Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan elemen penting dalam suatu konstruksi, beton selalu


dianggap memiliki komposisi yang homogen. Beton merupakan campuran dari
beberapa material, seperti semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
(admixture) (SNI 2847 – 2013). Penelitian tentang beton sangat berkembang pesat,
dengan dilatarbelakangi dengan berbagai alasan. Beton gradasi merupakan salah
satu penelitian yang sudah dilakukan sebagai metode beton yang dianggap efektif.
Hidayat et al. (2015) telah melakukan penelitian dengan hasil bahwa beton
merupakan komponen yang memiliki komposisi yang tidak homogen dan
mengalami ketidakseragaman mutu pada struktur beton. Hal tersebut menjadikan
penelitian tentang beton gradasi semakin berkembang. Tidak hanya berupa
eksperimental melainkan juga dalam bentuk program, seperti yang dilakukan oleh
Han et al., 2015; Pratama, 2015; dan Pratama et al., 2017). Penelitian beton gradasi
tidak hanya seputar pada beton normal.Pada tahun 2017, Sari melakukan
eksperimental tentang beton gradasi SCC.

Dengan berkembangnya penelitian beton gradasi, Pratama et al., (2018).


melakukan penelitian dengan menggunakan benda uji balok beton bertulang,
dimana penelitian tersebut meletakkan mutu beton tinggi berada di layer bagian
atas. Asumsi dilakukannya penelitian tersebut berkaitan dengan cara kerja balok
beton bertulang pada struktur suatu bangunan, dalam analisa regangan dan
tegangan penampang balok jika di beri beban akan mengalami variasi. Distribusi di
anggap linier, pada diagram blok tegangan tekan yang terjadi pada serat tekan
ditahan oleh beton dan baja, sedangkan pada daerah serat tarik balok di tahan oleh
baja, beton tidak begitu berkontribusi pada serat tarik sehingga diabaikan. Sampai
sekarang asumsi tersebut menjadi bahan untuk mengembangkan peneletian beton
gradasi, tetapi belum ada penjelasan atau fakta bahwa beton mutu tinggi berada di
layer serat tekan lebih baik performanya di bandingkan dengan perletakan mutu

1
2

beton tingi berada pada balok serat tarik. Dibutuhkan penelitian yang dapat
memberikan fakta atau bukti tentang penempatan mutu beton yang optimum.
Seperti yang dilakukan oleh Prasiwi (2017), melakukan pengujian pada kolom
dengan beban lateral dengan hasil penempatan mutu tinggi yang berada dibawah
memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan penempatan mutu tinggi
berada di atas.

Penelitian ini bertujuan membandingkan bagaimana pengaruh balok


bertulang terhadap kinerja lenturnya pada konfigurasi mutu yang berbeda. Terdapat
dua metode pengujian. Pertama, balok beton bertulang memiliki mutu tinggi berada
pada bagian tegangan tekan dan untuk bagian bawah dari elemen terdapat mutu
rendah yang membantu material baja dalam menahan tegangan tariknya. Kedua,
akan dilakukan metode yang berlawanan dengan metode yang pertama dimana,
pada serat tekan terdapat mutu yang lebih rendah dan bagian serat tarik terdapat
mutu yang lebih tinggi. Data yang akan dibandingkan dari kedua metode tersebut
ialah kuat lentur, lendutan maksimum, grafik hubungan beban dengan deformasi,
perkembangan pola retak yang terjadi, dan beban maksimum yang dapat di terima
oleh balok. Hasil dari data akan menjadikan fakta baru untuk penelitian selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Pengujiam kuat lentur balok memiliki berbagai parameter untuk mengetahui
sifat balok. Untuk mengetahui kekauan, daktilitas, tegangan dan regangan balok
digunakan parameter yang di sajikan pada rumusan masalah sebagai berikut :
1) Berapa perbandingan beban maksimum balok beton gradasi dengan konfigurasi
mutu yang berbeda?
2) Bagaimana perbandingan kuat lentur balok beton gradasi dengan konfigurasi
mutu yang berbeda?
3) Berapa lendutan maksimum balok beton gradasi dengan konfigurasi mutu yang
berbeda?
4) Bagaimana grafik hubungan beban dengan lendutan/deformasi balok beton
gradasi dengan konfigurasi mutu yang berbeda?
5) Bagaimana perbandingan perkembangan pola retak balok beton gradasi dengan
konfigurasi mutu yang berbeda?
3

6) Bagaimana perbandingan hasil eksperimental dengan perhitungan teoritis pada


setiap kondisi yang ditinjau?

1.3 Batasan Masalah


1) Penelitian dilaksanakan secara eksperimental di Laboratorium Struktur Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Negeri Malang
2) Menggunakan beton Ready Mix yang diproduksi oleh PT. Surya Beton
Indonesia – Malang
3) Mutu yang direncanakan f’c 25 MPa dan f’c 30 MPa
4) Benda uji berupa balok bertulang dengan dimensi 12 x 24 cm dengan panjang
bentang 2,2 m
5) Pengujian menggunakan tipe four-point bending
6) Penulangan balok beton gradasi menggunakan tulangan sengkang berdiameter
6 mm dan tulangan utama berdiameter 10 mm
7) Pada saat pembuatan benda uji balok bergradasi, mutu tinggi berada di posisi
lapisan bawah dan sebaliknya untuk mutu rendah berada di lapisan atas.
8) Balok bertulang di uji terhadap lentur setelah umur 28 hari menggunakan
loading frame, hydarulic jack, strain gauge, load cell dan data logger di
Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang

1.4 Manfaat
1. Memberikan gambaran mengenai penempatan mutu beton pada balok beton
bertulang gradasi dengan optimum.
2. Sebagai pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang Teknik Sipil tentang
penempatan suatu mutu beton pada balok beton bertulang

Anda mungkin juga menyukai