained the influence of the construction of link slab, link slab capabilities of the
earlier studies are still capable if there are seismic loads.

Key words: composite bridge, link slab, substructure, structural stiffness.

3
BAB I Fungsi link slab adalah sebagai elemen tarik
Pendahuluan dan tekan. Metoda retrofitting tanpa
memperhitungkan kemampuan tekan dapat
1.1. Latar Belakang menyebabkan kerusakan pada ujung balok akibat
Jembatan merupakan struktur yang gempa kuat. Studi analitik dan disain retrofitting
berfungsi sebagai sarana untuk menyeberangi pada jembatan balok pratekan sederhana dengan
jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta bentang-banyak dengan meninjau kinerja seismik
api ataupun jalan raya. Struktur ini sangat telah dilakukan oleh Caner et al. (2002). Dalam
diperlukan untuk menunjang perkembangan dan studi ini retrofitting dilakukan, dimana ujung
pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia. balok jembatan tidak monolit (tidak terintegrasi
Dengan kondisi wilayah Indonesia yang terdiri dengan abutmen) atau yang biasa dikenal sebagai
dari pulau-pulau besar dan kecil terdiri dari semi integral bridge.
sekitar 17.000 pulau. Kondisi alam Indonesia Studi kinerja seismik yang akan dilakukan
berupa pulau-pulau dengan bukit-bukit, berdasar metoda yang telah dilakukan oleh Caner
pegunungan dan sungai-sungai besar serta et al. (2002) dan merupakan pengembangan dari
kondisi tanah lunak (rawa-rawa & gambut) yang analisis nonseismik dari studi terdahulu Irawan
tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, sehingga (2010), Sugihardjo et al. (2010). Bentang
masih banyak diperlukan pembangunan jembatan jembatan yang di studi 12,16,20,25 dan 30 meter
yang sesuai dengan perkembangan teknologi sesuai dengan standard bangunan atas jembatan
untuk mendukung sistem jaringan jalan. komposit.
Pada daerah terpencil yang terhalang sungai
ataupun jurang, jembatan merupakan solusi yang 1.2. Rumusan Masalah
paling efektif untuk tercapainya pertumbuhan Dalam studi lantai menerus pada jembatan
kesejahteraan ekonomi dan perkembangan sosial komposit dengan menggunakan link slab yang
budaya. Jembatan yang merupakan bagian dari ditinjau dari kekakuan struktur bawah ini,
jalan sangat diperlukan dalam sistem jaringan permasalahan yang timbul yaitu :
transportasi darat yang akan menunjang 1. Bagaimana menentukan desain abutment dan
pembangunan nasional pada masa yang akan pilar untuk bentang 12, 16,20,25 dan 30 m?
datang. 2. Bagaimana menganalisa desain struktur
Dari sekian banyak jembatan di Indonesia, bangunan bawah dengan bentang 4x12m,
sebagian besar menggunakan jembatan dengan 4x16m, 4x20m, 4x25m dan 4x30m akibat
sistem perletakan sederhana, yang berarti struktur pembebanan secara seismik dan non seismik ?
antara lantai kendaraan dengan abutmen atau 3. Bagaimana permodelan struktur ?
lantai kendaraan jembatan yang satu dengan yang 4. Bagaimana pengaruh kekakuan struktur
lainnya terpisah dengan siar. Siar tersebut dengan terhadap konstruksi link slab ?
biasanya ditutup dengan menggunakan
konstruksi yang dinamakan expansion joint. 1.3. Batasan Masalah
Permasalahan yang muncul dengan adanya Untuk mendapatkan hasil studi Jembatan
siar tersebut adalah terjadinya ketidaknyamanan komposit dengan menggunakan link slab yang
bagi pengguna jalan. Seiring dengan memadai, tinjuan dalam studi ini dibatasi sebagai
bertambahnya waktu, expansion joint akan berikut :
mengalami deterioration dan terjadi retak di 1. Studi ini tidak membahas detail ECC
sekitarnya. Air hujan juga bisa mengalir melewati (Engineer Cementitious Composite) yang
expansion joint. Hal ini akan mengakibatkan digunakan bahan material link slab.
karat pada girder maupun perletakannya dan 2. Studi ini dilakukan untuk bentang 4x12m,
tumbuhnya tanaman serta lumut yang berakibat 4x16m, 4x20m, 4x25m dan 4x30m.
rusaknya bearing pad. 3. Menggunakan perletakan sederhana.
Beberapa permasalahan tersebut pada 4. Struktur yang diperhitungkan pondasi
akhirnya menimbulkan dampak terhadap dianggap terjepit.
ketidaknyamanan bagi pemakai jalan, biaya yang 5. Struktur terletak pada zona gempa 1 (gempa
tinggi dalam perawatan dan berkurangnya umur kuat).
jembatan. Untuk mengatasi permasalahan 6. Jenis tanah yang diperhitungkan adalah
tersebut dan banyaknya jembatan panjang di tanah loose.
Indonesia menggunakan sistem pratekan diatas 7. Analisa numerik menggunakan program
dua perletakan, maka perlu dilakukan studi SAP 2000.
terhadap Konstruksi Lantai Menerus dengan
menggunakan Link slab.
4
1.4. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam studi
Mulai
analisa jembatan link slab ini adalah :
1. Mendapatkan desain abutmen dan pilar
untuk bentang 4x12m, 4x16m, 4x20m,
4x25m dan 4x30m. Studi Literatur :
2. Mengetahui redistribusi gaya pada bangunan  Jurnal dan Peraturan yang
bawah akibat penggunaan link slab yang berkaitan
dilakukan pembebanan secara seismik dan  Studi Non Seismik Link Slab
mengetahui pengaruh kekakuan struktur Terdahulu
terhadap pilar dan abutmen. Perencanaan Bangunan Bawah Setiap jenis
3. Mengetahui Permodelan struktur yang bentang
sesuai. - Pembebanan
4. Mengetahui pengaruh kekakuan struktur - Kontrol Geser dan Guling
terhadap studi link slab terdahulu. - Penulangan
- Tiang Pancang
1.5. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari
studi ini adalah sebagai berikut :
Desain Retrofitting dan permodelan
1. Mampu memperbaiki expansion joint pada tanah
jembatan komposit sederhana dengan
konstruksi lantai menerus menggunakan link Permodelan kekakuan tanah
slab untuk berbagai bentang. urug
2. Mengetahui perilaku struktur apabila terjadi
pembebanan secara seismik. Analisa Non Seismik berdasarkan bentang
- Kontrol retak link slab
- Menghitung displacemen perletakan
BAB II - Menghitung kekakuan perletakan
Tinjauan Pustaka - Menghitung Displacemen ijin

( Sengaja tidak dicantumkan )


Desain Analisa Seismik
- Time History
BAB III
Metodologi
Analisa Struktur
3.1 Diagram Alir -Permodelan pada SAP 2000
Diagram alir adalah suatu diagram yang
menggunakan notasi-notasi untuk
menggambarkan arus dari data sistem, yang
penggunaannya sangat membantu untuk Kontrol Desain
memahami sistem secara logika, tersruktur dan -Kontrol dengan respon
jelas. Digram alir merupakan alat bantu dalam spectrum dan time history
menggambarkan atau menjelaskan diagram alir analysis
ini sering disebut juga dengan nama Bubble
chart, Bubble diagram, model proses, diagram
alur kerja, atau model fungsi. Diagram alir ini
berfungsi untuk memberikan indikasi mengenai Kesimpulan
bagaimana Studi ini ditransformasi pada saat data
bergerak melalui sistem serta menggambarkan
fungsi-fungsi (dan sub fungsi) yang Selesai
mentransformasi aliran data. Diagram alir untuk
studi ini dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi

5
3.2 Urutan Tahap-Tahap Pengerjaan Tugas Penentuan Luasan Tulangan
Akhir
Urutan pengerjaan tugas akhir tentang
“Studi Respon Seismik Jembatan Balok Komposit
Sederhana yang Diretrofit dengan Link Slab
Ditinjau Dari Bentang Jembatan dan Kekakuan
Bangunan Bawah” adalah sebagai berikut :
Gambar 6.1 Penentuan Luasan Tulangan
1. Studi Literatur Bentang 25 m
Karena dalam penulisan Tugas Akhir ini
lebih cenderung melakukan penerapan dan Tulangan terpasang D22 – 100
pengembangan dari teori-teori dasar yang ada
1 l
pada buku-buku penunjang, maka dalam As   D2    =
=
perhitungan dan analisa masalah yang 4 s
dihadapi, dilakukan studi literatur diantaranya 1  1200 
yaitu :    22 2   
 Jurnal "Seismic Performance of Multisimple- 4  100 
Span Bridges Retrofitted with Link Slabs" = 4561,59 mm2/1,2m’
 RSNI T-02-2005, Standar pembebanan untuk
jembatan d 4561,59
ρ = =
 Bridge Management Sistem (BMS, 1992) As  ls 144  1200
 Hasil Studi link Slab terdahulu (Irawan, 2010) = 0,026

2. Hasil Desain Studi Nonseismik Terdahulu Beban yang Dipergunakan


Dari analisis nonseismik terdahulu Beban untuk analisis link slab
diperoleh penampang dan penulangan link slab menggunakan beban UDL dan KEL :
serta tambahan stud connector seperti pada 1. Beban KEL (P) = 76,44 KN = 7644 kg
Gambar 3, Irawan (2010), Sugihardjo et al. 2. Beban UDL (q) = 10,8 KN / m’
(2010). Dari studi ini diperoleh tebal link slab 3. Beban mati ( q balok ) = 1,59 KN/m’
195 mm dan dengan lebar model sebesar 1200 4. Beban super imposed dead load ( q aspal ) =
mm yaitu jarak antar balok baja pemikul. 1,32 KN/m’
Langkah 1
Untuk perencanaan link slab jembatan ini Koefisien Daerah Tekan
menggunakan data sebagai berikut : n = Es/Ec = 210000 / 27805,57 = 7,55
 Panjang bentang balok ( Lsp ) = 25 m K = nr (nr ) 2(nr ) 2
 Lsp  = 7,55(0,026) (7,55 0,026) 2(7,55 0,026)
 Rasio   = 7% 2
 Ldz 
= 0,46
 Panjang debonding zone ( Ldz ) = 1,75 m
Kd = 0,46 x 144 = 66,65
 Lebar slab = 1200
mm
Momen Inersia Link Slab
 Tebal pelat = 195
- Inersia crack untuk link slab :
mm
 Bj Beton  3  kd 
2
 2
= 2,4 Bls kd
I ls,cr   Bls kd    n  As d  kd
t/m3 12  2
 Mutu baja : - fy = 410
MPa 
1200 66,65 3  66,65 
 1200  66,65
2
I ls,cr  
- Es = 12  2 
210000 Mpa
 Cor setempat ( slab ) :- fc’ = 35 Mpa 
 7,55  4561,59 144  66,65 2
4
- Ec = 4700 fc' = 27805,57 I ls,cr  324551740,
5 mm
 Mutu baja tulangan : - fy = 390 MPa
- Es = 210000 MPa - Inersia gross untuk link slab :
 Diameter tulangan = 22 mm
1 3
 Decking Beton : - d’ = 40 mm I ls, g  Bls  H ls
-d = 144 mm 12

6
1 3 Hasil Studi Nonseismik setiap jenis bentang
I ls, g  1200  195 Penampang Ldz/ s/
12 Lsp  Penulanga
balok Lsp 0.4y
8 4 (m) (rad) n
I ls, g  7  10 mm (1)
WF
(3)
(%) (%)
(6)
(2) (4) (5)
Rotasi 12 400x400x21x21 0,00363 14,5 99,27 D22-100
Besarnya rotasi dihitung dengan rumus :
16 460x400x30x50 0,00374 11,5 96,76 D22-100
2 3
PLsp qLsp 20 900x300x15x23 0,00347 8,5 97,09 D22-100
  
16E c I ap 24E c I ap 25 925x400x24x38 0,00364 7,0 98,84 D22-100
2 30 1200x500x20x35 0,00335 5,5 96,74 D22-100
7644 2500
1 
6
16  2,1  10  1312142,71 3. Perencanaan Bangunan Bawah
1  0,00108 Desain Pilar dan abutment jembatan
2 didasarkan pada gaya dari struktur bangunan atas
10,8  2500 dan gaya tekanan tanah yang terjadi. Untuk
2 
6
24  2,1  10  1312142,72 desain abutmen dan pilar yaitu dengan langkah-
 2  0,00255 langkah sebagai berikut :
Langkah 1 :
  0,00108 0,00255
Menghitung Beban-beban yang bekerja
  0,00364
pada abutmen dan pilar yang berasal dari beban
Tegangan Pada Penulangan Link Slab struktur atas dan tekanan tanah.
2 E c I ls,9 Langkah 2 :

Ldz Menentukan Dimensi abutment dengan
   0, 40 y trial dimensi dan menghitung letak titik berat
 1  abutmen dan pilar.
As d  kd 
 3  Langkah 3 :
8 Menghitung Momen yang terjadi pada
2  27805,57  8  10
 0,00364 titik berat abutmen
1,75  1000 Langkah 4 :
   0, 40 y
 1  Kontrol Stabilitas terhadap guling
4561,59 144  66,65 
 3  dengan syarat 2.3.4
  154,192Mpa Langkah 5 :
Kontrol Stabilitas terhadap geser dengan
Tegangan Tarik Ijin Tulangan
syarat 2.3.4
 y  0,4  fy  0,4  390  156Mpa Langkah 6 :
s 154,192 Perhitungan kebutuhan tiang pancang
  98,84% dengan mengolah data tanah. dengan
y 156
memperhitungkan efisiensi tiang pancang.
Dipakai tulangan D22 – 100 ( As = 4561,59 Langkah 7 :
mm’/1,2m’) Penulangan untuk struktur utama

Penulangan Arah Memanjang 4. Desain Retrofitting


Dipasang tulangan susut dan suhu dengan Jembatan komposit yang akan dianalisa
ketentuan sebagai berikut : merupakan jembatan sederhana statis tertentu
As min = 0,002 A bruto pelat (tulangan deform ; dengan perletakan sendi dan rol untuk setiap
fy = 300 MPa) bentangnya.
As min = 0,0018 A bruto pelat (tulangan deform ;
fy = 400 MPa)
Dengan interpolasi untuk tulangan deform ; fy =
390 MPa.
Didapatkan → harga ρ = 0.00188
As min = 0,00188 x 192 x 1000 = 360,96 mm’
Dipakai tulangan D13 – 300 (As = 442,44 mm’)

Gambar 3.2 Permodelan Struktur Jembatan

7
Dengan konfigurasi : k 3  2 h h
2
Abutment barat : Sendi
k i  i  1 h h
2
Pilar barat perletakan barat : Rol
Pilar barat perletakan timur : Rol
k n  3n  4 h h 
1 2
Pilar tengah perletakan barat : Sendi
Pilar tengah perletakan timur : Rol 6
Pilar timur perletakan barat : Sendi
Dimana k1 adalah kekakuan pegas paling
Pilar timur perletakan timur : Rol
Abutment timur : Sendi k
atas, dan n adalah kekakuan pegas paling
bawah. n adalah jumlah banyak pegas yang akan
5. Permodelan Tekanan Tanah Pada Struktur 
dipasang. h adalah modulus reaksi tanah dasar
Abutmen jembatan dimodelkan sebagai
pondasi dinamis. Dimana di sisi belakang yang didapat dari tabel 3.1 berdasarkan jenis
abutmen diberi pegas sehingga akan terjadi 1 tanahnya dan sifatnya.
derajat kebebasan, yaitu translasi.
Desain Analisia Nonseismik
k  Kontrol Displacement berdasarkan
INITIAL
tegangan geser
∆h 1 Menghitung besarnya displesemen
k POSITION

∆h longitudinal perletakan akibat beban gempa pada


2
k sebuah sistim jembatan di atas 2 perletakan:

3 𝑇𝐸𝑄 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇
𝛿𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 = =
T
H
𝑘𝑒𝑓𝑓 𝑘𝑒𝑓𝑓
k ∗
dimana 𝑇𝐸𝑄 =beban gempa rencana
n minimum, RSNI bagian 7.7.1; C=koefisien
-k respon seismik elastis=koefisien geser dasar
1 untuk zona gempa, perioda dan kondisi tanah
n DYNAMIC DYNAMIC
tertentu; I=faktor kepentingan; S=faktor tipe
Gambar 3.4 Pemodelan Abutmen
PASSIVE ACTIVE Jembatan bangunan WT=berat satu bentang jembatan; dan
keff=kekakuan efektip, dimana diasumsikan
Langkah 1 sebagai setengah kekakuan lateral bangunan
Dengan pemodelan ini akan dikaji dari bawah pada sistim di atas 2 perletakan.
berbagai dimensi abutmen. Yaitu dengan Perioda alam struktur jembatan untuk
perbedaan bentang maka dimensi abutmen akan menghitung koefisien respon seismik elastis
bervariasi. Langkah pertama yaitu menentukan dapat dihitung sebagai berikut:
jenis tanah. Dimana nilai modulus reaksi tanah 𝑊𝑇
𝑇 = 2𝜋 𝑔𝑘 𝑒𝑓𝑓
dasarnya bisa didapat dari tabel 3.1 dibawah ini.
dimana g=percepatan gravitasi
Tabel 3.1 Interval nilai modulus Besarnya displesemen longitudinal
reaksi tanah dasar
 h (saran. dkk 1985) perletakan yang dihitung dengan Persamaan (2)
tidak boleh melebihi kemampuan pergerakan
 h (KN/m³) maksimum perletakan tipe rol. Untuk perletakan
Soil elastomer tipe geser, besarnya displesemen
Active Passive
longitudinal yang diijinkan sebelum terjadi slip
Loose sand 200-300 400-600 adalah:
400-600 800-1200 𝜏𝐴𝑏
Medium dense sand 𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑘
𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛
Dense sand 800-1200 1600-2400
dimana 𝜏 =tegangan geser yang terjadi,
Langkah 2 dimana besarnya 20% dari tegangan normal (σ)
Menghitung kekakuan pegas translasi pada perletakan akibat beban mati pada regangan
yaitu dengan persamaan berikut; geser elastomer 70%, Iverson dan Pfeifer (1986);
k1   h h 
1 2 Ab=luas permukaan perletakan elastomer; dan
6 𝑘𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 =kekakuan geser perletakan
k 2   h h elastomer. Besarnya kekakuan geser perletakan
2
elastomer adalah:
𝐺𝐴
𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑕 𝑏
8
dimana G=modulus geser perletakan; ba
h=tinggi bantalan elastomer diantara pelat baja. bb

 Kontrol Gaya Gempa Statik pada Link h1 h1

Slab
Menghitung besarnya gaya gempa statik
h2 h2
yang bekerja pada link slab dengan metoda
pendekatan: b1 b1 h3 b1 b1 h3

𝑇𝐿𝑆 = 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇(1+2) h4 h4
b2 b2
dimana WT(1+2)=berat dari 2 bentang yang By
Bx bc
berdekatan di setiap sisi link slab
b2 b2
b2 b2
6. Desain Analisa Seismik
Pada Analisis Riwayat Waktu, nilai PGA 4.1 Desain Bangunan Bawah
(Peak Ground Acceleration) gempa diperoleh Dari perhitungan bab sebelumnya, didapatkan;
dengan menyamakan intensitas gempa Denpasar, Dimensi :
Elcentro, Miyagi, Kobe dan Northridge dengan - Abutment
respon spektrum redaman 5% RSNI (2005), Bentang
Breast Wall
sehingga spektra respon disainnya kompatibel, Lentur Geser-x Geser-y
Caner et al. (2002); AASHTO (2007). Spektra 12 D25-250 D13-200 D13-250
kecepatan dan percepatan dihitung dengan 16 D25-200 D13-200 D13-250
bantuan Program SREL, Wahyudi (1990) dan 20 D29-200 D13-300 D13-250
besarnya intensitas gempa: 25 D29-200 D13-250 D13-250

𝐼= 𝑆𝑣 𝑑𝑇 30 D29-200 D13-200 D13-250

dimana Sv=percepatan spektra; dT=diferensiasi Pile Cap


Bentang
perioda Lentur Bagi Geser x Geser y
Analisis Riwayat Waktu digunakan 12 D25-200 D16-250 D16-300 D16-200
untuk kontrol penulangan yang telah didisain 16 D29-200 D16-200 D16-200 D16-250
nonseismik masih memenuhi syarat akibat gaya- 20 D29-150 D19-100 D16-250 D16-250
gaya dalam yang timbul akibat pembebanan 25 D32-150 D19-100 D16-250 D16-250
seismik. Jika pada beban nonseismik tegangan 30 D32-150 D19-100 D16-250 D16-250
pada tulangan beton link slab dibatasi 40%
tegangan lelehnya, maka untuk beban seismik Ukuran Pile Jumlah jumlah
Bentang Cap Pancang
dibatasi 50%, Caner et al. (2002). pancang diameter
bx by x y total pancang
12 5 10 3 7 21 D=0.5
7. Permodelan SAP Untuk Setiap Jenis
16 5 10 4 6 24 D=0.5
Bentang
20 5 10 4 7 28 D=0.5
Setelah tahap 1 sampai tahap 6
25 6 11 4 7 28 D=0.6
terselesaikan dengan baik maka hasil dari analisa
diatas di masukkan dalam program SAP untuk 30 6 11 4 7 28 D=0.6

menganalisa displacement perletakan, gaya Back Wall


horizontal yang terjadi, partisipasi massa dan Bentang
Lentur Bagi Geser
tegangan yang terjadi pada link slab.
12 D27-200 D22-250
16 D27-200 D16-200
BAB IV Tidak perlu tulangan
20 D27-200 D16-200 geser(dipasang praktis)
Perencanaan Bangunan Bawah
25 D32-200 D19-200
30 D27-200 D16-200

Wing Wall Vertikal


Bentang
Lentur Bagi Geser
12 D22-200 D13-200 D13-200
16 D22-200 D13-200 D13-200
20 D22-200 D13-200 D13-200
25 D22-200 D13-200 D13-200
30 D22-200 D13-200 D13-200

9
Wing Wall Horizontal 5.2 Analisa Nonseismik
Bentang
Lentur Bagi Geser Kontrol Retak Link Slab
12 D22-200 D13-200 D13-200 Kontrol besarnya tebal retak yang terjadi,
16 D22-200 D13-200 D13-200 ω (mm), dimana besarnya tidak boleh melebihi
20 D22-200 D13-200 D13-200 0.33 mm, ASSHTO (2007):
25 D22-200 D13-200 D13-200 ω = 0,000011β√dcA
30 D22-200 D13-200 D13-200 Dimana;
β = 2 (asumsi)
- Pilar fls = 40%fy
Bentang
Kolom Pilar Balok Pilar = 0,4 x 390
diameter Tul b d Tulangan = 156 MPa
12 1.2 48D35-70 1.3 1.3 14D-32 dc = 50 mm
16 1.4 47D35-80 1.3 1.3 14D-32 h’ = 2 x dc
20 1.5 54D35-75 1.3 1.3 16D-32 = 100 mm
25 1.7 54D35-90 1.3 1.3 18D-32 S = 100 mm
30 1.8 60D35-80 1.3 1.3 20D-32 A = h’ x s
= 100 x 100
Pile Cap = 10000 mm2
Bentang ω = 0,000011*2*156*√50*100000
Lentur Bagi Geser x Geser y
12
= 0,272 mm < 0,33 mm (OK)
D29-200 D19-250 D16-200 D16-250
16
Retak selebar 82,5% dari retak ijin ini
D36-150 D22-250 D16-200 D16-250
dapat diatasi dengan penggunaan beton
20 D32-200 D19-200 D16-200 D16-250
Engineered Cementious Composite (ECC) yang
25 D32-150 D19-150 D16-200 D16-250
mempunyai kekuatan tarik 350 kali beton
30 D32-150 D19-150 D16-200 D16-250
normal, Kim et al. (2004).
Analisa Displesemen Longitudinal
Ukuran Jumlah jumlah
Bentang Pile Cap Pancang Displesemen longitudinal perletakan
pancang diameter
bx by x y total pancang akibat beban gempa pada sebuah sistim
12 5 10 3 7 21 D=0.5 jembatan di atas 2 perletakan:

𝑇𝐸𝑄 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇
16 5 11 4 6 24 D=0.5 𝛿𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 = =
𝑘 𝑒𝑓𝑓 𝑘 𝑒𝑓𝑓
20 6 12 4 7 28 D=0.5
25 5 13 4 7 28 D=0.6
3𝐸𝐼 3𝐸𝐼
30 6 13 4 7 28 D=0.6 𝐾𝑝𝑖𝑙𝑎𝑟 = 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑡 =
𝐿3 𝐿3
Keff = (Kpilar + Kabut)/2
BAB V
DESAIN DAN ANALISA NONSEISMIK 𝐺𝐴𝑏
𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑛 =
𝑕
5.1 Desain Link Slab
Dari studi nonsesismik terdahulu, (2010); 𝜏𝐴𝑏
Sugihardjo dkk. (2010), diketahui; 𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 =
𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛
Dimensi Link Slab:
- Panjang =9m
- Lebar = 1,7 m Dari Perencanaan bangunan atas dan
- Tebal = 0,195 m dimasukkan ke dalam rumus-rumus tersebut,
- Diameter Tulangan = 22 mm maka didapat nilai displasemen ijin untuk setiap
- Mutu Beton = 35 MPa bentang jembatan sebagai berikut :
- Mutu Baja Tulangan = 390 MPa
- Material beton = Engineered
Cementious Composite (ECC)

10
Tabel 6.3 Kekakuan Spring Pasif
K ΔK
Depth n ƞh K
(kN/m) (kN/m)
0 1 600 K1 =1/6*ƞh*L2 100
1 2 600 K2 = ƞh*L2 600 350
2 3 600 K3 = 2*ƞh*L2 1200 900
3 4 600 K4 =3*ƞh*L2 1800 1500
4 5 600 K5 = 4*ƞh*L2 2400 2100
5 6 600 K6 = 5*ƞh*L2 3000 2700
6 7 600 K7 = 6*ƞh*L2 3600 3300
BAB VI 7 8 600 K8 = 1/6*(3n-4)*ƞh*L2 2000 2800
DESAIN DAN ANALISA SEISMIK
6.1 Analisa Simplikasi
Besarnya gaya gempa statik yang bekerja Perletakan dimodelkan sebagai balok 2D,
pada link slab pada satu pilar bentang 25 meter dengan beberapa konstrain sesuai fungsinya
dapat dihitung dengan persamaan (3.10). sebagai perletakan tetap atau bergerak, dimana

𝑇𝐿𝑆 = 𝐶𝐼𝑆𝑊𝑇(1+2) kekakuan gesernya sebesar 4114,3 kN/m untuk
C = 0,23 (wilayah gempa 1 tanah lunak) tiap perletakan.
I = 1,2 (jembatan pada jalan raya utama) Model struktur jembatan 3D seperti seperti
S = 3 (tipe jembatan tidak daktail) ditunjukkan pada Gambar
Wt = 2754 kN (berat struktur atas 1 bentang)
T*LS = 0,23 x 1,2 x 3 x 2754
= 2280,3 kN
Luas tulangan,
A = 1/4πD2s
= 38013,3 mm2/m
Didapatkan tegangan yang terjadi pada link slab,
yaitu;
σ = T*LS / A
= 2280,3 x 1000 / 38013,3
= 59,98 Mpa

Tabel 6.1 Analisa Simplikasi BAB VII


Bentang Bentang 12 Bentang 16 Bentang 20 Bentang 25 Bentang 30 Satuan Hasil Dan Pembahasan
Wt 1090.799 1774.592 1860.258 2753.628 3424.054 kN Sebagai hasil studi perencanaan gelagar
CIS 0.828 0.828 0.828 0.828 0.828 - komposit sederhana yang diretrofit dengan link
slab, studi untuk berbagai jenis bentang dari
TLS 903181.340 1469362.308 1540293.227 2280004.183 2835116.381 kN perencanaan struktur jembatan diatas pada
A 38013.300 38013.300 38013.300 38013.300 38013.300 mm program bantu SAP 2000.
Tegangan  23.760 38.654 40.520 59.979 74.582 Mpa
7.1. Displesemen Perletakan
 Bentang 12 m
Dari desain dan analisa didapatkan
6.2 Analisa Dinamik displasemen ijin perletakan pada struktur
Analisa dinamik menggunakan program bentang 12 m, yaitu δijin = 4,73 mm
bantu SAP 2000 (2009). 50
Displasemen Perletakan (mm)

Tabel 6.2 Kekakuan Spring Aktif 45


40
K ΔK
Depth N ƞh K 35 D-RSNI
(kN/m) (kN/m) 30
25 D-DNPSR
0 1 300 K1 =1/6*ƞh*L2 50
20 D-NRIDGE
1 2 300 K2 = ƞh*L2 300 175 15
D-MIYAGI
2 3 300 K3 = 2*ƞh*L2 600 450 10
5 D-KOBE
3 4 300 K4 =3*ƞh*L2 900 750 0 D-ELCNTR
4 5 300 K5 = 4*ƞh*L2 1200 1050 ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
5 6 300 K6 = 5*ƞh*L2 1500 1350 BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
6 7 300 K7 = 6*ƞh*L2 1800 1650
7 8 300 K8 = 1/6*(3n-4)*ƞh*L2 1000 1400 Gambar 7.1.a Displasement Perletakan
Struktur Asli
11
50 displasemen melebihi batas slip yaitu 46,27
Displasemen Perletakan (mm)
45
40 mm, sehingga dimungkinkan juga jatuhnya
35
30
D-RSNI balok utama.
25 D-DNPSR
20 D-NRIDGE
15
D-MIYAGI
 Bentang 20 m
10
5 D-KOBE Dari desain dan analisa didapatkan
0 D-ELCNTR displasemen ijin perletakan pada struktur
ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR bentang 20 m, yaitu δijin = 7,54 mm
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
50
45

Displasemen Perletakan (mm)


Gambar 7.1.b Displasement Perletakan 40

Struktur Retrofitting 35
30
D-RSNI

25 D-DNPSR
20 D-NRIDGE
Dari gambar 7.1.a diatas dapat dilihat 15 D-MIYAGI
bahwa jembatan pada struktur asli bentang 12 10
5
D-KOBE

m displasemen terbesar terjadi pada saat 0


D-ELCNTR

ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
history dari gempa Northridge, nilai BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
displasemen melebihi batas slip yaitu 48,37
mm pada pilar tengah, sehingga Gambar 7.3.a Displasement Perletakan
dimungkinkan jatuhnya balok utama. Struktur Asli
sedangkan pada gambar 7.1.b merupakan 50
45
struktur yang telah diretrofit dengan link slab

Displasemen Perletakan (mm)


40
35
menunjukkan kinerjanya, yaitu mengurangi 30
D-RSNI

displasemen pada perletakan. hal ini terjadi 25 D-DNPSR

20 D-NRIDGE
karena pada sambungan tersebut dibuat lebih 15 D-MIYAGI

kaku. 10 D-KOBE
5 D-ELCNTR
0

 bentang 16 m ABUTMENT
BARAT
PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR
PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN
ABUTMENT
TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
Dari desain dan analisa didapatkan
displasemen ijin perletakan pada struktur Gambar 7.3.b Displasement Perletakan
bentang 16 m, yaitu δijin = 7,19 mm Struktur Retrofitting
50
45
Displasemen Perletakan (mm)

40 Dari gambar 7.3.a diatas dapat dilihat


35
30
D-RSNI bahwa jembatan pada struktur asli bentang 20
25 D-DNPSR
m displasemen terbesar terjadi pada gempa
20 D-NRIDGE
15 D-MIYAGI
kobe, nilai displasemen melebihi batas slip
10
5
D-KOBE yaitu 18,65 mm pada pilar timur, sehingga
D-ELCNTR
0 dimungkinkan jatuhnya balok utama.
ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR  Bentang 25 m
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
Dari desain dan analisa didapatkan
Gambar 7.2.a Displasement Perletakan displasemen ijin perletakan pada struktur
Struktur Asli bentang 25 m, yaitu δijin = 8,37 mm
50 50
Displasemen Perletakan (mm)

45 45
Displasemen Perletakan (mm)

40 40
35 35 D-RSNI
D-RSNI
30 30
D-DNPSR 25 D-DNPSR
25
20 D-NRIDGE 20 D-NRIDGE
15 D-MIYAGI
15
D-MIYAGI
10 10
D-KOBE D-KOBE
5 5
0 D-ELCNTR 0 D-ELCNTR
ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT ABUTMENT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT
BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR BARAT PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN TIMUR
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR

Gambar 7.2.b Displasement Perletakan Gambar 7.4.a Displasement Perletakan


Struktur Retrofitting Struktur Asli

Dari gambar 7.2.a diatas dapat dilihat


bahwa jembatan pada struktur asli bentang 16
m displasemen terjadi hampir sama dengan
bentang 12 m pada pilar tengah, nilai
12
50
45
sangatlah kecil dan kurang dari displasemen
Displasemen Perletakn (mm) 40 ijin.
35
D-RSNI
30
25 D-DNPSR
7.2. Gaya Horizontal
20 D-NRIDGE

15 D-MIYAGI
10 D-KOBE  Bentang 12 m
5 D-ELCNTR
0 Gaya horizontal yang terjadi pada base
ABUTMENT
BARAT
PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR TENGAH PILAR TENGAH
PERLETAKAN PERLETAKAN
PILAR TIMUR
PERLETAKAN
PILAR TIMUR
PERLETAKAN
ABUTMENT
TIMUR
reaction pada bangunan bawah akibat beban
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
seismik dari Time HIstory Analysis pada
Gambar 7.4.a Displasement Perletakan bentang 12 m.
Struktur Retrofitting

Gaya Horizontal Base Reaction (kN)


2000

RESP-SNI
Dari gambar 7.4.a diatas dapat dilihat 1500 DENPASAR
bahwa jembatan pada struktur asli bentang 25 NORTHRIDGE

m displasemen terbesar terjadi pada gempa 1000 MIYAGI


KOBE
Denpasar, nilai displasemen melebihi batas 500 ELCENTRO
slip yaitu 213,87 mm pada pilar timur dan RATA-RATA

pilar barat, sehingga dimungkinkan jatuhnya 0


ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
balok utama.
Gambar 7.6.a Gaya Horizontal Struktur Asli
 Bentang 30 m
Dari desain dan analisa didapatkan
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)
2000
displasemen ijin perletakan pada struktur
RESP-SNI
bentang 30 m, yaitu δijin = 6,69 mm 1500 DENPASAR
50 NORTHRIDGE
Displasemen Perletakan (mm)

45
1000 MIYAGI
40
35 KOBE
D-RSNI
30 500 ELCENTRO
25 D-DNPSR
RATA-RATA
20 D-NRIDGE
15 0
D-MIYAGI
10 ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
5 D-KOBE
0 D-ELCNTR Gambar 7.6.a Gaya Horizontal Struktur
ABUTMENT BARAT PILAR BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TENGAH PILAR TIMUR PILAR TIMUR ABUTMENT TIMUR
PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN PERLETAKAN Retrofitting
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR

Gambar 7.5.a Displasement Perletakan Pada Gambar 7.6.a terlihat bahwa gaya
Struktur Asli horizontal yang terjadi pada base reaction
50 jembatan bentang 12 m, untuk pilar tengah
45
dan pilar timur mempunyai nilai yang besar.
Displasemen Perletakan (mm)

40
35
30
D-RSNI Sedangkan gaya horizontal pada struktur
25 D-DNPSR retrofitting lebih merata.
20 D-NRIDGE

15 D-MIYAGI
Hal ini menunjukkan bahwa dengan
10 D-KOBE retrofitting mengakibatkan struktur seolah-
5 D-ELCNTR
0
olah menjadi satu kesatuan dan gaya
ABUTMENT BARAT PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR BARAT
PERLETAKAN
PILAR TENGAH
PERLETAKAN
PILAR TENGAH
PERLETAKAN
PILAR TIMUR
PERLETAKAN
PILAR TIMUR ABUTMENT TIMUR
PERLETAKAN
horizontal yang terjadi didistribusikan merata
BARAT TIMUR BARAT TIMUR BARAT TIMUR
pada abutmen dan pilar.
Gambar 7.5.b Displasement Perletakan
Struktur Retrofitting  Bentang 16 m
Dari gambar 7.5.a diatas dapat dilihat Gaya horizontal yang terjadi pada base
bahwa jembatan pada struktur asli bentang 30 reaction pada bangunan bawah akibat beban
m displasemen terbesar terjadi pada gempa seismik dari Time HIstory Analysis pada
Kobe, nilai displasemen melebihi batas slip bentang 16 m.
yang sangat besar yaitu 24,8 mm pada pilar
timur dan pilar barat, sehingga dimungkinkan
jatuhnya balok utama.
Displasemen pada perletakan yang
diretrofit dengan link slab menunjukkan
kinerjanya dengan baik pada setiap bentang.
Displasemen yang terjadi pada semua bentang
13
Pada Gambar 7.8.a terlihat bahwa gaya
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)
2000
horizontal yang terjadi pada base reaction
RESP-SNI
1500 DENPASAR
jembatan bentang 20 m, untuk pilar tengah
NORTHRIDGE dan pilar timur mempunyai nilai yang besar.
1000 MIYAGI Sedangkan gaya horizontal pada struktur
KOBE
500 ELCENTRO
retrofitting lebih merata.
RATA-RATA

0  Bentang 25 m
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
Gaya horizontal yang terjadi pada base
Gambar 7.7.a Gaya Horizontal Struktur Asli reaction pada bangunan bawah akibat beban
seismik dari Time HIstory Analysis pada
bentang 12 m.
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)

2000

RESP-SNI

Gaya Horizontal base reaction (kN)


2000
1500 DENPASAR
RESP-SNI
NORTHRIDGE 1500 DENPASAR
1000 MIYAGI
NORTHRIDGE
KOBE
1000 MIYAGI
500 ELCENTRO
KOBE
RATA-RATA
500 ELCENTRO
0 RATA-RATA
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
0
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
Gambar 7.7.a Gaya Horizontal Struktur
Retrofitting Gambar 7.9.a Gaya Horizontal Struktur Asli
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)

2000
Pada Gambar 7.7.a terlihat bahwa gaya
RESP-SNI
horizontal yang terjadi pada base reaction 1500 DENPASAR
jembatan bentang 16 m, untuk pilar tengah NORTHRIDGE

dan pilar timur mempunyai nilai yang besar. 1000 MIYAGI


KOBE
Sedangkan gaya horizontal pada struktur 500 ELCENTRO
retrofitting lebih merata. RATA-RATA

 Bentang 20 m ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR

Gaya horizontal yang terjadi pada base Gambar 7.9.b Gaya Horizontal Struktur Asli
reaction pada bangunan bawah akibat beban
seismik dari Time HIstory Analysis pada Pada Gambar 7.9.a terlihat bahwa gaya
bentang 20 m. horizontal yang terjadi pada base reaction
jembatan bentang 25 m, untuk pilar tengah
Reaksi Horizontal Base Reaction (kN)

2000
dan pilar timur mempunyai nilai yang besar.
RESP-SNI
1500 DENPASAR
Sedangkan gaya horizontal pada struktur
NORTHRIDGE retrofitting lebih merata.
1000 MIYAGI

 Bentang 30 m
KOBE
500 ELCENTRO
RATA-RATA Gaya horizontal yang terjadi pada base
0 reaction pada bangunan bawah akibat beban
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
seismik dari Time HIstory Analysis pada
Gambar 7.8.a Gaya Horizontal Struktur Asli bentang 30 m
Gaya Horixontal Base Reacyion (kN)

2000
Gaya Horizontal Base Reaction (kN)

2000 RESP-SNI
1500 DENPASAR
RESP-SNI
1500 DENPASAR NORTHRIDGE
1000 MIYAGI
NORTHRIDGE
1000 MIYAGI KOBE

KOBE 500 ELCENTRO

ELCENTRO RATA-RATA
500
RATA-RATA 0
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
0
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
Gambar 7.10.a Gaya Horizontal Struktur
Gambar 7.8.b Gaya Horizontal Struktur Asli Asli

14
nonseismik dan 50%fy untuk desain seismik.
Gaya Horizontal Base Reaktion (kN)
2000
Pada Gambar 7.11 menunjukkan tegangan
RESP-SNI
1500 DENPASAR
yang terjadi pada bentang 12 m masih
NORTHRIDGE dibawah dari tegangan tulangan minimum
1000 MIYAGI 50% fy = 195 Mpa
KOBE
500 ELCENTRO
RATA-RATA  Bentang 16 m
0 Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab
ABUTMEN BARAT PILAR BARAT PILAR TENGAH PILAR TIMUR ABUTMEN TIMUR
untuk bentang jembatan 16 m.
Gambar 7.10.b Gaya Horizontal Struktur 180
160
Retrofitting

Tegangan Tulangan (MPa)


140 METODE SIMPLIKASI
120
RESP-SNI
Pada Gambar 7.10.a terlihat bahwa gaya 100
DENPASAR
80
horizontal yang terjadi pada base reaction 60
NORTHRIDGE
MIYAGI
jembatan bentang 30 m, untuk pilar tengah 40
KOBE
dan pilar timur mempunyai nilai yang besar. 20
ELCENTRO
0
Sedangkan gaya horizontal pada struktur ABUTMEN PILAR BARAT PILAR PILAR TIMUR ABUTMEN
BARAT TENGAH TIMUR
retrofitting lebih merata.
Secara umum, dengan adanya link slab Gambar 7.12 Tegangan tulangan bentang 16
gaya-gaya yang terjadi akan menyebar lebih m
merata pada struktur jembatan. untuk melihat
prosentase gaya yang didistribusikan seperti Tegangan yang terjadi pada link slab
tabel dibawah ini : harus pada bentang 16 m, pada Gambar 7.12
menunjukkan tegangan yang terjadi masih
Tabel 7.1 Prosentase distribusi gaya dibawah dari tegangan tulangan minimum
horizontal 50% fy = 195 Mpa

 Bentang 20 m
Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab
untuk bentang jembatan 20 m.
180
160
Tegangan Tulangan (MPa)

140 METODE SIMPLIKASI


120
RESP-SNI
100
DENPASAR
80
NORTHRIDGE
60
MIYAGI
* Tanda (-) : Gaya berkurang 40
KOBE
Tanda (+) : Gaya Bertambah 20
ELCENTRO
0
ABUTMEN PILAR BARAT PILAR PILAR TIMUR ABUTMEN
7.3. Tegangan Pada Tulangan Link Slab BARAT TENGAH TIMUR

Gambar 7.13 Tegangan tulangan bentang 20


 Bentang 12 m m
Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab
untuk bentang jembatan 12 m. Tegangan yang terjadi pada link slab
180
160
harus pada bentang 20 m, pada Gambar 7.13
Tegangan Tulangan (MPa)

140 METODE SIMPLIKASI menunjukkan tegangan yang terjadi masih


120
RESP-SNI dibawah dari tegangan tulangan minimum
100
DENPASAR
80
50% fy = 195 Mpa
NORTHRIDGE
60
MIYAGI
40
20
KOBE  Bentang 25 m
0
ELCENTRO Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab
ABUTMEN PILAR BARAT
BARAT
PILAR
TENGAH
PILAR TIMUR ABUTMEN
TIMUR
untuk bentang jembatan 25 m.
Gambar 7.11 Tegangan tulangan bentang 12
m

Tegangan yang terjadi pada link slab


harus < nilai maksimum 40%fy untuk desain
15
180 Periode Partisipasi Massa
160
Tegangan Tulangan (MPa)
Struktur Struktur
140 METODE SIMPLIKASI Ragam Retrofitting-1 Retrofitting-1
120 Asli Asli
RESP-SNI
100
DENPASAR
(detik) (detik) (detik) (detik)
80
NORTHRIDGE 1 0.272584 0.15503 0.34 0.83
60
40
MIYAGI 2 0.260122 0.126078 0.36 0.83
KOBE 3 0.132096 0.120749 0.36 0.83
20
ELCENTRO
0 4 0.127003 0.114714 0.36 0.83
ABUTMEN PILAR BARAT PILAR PILAR TIMUR ABUTMEN
BARAT TENGAH TIMUR 5 0.121408 0.111654 0.36 0.83
6 0.119773 0.053774 0.83 0.83
Gambar 7.14 Tegangan tulangan bentang 25
7 0.118843 0.048616 0.83 0.83
m 8 0.052847 0.043498 0.83 0.83
9 0.048314 0.029175 0.83 0.83
Tegangan yang terjadi pada link slab 10 0.043726 0.027834 0.83 0.83
harus pada bentang 25 m, pada Gambar 7.14 11 0.041025 0.025379 0.83 0.83
menunjukkan tegangan yang terjadi masih 12 0.030361 0.024975 0.83 0.93
dibawah dari tegangan tulangan minimum 13 0.029169 0.024106 0.83 0.93
50% fy = 195 Mpa. 14 0.027057 0.023459 0.83 0.93
15 0.025485 0.022794 0.83 0.93
 Bentang 30 m 16 0.024193 0.017719 0.83 0.95
Tegangan tulangan yang terjadi pada link slab 17 0.023207 0.015369 0.94 0.95
untuk bentang jembatan 30 m. 18 0.014231 0.014084 0.94 0.95
180 19 0.014138 0.013883 0.94 0.95
160
20 0.01386 0.013325 0.94 0.95
Tegangan Tulangan (MPa)

140 METODE SIMPLIKASI


120
21 0.01385 0.013321 0.94 0.95
RESP-SNI
100
DENPASAR
80
60
NORTHRIDGE Dari tabel 7.2 terlihat bahwa periode
MIYAGI
40 pada struktur yang telah diretrofit menjadi
KOBE
20
ELCENTRO
lebih kecil daripada struktur aslinya. Hal ini
0
ABUTMEN PILAR BARAT PILAR PILAR TIMUR ABUTMEN menunjukkan bahwa struktur yang telah
BARAT TENGAH TIMUR
diretrofit menjadi lebih kaku.
Gambar 7.15 Tegangan tulangan bentang 30 Sedangkan partisipasi massa sudah
m mencapai 90% (syarat SNI – 03– 1726 –
2002) dari 20 noda. Artinya respon spectrum
Tegangan yang terjadi pada link slab bisa digunakan dan dianalisa.
harus pada bentang 30 m, pada Gambar 7.15
menunjukkan tegangan yang terjadi masih  Bentang 16 m
dibawah dari tegangan tulangan minimum Tabel 7.3 Periode dan Partisipasi Massa
50% fy = Bentang 16 m
195 Mpa
Secara umum, tegangan yang terjadi
pada link slab akibat pembebanan seismik
dengan Time History Analisis masih dibawah
dari persyaratan 50% fy, sehingga desain link
slab pada studi terdahulu masih mampu jika
dipasang pada wilayah gempa kuat.

7.4. Perioda dan Partisipasi Massa

 Bentang 12 m
Tabel 7.2 Periode dan Partisipasi Massa
Bentang 12 m

16
Periode Partisipasi Massa Periode Partisipasi Massa
Raga Struktur Struktur Raga Struktur Struktur
Retrofitting-1 Retrofitting-1 Retrofitting-1 Retrofitting-1
m Asli Asli m Asli Asli
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 0.264422 0.235514 0.38 0.00006892 1 0.243902 0.192256 0.39 0.00003861
2 0.256018 0.232192 0.4 0.0004287 2 0.238284 0.187513 0.39 0.0004853
3 0.251121 0.228242 0.4 0.000504 3 0.196999 0.182388 0.39 0.0006895
4 0.247465 0.225975 0.4 0.0006901 4 0.192197 0.179948 0.39 0.001436
5 0.243705 0.172209 0.4 0.87 5 0.187145 0.162548 0.39 0.86
6 0.242075 0.073001 0.4 0.87 6 0.184918 0.064258 0.39 0.86
7 0.13697 0.068532 0.88 0.87 7 0.128807 0.059072 0.86 0.86
8 0.073067 0.063049 0.88 0.87 8 0.063834 0.052589 0.86 0.86
9 0.069171 0.059726 0.88 0.87 9 0.058855 0.046576 0.86 0.86
10 0.064567 0.046606 0.88 0.87 10 0.052618 0.040332 0.86 0.86
11 0.062101 0.042113 0.88 0.87 11 0.047385 0.035913 0.86 0.88
12 0.048665 0.038427 0.88 0.87 12 0.045533 0.035632 0.86 0.88
13 0.046655 0.027952 0.88 0.87 13 0.040462 0.032283 0.86 0.88
14 0.04308 0.027601 0.88 0.87 14 0.035952 0.030113 0.86 0.88
15 0.040132 0.027082 0.88 0.87 15 0.032751 0.027147 0.86 0.88
16 0.028676 0.025402 0.88 0.88 16 0.026941 0.021581 0.86 0.88
17 0.028142 0.025279 0.88 0.94 17 0.022211 0.020989 0.93 0.88
18 0.027054 0.024018 0.88 0.94 18 0.022 0.020908 0.93 0.93
19 0.026175 0.023847 0.88 0.94 19 0.02146 0.02089 0.93 0.93
20 0.023926 0.019421 0.88 0.96 20 0.020945 0.019692 0.93 0.93
21 0.023362 0.019311 0.96 0.96 21 0.020930 0.019651 0.93 0.93

Dari tabel 7.3 terlihat bahwa periode pada Dari tabel 7.4 terlihat bahwa periode pada
struktur yang telah diretrofit menjadi hampir struktur yang telah diretrofit menjadi hampir
sama dengan bentang 12 m. Partisipasi massa sama dengan bentang 16 m. Partisipasi massa
sudah mencapai 90% dari 20 noda. sudah mencapai 90% dari 20 noda.

 Bentang 20 m  Bentang 25 m
Tabel 7.4 Periode dan Partisipasi Massa Tabel 7.5 Periode dan Partisipasi Massa
Bentang 20 m Bentang 25 m

17
Periode Partisipasi Massa Periode Partisipasi Massa
Raga Struktur Struktur Struktur Struktur
Retrofitting-1 Retrofitting-1 Ragam Retrofitting-1 Retrofitting-1
m Asli Asli Asli Asli
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 0.230872 0.207678 0.41 0.000007589 1 0.277951 0.274431 3.352E-17 0.000001647
2 0.226182 0.201899 0.41 0.0001027 2 0.27285 0.269416 5.199E-17 0.00001093
3 0.210089 0.195718 0.41 0.0001516 3 0.26756 0.26414 7.26E-17 0.00001633
4 0.204305 0.192885 0.41 0.0003116 4 0.265256 0.261698 3.066E-16 0.00002535
5 0.198175 0.168661 0.41 0.88 5 0.228938 0.169947 0.43 0.9
6 0.195456 0.069273 0.41 0.88 6 0.223072 0.083073 0.43 0.9
7 0.138231 0.063329 0.89 0.88 7 0.139097 0.077567 0.91 0.9
8 0.068919 0.056013 0.89 0.88 8 0.083015 0.070991 0.91 0.9
9 0.063112 0.049713 0.89 0.88 9 0.077637 0.067235 0.91 0.9
10 0.055966 0.042201 0.89 0.88 10 0.071265 0.049945 0.91 0.9
11 0.050188 0.036991 0.89 0.88 11 0.067722 0.044653 0.91 0.9
12 0.048463 0.033185 0.89 0.88 12 0.052542 0.040012 0.91 0.9
13 0.042128 0.032188 0.89 0.9 13 0.049594 0.036256 0.91 0.91
14 0.037038 0.030675 0.89 0.9 14 0.044466 0.03286 0.91 0.91
15 0.033305 0.027336 0.89 0.9 15 0.039889 0.03192 0.91 0.91
16 0.024843 0.023028 0.89 0.9 16 0.031159 0.030881 0.91 0.91
17 0.02332 0.022232 0.89 0.9 17 0.029599 0.029356 0.91 0.91
18 0.022544 0.020849 0.89 0.9 18 0.029461 0.026887 0.91 0.91
19 0.021454 0.020648 0.95 0.9 19 0.027142 0.024952 0.91 0.91
20 0.021025 0.020235 0.95 0.95 20 0.025249 0.020893 0.91 0.95
21 0.020812 0.020222 0.95 0.95 21 0.025233 0.020872 0.91 0.95

Dari tabel 7.5 terlihat bahwa periode pada Dari tabel 7.6 terlihat bahwa periode pada
struktur yang telah diretrofit menjadi hampir struktur yang telah diretrofit menjadi hampir
sama dengan bentang lainnnya. Partisipasi sama dengan bentang lainnnya. Sedangkan
massa sudah mencapai 90% dari 20 noda. partisipasi massa sudah mencapai 90%
Secara umum, periode akibat beban
 Bentang 30 m seismik untuk struktur retrofitting lebih kecil
Tabel 7.6 Periode dan Partisipasi Massa dari struktur asli, artinya struktur lebih kaku,
Bentang 30 m sedangkan untuk partisipasi massa
membutuhkan node hingga 20 node untuk
mencapai partisipasi massa 90% kecuali untuk
bentang 16 meter 21 node.

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan dan Saran


 Dengan adanya retrofitting menggunakan
link slab, displasemen perletakan akan
menjadi kecil.
 Dengan adanya jenis tanah urugan pada
oprit yang dimodelkan mempunyai
kekakuan kekuatan abutment menahan
gaya mendapatkan bantuan dari tanah
sehingga gaya horizontal yang terjadi pada
abutment dapat terserap juga oleh
kekakuan tanah.
 Dengan adanya link slab, gaya horizontal
yang semula terpusat pada perletakan sendi
menjadi tersebar merata pada struktur
bawah jembatan.

18
 Tegangan yang terjadi pada link slab pada
studi terdahulu pada bentang 12, 16, 20,
25, dan 30 masih memenuhi batas aman
50%fy= 195 Mpa
 Periode yang terjadi pada setiap bentang
setelah retrofitting dengan link slab
menjadi lebih kecil, yang artinya struktur
lebih kaku.
 Analisa dinamis dengan time history
analisis sangatlah tidak menentu, karena
setiap gempa mempunyai kharakteristik
intensitas dan PGA yang berbeda-beda.
 Untuk pelaksanaan pembangunan
jembatan harus memperhatikan jenis tanah.
 Pembesaran dimensi bangunan bawah akan
sangat mempengaruhi kekakuan struktur,
semakin kaku struktur maka semakin kecil
displasemen, semakin kecil gaya
horizontal yang terjadi dan periode akan
lebih cepat.

19

Anda mungkin juga menyukai