Anda di halaman 1dari 17

BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Vol. 11 No. 1. Januari 2023, pp: 1-12 1


Akreditasi SINTA 4 (Kemenristek-BRIN No. 85/M/KPT/2020)
p-ISSN: 2302-5891 e-ISSN: 2579-3187
Available online http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/bentang

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON PASIR PANTAI


PUTIH, PANTAI HITAM, DAN PASIR BANGKA
MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

Article
Research
Letus Arif Wibowo*, Willdan Wahhid

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam 45 Bekasi: Kota Bekasi,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia

* Korespondensi: e-mail: willwd08@gmail.com

DOI:
ABSTRAK

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus,
agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat.
Perkembangan teknologi beton yang meningkat dari waktu ke waktu dan banyaknya pengguna
beton dalam bidang konstruksi membuat banyak peneliti berupaya untuk menciptakan mutu
beton yang baik dan ekonomis. Upaya tersebut tentu tidak lepas dari adanya inovasi-inovasi yang
ingin menciptakan beton baru. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbandingan kuat
tekan beton antara pasir pantai putih, pantai hitam, dan pasir Bangka. Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen laboratorium. Pengujian meliputi pengujian material, pengujian kuat
tekan dengan menggunakan pasir pantai sebgai pengganti agregat halus, pasir yang digunakan
yaitu pasir pantai berwarna hitam dan pasir pantai berwarna putih dibandingkan dengan pasir
bagka. Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil kuat tekan beton menggunakan pasir pantai pada
umur 28 yaitu sebesar 221,11 kg/cm2 (21,68 Mpa) pasir pantai hitam dan 211 kg/cm2 (20,72 Mpa)
pasir pantai putih untuk pasir bangka 185,28 (18,17 Mpa ), Untuk ketiga pasir tersebut memenuhi
syarat yang ditargetkan 17,5 Mpa. Dan mengalami kenaikan dari pasir bangka sebesar 19,38%
untuk pasir hitam dan 14,09% untuk pasir putih. Dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan pasir
pantai dalam pengujian ini melebihi pasir bangka.

Kata kunci: kuat tekan beton, pasir putih, pasir hitam, pasir Bangka

ABSTRACT

Concrete is a mixture of Portland cement or other hydraulic cement, fine aggregate, coarse aggregate,
and water, with or without additives that form a solid mass. The development of concrete technology
that increases from time to time and the large number of concrete users in the construction sector
make many researchers strive to create good and economical concrete quality. These efforts certainly
cannot be separated from the innovations that want to create new concrete. The method used is a
laboratory experimental method. The test includes material testing, compressive strength testing using
beach sand as a substitute for fine aggregate, the sand used is black beach sand and white beach sand
compared to bagka sand. The results of the analysis show that the compressive strength of concrete
using beach sand at the age of 28 is 221.11 kg/cm2 (21.68 Mpa) black beach sand and 211 kg/cm2
(20.72 Mpa) white beach sand for 185 Bangka sand, 28 (18.17 Mpa ), for the three sands, it meets the
targeted requirements of 17.5 Mpa. And increased from Bangka sand by 19.38% for black sand and
14.09% for white sand. It can be concluded that the compressive strength of beach sand in this test
exceeds that of Bangka sand.

Keywords: compressive strength of concrete, white sand, black sand, Bangka sand

Received: ; Revised: ; Accepted: ; Available Online: (kosongkan, diisi oleh editor)


Copyright@2023. Universitas Islam 45
2 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

1. PENDAHULUAN
Pasir merupakan salah satu bahan bangunan yang diperlukan oleh masyarakat.
Permintaan masyarakat untuk memiliki tempat tinggal cukup tinggi, seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk. Aktivitas penambangan dilakukan terus menerus, dampak yang
akan ditimbulkan sangat merugikan bisa berakibat langsung atau dimasa depan. Seperti
keseimbangan alam dan abrasi. Pasir pantai sendiri sebagai pengganti agregat halus sebagai
alternatif bahan pengganti pasir sungai. Pengamatan dilapangan telah menunjukakan bahwa
masyarakat pesisir pantai Lebak Banten telah menggunakan pasir pantai sejak dahulu dalam
membangun rumah atau bangunan lainnya.
Pengambilan bahan uji/sample dilakukan pada hari Rabu 22 desember 2021 dan
Pengujian dilakukan pada hari Rabu 29 desember 2021, di Laboratorium Fakultas Teknik Sipil
Universitas Islam “45” Bekasi, benda uji/sample berbentuk silinder ukuran 15 cm x 30 cm dan
material penyusun beton meliputi Semen, Pasir, Krikil dan faktor air Semen 0,50 dengan variasi
1 : 2 : 3. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 28 hari. Menurut SK SNI.03-
2834-2002. Apakah pasir pantai memenui syarat dalam pengujian kuat tekan beton.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui nilai kuat tekan beton dari pasir pantai
berwarna putih, Mengetahui nilai kuat tekan beton dari pasir pantai berwarna hitam,
Mengetahui nilai kuat tekan beton dari pasir bangka, Mengetahui perbandingan kuat tekan beton
menggunakan pasir pantai berwarna putih dan pasir pantai hitam terhadap pasir bangka.
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tekan beton menggunakan pasir
pantai putih dan pasir pantai hitam, kemudian mengetahui perbandingan nilai kuat tekan antara
pasir pantai dengan pasir Bangka, memanfaatkan pasir pantai sebagai bahan pengganti agregat
halus, memberi manfaat kepada masyarakat disekitar peisir pantai, Lebak Banten dalam
pembangunan dan penggunaan pasir pantai secara tepat dan benar.
Ada banyak penelitian terkait yang sudah dilakukan sebelumnya. Zulhamdi (2019)
mendapatkan hasil nilai kuat tekan untuk 0% sebesar 17,362 N/mm2, nilai kuat tekan untuk
10% sebesar 16,144 N/mm2, nilai kuat tekan untuk 20% sebesar 15,634 N/mm2, nilai kuat
tekan untuk 30% sebesar 15,295 N/mm2 dan nilai kuat tekan untuk 100% sebesar 16,654
N/mm2 pada umur 28 hari (Sitasi referensi). Chiria Prima Putri (2018) mendapatkan hasil kuat
tekan dan berat jenis maksimum pada umur 28 hari terdapat pada mix design 1:3 pada pasir
sungai dan pantai yaitu sebesar 8,94 MPa dan 1.537,32 kg/m3 serta 8,43 sebesar 8,94 MPa dan
1.537,32 kg/m3 serta 8,43 MPa dan 1.501,14 kg/m3. Puro, S (2014) mendapatkan hasil nilai
daari hasil pengujian kuat tekan tertinggi ratarata umur 28 hari komposisi D adalah D2 = 238,83
kg/cm2 , kuat tekan tertinggi komposisi C adalah C1 = 229,63 kg/cm2 . Hasil uji kuat tekan
secara keseluruhan komposisi D lebih tinggi dibanding komposisi C. 2. Dari hasil pengujian
kuat tarik komposisi D adalah D2 = 17,98 kg/cm2 , kuat tarik tertinggi komposisi C adalah C2 =
18,63 kg/cm2 . Hasil uji kuat tarik sebagain besar komposisi D lebih tinggi dibanding komposisi
C. 3. Dari hasil pengujian kuat lentur komposisi D adalah D1 = 46,1 kg/cm2 , kuat lentur
tertinggi komposisi C adalah C1 = 30,7 kg/cm2. Pipit Salmonda (2018) mendapatkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pasir pantai sebagai alternative bahan pengisi
mortar dari hasil pengujian kubus menunjukkan kuat tekan rata-rata mortar dalam 14 hari
sebesar 60,6 kg/cm2 dalam penggunaan pasir pantai murni (Tidak Dicuci) dan 182,22 kg/cm2
untuk nilai kuat rata-ratanya dalam 28 hari. Kemudian untuk nilai kuat tekan rata-rata
penggunaan pasir pantai tidak murni (Dicuci) senilai 251,51 kg/cm2 dalam 14 hari dan 336.
Siregar (2005) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasir sepempang mempunyai nilai
modulus halus butir (mhb) 3,07; berat jenis SSD 2,58; berat satuan 1,49, kandungan lumpur
0,44%, kandungan garam 242,77 ppm (0,024277%) dan kandungan ion khlorida 147,24 ppm
(0,014724%). Beton dengan fas 0,4 dengan kandungan semen berturutturut 475 kg/m³ dan 550
kg/m³ diperoleh kuat tekan beton 37,33MPa dan 36,20 MPa, untuk fas 0,5 dengan kandungan
semen berturut-turut 380 kg/m³ dan 450 kg/m³ diperoleh kuat tekan 35,51 MPa dan 31,68 MPa,

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 3

sedangkan untuk fas 0,6 dengan kandungan semen berturut-turut 317kg/m³ dan 375kg/m³
masing-masing kuat tekan beton adalah 27,69MPa dan 26,26 MPa.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu tempat pengambilan bahan dan pasir pantai yang
digunakan dimana setiap daerah berbeda jenis pasir yang digunakan, Kemudian tanpa adanya
bahan tambahan murni pasir pantai sebagai pembanding dengan pasir sungai, dikarnakan
dilapangan penggunaan pasir pantai tanpa bahan tambahan atau campuran, kemudian penelitian
ini menggunakan dua pasir pantai yaitu pasir pantai putih dan pasir pantai hitam kemudian , di
uji kuat tekan untuk mengetahui perbandingan antara pasir pantai berwarna putih dan hitam.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari
suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan kuat kuat tekan antara pasir pantai putih Kp.Tenjo Laut Desa
Darmasari dan Pasir pantai hitam Kp.Warung Huni, Desa Hegarmanah dengan pasir sungai
Sepanjang Jaya, Kota Bekasi.

2. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen,
metode eksperimen adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan
dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan kuat kuat tekan antara pasir pantai putih Kp.Tenjo Laut Desa
Darmasari dan Pasir pantai hitam Kp.Warung Huni, Desa Hegarmanah dengan pasir sungai
Sepanjang Jaya, Kota Bekasi. Lokasi pembuatan benda uji, pemeliharaan dan pengujian
dilaksanakan di Laboratorium program studi Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam “45”
Bekasi. Waktu penelitian selama 28 hari.

2.1 Bahan Penelitian


Bahan penelitian adalah bahan yang akan digunakan dalam penelitian, bahan
yang digunakan sudah dikumpulkan sesuai dengan apa yang akan dibuat nanti nya
adapun bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Jenis semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland komposit
merek Semen Tiga Roda yang diproduksi oleh PT. Indo Cemen Tunggal Prakasa Tbk
yang dibeli dekat Toko Matrial Sepanjang Jaya Kota bekasi.
2. Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini berupa pasir bangka yang dibeli dari
pangkalan pasir di Sepanjang Jaya Kota Bekasi.
3. Agregat halus pasir pantai berwarna hitam diambil dekat Kp. Warung Huni. Desa
Hegar manah dan untuk pasir Agregat halus pasir pantai berwarna Putih diambil dekat
Kp. Tenjo Laut. Desa Darmasari, Lebak Banten.
4. Agregat kasar (Krikil) dalam penelitian ini adalah batu pecah yang dibeli dari
Pangkalan pasir Sepanjang Jaya Kota Bekasi. berbarengan dengan pasir Bangka.
Sebelum dilakukan pengujian perlu dilakukan pengujian terhadap bahan yang
akan dipakai. Pengujian tersebut meliputi pengujian, Analisa saringan agregat halus,
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus, Pengujian bahan lolos saringan
0,075mm (kadar lumpur), Pengujian analisa saringan agregat kasar, Pengujian berat jenis
agregat kasar SSD dan perhitungan komposisi mix design. Setelah dilakukan pengujian
sifat fisik, Maka dilanjutkan dengan pengujian sifat sifat teknik.

2.2 Tahap Penelitian


Sebelum merencanakan campuran, terlebih dahulu dilakukan pengujian material.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik atau sifat dasar material yang
akan digunakan sehingga dapat memudahkan dalam menentukan campuran beton.
Langkah - langkah dalam pengujian analisa saringan agregat halus sebagai
berikut:

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
4 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Adapun standar pengujian beton ringan yang digunakan sebagai berikut:


1. Pengujian Agregat Kasar
a. Pengujian analisa sarinagn sesuai dengan SNI 093-1968-1990.
b. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat sesuai dengan SNI 03-1969-
1990.
2. Pengujian Agregat Halus
a. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat sesuai dengan SNI 03-1970-
1990.
b. Pengujian analisa saringan sesuai dengan SNI 1968-2008.
c. Pengujian kadar lumpur atau lolos saringan 0,075 mm sesuai dengan SNI 03-
4143-1991.
d. Pengujian slump beton memngacu kepada SNI 03-1972-1990
e. Pengujian kuat tekan beton mengacu kepada SNI 03-1974-1990
1. Pengujian analisi saringan agregat halus
a. Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan pembagian butiran/gradasi
agregat halus/pasir dimana butiran/gradasi tersebut akan ditentukan oleh saringan
yang sudah disediakan dalam pengujian.
b. Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2) Satu set saringan agregat halus Pan, 0,15mm, 0,3mm, 0,6mm, 1,2 mm,
2,5mm, 5 mm dan 10mm.
3) Alat pemisah contoh (pan alumunium).
4) Satu set mesin pengguncang saringan.
5) Kuas dan sikat halus.
6) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
c. Melakukan oven terhadap sample/uji terlebih dahulu agar kering dan butiran yang
satu dengan yang lain nya mudah terlepas kemudian mengambil contoh 100 gram
untuk pasir yang lebih dari 95% lolos saringan 1,2 mm dan 500 gram untuk pasir
yang kurang dari 9564 lolos1,2 mm.
d. Cara pengujian beton ringan sebagai berikut:
1) Masukan contoh kedalam saringan yang sudah disediakan dan disusun
berurutan kemudian pasang saringan tersebut pada alat pengguncang tunggu
sekitar 10 menit .
2) Ambil saringan dari alat pengguncang setelah 10 menit dan selanjutnya
menimbang contoh yang tertinggal didalam masing -masing saringan..
2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
a. Tujuan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir) dalam
kondisi SSD.
b. Peralatan
1) Timbangan dengan kapasitas 2,5kg, ketelitian 0,1 gram.
2) Picnometer dengan kapasitas 500 ml, ketelitian 0,15ml
3) Satu set kerucut terpancung (cone) untuk menentukan SSD
4) Oven yang dilengkapi pengatur suhu.
c. Benda uji atau contoh pada penelitian ini diambil sebanyak 1000 gram dan
direndam selama 24 jam. Setelah 24 jam contoh tersebut dikeringkan pada
ruangan tertutup dan setiap saat dicek dengan kerucut terpancung (cone) untuk
mengetahui SSD (Saturated Surface Dry). untuk mengetahui SSD yaitu
memasukan/kedalam kerucut (cone) sedikit demi sedikit sampai penuh sambil
dipadatkan sebanyak 25 kali tumbukan dalam 3 lapis, kemudian angkat kerucut

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 5

terpancung (cone). Contoh akan memcapai SSD apabila kerucut diangkat dan
keadaan contoh masih berbentuk kerucut dan sedikit runtuh.
d. Cara pengujian sebagai berikut:
1) Ambil contoh yang sudah SSD sebanyak 500 gram lalu masukan kedalam
picnometer dan menambah air sampai contoh terendam kemudian udara yang
terperangkap didalamnya dikeluarkan.
2) Masukan picnometer kedalam water tank dan ditambahkan air sampai 500 ml
dan diamkan selama 1 jam dengan temperature konstan 28” C.
3) Ambil picnometer dari water tank, kemudian keringkan bagian luarnya
dengan mengelap permukaan luar kemudian timbang beratnya setelah di
keringkan.
4) Keluarkan contoh dari picnometer usahakan jangan sampai ada bagian yang
hilang, Masukan contoh kedalam oven dengan temperature 100º C selama 24
jam.
5) Dinginkan contoh yang sudah dioven pada ruangan tertutup dan menimbang
berat nya.
5. Pengujian Lolos Saringan 0,075 mm (Kadar lumpur)
a. tujuan pengujian ini adalah untuk menemukan jumlah bahan yang lolos saringan
0,075 mm pada agregat dengan cara pencucian
b. Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
1) Saringan 1,2 mm dan saringan 0,075
2) Pan alumunium untuk pencuci contoh
3) Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
4) Timbangan dengan ketelitian 0,1 dari berat contoh
c. Benda uji/contoh benda uji diambil sebanyak:
1) 500 gram agregat halus/pasir (lolos saringan 5 mm)
2) 2500 gram Agregat Kasar Batu Pecah (lolos saringan 20 mm)
d. Cara pengujian sebagai berikut:
1) Contoh dikeringkan dengan oven pada temperature 100’C selama 24 jam
setelah dingin, timbang beratnya.
2) Cuci contoh tersebut dengan pan alumunium,kemudian tuangkan diatas
saringan 1,2 mm dan 0,075 mm.
3) Setelah air pencuci contoh jernih, kemudian mengeringkan contoh dengan
oven pada temperature 100” C selama 24 jam dan setelah dingin lalu
menimbang beratnya.
6. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar
a. Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan atau mengetahui pembagian
butiran (gradasi) agregat kasar.
b. Peralatan bisa dilihat sebagai berikut;
1) Timbangan dengan kapasitas 50 kg.
2) Satu set ayakan : 2,5, 5,10,20,25 mm.
3) Satu set mesin pengguncang saringan.
4) Alat pemisah contoh (pan)
c. Benda uji/sample diambil dengan cara perempat atau dengan sample splitter
sesuai dengan ketentuan maksimum agregat.
d. Langkah kerja pada pengujian analisa saringan agregat kasar adalah sebagai
berikut:
1) Masukan contoh kedalam saringan yang sudah disusun berurutan dan
memasang saringan tersebut pada alat pengguncang.
2) Ambil saringan dari alat pengguncang dan selanjutnya menimbang contoh
yang tertinggal didalam masing-masing saringan.

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
6 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

7. Pengujian Berat Jenis dan Penyerpan Agregat Kasar


a. Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis SSD (Saturated
Surface Dry) penyerapan pada agregat kasar.
b. Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
1) Timbangan dengan kapasitas 10 kg.
2) Keranjang kawat dengan diameter 25 mm.
3) Water tank untuk merendam contoh dan untuk menimbang contoh dalam air.
c. Benda uji/contoh Benda uji yang tertahan ayakan 10 mm kemudian diambil
sebanyak 2 kg untuk yang lolos ayakan 25 mm dan 5 kg untuk yang tertahan
ayakan 25 mm.
d. Cara pengujian sebagai berikut:
1) Masukan contoh kedalam keranjang kawat dan mencuci nya sampai bersih,
Kemudian merendamnya kedalam water tank selama 24 jam.
2) Ambil contoh dari perendaman kemudian keringkan pada udara sejuk atau
keringkan satu persatu menggunakan kain lap yang sudah disediakan sehingga
kondisi contoh menjadi jenuh kering permukaan (SSD) setelah selesai.
3) kemudian menimbangnya dan mencatat datanya. Setelah selesai
menimbang,memasukan contoh kembali kedalam water tank, kemudian
menimbang nya didalam air.
4) Keluarkan contoh dari water tank dan kemudian mengeringkan contoh dengan
menggunakan oven dengan temperature 100º C selama 24 jam. Setelah dingin
kemudian menimbangnya dan mencatat datanya.
8. Pembuatan Campuran (Mix Design) dan Pencetakan Benda Uji
Menentukan perbandingan campuran bahan untuk mendapat beton dengan kuat
tekan rata-rata pada 28 hari. Perbandingan campuran bahan beton harus dipilih untuk
mendapatkan beton yang ekonomis, dengan menggunakan bahan yang tersedia
menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan yang diinginkan. pengujian
karakteristik bahan baku penelitian, dilakukan perhitungan rencana campuran beton.
Perhitungan rencana campuran diperuntukan untuk beton dengan bahan dasar yaitu
semen portland tipe I, agregat halus, agregat kasar dan air.
Pembuatan adukan atau benda uji ditempuh tiga tahap pekerjaan, Pertama tahap
persiapan, dimana dipersiapkan semua bahan-bahan dengan proporsi yang
direncanakan juga alat yang di perlukan telah dipersiapkan, tahap kedua adalah
pengecoran dimana perlu diperhatikan adukan supaya tercampur secara merata dan
homogen, tahap ketiga merupakan tahap pencetakan.
a. Tahap persiapan sebagai berikut:
1) Mempersiapkan semen, agregat kasar, agregat halus dan air dengan berat
masing-masing yang telah diperhitungkan
2) Agregat kasar dan agregat halus harus memenuhi kondisi SSD (Sturared
Surface Dry).
3) Mempersiapkan mesin pengaduk.
4) Melapisi cetakan baik kubus maupun kotak dengan olie supaya beton mudah
dibuka dari cetakan nya setelah beton mengeras.
b. Tahap pelaksanaan pengecoran sebagai berikut:
1) Memasukan agregat halus kedalam mesin pengaduk kemudian diaduk secara
manual sampai campuran merata.
2) Memasukan agregat kasar kedalam mesin pengaduk kemudian diaduk kembali
hingga merata.

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 7

3) Memasukan semen kedalam mesin pengaduk kemudian diaduk kembali


hingga merata.
4) Masukan air secara perlahan-lahan dalam mesin pengaduk yang menyala
sampai campuran merata.
5) Menghentikan mesin pengaduk.
9. Tahap pencetakan beton sebagai berikut:
a. Siapkan cetakan yang sudah diberi pelumas oli.
b. Untuk nilai slump 25-75 mm. pemadatan dapat dilakukan dengan cara ditusuk
atau digetar menggunakan alat atau diguncangkan dengan tangan, sedangkan
untuk nilai slump lebih dari 75 mm pemadatan dapat dilakukan dengan cara
ditusuk.
c. Adukan dimasukan kedalam cetakan dalam 3 lapis setiap pengambilan campuran
campuran beton diaduk kembali dengan menggunakan sendok aduk dan ditusuk
pada setiap lapisan sebanyak 25 kali setiap lapis nya, Agar pemadatan merata
tidak mengakibatkan beton berongga.
d. Setelah cetakan terisi penuh dan pemadatan telah selesai dilakukan, Bagian luar
cetakan di pukul - pukul dengan palu ringan dengan tujuan untuk menutup lubang
- lubang sisa pemadatan dan untuk melepas gelembung-gelembung udara yang
ada pada beton.
e. Supaya hasil beton presisi dan merata setelah selesai pengecoran beton di
diamkan beberapa saat kemudian beton di ratakan dengan menggunakan alat
penyipat.
f. Benda uji di diamkan di udara terbuka selama 24 jam sehingga beton cepat kering
dan mengeras.
g. Benda uji dilakukan perawatan dengan cara direndam di air pada bak yang sudah
tersedia selama usia maksimum 28 hari. Suhu air rata-rata saat perendaman 25-
29”C.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian saringan agregat halus (pasir) dilakukan berdasarkan SNI 1968-2008. Berikut
hasil pengujian analisa saringan agregat halus yang telah dilakukan :

3.1 Hasil Uji Saringan Agregat Halus Pasir Bangka

Tabel 3.1. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus


% Berat Sisa % Berat Lolos
Lubang Ayakan Berat Sisa % Berat Sisa
Komulatif Komulatif
10 0 0 0 100

5 19,13 1,92 1,92 98,08

2.5 33,94 3,39 5,31 94,69

1.2 133,28 13,33 18,64 81,36


0.6 268,36 26,83 45,47 54,53

0.3 296,63 29,66 75,13 24,82

0.15 178,87 17,89 93,02 6,98

Pan 69,87 6,98 100 0

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
8 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Jumlah 1000 100


Modulus Kehalusan (FM) : 2,40
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Pengujian saringan agregat halus (pasir) dilakukan berdasarkan SNI 1968-2008.


Dari tabel diatas didapat modulus kehalusan (FM) agregat halus sebesar 2,40 sementara
modulus yang disyaratkan oleh SNI 03-1907-1990 adalah bekisar antara 1,5 - 3,8
artinya modulus kehalusan (FM) memenuhi syarat untuk dijadikan bahan campuran
beton dalam penelitian ini.

Gambar 3.1. Grafik Butiran Analisa Saringan Pasir Bangka

Dilihat dari gambar grafik butiran analisa agregat halus pasir yang diuji masuk
dalam range area diantara batas atas (batas maksimum) dan batas bawah (batas
minimum). Pasir memenuhi syarat untuk dijadikan campuran beton dalam penelitan
Berikut tabel gradasi berdasarkan SNI-03-28342000 (Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal):

Tabel 3.2. Batas Gradasi Agregat Halus Pasir


Lubang Ayakan Persen Berat Yang Lolos Ayakan
(mm) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
10 100 100 100 100
5 90 – 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2.5 60 – 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1.2 30 – 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0.6 15 – 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0.3 5 – 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0.15 0 – 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15
Sumber : SNI-03-2834-2000

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 9

Catatan pengelompokan zona pasir:


Zona 1 : Pasir Kasar
Zona 2 : Pasir Agak Kasar
Zona 3 : Pasir Agak Halus
Zona 4 : Pasir Halus
Dari hasil pengujian analisa agregat halus berat lolos (%) untuk batas gradasi
pasir bangka masuk ke dalam pasir zona 2 (pasir agak kasar).

3.2 Hasil Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus Pasir Bangka
Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar SNI 03-1970-1990. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
dalam kondisi SSD. Berikut adalah hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus yang telah dilakukan:
Tabel 3.3. Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Nomor Pengujian 1 2
Nomor Picnometer 1 2
a. Berat Picnometer (gram) 157,96 168,97
b. Berat Contoh Kondisi SSD (gram) 500 500
c. Berat Picnometer + Air (gram) 657,96 668,97
d. Berat Picnometer + Contoh+ Air (gram) 940,53 940,01
e. Berat Contoh Kering Oven (gram) 494,41 492,90

2,33 2,30
1. Berat Jenis SSD
Berat Jenis Rata-Rata 2,315

2,27 2,15
2. Berat Jenis Kering ( Bulk )
Berat Jenis Rata-Rata 2,210

2,33 2,22
3. Berat Jenis Semua (Apparent)
Berat Jenis Rata-Rata 2,275

1,13 1,44
4. Penyerapan x 100 %
Penyerapan Rata-Rata 1,285
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dari hasil pengujian berat jenis agregat halus yang berasal dari pasir bangka ini
sebesar 2,315 dan penyerapan sebesar 1,2 % sementara berdasarkan SNI 03-1970-1990,
berat jenis untuk agregat halus yang baik minimal 2,5 dan penyerapan sebaik nya
dibawah 5% , artinya agregat halus (pasir Bangka) memenuhi syarat.

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
10 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

3.3 Hasil Uji Saringan Agregat Halus Pasir Pantai Hitam


Pengujian saringan agregat halus (pasir) dilakukan berdasarkan standar SNI
1968-2008. Adapun hasil pengujian saringan agregat halus bisa dilihat pada table.
Berikut adalah hasil pengujian analisa saringan agregat halus yang telah dilakukan:

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus Pasir Hitam
Lubang % Berat Sisa % Berat Lolos
Berat Sisa % Berat Sisa
Ayakan Komulatif Komulatif
10 0 0 0 100

5 0 0 0 100

2.5 0 0 0 100

1.2 1,63 0,24 0,24 99,76

0.6 79,02 7,72 7,96 92,04

0.3 540,21 53,92 61,88 38,12

0.15 339,26 33,82 95,7 4,3

Pan 43,08 4,30 100 0

Jumlah 1000 100

Modulus Kehalusan (FM) : 1,65


Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dari tabel diatas didapat modulus kehalusan pasir hitam (FM) agregat halus
sebesar 1,65 sementara modulus yang disyaratkan oleh SNI 03-1907-1990 adalah
bekisar antara 1,5 - 3,8 artinya modulus kehalusan (FM) memenuhi syarat untuk
dijadikan bahan campuran beton dalam penelitian ini.

3.4 Hasil Uji Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Pantai Hitam
Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar SNI 03-1970-1990. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
dalam kondisi SSD. Berikut adalah hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus yang telah dilakukan:

Tabel 3.5. Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Hitam
Nomor Pengujian 1 2

Nomor Picnometer 1 2
a. Berat Picnometer (gram) 157,81 168,97
b. Berat Contoh Kondisi SSD (gram) 500 500
c. Berat Picnometer + Air (gram) 657,81 668,97
d. Berat Picnometer + Contoh+ Air (gram) 970,05 975,15
e. Berat Contoh Kering Oven (gram) 498,10 498,49

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 11

2,662 2,579
1. Berat Jenis SSD
Berat Jenis Rata-Rata 2.620

2,652 2,571
2. Berat Jenis Kering ( Bulk )
Berat Jenis Rata-Rata 2,611

2,679 2,592
3. Berat Jenis Semua (Apparent)

Berat Jenis Rata-Rata 2,635

0,381 0,302
4. Penyerapan x 100 %
Penyerapan Rata-Rata 0,341
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dari hasil pengujian berat jenis agregat halus yang berasal dari pasir pantai hitam
ini sebesar 2,620 dan penyerapan sebesar 0,34 % sementara berdasarkan SNI 03-1970-
1990, berat jenis untuk agregat halus yang baik minimal 2,5 dan penyerapan maksimal
3% , artinya agregat halus (pasir) ini tidak memenuhi syarat.

3.5 Hasil Uji Saringan Agregat Halus Pasir Pantai Putih


Pengujian saringan agregat halus (pasir) dilakukan berdasarkan standar SNI
1968-2008. Adapun hasil pengujian saringan agregat halus bisa dilihat pada table.
Berikut adalah hasil pengujian analisa saringan agregat halus yang telah dilakukan:

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus Pasir Putih
Lubang % Berat Sisa % Berat Lolos
Berat Sisa % Berat Sisa
Ayakan Komulatif Komulatif
10 0 0 0 100
5 0 0 0 100
2.5 0 0 0 100
1.2 0 0 0 100
0.6 2,42 0,24 0,24 99,76
0.3 135,01 13,50 13,74 86,26
0.15 821,05 82,11 95,85 4,15
Pan 41,52 4,15 100 0
Jumlah 1000 100

Modulus Kehalusan (FM) : 1,10


Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dari tabel diatas didapat modulus kehalusan (FM) agregat halus sebesar 1,10
sementara modulus yang disyaratkan oleh SNI 03-1907-1990 adalah bekisar antara 1,5 -

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
12 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

3,8 modulus kehalusan (FM) tidak memenuhi syarat untuk dijadikan bahan campuran
beton dalam penelitian ini.

3.6 Hasil Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus Pasir Putih
Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar SNI 03-1970-1990. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
dalam kondisi SSD. Berikut adalah hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus yang telah dilakukan:

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Nomor Pengujian 1 2

Nomor Picnometer 1 2
a. Berat Picnometer (gram) 157,81 168,97
b. Berat Contoh Kondisi SSD (gram) 500 500
c. Berat Picnometer + Air (gram) 657,81 668,97
d. Berat Picnometer + Contoh+ Air (gram) 965,93 964,51
e. Berat Contoh Kering Oven (gram) 498,65 497,72

2,605 2,445
1. Berat Jenis SSD

Berat Jenis Rata-Rata 2,525

2,598 2,434
2. Berat Jenis Kering ( Bulk )

Berat Jenis Rata-Rata 2,516

3. Berat Jenis Semua (Apparent)


2,615 2,462

Berat Jenis Rata-Rata 2,538

0,270 0,458
4. Penyerapan x 100 %

Penyerapan Rata-Rata 0,364


Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dari hasil pengujian berat jenis agregat halus yang berasal dari Pasir putih ini
sebesar 2,525 dan penyerapan sebesar 0,36 % sementara berdasarkan SNI 03-1970-
1990, berat jenis untuk agregat halus yang baik minimal 2,5 dan penyerapan maksimal
3% , artinya agregat halus (pasir) ini memenuhi syarat.

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 13

3.7 Hasil Uji Saringan Agregat Kasar (Krikil)


Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar SNI 03-1968-1990. Tujuan pengujian
ini adalah untuk menentuakan atau mengetahui pembagian butiran (gradasi) agregat
kasar. Adapun pembagian gradasi untuk agregat kasar bisa dilihat pada tabel. Berikut
adalah hasil pengujian analisa saringan agregat kasar yang telah dilakukan:
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar Krikil
Lubang % Berat Sisa % Berat Lolos
Berat Sisa % Berat Sisa
Ayakan Komulatif Komulatif
25 mm 0 0 0 100
20 mm 590,3 4,90 4,90 95,10
10 mm 7038,5 58,43 63,33 36,67
5 mm 3878,0 32,20 95,53 4,47
2.5 mm 538,3 4,47 100 0
1.2 mm 100
0.6 mm 100
0.3 mm 100
0.15 mm 100
Jumlah 12.045,1 100
Modulus Kehalusan (FM): 6,64
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dari hasil pengujian analisa saringan agregat kasar didapat modulus kehalusan
agregat kasar sebesar 6,64 sementara modulus yang disyaratkar oleh SNI 03-1969-1990
adalah antara 6 - 8 artinya modulus kehalusan (FM) memenuhi syarat untuk dijadikan
bahan campuran beton dalam penelitian

Gambar 4.1. Grafik Butiran Analisa Saringan Agregat Kasar Krikil

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
14 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Dilihat dari gambar grafik butiran analisa agregat kasar menunjukan bahwa kerikil
yang diuji masuk dalam range atau area diantara batas atas (batas maksimum) dan batas
bawah (batas minimum) sehingga kerikil tersebut memenuhi syarat untuk dijadikan
campuran beton dalam penelitian.

3.8 Pengujian Slump


Slump Test dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan adukan beton, yang
dapat menggambarkan kemudahan pengerjaan (workabiliry) beton. Hasil dari pengujian
Slump dapat dilihat:

Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Nilai Slump


No Agregat Halus Pasir Nilai Slump(cm)
1 Pasir Bangka 10
2 Pasir Pantai Hitam 10
3 Pasir Pantai Putih 10
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dilihat dari tabel diatas diketahui nilai dari pengujian slump menggunakan pasir
Bangka dan pasir pantai berwarna putih serta pasir pantai berwarna hitam memiliki nilai
slum yang sama 10 cm untuk ke tiga pasir tersebut.
Pada penelitian ini digunakan mix design metode Development of Environment
(DOE) untuk komposisi beton, sedangkan untuk beton menggunakan pasir pantai hitam
dan putih dilakukan sesuai variasi yang telah ditentukan.

Tabel 4.10. Kesimpulan Perancangan Campuran Beton Untuk 1 m3


Volume Berat Beton (kg) Semen (kg) Pasir (kg) Krikil (kg) Air (L)
1 M3 2250 375 709,5 940,5 225
Perbandingan Berat 0,17 0,31 0,42
Perbandingan Volume 1 1,89 2,51
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Dilihat dari tabel diatas diketahui kuat tekan rencana 17,5 Mpa pada umur 28 hari
dengan dengan kebutuhan campuran beton terdiri dari pasir 709,5 Kg/m 3, Krikil 940,5
Kg/m3, Semen 375 Kg/m3 dan Air 225 liter.

3.9 Hasil Pengujian


Membandingkan hasil beton yang sudah dicetak antara pasir pantai dengan pasir
sungai perbedaan Beton yang menggunakan pasir pantai putih dan pasir pantai hitam
mengeluarkan butiran putih serta gelembung putih setelah proses perendaman selama
24 jam. Dapat disimpulkan perbedan ketiga beton tersebut setelah proses perendaman
beton selama 24 jam pasir pantai putih dan pasir pantai hitam menegeluarkan butiran
putih serta gelembung putih pada proses perendaman. Sedangkan pasir Bangka tidak
mengeluarkan butiran hanya gelembung.
Hasil Pengujian kuat tekan beton menggunakan mesin UTM kapasitas 1000 KN .
Adapun hasil perhitungan kuat beton rata rata dapat dilihat pada table dibawah:

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Usia 28


Kuat Tekan
No Pasir Berat (Kg) Bentuk / Luas
kN Kg/cm2 Ơ 28 hari F’c (Mpa)

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 15

(Kg/ cm2)
a. 11.576 Slinder, 176. 625 262 151,53 182.56 17,90
1 Pasir Bangka b. 11.840 Slinder, 176. 625 252 169,88 204.67 20,07
c. 11.627 Slinder, 176. 625 258 139,96 168.62 16,53
a. 12.103 Slinder, 176. 625 327 189,12 227.85 22,34
2 Pasir Hitam b. 12.295 Slinder, 176. 625 305 176,40 212.53 20,84
c. 12.058 Slinder, 176. 625 320 185,07 222.97 21,86
a. 12.095 Slinder, 176. 625 320 185,07 222.97 21,86
3 Pasir Putih b. 12.029 Slinder, 176. 625 295 170,62 205.56 20,15
c. 12.010 Slinder, 176. 625 295 170,62 205.56 20,15
Sumber : Hasil uji lab, 2022
Dilihat dari table diatas dapat diambil nilai rata – rata untuk kuat tekan beton sebagai berikut :
Tabel 4.12. Rata- Rata Kuat Tekan Beton
No Pasir f’c (Mpa) Kuat Tekan Rata- rata f’c (Mpa)
17,90
1 Pasir Bangka 20,07 18,17
16,53
22,34
2 Pasir Hitam 20,84 21,68
21,86
21,86
3 Pasir Putih 20,15 20,72
20,15
Sumber : Hasil uji lab, 2022

Gambar 4.2. Grafik kuat tekan beton


Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil kuat tekan beton menggunakan pasir
pantai pada umur 28 yaitu sebesar 221,11 kg/cm 2 (21,68 Mpa) untuk pasir pantai hitam
dan 211 kg/cm2 (20,72 Mpa) untuk pasir pantai putih dan pasir bangka 185,28 kg/cm 2
(18,17 Mpa ), Untuk ketiga pasir tersebut memenuhi syarat yang ditargetkan 17,5 Mpa.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan.
Pertama, nilai kuat tekan beton menggunakan Pasir pantai berwarna hitam sebagai alternatif
pengganti agregat halus, Kp.Warung Huni, Desa Hegarmanah, Lebak Banten pada umur 28 hari
sebesar 21,68 Mpa, Pasir pantai berwarna putih sebagai alternatif pengganti agregat halus,

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
16 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Kp.Tenjo Laut, Desa Darmasari, Lebak Banten pada umur 28 hari sebesar. 20,72 Mpa, Hasil
kuat tekan beton menggunakan pasir bangka pada umur 28 hari sebesar 18,17 Mpa.
Kedua, Hasil Presentase kenaikan untuk pasir pantai berwarna hitam dan berwarna
putih terhadap pasir Bangka didapat hasil kuat tekan rata-rata maka pasir pantai berwarna hitam
mengalami kenaikan 19,38 % dari pasir Bangka, Kemudian dari hasil kuat tekan tekan rata-rata
pasir pantai berwarna putih juga mengalami kenaikan 14,09 % dari pasir Bangka.
Ketiga, Beton yang dibuat berdasarkan perbandingan campuran beton 1 : 2 : 3, Semen,
Pasir ,Krikil dan faktor air Semen 0,50. dibuat beton berdiameter 15 cm x 30 cm luas 176,625
cm2 . Menunjukan hasil kuat tekan beton berkisar 18 – 21 Mpa.
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan umur beton 28 hari. menunjukan hasil kuat
tekan sebesar 221,11 kg/cm2 (21,68 Mpa ) pasir pantai hitam dan 211 kg/cm2 (20,72 Mpa) pasir
pantai putih dengan pasir bangka sebesar 185,28 kg/cm2 (18,17 Mpa.).

4.1 Saran
Adapun saran yang diberikan agar penelitian ke depan lebih baik adalah, Perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut tentang pengunaan pasir pantai sebagai bahan pengati
agregat halus dalam campuran beton. Bisa dilakukan pengujian lebih lanjut tentang cara
pencucian pasir pantai agar kandungan garam dapat berkurang atau dengan cara
salinisasi berapa kali pencucian apakah nanti nya berpengerah terhadap kuat tekan
beton.
Sebelum melakukan penelitian baiknya peneliti memahami terlebih dahulu tentang
karakter atau sifat material yang akan digunakan. Penelitian dapat dilanjutkan untuk
melihat kadar garam (NaCl) yang terdapat pada Pasir pantai berwarna hitam dan pasir
pantai berwarna putih apakah berdampak terhadap besi tulangan. Rekomendasi untuk
pasir pantai bisa digunakan dalam pembangunan akan tetapi lebih diperhatikan terhadap
pencucian untuk menghilangkan kadar garam yang terdapat pada pasir pantai dengan
nilai rata- rata yang didapatkan yaitu 21,68 Mpa utuk pasir hitam dan 20,72 Mpa untuk
pasir putih melebihi nilai kuat tekan yang ditargetkan yaitu 17,5 Mpa.

5. DAFTAR PUSTAKA

Juharni, J. (2016). Karakteristik Pasir Besi di Pantai Marina Kabupaten


Bantaeng (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Puro, S. (2014). Kajian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Ringan Memanfaatkan Sekam
Padi dan Fly Ash dengan Kandungan Semen 350 Kg/m3. Jurnal Ilmiah Media
Engineering, 4(2).

PUTRI, C. P., Saggaf, A., & Saloma, S. (2018). ANALISA PERBANDINGAN KUAT


TEKAN BETON RINGAN MENGGUNAKAN PASIR PANTAI DAN SUNGAI
DENGAN ABU SEKAM PADI (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Salmonda, P. (2018). Analisa Penggunaan Pasir Pantai sebagai Pengganti Agregat Halus
Terhadap Kuat Tekan Mortar (Penelitian).SNI 03-2847-2002.Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk BangunanGedung.Departemen Pekerjaan Umum.

SNI 03-6805-2002. Tentang Metode Pengujian Untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton
Pada Umur Awal Dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur Berikutnya. Badan
Standarisasi Nasional: Indonesia.

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 17

Pepartemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971),
Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum, 2000, Mix Design SNI 03-2834-2000, Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2008: Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Halus SNI 1970:2008, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2011, Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji
Silinder SNI 1974-2011, Badan Standarisasi Nasional

Mulyono, Tri, 2003, Teknologi Beton. Penerbit C.V Andi Offset, Yogyakarta Samekto,
Wuriyati dan Rahmadianto, Candra. 2001, Teknologi Beton, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta

Murdock, L.J dan Brook, K.M., 1999, Bahan dan Praktek Beton, Edisi keempat, Erlangga,
Jakarta.

Nawy, Edward G., 1998. Beton Bertulang (Suatu Pendekatan Dasar), Penerbit PT. Rafika
Aditama, Bandung.

AMALIA, R. (2006). PEMANFAATAN PENGGUNAAN PASIR PANTAI SENDANG


BIRU DENGAN PASIR SUNGAI BRANTAS TULUNGAGUNG PADA
PENCAMPURAN MORTAR (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang).

Siregar, A. H., Satyarno, S., & Tjokrodimuljo, T. (2009, October). Pemanfaatan pasir
pantai Sepempang dan batu pecah asal Ranai sebagai bahan pembuatan beton
normal. In Civil Engineering Forum Teknik Sipil (Vol. 18, No. 1, pp. PP-739).

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12

Anda mungkin juga menyukai