Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,

8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

STUDI EKSPERIMENTAL ELEMEN KOLOM BETON


GEOPOLIMER TERHADAP GAYA AKSIAL KONSENTRIS
Herwani1, Iswandi Imran2, dan Ivindra Pane3

1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Teknologi Bandung, Email: herwaniuntan@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Email: iswandi@si.itb.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Email: ivpane@si.itb.ac.id

ABSTRAK
Beton Geopolimer merupakan beton yang tersusun dari campuran agregat kasar dan
halus tanpa pengikat semen Portland (OPC). Sebagai penggantinya, digunakan pengikat
dari bahan yang banyak mengandung silika dan alumina seperti fly ash. Penelitian ini
merupakan lanjutan dari penelitian mengenai material yang diaktivasi menggunakan
alkalin pada beberapa jenis bahan dasar untuk mendapat beton geopolimer. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa material fly ash yang diambil dari limbah
PLTU mempunyai kinerja cukup baik dan berpotensi untuk diaplikasikan pada struktur
bangunan. Pengujian aksial konsentris dilakukan untuk mengetahui perilaku kolom
beton geopolimer berbahan dasar fly ash. Pada umumnya elemen kolom selalu
menggunakan tulangan transversal sengkang yang berperilaku sebagai kekangan. Untuk
mempelajari perilaku kolom beton terkekang akibat beban aksial konsentris perlu
dilakukan evaluasi terhadap beberapa parameter penting. Ada dua parameter utama
yang mempengaruhi perilaku kolom beton terkekang yaitu pertama adalah parameter
yang berhubungan dengan peningkatan kekuatan kolom beton terkekang (f’cc) dan
regangannya (cc). Kedua adalah parameter yang berhubungan dengan kemampuan
kolom memberikan perilaku daktail saat tengangan mencapai 0.85 f’cc pasca puncak.
Pada pengujian aksial konsentris ini digunakan 27 buah benda uji kolom berbentuk
persegi berukuran 170x170x480 mm. Mutu beton yang digunakan yaitu 30, 40, dan 50
MPa sedangkan jarak sengkang berturut-turut 30, 50, dan 70 mm. Masing-masing
variabel dibuat 3 buah benda uji. Dari hasil pengujian ini diharapkan dapat diketahui
hubungan tegangan-regangan dan daktilitas kolom beton geopolimer yang diberi
kekangan akibat beban aksial konsentris.

Kata Kunci: Mutu Beton Geopolimer, Fly ash, Tegangan-regangan, daktilitas,Jarak


sengkang

1. PENDAHULUAN
Penelitian material beton geopolimer telah memberikan informasi mengenai sifat dan
karakteristik mekanis yang sangat dibutuhkan dalam aplikasinya. Diantara sifat dan karateristik
tersebut adalah kekuatan dan durabilitas beton geopolimer. Kuat tekan beton geopolimer dari
hasil penelitian terdahulu dapat mencapai 40 – 90 MPa. Bila merujuk definisi yang tertuang
dalam peraturan beton Indonesia, maka beton dengan kekuatan tersebut dapat dikategorikan
sebagai beton mutu tinggi. Dalam dunia konstruksi material dengan kuat tekan yang tinggi
bersifat getas dan bermasalah dengan daktilitasnya. Semakin tinggi mutu bahan maka sifatnya
semakin getas.
Perilaku daktail dari kolom yang menggunakan beton mutu tinggi dapat dijamin dengan
penggunaan tulangan pengekang yang rapat, konfigurasi tulangan pengekang yang rumit
maupun penggunaan tulangan dengan mutu tinggi. Namun pengekangan yang rapat dapat

I-63
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

menimbulkan permasalahan “plane of weakness” antara selimut dan inti beton, sehingga
menimbulkan terjadinya retak hingga pengelupasan selimut kolom secara dini (premature
spalling) dan menurunkan kapasitas kekuatan sebelum tegangan pengekang berfungsi. Selain itu
retak yang terjadi pada beton dapat menimbulkan masalah durabilitas. Penulangan yang rapat
dan konfigurasi detail yang rumit juga menimbulkan kesulitan pelaksanaan di lapangan.
Kesulitan yang dihadapi oleh para pelaksana serta tidak ketatnya pengawasan dalam
melaksanakan pekerjaan detail penulangan menyebabkan pekerjaan tulangan tidak seperti yang
diharapkan sehingga menimbulkan pengaruh negatif terhadap perilaku kolom secara
keseluruhan. Kegagalan struktur yang banyak terjadi akibat gempa bumi terbukti diakibatkan
oleh buruknya pelaksanaan pendetailan tulangan, termasuk diantaranya adalah tulangan
pengekang (Imran, I., dkk, 2006; Imran, I., 2007).
Elemen struktur kolom beton bertulang geopolimer adalah merupakan komposit antara beton
geopolimer dan baja tulangan. Dalam menjalankan fungsinya, kolom sebagai elemen struktur
pemikul beban bekerja melalui mekanisme komposit antara beton dan baja tulangan. Beton
diharapkan memikul beban aksial sedangkan baja tulangan memikul beban tarik atau lentur
secara bersinergis. Jika beton sudah mengalami keretakan yang diakibatkan oleh gaya aksial
maupun momen lentur maka aksi komposit antara beton dan baja tulangan akan berkurang atau
bahkan hilang. Mekanisme hilangnya aksi komposit antara baja dan beton dikenal dengan bond
slip. Peristiwa ini sangat tidak diinginkan pada elemen struktur beton bertulang karena dapat
mengurangi kekuatan struktur yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan struktur.
Mekanisme gaya yang bekerja pada tulangan sengkang adalah gaya bekerja tegak lurus sumbu
bahan yang timbul akibat adanya beban aksial pada elemen kolom. Semakin tinggi mutu beton
maka semakin besar kemampuan beton tersebut dalam memikul beban yang berarti gaya tegak
lurus sumbu bahan juga akan bertambah besar. Hal ini tentunya akan menambah besar gaya
yang dipikul tulangan sengkang. Selain itu, jarak antar sengkang juga mempengaruhi besarnya
gaya transversal yang akan dipikul tulangan. Bila gaya yang bekerja pada sengkang melebihi
kuat tarik baja, maka tulangan sengkang akan putus, penutup beton terkelupas dan beton inti
akan pecah. Jika hal ini terjadi maka bahaya buckling pada elemen kolom sulit untuk
dihindarkan.
Dari uraian diatas maka perlu di teliti parameter-parameter yang mempengaruhi kekuatan dan
perilaku struktur kolom yang terkekang menggunakan tulangan sengkang. Dalam hal ini beton
yang dimaksud adalah beton geopolimer. Oleh karena itu dirumuskanlah penelitian dengan
beberapa parameter diantaranya adalah rasio tulangan transversal dan mutu beton terhadap
perilaku dan kekuatan stuktur kolom beton geopolimer. Hubungan tegangan regangan beton
geopolimer yang terkekang juga dirasa sangat perlu untuk dirumuskan agar diperoleh disain
yang komprehensif.

2. PERMASALAHAN
Elemen struktur berupa kolom merupakan bagian struktur yang menerima beban dominan
aksial. Kekuatan kolom terhadap beban aksial merupakan sumbangan komposit material beton
dan baja tulangan baik tulangan transversal maupun longitudinal. Pada elemen kolom, tulangan
transversal mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap daktilitas dan kekuatannya
sehingga volume dan jarak tulangan menjadi suatu parameter yang perlu di perhatikan. Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan perilaku beton geopolimer menunjukkan performance yang
lebih baik terutama kuat tekan, kuat lekat, durabilitas dan susut. Namun setiap riset geopolimer
masih menunjukkan hasil yang kurang konsisten. Oleh karena itu masih perlu dilakukan
penelitian untuk material dasar beton geopolimer yang berbeda. Hubungan tegangan regangan
beton geopolimer merupakan karakter dasar yang perlu diketahui baik sebagai material beton
maupun elemen struktur.

I-64
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku hubungan tegangan-regangan dan daktilitas
kolom beton geopolimer yang diberi kekangan akibat beban aksial konsentris.

4. TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku beton geopolimer yang paling dasar adalah mengenai karakteristik hubungan tegangan-
regangan. Karakteristik ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan analisa kekuatan dan
perilaku struktur beton geopolimer lainnya. Dari hubungan tegangan regangan ini dapat
ditentukan kapasitas elemen struktur dalam memikul beban, daktilitas dan perilaku struktur
yang lain. Beberapa peneliti yang telah melakukan investigasi mengenai karkteristik hubungan
tegangan regangan beton geopolimer menyatakan bahwa karakteristik hubungan tegangan
regangan beton geopolimer mirip dengan karakteristik beton yang berbasis semen Portland
(OPC).
1. Ganesan, N., et al, (2014)
Ganesan, N., et al, (2014) melakukan pengujian terhadap 36 benda uji yang terdiri dari 24
buah dibuat dari beton geopolimer (GPC) dan sisanya dari beton berbasis semen (PCC).
Benda uji berupa silinder dengan ukuran tinggi 300 mm dan diameter 150 mm. Kekangan
digunakan tulangan spiral dengan jumlah rasio volumetrik tulangan sebagai vaiabel.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek kekangan dan perilaku beton GPC
kemudian dibandingkan dengan perilaku beton konvensional yang berbahan dasar semen
Portland (PCC) akibat beban monotonik. Sebuah model analisis untuk persamaan
hubungan tegangan-regangan juga diusulkan. Model yang usulkan identik untuk kolom
bulat yang diberi kekangan. Dalam disain campuran beton geopolimer, digunakan material
Fly Ash kelas F. Agregat kasar yang digunakan mempunyai ukuran 20 mm sedangkan
agregat halus menggunakan pasir lokal yang berasal dari sungai. Kombinasi larutan sodium
silikat dan sodium hidroksida dipilih sebagai cairan alkalin untuk mengaktivasi material
penyusun beton geopolimer (fly ash). Mutu beton PCC didisain dengan kuat tekan tekan
setara dengan Grade 53 sedangkan beton GPC setara dengan M30. Baja tulangan yang
digunakan untuk kekangan menggunakan baja ulir diameter 6 mm dengan kuat leleh 360
N/mm2. Setelah dilakukan pencampuran dan penuangan kedalam cetakan, perawatan beton
geopolimer diberikan dengan cara pemanasan pada suhu 60o C selama 1 hari atau sekitar
24 jam.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tulangan kekangan
berpengaruh sangat besar terhadap perbaikan kekuatan dan daktilitas beton geopolimer
(GPC) dibandingkan PCC. Kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah (1) pada kondisi
awal beton GPC lebih cepat mencapai kuat tekan rencana dibandingkan beton PCC. (2)
Beton GPC yang terkekang lebih cocok untuk disain tahan gempa. (3) Kekuatan beton
GPC bertambah 20% sampai 110% dengan penambahan rasio volumetrik kekangan 1.36%
sampai 4.10%.

Gambar 1. Setting pengujian dan keruntuhan benda uji setelah dilakukan pengujian
(Ganesan, N., et al, 2014)

I-65
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

Persamaan analitis yang diusulkan adalah sebagai berikut:

Dengan dan (1)

2. Sarker, P.K., (2008, 2009)


Sarker, P.K., (2008, 2009) melakukan pemodelan matematis hubungan tegangan regangan
beton geopolimer. Hubungan ini dibuat dengan asumsi bahwa karakteristik beton
geopolimer mirip dengan beton berbasis semen OPC. Sehingga model matematis yang
dikembangkan diperoleh dari pengembangan formulasi yang diusulkan oleh Popovic untuk
beton berbasis semen OPC. Dengan sedikit melakukan modifikasi pada faktor kurva fitting
maka diperoleh suatu persamaan hubungan tegangan-regangan untuk beton geopolimer.
Kemudian model matematis ini dilakukan verifikasi terhadap 12 benda uji yang telah diuji
sebelumnya. Hasil yang diperoleh tentang model matematis hubungan tegangan regangan
yang dikembangkan sudah sesuai dengan hasil eksperimen sebelumnya. Rasio antara
pengujian dan prediksi menggunakan model yang diusulkan untuk elemen kolom,
diperoleh sekitar 1.03 dengan standar deviasi 5%.

Gambar 2. Modulus of elasticity of geopolymer concrete ( Sarker, 2009)

(a) (b)

(c
Eq.(2) )

Eq.(3)

Gambar 3. Stress–strain curve of geopolymer concrete ((a) fc’ =61 MPa; (b) fc’ = 64 MPa; (c)
fc’ =41 MPa)) ( Sarker, 2009)

I-66
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

3. N. Ganesan et al (2015)
N. Ganesan et al (2015) melakukan evaluasi kinerja elemen struktur kolom beton
geopolimer terhadap beban tekan aksial secara berulang. Kolom berbentuk persegi dengan
ukuran 150x150mm panjang 900 mm. Variabel utama yang di evaluasi adalah fraksi
volume serat dalam beton dengan persentase 0.25% (19.62 kg/m3), 0.5% (39.24 kg/m3),
0.75% (58.86 kg/m3) dan 1% (78.48 kg/m3). Beton geopolimer yang digunakan berbasis
fly-ash kelas F rendah kalsium (Low Calcium class F Fly-ash) dengan Alkali aktivator
berupa larutan yang terdiri campuran sodium silikat dan sodium hidroksida. Larutan
sodium silikat dibuat dengan rasio SiO2 terhadap Na2O adalah 2 (Na2O=14.7%,
SiO2=29.4%) ditambah air 55.9%. Sodium hidroksida yang berupa pellet ditambah air
untuk membuat larutan dengan konsentrasi 10M. Baja tulangan digunakan jenis ulir
diameter 12 mm dengan kuat leleh fy = 450.28 Mpa. Serat baja dengan jenis ujung
mempunyai bengkokan (hook) diameter 0.5 mm dan panjang 30 mm. Setiap benda uji
diberikan perawatan pada suhu 60oC selama 24 jam. Campuran beton geopolimer didisain
untuk mutu M30 sesuai dengan guidelines yang dikembangkan oleh Rangan. Dari hasil
eksperimen memperlihatkan bahwa penambahan serat baja pada beton geopolimer hanya
sedikit memperbaiki kekuatan aksial kolom, tetapi sebaliknya penambahan serat baja dapat
memperbaiki secara signifikan perilaku hubungan tegangan-regangan dan daktilitas kolom
tersebut. Untuk memahami perilaku hubungan tegangan-regangan kolom lebih jauh maka
dibuat sebuah model elemen hingga untuk kolom beton geopolimer polos dan
menggunakan serat baja. Model elemen hingga tersebut dikembangkan menggunakan
sebuah software yang berbasis elemen hingga (ANSYS 11), kemudian hasil running
program dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui eksperimental.

5. METODOLOGI PENELITIAN
Pengujian aksial konsentris dilakukan untuk mengetahui perilaku kolom beton geopolimer
berbahan dasar fly ash. Pada umumnya elemen kolom selalu menggunakan tulangan transversal
sengkang yang berperilaku sebagai kekangan. Untuk mempelajari perilaku kolom beton
terkekang akibat beban aksial konsentris perlu dilakukan evaluasi terhadap beberapa parameter
penting. Berdasarkan studi literatur ada dua parameter utama yang mempengaruhi perilaku
kolom beton terkekang. Pertama adalah parameter yang berhubungan dengan peningkatan
kekuatan kolom beton terkekang (f’cc) dan regangannya (cc). Kedua adalah parameter yang
berhubungan dengan kemampuan kolom memberikan perilaku daktail saat tengangan mencapai
0.85 f’cc pasca puncak.
1. Variabel Eksperimen
Berdasarkan studi literatur, beberapa parameter penting yang mempengaruhi perilaku
struktur kolom terkekang perlu dievaluasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam
penelitian ini digunakan variabel sebagai berikut.
a. Mutu Beton
Mutu beton termasuk salah satu aspek yang memberikan kontribusi terhadap
efektifitas kekangan sehingga dapat mempengaruhi perilaku struktur kolom beton.
Dalam penelitian ini akan digunakan tiga target mutu beton yaitu 30, 40, dan 50 Mpa.
b. Rasio Volumetrik
Rasio volumetrik merupakan variabel yang menunjukkan perbandingan penggunaan
tulangan pengekang dan beton yang terkekang dalam tiap spasi tulangan pengekang.
Peraturan beton baik SNI maupun ACI mensyaratkan nilai minimum untuk rasio
volumetrik kolom persegi sesuai persamaan Ash = 0.3 s hc ( atau Ash =

0.09 s hc . Rasio ini berhubungan dengan jarak atau spasi tulangan pengekang.

I-67
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

Pada penelitian ini variabel rasio volumetrik ditentukan dengan jarak sengkang 30, 50,
dan 70 mm.
2. Nomenklatur Spesimen Kolom
Pada pengujian aksial konsentris ini digunakan 9 buah benda uji kolom berbentuk
lingkaran dengan diameter 135 mm tinggi 600 mm. Penamaan benda uji dibuat untuk
memudahkan pengenalan dan pencirian sesuai variabel yang diberikan. Tata nama benda
uji dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Masing-masing benda uji memiliki tiga bagian
kode yang dipisah oleh tanda strip (-).
a. Kode pertama dua huruf (AK) menunjukkan jenis pengujian aksial konsentris kolom
beton geopolimer.
b. Kode kedua terdiri dari huruf dan angka yang menunjukkan mutu beton geopolimer.
Contoh M30 berarti menyatakan mutu beton yang digunakan adalah 30 Mpa.
c. Kode ketiga terdiri dari huruf dan angka yang menunjukkan spasi sengkang atau jarak
antar tulangan pengekang. Contoh S30 berarti menyatakan spasi sengkang 30 mm.
Berikut disajikan nomenklatur benda uji untuk pengujian aksial konsentris kolom beton
geopolimer.

Tabel 1. Nomenklatur benda uji kolom aksial konsentris


Tulangan
Tulangan Transversal
Mutu Beton Longitudinal
Kode
(MPa) fy Spasi Fyh
 Ash/s.hc
(Mpa) (mm) (Mpa)
AK-M30-S30 30 1.087 400 30 360 1.068
AK-M30-S50 30 1.087 400 50 360 0.641
AK-M30-S70 30 1.087 400 70 360 0.458
AK-M40-S30 40 1.087 400 30 360 1.068
AK-M40-S50 40 1.087 400 50 360 0.641
AK-M40-S70 40 1.087 400 70 360 0.458
AK-M50-S30 50 1.087 400 30 360 1.068
AK-M50-S50 50 1.087 400 50 360 0.641
AK-M50-S70 50 1.087 400 70 360 0.458

3. Instrumentasi dan Pengaturan Pengujian Kolom


Strain gauge dipasang pada beton, tulangan longitudinal dan tulangan transversal yang
posisinya berada ditengah tinggi kolom. Pada daerah yang akan di analisis yaitu ditengah
benda uji kolom sepanjang 300 mm dipasang 4 buah LVDT arah vertikal. LVDT tersebut
digunakan untuk mengukur deformasi aksial kolom serta memeriksa konsentrisitas
pembebanan yang terjadi. Untuk menghindari terjadinya keruntuhan pada daerah ujung
kedua kolom maka di pasang pelat baja (collar) yang berfungsi mengekang kolom pada
daerah tersebut dan mencegah terjadinya keruntuhan secara dini. Selain pada benda uji,
LVDT juga dipasang pada mesin uji tekan, pemasangan ini berguna untuk mengontrol
stroke yang terjadi pada alat uji tekan.

I-68
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

Pelat Pengekang

150 mm
Stek
6-s
Baut

Kaca

300 mm
600 mm s
6-s

LVDT
150 mm 6-s

6  10
LVDT
tul. spiral

Starin
Gauge
135 mm

Gambar 3. Instrumentasi pada benda uji kolom aksial konsentris

4. Pengujian Aksial Konsentris Kolom


Pengujian ini dilakukan terhadap benda uji kolom beton geopolimer berbentuk lingkaran
dengan diameter 135 mm tinggi 600 mm sebanyak 9 buah. Variable pengujian adalah mutu
beton dan jarak sengkang. Masing-masing variable dibuat 3 buah benda uji. Alat uji
menggunakan mesin uji tekan UTM berkapasitas 1500 kN. Pembebanan secara konsentrik
dilakukan dengan kontrol perpindahan melalui pergerakan stroke sebesar 0.12 mm/detik
(0.72 mm/menit). Konsentrisitas beban monitor dengan memeriksa perpindahan keempat
LVDT yang terpasang pada saat pembebanan awal dilakukan. Pembebanan dilakukan
hingga terlihat penurunan beban secara signifikan. Mekanisme penurunan beban hingga
terjadi keruntuhan dimulai saat penutup beton mulai terkelupas. Kondisi tersebut
mengakibatkan beban mulai berkurang sedangkan deformasi secara aksial semakin
bertambah. Beban akan kembali meningkat pada saat tulangan lateral mulai bekerja secara
efektif. Seluruh data pengujian yang didapat dari pemasangan strain gauge, LVDT, dan
beban tekan alat dapat langsung dimonitor melalui komputer dan dicatat oleh data logger.

Gambar 4. Ilustrasi Test Setup dan Alat Pengujian (Kristianto, A. 2011)

I-69
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

5. Pengolahan Data Hasil Pengujian


Pengujian aksial konsentris kolom beton geopolimer ini diharapkan dapat menghasilkan
data berupa beban aksial, nilai regangan, dan deformasi aksial elemen kolom. Data ini
diperoleh dengan menggunakan instrumen LVDT dan strain gauge yang yang terpasang
pada benda uji kemudian dihubungkan ke perangkat data logger agar nilai deformasi dan
regangan dapat dipantau. Nilai ini sesuai dengan riwayat pembebanan yang diberikan.
Tegangan aksial kolom dapat diperoleh dengan membagi beban aksial kolom terhadap luas
penampangnya. Semua data tentang riwayat pembebanan, regangan dan deformasi terekam
dalam data logger.
Beban dan regangan aksial kolom hasil eksperimen merupakan kontribusi dari inti beton,
selimut beton, tulangan longitudinal dan tulangan transversal. Untuk menganalisis besarnya
kekuatan inti kolom perlu dilakukan pemisahan kontribusi masing-masing bagian yang
menyumbang kekuatan kolom.
Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil eksperimen dan
analisis adalah kapasitas beban aksial tekan benda uji yang merupakan kontribusi dari
bagian selimut dan inti beton serta tulangan.
Kapasitas aksial tekan kolom dapat diprediksi dengan formulasi sebagai berikut.
Po = α fc’(Ag – As)+ As fy (4)
Kapasitas aksial tekan kolom berdasarkan kontribusi luas total penampang beton.
Poc = α fc’(Ag – As) (5)
Kapasitas aksial tekan kolom berdasarkan kontribusi inti kolom beton.
Pocc = α fc’(Ac – As) (6)
Nilai α dapat menggunakan 0.85 sebagai faktor keamanan kolom. Besarnya nilai
peningkatan kekuatan inti kolom beton akibat pengekangan dapat ditulis sebagai rasio
Pcmax / Pocc. Nilai Pcmax didapat dari nilai P maksimum kolom pada saat pengujian
dikurangi beban yang diterima oleh tulangan longitudinal berdasarkan datas regangan.
Seikh dan Uzumeri (1980) mendefinisikan peningkatan kekuatan (Ks) yang diperoleh
akibat aksi kekangan sebagai
(7)
Nilai f’cc didapat dari tegangan maksimum saat pengujian dikurangi tegangan pada
tulangan longitudinal, sementara nilai f’co merupakan tegangan maksimum dari hasil
pengujian beton tanpa tulangan pengekang.
Untuk mengevaluasi efektifitas kekangan dapat juga digunakan persamaan yang
dikembangkan oleh Saatcioglu dan Razvi (1992). Nilai efektifitas kekangan atau disebut
juga koefisien efektifitas pengekangan dapat ditulis sebagai berikut
(8)
Dimana
(9)

Tegangan pengekang lateral ( fl ), dihitung sesuai dengan besarnya nilai tegangan


tulangan pengekang ( fsh ) yang didapat dari hasil pembacaan data saat pengujian.
Tegangan tulangan pengekang ( fsh ) sebelum leleh diperoleh melalui bacaan strain
gauge yang terekam dalam data logger. Nilai tegangan tulangan pengekang diperoleh
dari nilai regangan yang dikalikan dengan nilai modulus elastisitasnya. Sementara itu
nilai daktilitas (µ) kolom benda uji dihitung dari rasio 85/1.

Secara keseluruhan proses pelaksanaan penelitian dapat diillustrasikan pada bagan alir berikut
ini.

I-70
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

Persiapan:
-Studi literatur
-Membeli material pasir ex. galunggung, batu pecah ex.
banjaran, alkalin aktivator (NaOH, Na2SiO3), dan fly ash
dari PLTU Suralaya
Mulai -Membeli Superplastisizer yg ada di pasaran.
-Membeli baja tulangan ulir Dia.10 dan 6 mm
- Membeli multiplex, kayu dan paku untuk bekisting
- Membeli Strain Gauge
- Membeli pelat baja
-menyiapkan molen/mixer

- Membuat campuran beton GPC Preliminary Design Kolom GPC


- Mix design sesuai eksperimen - Ukuran dia. 135 mm tinggi 600 mm
sebelumnya - Membuat bekisting
- Menuang Beton GPC ke bekisting - Pabrikasi tulangan kolom
- Perawatan suhu ruang - Merangkai Tulangan Kolom
- Variabel Mutu Beton dan - Memasang Strain Gauge pada
Volumetrik kekangan sengkang dan tul. longitudinal

- Benda uji mutu 30 Mpa - Benda uji mutu 40 Mpa - Benda uji mutu 50 Mpa
- Diameter tul. longitudinal - Diameter tul. longitudinal - Diameter tul.
10 mm 10 mm longitudinal 10 mm
- Dia. tul. transversal 6 mm - Dia. tul. transversal 6 mm - Dia. tul. transversal 6
- jarak sengkang 30,50,70 - jarak sengkang 30,50,70 mm
mm mm - jarak sengkang 30,50,70
- Umur pengujian 28 hr - Umur pengujian 28 hr mm
- Jumlah benda uji 3 buah - Jumlah benda uji 3 buah - Umur pengujian 28 hr
- Jumlah benda uji 3 buah
- Set up pengujian aksial konsentrik
- Pengujian dilakukan kontrol
displacement
- Pengujian dilakukan di ITB
- Alat uji UTM

- Analisa dan pembahasan hasil:


- Tegangan tul. pengekang
- Karakteristik kekangan
- Tegangan Regangan kolom GPC
- Daktilitas kolom GPC

Kesimpulan:
- Hub. tegangan-regangan kolom
beton GPC Selesai

Gambar 5. Bagan alir proses penelitian

I-71
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2016,
8 Nopember 2016, ISSN 2447-0086

DAFTAR PUSTAKA
Imran, I., Suarjana, M., Hoedajanto, D., Soemardi, B., Abduh, M., 2006, Beberapa Pelajaran
dari Gempa Yogyakarta; Tinjauan Kinerja Struktur Bangunan Gedung, Jurnal HAKI, Vol.
7, No. 1, hal. 1-13 (ISSN No. 0216/5457)
Imran, I., 2007, The 6 March 2007 West Sumatera Earthquake-Lesson Learned and
Recommenda-tions, Padang: Proceeding The International Symposium on Disaster in
Indonesia (ISDI): Problem and Solution, 26-28 Juli.
Kritianto, A., Imran, I., Suarjana, M (2011)”Studi Eksperimental Penggunaan Tulangan
Pengekang Tidak Standar yang Dimodifikasi pada Kolom Persegi Beton Bertulang” Jurnal
Teknik Sipil, ITB
N. Ganesan, Abraham. R., Deepa Raj. S., & Sasi. D., (2015): Experimental and
Analytical Investigations on Geopolymer Concrete Columns Under Repeated
Axial Compression, Asian Journal of Civil Engineering (BHRC), Vol.16., pp. 651-
662.
N. Ganesan, Abraham. R., Deepa Raj. S., & Sasi. D., (2014), “Stress–strain behaviour of
confined Geopolymer concrete” Construction and Building Materials, Elsevier, pp.326-
331.
Sarker, P.K (2009) “Analysis of geopolymer concrete columns” Materials and Structures,
42:715–724
Sarker, P.K (2008) “A Constitutive Model for Fly Ash-Based Geopolymer Concrete”
Architecture Civil Engineering Environment, no. 4
Saatcioglu, M. and Razvi, S.R. (1992) “Strength and Ductilityof Confinement Concrete”
Journal of the Structural Division, ASCE, Vol 118, No ST6, pp 1590-1607

I-72

Anda mungkin juga menyukai