Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN LIMBAH SLAG BAJA SEBAGAI MATERIAL

KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU

Aldrian Darryl Pratama1), Ahmad Farhan Rizik1), Hikmat Fauzi1), Rindu Twidi Bethary1)*
1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon, Banten, Indonesia

*
Penulis Korespondensi : rindutwidibethary@untirta.ac.id

ABSTRAK

Jalan merupakan suatu prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapan lainnya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Jalan
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perkembangan antar wilayah yang
seimbang dan juga untuk pemerataan hasil pembangunan di suatu wilayah. Oleh karena itu,
perkembangan pembangunan konstruksi jalan sedang berkembang dengan pesat demi
mewujudkan perkembangan antar wilayah dan terciptanya masyarakat yang adil dan
Makmur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan slag baja
sebagai bahan pengganti filler dengan kadar slag baja 0%, 1%, 2% dan 3% terhadap nilai
kuat tekan dan kuat lentur pada beton. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen
dengan melakukan percobaan pengujian kuat tekan dan kuat lentur pada benda uji beton.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan slag baja sebagai
bahan pengganti filler diperoleh hasil kuat tekan rata-rata pada beton diumur 28 hari pada
kadar slag baja 0%, 1%, 2% dan 3% secara berurutan sebesar 25,07 MPa, 21,87 MPa, 22,17
MPa, dan 28,47 MPa. Hasil rata-rata untuk kuat lentur balok beton diumur 28 hari pada
kadar slag baja 0%, 1%, 2% dan 3% secara berurutan sebesar 3,84 MPa, 2,83 MPa, 3,41
MPa, dan 4,09 MPa. Dari data hasil pengujian menunjukan komposisi slag baja 3% adalah
komposisi yang optimal untuk penggunaan beton sebagai bahan pengganti filler. Sifat
pozzolanic dari slag baja mampu meningkatkan durabilitas dan kepadatan pada benda uji
beton, namun membutuhkan waktu curing yang lama dan peningkatan kekuatan awal beton
melambat.

Kata-kata kunci : Jalan, Slag Baja, Filler, Beton, Pozzolanic.

ABSTRACT

Road is a transportation infrastructure that includes all parts of the road including
complementary buildings and other equipment intended for traffic. Roads have an
important role in realizing balanced inter-regional development and also for equitable
distribution of development results in a region. Therefore, the development of road
construction is growing rapidly in order to realize inter-regional development and the
creation of a just and prosperous society. This study aims to determine the effect of using
steel slag as a filler replacement material with 0%, 1%, 2% and 3% steel slag content on
the compressive strength and flexural strength values of concrete. The method used is the
experimental method by conducting experiments testing the compressive strength and
flexural strength of concrete specimens. The results obtained from this study indicate that
the use of steel slag as a filler replacement material obtained the average compressive
strength of concrete at 28 days of age at 0%, 1%, 2% and 3% steel slag levels in sequence
of 25.07 MPa, 21.87 MPa, 22.17 MPa, and 28.47 MPa. The average results for the flexural
strength of concrete beams at 28 days of age at 0%, 1%, 2% and 3% steel slag content
were 3.84 MPa, 2.83 MPa, 3.41 MPa, and 4.09 MPa respectively. From the test data, it
shows that 3% steel slag composition is the optimal composition for the use of concrete as
a filler replacement material. The pozzolanic properties of steel slag are able to increase
the durability and density of concrete specimens, but require a long curing time and the
increase in the initial strength of concrete slows down.

Keywords : Road, Steel Slag, Filler, Concrete, Pozzolanic.

PENDAHULUAN
Perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen
portland (portland cement) sebegai bahan pengikat. Pelat beton dengan tulangan
mapun tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapisan
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh plat beton (Sukirman,
S, 2010). Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari
pelat beton. Perkersasan dibuat dari berbagai pertimbangan, seperti: persyaratan
struktur, ekonomis, keawetan, kemudahan, dan pengalaman (Crhistiady, 2011).
Oleh karena itu, perkerasan kaku mempunyai tingkat kekakuan yang relatif cukup
tinggi bila dibandingkan dengan perkerasan lentur. Modulus Elastisitas (E)
merupakan salah satu parameter yang menunjukan tingkat kekakuan konstruksi
disamping dimensinya dan dapat dipergunakan sebagai acuan ilustrasi tingkat
kekakuan konstruksi perkerasan (Diklat Perkerasan Kaku PUPR, Modul 1 Edisi
2017).
Perkerasan kaku (rigid pavement) terdapat pada daerah jalan yang mempunyai
kelandaian dan yang memiliki kondisi lalu lintas cukup padat atau memiliki
distribusi beban yang besar, seperti pada setiap inter section. Hal ini dipilih karena
perkerasan kaku (rigid pavement) lebih tahan terhadap gaya geser yang diakibatkan
roda kendaraan, sehingga tidak membuat lapisan perkerasan jalan cepat rusak.
Lapisan perkerasan kaku (rigid pavement) juga lebih tahan terhadap keadaan
drainase yang buruk saat terjadinya curah hujan yang sangat tinggi dan juga umur
rencana yang dapat mencapai 20 tahun (Harahap, 2018).
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas, sehingga
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton sendiri
(Suryawan, 2009). Beton secara umum adalah campuran bahan bangunan berupa
agregat kasar dan agregat halus kemudian direkatkan oleh semen bercampur air,
dimana volume beton sebanyak 70% ditempati agregat. (Tjokrodimuljo, K., 2007).
Beton mempunyai beberapa kelebihan yaitu cenderung mudah dibentuk sesuai
dengan kebutuhan konstruksi, mampu memikul beban yang berat, tahan terhadap
temperatur yang tinggi dan biaya perawatan yang murah (Mulyono,
2005).Penelitian terhadap beton sudah banyak dilakukan oleh para ahli konstruksi
termasuk penggunaan bahan tambah pengikat untuk beton selain semen. Pada riset
ini bahan pengisi (filler) yang akan digunakan adalah slag baja yang merupakan
bahan sisa hasil pembuangan dari pembakaran baja yang dihasilkan oleh pabrik
tambang.
Limbah baja, yang merupakan sisa dari proses pembuatan baja masuk dalam
kategori limbah B3. Pada tahun 2010 produksi slag di Indonesia baru sekitar 800
ribu ton per tahun, jika dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 20 juta ton,
setiap ton produksi baja menghasilkan 20 persen limbah slag. Slag baja merupakan
limbah hasil pengolahan PT. Krakatau Semen Indonesia yang bertempat di kota
Cilegon, Banten. Penelitian mengenai pemanfaatan potensi slag yang pernah
dilakukan menunjukan bahwa kuat tekan beton slag meningkat seiring dengan
penambahan limbah padat (slag) dalam beton (Pemanfaatan Slag Baja Untuk
Teknologi Jalan Yang Ramah Lingkungan, Vol 1 Edisi Desember 2011).
Rekomendasi pemanfaatan bahan limbah slag baja untuk bidang jalan, dengan
memperhatikan hasil kajian aspek lingkungan dengan pengujian laboratorium
kandungan kimia memberikan gambaran bahwa slag baja masih dibawah baku
mutu dan dikategorikan tidak berbahaya, sehingga layak dari aspek lingkungan atau
dapat digunakan dengan syarat dalam pelaksanaannya dilakukan upaya-upaya
pengelolaan lingkungan hidup sekitar lokasi kegiatan (Pemanfaatan Slag Baja
Untuk Teknologi Jalan Yang Ramah Lingkungan, Vol 1 Edisi Desember 2011).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas akan diteliti pemanfaat slag baja sebagai bahan
pengganti filler pada perkerasan kaku. Sehingga dapat diketahui seberapa besar
pengaruh variasi kadar slag baja terhadap karakteristik campuran beton.

METODE
Kajian ini akan dilakukan dengan metode eksperimental dengan melakukan
percobaan secara langsung sehingga didapat data atau hasil yang menghubungkan
antara variabel yang diteliti. Kajian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknik
Sipil, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan panduan standar pada Spesifikasi
Umum Bina Marga 2018 dan SNI 7656 : 2012. Kajian ini diawali dengan
mempersiapkan alat dan bahan, kemudian melakukan pengujian karakteristik
agregat. Setelah melalui uji karakteristik agregat, akan dilanjutkan dengan
menghitung rencana campuran beton. Pada kajian kali ini mutu beton yang akan
digunakan adalah fc’ 25 MPa dan fs’ 3,75 MPa.
Benda uji yang akan dibuat dalam kajian ini berbentuk silinder dengan ukuran 15 x
30 cm dengan jumlah 36 benda uji untuk pengujian kuat tekan beton dan juga
membuat benda uji balok dengan ukuran 60 x 15 x 15 cm sebanyak 12 buah untuk
pengujian kuat lentur beton. Kadar slag baja yang akan digunakan dalam kajian kali
ini adalah dengan variasi 0%, 1%, 2% dan 3%. Kedua pengujian tersebut diuji
menggunakan alat universal testing machine.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Agregat Kasar dan Halus
Pengujian agregat dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada agregat dan
menentukan apakah layak untuk digunakan sebagai bahan campuran pada beton.
a. Pengujian Agregat Kasar
1) Berat Jenis
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis didapat hasil berat jenis SSD dan
absorbsi agregat kasar sebesar 2,52 gr/ml dan 2,68%. Hasil pengujian berat
jenis tersebut berpengaruh pada nilai volume yang akan diisi oleh agregat
tersebut pada campuran beton dan juga sudah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Bina Marga Spesifikasi Umum 2018, dengan nilai minimum berat
jenis agregat kasar sebesar 2,1 gr/ml dan absorbsi 2,5% untuk perkerasan
beton.
2) Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai kadar air agregat kasar rata-rata
sebesar 1,96%, nilai tersebut berpengaruh terhadap jumlah air yang
dibutuhkan dalam perhitungan campuran beton dan hasil ini menunjukan
bahwa agregat yang digunakan tidak begitu lembab karena nilainya lebih
kecil dibandingkan nilai absorbsinya, sehingga agregat akan menyerap air dan
menurunkan kelecakan campuran beton.
3) Kadar Lumpur
Berdasarkan hasil pengujian diatas didapat nilai presentase rata-rata kadar
lumpur pada agregat kasar sebesar 0,09%. Menurut SNI 6860:2002
menyatakan bahwa agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
1% dikarenakan akan berpengaruh terhadap nilai mutu beton yang akan
mengalami penurunan jika mengandung kadar lumpur yang lebih banyak.
Hasil diatas sudah memenuhi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran
pada pembuatan beton.
4) Analisa Saringan
Berdasarkan hasil pengujian ini didapat gradasi sehingga dapat ditentukan
modulus halusnya sebesar 6,79 dan hasil ini sesuai dengan SNI 6860:2002
yaitu sebesar 6-7,5. Ukuran gradasi dan butiran maksimum yang sudah
didapat dari pengujian ini akan berpengaruh terhadap kepadatan dan korositas
pada beton.
5) LAA
Berdasarkan hasil pengujian diatas didapat nilai presentase ketahanan agregat
sebesar 19,46%. Dari hasil tersebut menunjukan karakteristik ketahanan
agregat terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta
semen dan juga sudah sesuai dengan SNI 2417:2008 dengan syarat nilai
presentase ketahanan agregat pada mesin LAA untuk 500 putaran tidak
melebihi 40%.
6) Berat Isi
Berdasarkan hasil pengujian, didapat hasil sebesar 1,319 gr/cm3 atau 1319
kg/m3. Hasil ini sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018
untuk perkerasan beton nilai berat isi agrgat minimal 1200 kg/m3, hasil ini
menunjukan pada pengujian ini termasuk kedalam agregat normal yang dapat
digunakan pada campuran beton normal.

b. Pengujian Agregat Halus


1) Berat Jenis
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis didapat hasil berat jenis SSD dan
absorbsi agregat halus sebesar 2,36 gr/ml dan 2,25%. Hasil tersebut sudah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Bina Marga Spesifikasi Umum 2018,
dengan nilai minimum berat jenis agregat halus sebesar 2,1 gr/ml dan absorbsi
maksimal 5% untuk perkerasan beton. Hasil pengujian berat jenis tersebut
berpengaruh pada nilai volume yang akan diisi oleh agregat tersebut pada
campuran beton.
2) Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai kadar air agregat halus rata-rata
sebesar 4,15%, hasil ini menunjukan bahwa agregat yang digunakan sedikit
lembab karena nilainya lebih besar dibandingkan nilai absorbsinya. Hasil ini
berpengaruh pada perhitungan proporsi campuran beton atau pada mix
design, yang mana agregat akan menyerap air dan menurunkan kelecakan
campuran beton.
3) Kadar Lumpur
Berdasarkan hasil pengujian diatas didapat nilai presentase rata-rata kadar
lumpur pada agregat halus sebesar 0,20%. Menurut SNI 6860:2002
menyatakan bahwa agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebuh dari
5% dikarenakan akan berpengaruh terhadap nilai mutu beton yang akan
mengalami penurunan jika mengandung kadar lumpur yang lebih banyak.
Hasil diatas sudah memenuhi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran
pada pembuatan beton.
4) Analisa Saringan
Berdasarkan hasil pengujian ini didapat gradasi sehingga dapat sitentukan
modulus halusnya sebesar 2,303 dan hasil ini sesuai dengan SNI 6860:2002
yaitu sebesar 1,5-3,8. Dari hasil diatas dapat berpengaruh terhadap volume
pori beton, dikarenakan butiran yang lebih kecil akan mengisi pori antara
butiran yang lebih besar, sehingga pori-pori nya menjadi lebih sedikit dan
menghasilkan kemampatan yang tinggi.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Karakteristik Bahan
Agr.
Pengujian Agr. Halus Ketentuan
Kasar
Berat Jenis 2,68 2,36 SNI 1970:2016
Modulus halus butir
6,8 2,3 SNI 7619:2012
(%)
Kadar Air (%) 1,96 4,15 SNI 1970:2016
LAA (%) 19,46 - SNI 2417:2008
Berat isi (kg/m3) 1320 - SNI 03-4804-1998
Kadar lumpur
0,09 4,15 SNI 6860:2002
(%)

Dari hasil pengujian karakteristik agregat kasar dan agregat halus dapat dikatakan
bahwa material yang akan dipakai dapat digunakan kedalam campuran beton dalam
membuat benda uji.

3.2 Proporsi Campuran Beton

Tabel 2. Mix Design Beton


No. Material Berat per M3 Satuan
1 Semen 486.93 Kg
2 Air 192.91 Kg
3 Agregat kasar 955.54 Kg
4 Agergat halus 785.20 Kg
Jumlah 2420.59 Kg
Rancangan campuran beton mutu beton fc 25 Mpa ini juga telah dikonversi dan
setara dengan beton fs 3,75 Mpa sesuai dengan ketentuan Fs = K√(F'c) dengan
material batu pecah dengan korelasi 0,75.

3.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Tabel 3. Kuat Tekan Rata-Rata Beton


No Kadar Slag Baja Kuat Tekan Rata - Rata (Mpa)
7 hari 14 hari 28 hari
1 0% 18,53 21,27 25,07
2 1% 15,93 16,23 21,87
3 2% 16,96 20,47 22,17
4 3% 19,25 22,19 28,47

Dari Tabel 3 menunjukan bahwa dari 4 komposisi penggunaan slag baja yang
diujikan terdapat 2 komposisi yang memenuhi target strength (fc 25 Mpa).
Komposisi yang memenuhi target strength tersebut adalah komposisi slag baja 0%
dengan fc’ sebesar 25,07 Mpa pada umur beton 28 hari dan komposisi slag baja 3%
dengan fc’ sebesar 28,47 Mpa pada umur beton 28 hari. Pada umur benda uji beton
7 dan 14 hari disetiap presentase kadar slag baja nilai kuat tekan beton masih
dibawah target strength dikarenakan peningkatan kekuatan benda uji beton pada
umur 7 hari dan 14 hari masing-masing adalah 65% dan 90% dari kuat tekan yang
ingin dicapai. Pada umur benda uji beton 28 hari, peningkatan kekuatan mutu beton
sudah mencapai 99% dari mutu beton yang sudah direncanakan. Namun, pada
presentase slag baja 1% dan 2% masih dibawah mutu beton yang direncanakan, hal
ini terjadi dikarenakan pengaruh dari slag baja terhadap campuran beton sebagai
bahan pengganti filler belum mencapai nilai optimumnya dan masih mengalami
peningkatan seiring penambahan slag baja.

50,00
Kuat Tekan Rata-Rata (Mpa)

40,00 7 hari

30,00
14 hari
20,00
28 hari
10,00

Batas Minimum Nilai


0,00
Kuat Tekan
0% 1% 2% 3%
Filler Slag Baja

Gambar 1. Grafik Kuat Tekan Beton Rata-Rata Menurut Pemakian Slag Baja

Dari grafik diatas menjelaskan bahwa pada penambahan slag baja sebesar 1%
terjadi penurunan pada mutu benda uji beton pada setiap umur beton, hal ini terjadi
karena pengaruh dari slag baja belum mampu menambah daya rekat yang optimal
terhadap campuran beton dan sifat pozzolanic yang dimiliki slag baja ketika
bercampur dengan air dan semen, sehingga nilai kuat tekan beton masih berada
dibawah nilai kuat tekan beton normal (Paravita, 2014.). Namun, seiring
bertambahnya slag baja terjadi peningkatan pada mutu benda uji beton dan nilai
kuat tekan tertinggi didapat pada pemakaian kadar slag baja 3% serta nilai nya lebih
tinggi dibandingkan beton normal. Hal ini terjadi karena, pengaruh salah satu
karakteristik slag baja ialah dengan ukuran butiran mendekati ukuran semen
mampu menjadi bahan pengganti filler yang dapat mengisi rongga-rongga kecil
didalam beton sehingga mampu menghasilkan kemampatan beton yang tinggi dan
juga korositas beton yang kecil, serta sifat pozzolanic slag baja yang dapat bereaksi
ketika tercampur dengan semen dan air sehingga mampu membuat porositas beton
menjadi lebih kecil dan kedapan beton akan bertambah sehingga permeabilitas akan
semakin kecil (Paravita, 2014).
3,4 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton

Tabel 4. Kuat Lentur Rata-Rata Beton


No Kadar Slag Baja Kuat Lentur Rata - Rata (Mpa)
28 hari
1 0% 3,84
2 1% 2,83
3 2% 3,41
4 3% 4,09

Dari Tabel 4 menunjukan bahwa dari 4 komposisi penggunaan slag baja yang
diujikan terdapat 2 komposisi yang memenuhi target strength (fs 3,75 Mpa).
Komposisi yang memenuhi target strength tersebut adalah komposisi slag baja 0%
dengan fs’ sebesar 3,84 Mpa pada umur beton 28 hari dan komposisi slag baja 3%
dengan fs’ sebesar 4,09 Mpa pada umur beton 28 hari.

5,00
Kuat Lentur Rata-Rata

4,00 Kuat Lentur (Fs)


3,00
Batas Minimum
(Mpa)

2,00
Nilai Kuat Lentur
1,00
0,00
0% 1% 2% 3% 4%
Filler Slag Baja

Gambar 2. Grafik Kuat Lentur Beton Rata-Rata Menurut Pemakian Slag Baja

Dari grafik diatas menjelaskan bahwa pada penambahan slag baja sebesar 1%
terjadi penurunan pada mutu benda uji beton pada setiap umur beton, hal ini terjadi
karena pengaruh dari sifat pozzolanic pada slag baja belum mampu bekerja dengan
optimal pada presentase kadar 1% dan 2%. Namun, seiring bertambahnya slag baja
terjadi peningkatan pada mutu benda uji beton dan nilai kuat tekan tertinggi didapat
pada pemakaian kadar slag baja 3% serta nilai nya lebih tinggi dibandingkan beton
normal. Hal ini terjadi karena, pengaruh slag baja yang mampu menambah daya
rekat pada balok dan sifat pozzolanic nya ketika tercampur dengan air dan semen
sehingga mampu meningkatkan kekuatan elemen penampang untuk menahan
beban kerja sehingga mampu mengimbangi gaya tarik dan tekan yang terjadi pada
penampang balok. Dapat disimpulkan bahwa, penggunaan slag baja sebagai bahan
pengganti filler dapat meningkatkan nilai kuat tekan pada benda uji beton dan nilai
optimal untuk kuat tekan beton adalah pada kadar slag baja sebesar 3% (Paravita,
2014).
3.5 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton Pada Umur 28 Hari

Tabel 5. Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton


No Kadar Slag Kuat Tekan Kuat Lentur K
Baja (Mpa) (Mpa)
28 Hari 28 Hari
1 0% 25,07 3,84 0,767
2 1% 21,87 2,83 0,604
3 2% 22,17 3,41 0,725
4 3% 28,47 4,09 0,767

Dari tabel 5 didapat nilai konstanta rata-rata adalah 0,716. Didapat nilai konstanta
paling rendah adalah pada pemakaian slag baja 1%, namun semakin bertambahnya
kadar slag baja yang dipakai nilai konstanta semakin meningkat. Nilai konstanta
tertinggi didapat pada pemakain kadar slag baja 3% dan lebih tinggi dari nilai yang
sudah ada sebesar 0,75 yang mengacu pada SNI-2847-2013 untuk standar
pengunaan batu pecah, yang berarti bahwa pemakaian slag baja ini akan
meningkatkan kualitas kuat lentur pada beton. Hal ini juga menunjukan bahwa,
hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur beton akan berbanding lurus, yaitu
ketika kuat tekan beton semakin meningkat maka nilai kuat lentur nya pun akan
meningkat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian dan pengamatan langsung yang sudah dilakukan untuk
mendapatkan hasil uji kuat tekan dan kuat lentur untuk pemanfaatan slag baja
sebagai pengganti filler dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kuat tekan beton pada setiap umur beton dengan komposisi pemakaian
slag baja pada variasi 1% mengalami penurunan dikarenakan pengaruh slag
baja terhadap campuran beton belum optimal sehingga membuat peningkatan
kekuatan awal lebih lambat. Setelah itu, meningkat seiring bertambahnya
pemakaian slag baja, hal ini terjadi karena sifat pozzolanic yang dimiliki slag
baja mampu menambah daya rekat dan kepadatan pada campuran beton dan
didapat nilai kuat tekan optimum pada variasi slag baja 3% sebesar 28,47 Mpa
di umur benda uji 28 hari, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan beton
normal. Untuk nilai kuat lentur beton karakteristiknya sama yaitu pada umur
beton 28 hari dengan pemakaian slag baja pada variasi 1% mengalami
penurunan, lalu meningkat seiring bertambahnya pemakaian slag baja dan
didapat nilai kuat lentur optimum pada variasi slag baja 3% sebesar 4,09 Mpa
di umur benda uji 28 hari, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan beton
normal.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi ideal untuk pengunaan slag baja
sebagai pengganti filler pada perkerasan kaku berdasarkan hasil uji kuat tekan
dan kuat lentur pada benda uji beton yaitu pada kadar slag baja 3%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya dapat menyelesaikan kajian ini. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Laboratorium Teknik Sipil dan semua pihak
yang terlibat.
2. Ibu Dr. Rindu Twidi Bethary, ST., M.T. selaku dosen pendamping
3. Tim PKM Fakultas Teknik yang telah membantu dan mengawal dalam proses
pelaksanaan kajian ini.

KONTRIBUSI PENULIS
Dalam menyusun kajian ini dilakukan secara bersama-sama oleh tim penulis dan
dosen pendamping dengan masing-masing jobdesk yang sudah ditentukan sejak
awal. Penulis 1 bertanggung jawab atas penyusunan naskah kajian ini, penulis 2
bertugas dalam analisis data yang telah diperoleh dari hasil pengujian dan penulis
3 bertanggung jawab atas pengujian yang dilakukan di laboratorium. Serta, peran
dosen pendamping yang berperan dalam melakukan arahan riset, desain percobaan
dan penyelesaian naskah.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. H. R. 2021. Institut teknologi nasional. 5–26.
Badan Standar Nasional. 2008. SNI 1969-2008 Mengenai Cara Uji Berat Jenis
Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Badan Standar Nasional. 2008. SNI 1970-2008 Mengenai Cara Uji Berat Jenis
Dan Penyerapan Air Agregat Halus
Badan Standar Nasional. 2008. SNI 2417-2008 Mengenai Cara Uji Keausan
Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Badan Standar Nasional.2011. SNI 1971-2011 Mengenai Cara Uji Kadar Air
Total Agregat Dengan Pengeringan
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. SNI 4431-2011 : Cara Uji Kuat
Lentur Beton Normal dengan Dua Titik Pembebanan. Badan Standar
Nasional Indonesia, 16.
Badan Standar Nasional. 2012. SNI ASTM C136-2012 Mengenai Metode Uji
Untuk Analisis Saringan Agregat Halus Dan Agregat Kasar
Basuki, A., Royani, I. F., & Sunarmasto. 2014. Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik,
Kuat Lentur dan Redaman Bunyi Pada Panel Dinding Beton Ringan Dengan
Agregat Limbah Plastik Pet dan Limbah Serbuk Kayu. Matriks Teknik Sipil,
641–648.
Bunga’, D. R., Phengkarsa, F., & Sandy, D. 2021. Karakteristik Beton Mutu
Tinggi Dengan Komposisi Slag dan Agregat Halus Batu Gamping. Paulus
Civil Engineering Journal, 3(2), 141–148.
https://doi.org/10.52722/pcej.v3i2.247
Gina, M. B., & Amalia, A. 2019. Kualitas Beton Berpori Dengan Bahan Tambah
Silica Fume Sebagai Bahan Perkerasan Kaku Yang Ramah Lingkungan.
Jurnal Poli-Teknologi, 18(1), 93–102. https://doi.org/10.32722/pt.v18i1.1293
Gunawan, G., & Oetojo, P. D. 2011. Pemanfaatan Slag Baja untuk Teknologi
Jalan yang Ramah Lingkungan. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan
Penelitian Dan Pengembangan, 1–24.
Hartatik, N., Utami, G. S., & Rohmania, N. 2014. Karakteristik campuran beton
aspal (AC-WC) dengan penambahan abu slag baja sebagai bahan pengganti
filler. Kern: Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 4(1), 31–44.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tentang Konsep Dasar dan
Konstruksi Perkerasan Kaku. 2017. Konsep Dasar dan Konstruksi Perkerasan
Kaku. Modul 1 Konsep Dasar Konstruksi Perkerasan Kaku, 51.
Nusantoro, A., & Ramadhani, N. F. 2021. Pengaruh Abu Tulang Sapi Terhadap
Kenaikan Kuat Tekan Beton. Jurnal Ilmu Teknik Sipil Surya Beton, 5(1), 20–
27.
Purnomo, E. 2020. Analisa Perkerasan Jalan Beton Berdasarkan Bahan
Pengikatnya. Focus Teknik Sipil UPMI, 1(2), 62–69.
Ramadhan, G. B. 2014. 05.3 Bab 3. Perbandingan Karakteristik AC-WC
Bergradasi Rapat Dan Senjang Dengan Bahan Ikat Aspal Retona Blend E-55
Dan Starbit E-55, 16–41.
Setiawan, Agus. 2016. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI
2847-2013, Jakarta : Erlangga
Sutardi, Sri Rulliaty., dkk 2015. Informasi Sifat Dasar dan Kemungkinan
Penggunaan 10 Jenis Bambu, Bogor : IPB Press
Tjokrodimulyo, Kardiyono. 2007. Teknologi Beton, Yogyakarta : Biro Penerbit
KMT
Zakariya, A., Yudhono, G., Rosyadi, S., Pekerjaan, K., & Tahun, P. R. 2021.
Kajian Temperatur Beton Saat Proses Pengerasan Menggunakan Fly Ash
Sebagai Bahan Tambah Semen ( Study of Concrete Temperature During
Hardening Time Using Fly Ash As Supplementary Cementitious Material ).
108–117.

Anda mungkin juga menyukai