Oleh:
RAMLAN
E1A1 17 053
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2020
P a g e 1 | 51
BAB 1
PENDAHULUAN
terbesar di pulau Sulawesi dengan panjang sekitar 341 Km. Sungai ini
(DAS) Konoweha terdapat Rawa Aopa atau yang dikenal dengan Danau
Wawotobi.
6.978,41 km2. Terdapat tiga kabupaten dan satu kota yang mencangkup
Kabupaten Konawe, dan Kota Kendari. Hulu sungai ini berupa pegunungan
P a g e 2 | 51
penggunaan material kerikil dan pasir yang berasal dari sungai konoweha
3. Apakah material kerikil dan pasir yang berasal dari sungai konoweha
optimum
3. Dapat mengetahui kelayakan material kerikil dan pasir yang berasal dari
struktural
P a g e 3 | 51
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
sungai
agregat, kadar air agregat halus dan kasar dan pengujian keausan
P a g e 4 | 51
4. Rencana Mix Design menggunakan standar SNI T-15-1990-03 dengan
sebagai berikut:
dengan judul “Tentang pengaruh semen dan FAS terhadap kuat tekan
beton dengan agregat yang berasal dari sungai menerangkan bahwa beton
dengan FAS 0.4 memiliki kuat tekan yang lebih tinggi daripada beton
dengan FAS 0.5 dan 0.6 dalam komposisi jumlah semen yang sama kuat
tekan beton yang diperoleh pada FAS 0.4 berkisar antara 27- 37 Mpa.
Terak Sebagai Pengganti Agregat Kasar Terhadap Kuat Lentur Dan Berat
Jenis Beton Normal Dengan Metode Mix Design”. Tujuan penelitian ini
agregat kasar terhadap kuat lentur dan berat jenis pada beton normal.
P a g e 5 | 51
di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan variasi penggantian terak
menghasilkan beton normal karena berat jenis yang dihasilkan > 2500
kg/m3.
pengujian kuat tekan beton penggunaan terak nikel sebagai agregat kasar
(high strength concrete / HSC) yang dibuat dengan slag tembaga sebagai
P a g e 6 | 51
copper slag. Campuran beton dengan proporsi slag tembaga yang
tembaga terak dalam campuran beton karena penyerapan air rendah dan
Menggunakan Slag Nikel Fenil Type III”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahu berapa besar kuat tekan beton non pasir, dengan umur
menggunakan agregat slag nikel type III. Metode yang digunakan dalam
mengguanakan slag nikel fenil type III, sebagai pengganti agregat kasar
dengan variasi 1:2, 1:4, 1:6, 1:8, 1:10. Jumlah benda uji yang di buat
untuk tiap-tiap variasi penggantian slag nikel adalah 3 buah ,15 buah
penelitian nilai uji kuat tekan beton pada umur 28 hari mengalami kuat
P a g e 7 | 51
beton terbesar yaitu pada variasi campuran 1:2 dengan nilai 31,29
Mpa,1:4 sebesar 13,28 Mpa,1:6 sebesar 6,39 Mpa, 1:8 sebesar 3,10
Mpa,1:10 sebesara 1,96 Mpa dan untuk nilai berat volume yang di dapat
pada variasi 1:2 sebesar 2,44 kg/m3,1:4 sebesar 2,25 kg/m3, 1:6 sebesar
2,25 kg/m3 ,1:8 sebesar 2,25 kg/m3 dan 1:8 sebesar 2,25 kg/m3.Mutu
sebagai berikut :
singkat.
P a g e 8 | 51
Bab V Penutup, Merupakan bab yang menguraikan kesimpulan penelitian
lanjut.
P a g e 9 | 51
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air,
agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang
banyak dipakai pada saat ini yaitu beton normal. Beton normal ialah beton
agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya
dan keseragaman yang tidak selalu bisa dicapai secara rutin ketika
P a g e 10 | 51
terhadap berbagai reaksi kimia dan fisika yang dapat merusak beton (Rulli
P a g e 11 | 51
aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO).
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar pada suhu yang
sangat tinggi yaitu antara 1400-1600 °C sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
(gypsum) dalam jumlah yang sesuai.
Kandungan semen berturut-turut mulai dari yang terbanyak yaitu
kalsium (II) oksida (CaO), silika (IV) oksida (SiO 2), aluminium (III) oksida
(Al2O3), besi (III) oksida (Fe2O3)dan komponen minor lainnya, salah satunya
adalah kalsium (II) sulfat (CaSO4) (MacLaren, 2003). Akan tetapi, karena
proses pembuatan semen dari bahan-bahan bakunya menggunakan temperatur
yang sangat tinggi (melebihi 1200oC), beberapa komponen tersebut bergabung
dengan sesamanya menghasilkan bermacam-macam campuran fase padat
terutama trikalsium silikat (3CaO.SiO2), dikalsium silikat (2CaO.SiO2),
trikalsium aluminat (3CaO.Al2O3) dan tetrakalsium aluminoferit
(4CaO.Al2O3.Fe2O3) (MacLaren, 2003).Ahli kimia semen menggunakan
penamaan yang disingkat berdasarkan oksida dari beberapa unsur untuk
menunjukkan rumus kimia dari senyawa yang bersesuaian, misalnya C = CaO,
S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3. Berikut adalah komposisi kimia semen dalam
bentuk oksida:
Tabel 2.1 Rumus kimia dan penamaan semen untuk zat-zat penyusun utama
dari semen portland
Komposisi dalam bentuk
Mineral Rumus Kimia Singkatan
oksida
P a g e 12 | 51
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan
air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Setelah semen dicampur dengan air, komponen-komponen
tersebut mengalami hidrasi menghasilkan bermacam-macam produk reaksi,
terutama 3CaO.2SiO2.nH2O(s), 3CaO.Al2O3.3CaSO4.nH2O(s),
3CaO.Al2O3.nH2O(s), 3CaO.Fe2O3.nH2O(s), dan CaOH2(aq) (MacLaren, 2003).
Campuran dari semua produk reaksi ini dan sisa pereaksi yang disebut CSH gel
(MacLaren, 2003).
Setelah semen dicampur dengan air, komponen-komponen yang
terkandung di dalam semen mengalami hidrasi menghasilkan beberapa hasil
reaksi sebagai berikut:
2(3CaO.SiO2) + 6H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O + 2(3CaO.Al2O3) + 4H2O →
3(3CaO.Al2O3.CaSO4.12H2O)
3CaO.Al2O3 + 12H2O + Ca(OH)2 → 3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12H2O
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2 → 6CaO.Al2O3.Fe2O3.12H2O
Pada reaksi hidrasi semen, C3S dan C2S bereaksi dengan air membentuk
Trikalsium silikat hidrat yang disebut dengan gel tobermorite atau gel kalsium
silikat hidrat (CSH gel) dan Ca(OH)2. Reaksi hidrasi C3A dengan adanya
kalsium sulfat membentuk kalsium trisulfoaluminat hidrat (disebut dengan AFt
atau ettringite), ataukalsium monosulfoaluminat hidrat (disebut dengan AFm
atau monosulfate). Tanpa adanya kalsium sulfat, C3A bereaksi dengan air dan
kalsium hidrosidamembentuk tetrakalsium aluminat hidrat. Dan C4AF bereaksi
dengan air membentuk kalsium aluminoferrit hidrat (Spence, 2005).
Proses hidrasi butir-butir semen berlangsung sangat lambat. Bila
dimungkinkan penambahan air masih diperlukan oleh bagian dalam butir-butir
semen (terutama yang berbutir besar), untuk menyempurnakan proses hidrasi.
Proses dapat berlangsung sampai 50 tahun. Penelitian terhadap silinder beton
P a g e 13 | 51
menunjukkan bahwa beton maih meningkat terus kekuatannya paling tidak
untuk jangka waktu 50 tahun. Kekuatan semen yang mengeras tergantung pada
jumlah air yang dapat dipakai waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya
jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira 35% dari berat
semennya, penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah
mengeras. Kelebihan air akan mengakibatkan jarak butir-butir semen lebih jauh
sehingga kurang kuat dan juga lebih “porous” (berongga).
2. Faktor Air Semen(FAS)
Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (wcr) adalah indikator
yang penting dalam perancangan campuran beton karena FAS merupakan
perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton.
Jadi dapat dikatakan,(Sari R.A.I., dkk. 2015).
kg
Berat Air (
m3 )
FAS (kg/l) =
l
Jumlah Semen (
m3 )
…(pers. 1)
Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan,
yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya
menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang
diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata-rata ketebalan lapisan yang
memisahkan antar partikel dalam beton sangat tergantung pada faktor air
semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya(Tri Mulyono. 2005).
3. Air
Air sebagai bahan pencampur semen berperan sebagai bahan perekat,
sehinga penambahan air dalam pembuatan spesi beton merupakan unsur yang
sangat penting. Peranan air sebagai bahan perekat terjadi melalui reaksi hidrasi,
yaitu semen dan air akan membentuk pasta semen dan mengikat fragmen-
fragmen agregat(Syarif Hidayat. 2009).
Air yang dapat dipakai adalah air yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, zat organik atau bahan lain yang dapat merusak
P a g e 14 | 51
beton atau tulangan dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum(Aprilianti dan Nadia. 2012).
Syarat-syarat air untuk pekerjaan beton menurut PBI 1971 Bab 3.6.
adalah:
Air untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang
diakui untuk di selidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton dan/atau tulangan.
Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (2) itu tidak
dapat dilakukan, maka dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air
harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan tekan campuran
semen+air dengan air tersebiut dan dengan air suling. Air tersebut dapat
dipakai apabila kekuatan tekan pada umur 7-28 hari paling sedikit adalah
90% dengan kekuatan tekan dengan menggunakan air suling pada umur
yang sama.
Jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan beton dapat ditentukan
dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
Air yang diperlukan dipengaruhi faktor-faktor di bawah ini:
Ukuran agregat maksimum: diameter membesar maka kebutuhan air
menurun (begitu pula jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih
sedikit).
Bentuk butir: bentuk bulat maka kebutuhan air menurun (bentuk pecah
perlu lebih banyak air).
Gradasi agregat: gradasi baik maka kebutuhan air menurun untuk
kelecakan yang sama.
P a g e 15 | 51
Kotoran dalam agregat: makin banyak silt, tanah liat dan lumpur maka
kebutuhan air meningkat.
Jumlah agregat halus (dibandingkan agregat kasar, atau h/k): agregat
halus lebih sedikit maka kebutuhan air menurun. Kekuatan beton dan daya
tahannya berkurang jika air mengandung kotoran (Tjokrodimuljo, 1996).
Pengaruh pada beton diantaranya pada waktu ikatan awal serta kekuatan beton
setelah mengeras. Adanya lumpur dalam air diatas 2 gram/liter dapat
mengurangi kekuatan beton. Air dapat memperlambat ikatan awal beton
sehingga beton belum mempunyai kekuatan dalam umur 2-3 hari. Sodium
karbonat dan potassium dapat menyebabkan ikatan awal sangat cepat
konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan beton.
4. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai ukuran lebih dari 4,75
mm dan ukuran maksimumnya 40 mm. Agregat ini harus memenuhi syarat
kekuatan, bentuk, tekstur maupun ukuran. Agregat kasar yang baik bentuknya
bersudut dan pipih (tidak bulat/blondos).
Tabel 2.2 Susunan Gradasi Batu Pecah
Lolos Ayakan (% Berat)
Ukuran
Ukuran Nominal
9,52 10 – 40 30 – 60 50 – 85
4,76 0–5 0 – 10 0 – 10
P a g e 16 | 51
Terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori. Kerikil yang berpori akan
menghasilkan beton yang mudah ditembus air. Agregat kasar yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butirannya
tidak melebihi 20% berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar
tersebut harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% apabila lebih dari 1%
maka agregat harus dicuci terlebih dahulu.
Tidak mengandung zat-zat yang merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif
dengan alkali.
Kekerasan dari butir- butir agregat diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudellof, atau dengan mesin pengaus Los Angeles dimana tidak boleh
kehilangan berat lebih dari 50%.
Terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya atau bergradasi baik.
Besar butiran maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara
bidangbidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat, atau 3/4 dari jarak bersih
minimum antar tulangan yang ada.
5. Agregat Halus
Agregat halus ialah agregat yang semua butir menembus ayakan 4,8
mm (5 mm). Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau
gabungan dari kedua pasir tersebut. Menurut PBI, agregat halus harus terdiri
dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh
pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik matahari hujan, dan lain-lain.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering,
apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila
ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi
kekuatan beton berkurang 5 %.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan
apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%
P a g e 17 | 51
Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%
Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.
Persyaratan agregat halus (pasir) menurut PBI 1971 Bab 3.3. adalah:
Terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Butir-butirnya harus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti
terik matahari dan hujan
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka
agregat halus harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu
banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abram-
Harder (dengan larutan NaOH).
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal
3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat berikut:
- Sisa diatas ayakan 4mm harus minimal 2% berat.
- Sisa diatas ayakan 1mm harus minimal 10% berat.
- Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui.
6. Admixture
Concrete Admixture adalah salah satu bahan baku beton yang
ditambahkan kedalam campuran beton sebelum atau selama pencampuran
untuk mengubah sifat-sifat beton, baik beton segar maupun beton yang telah
mengeras untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau tujuan dari campuran
beton. Dan juga untuk tujuan ekonomi yang dapat memungkinkan pengurangan
semen, terutama digunakan dalam industri beton siap pakai (ready mix
concrete) dan juga beton pracetak(Aprilianti dan Nadia. 2012).
P a g e 18 | 51
Tujuan utama penambahan bahan admixture adalah untuk memodifikasi
karakteristik beton dengan tujuan:
Memperbaiki workability beton.
Mengatur factor air semen pada beton segar.
Mengurangi penggunaan semen
Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding
Mengatur waktu pengikatan aduk beton
Meningkatkan kekuatan beton keras.
Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk tahan terhadap
zat-zat kimia, tahan terhadap gesekan dan lain
sebagainya(mitrareadymix.com)
Berdasarkan ASTM C.494, terdapat beberapa tipe admixture sebagai
berikut:
Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air
pengaduk untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan
menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
hanya menambah/meningkatkan workability.
Dengan menambahkan WRA ke dalam beton maka dengan fas
(kadar air dan semen) yang sama akan didapatkan beton dengan nilai
slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang lebih tinggi, maka beton
segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan.
Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability
meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih
besar dibandingkan beton tanpa WRA.
Menambah kekuatan tekan beton. Dengan
mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah semen tetap)
dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh beton dengan
kekuatan yang lebih tinggi.
P a g e 19 | 51
Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih
rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat.
Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan
mengurangi jumlah semen serta air, maka akan diperoleh beton yang
memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA dan kekuatan
tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton
lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah
semen yang lebih sedikit.
Tipe B : Retarding Admixture
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu
pengikatan beton. Biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca panas,
memperpanjang waktu untuk pemadatan, pengangkutan dan pengecoran.
Tipe C : Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses
pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan
untuk memperpendek waktu pengikatan semen sehingga mempecepat
pencapaian kekuatan beton.
Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide,
karbonat dan silikat. Pada daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi
tidak dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis
maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari
berat semen.
Tipe D : Water Reducing And Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi
jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh
adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses
pengikatan awal dan pengerasan beton.
Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah
semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi.
Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk
P a g e 20 | 51
beton, maka berat admixture ini harus ditambahkan sebagai berat air total
pada beton.
Tipe E : Water Reducing And Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi
jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh
adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses
pengikatan awal dan pengerasan beton.
Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan
dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang
rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan
beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang
lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal yang tinggi).
Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu, sebanyak 12 % atau lebih.
Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk
mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi
sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan jumlah
air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga
lebih tinggi.
Bahan tambah jenis ini berupa superplasticizer. Yang termasuk
jenis superplasticizer adalah : kondensi sulfonat melamine formaldehyde
dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %, sulfonat nafthalin
formaldehyde, modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis
Bahan ini dapat mengurangi jumlah air pada campuran beton dan
meningkatkan slump beton sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah
1% – 2% dari berat semen.
Tipe G : Water Reducing, High Range Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
P a g e 21 | 51
tertentu, sebanyak 12 % atau lebih sekaligus menghambat pengikatan dan
pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan superplasticizer dengan
memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit
karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja(mitrareadymix.com).
σ2-σ1
Ec =
ε2-ε1
…(pers. 2)
Keterangan :
Ec = Modulus elastisitas beton (Kg/m3)
σ2 = Tegangan pada 40% teg. runtuh (Kg)
σ1 = Tegangan pada saat nilai kurva regangan ε1 (m3)
ε2 = Nilai kurva regangan yang terjadi pada saat σ2 (m3)
ε1 = Regangan sebesar 0,00005 (m3)
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 digunakan rumus nilai modulus
elastisitas beton dengan mempertimbangkan unsur berat isi beton, untuk Wc
diantara 1500 dan 2500 kg/m3 rumus yang digunakan adalah :
Ec = (Wc)1,5 x 0,043√ fc '
…(pers. 3)
Sedang untuk beton normal adalah :
Ec = 4700√ fc '
…(pers. 4)
P a g e 22 | 51
Dan dalam ACI 363-92, modulus elastisitas beton dihitung menggunakan
persamaan berikut :
Ec = 3320√ fc ' + 6900
…(pers. 5)
2. Porositas
Porositas beton adalah tingkatan yang menggambarkan kepadatan
konstruksi beton. Porositas ini berhubungan erat dengan permeabilitas beton.
Porositas merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong dalam beton
terhadap volume benda (volume total beton). Ruang pori pada beton umumnya
terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air
semen yang berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar
kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun
terhadap lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton
maka semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar
porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil(Muin. 2013).
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah
volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong)
dengan jumlah dari volume zat padat yang di tempati oleh zat padat. Porositas
pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari
suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu
material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan
aplikasi material tersebut. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan
sebagai porositas terbuka dengan rumus (Lawrence H.Van Vlack, l989) :
m b - mk 1
P= × ×100%
Vb ρair
…(pers. 6)
Keterangan :
P = Porositas (%)
mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
Vb = Volume benda uji (cm3)
P a g e 23 | 51
ρair = Massa jenis air (gr/cm3)
3. Permeabilitas
Permeabilitas beton adalah kemudahan beton untuk dapat dilalui air. Jika
beton tersebut dapat dilalui air, maka beton tersebut dikatakan permeabel. Jika
sebaliknya, maka beton tersebut dikatakan impermeabel, maka sifat
permeabilitas yang penting pada beton adalah permeabilitas terhadap air.
Permeabilitas beton dapat pula diekspresikan sebagai koefisien
permeabilitas (k), yang dievaluasi berdasarkan hukum Darcy sebagi berikut
(Nurchasanah, 2010):
1 dq dH
=k
A dt L
…(pers. 7)
Keterangan :
dq
= Kecepatan air
dt
A = Luas penampang sampel beton
Dh = Tinggi air jatuh
L = Ketebalan sampel beton
k = Koefisien permeabilitas
4. Kelecakan (Workability)
Workability beton dapat didefinisikan sebagai cara mudah dimana beton
dapat dipindahkan dari mixer hingga struktur yang akan dibebankan kepada
campuran beton tersebut. Workability ini merepresentasikan sebagai kemampuan
beton untuk dicampur, dipindahkan, dan sebagainya dengan kehilangan sifat
homogenitasnya (menyatunya campuran semua material yang menyusun beton
tersebut) secara minimum.
Workability biasa dibagi menjadi tiga karakteristik independen yang
umum digunakan, yaitu:
Consistensy, workability tergantung dari komposisi penyusun beton segar
tersebut, karakter fisik dari campuran semen dan agregat
P a g e 24 | 51
Mobility, peralatan untuk pencampuran (mixing), perpindahan tempat
(transporting) dan pemadatan (compacting); ukuran dan jarak dari perkerasan
beton.
Compactibility, besar serta bentuk dari struktur yang menjadi beban. Untuk
kemudahan pekerjaan (workability) yang baik maka diperlukan porsi semen
yang tinggi, jumlah material bermutu yang cukup, sedikitnya agregat bertipe
coarse, dan jumlah air yang tinggi. Komposisi partikel yang seimbang sangat
dibutuhkan untuk mendapatkan sifat plastis dalam campuran beton.
Workability biasanya tidak dipengaruhi oleh banyaknya campuran semen
dalam suatu campuran beton namun workability ini sangat dipengaruhi oleh
banyaknya air yang terkandung dalam campuran beton tersebut. Tingkat
workability akan menurun apabila penambahan semen dalam campuran beton
tidak diiringi dengan penambahan air yang cukup. Penambahan campuran
tambahan seperti superplasticizers akan meningkatkan tingkat workability.
Workability suatu beton sangat tergantung dari jenis agregat yang
terkandung di dalam campuran beton. Semakin banyak kuantitas agregat jenis
coarse pada suatu campuran beton, maka akan semakin rendah tingkat
workability suatu beton. Namun keberadaan coarse dalam suatu campuran beton
sangat dibutuhkan untuk menutupi area beton yang kosong demi menahan beban
besar.
Workability juga dipengaruhi oleh tingkat hidrasi suatu beton melalui
penguapan. Semakin tingginya temperatur maka akan semakin cepatnya
penguapan yang terjadi pada adonan beton.
Consistency merupakan tolak ukur dari sifat kebasahan pada beton
(fluidity). Konsistensi ini sangat bergantung pada proporsi dan sifat-sifat dari
campuran beton. Hal-hal tersebut di atas merupakan komponen penting dari
workability. Konsistensi biasanya diukur dengan metode Slump Test. Hasil dari
slump test ini juga digunakan untuk mengukur tingkat workability walaupun
sebenarnya yang diukur disini hanyalah satu macam sifat yaitu konsistensi.
Percobaan ini menggunakan alat yang bernama slump cone dengan
diameter dasar 250 mm dan ujung atas dengan diameter 100 mm. Tinggi dari
P a g e 25 | 51
cone yang digunakan adalah 300 mm. Cone (kerucut) yang kita gunakan
pertama-tama bagian dalamnya dibasahkan, ini bertujuan untuk mencegah
lengketnya adonan beton dengan kerucut. Lalu kerucut tersebut diletakkan di
atas dasar atau lantai yang halus; dengan tingkat kemampuan menyerap air yang
rendah. Lalu sementara kerucut diletakkan, tester menahan kerucut tersebut
dengan beban. Kerucut yang digunakan tersebut diisi dengan 3 lapis (layer)
beton yang masing-masing bervolume 1/3 dari volume kerucut dengan ditusuk-
tusuk 25 kali. Setelah kita berhasil mengisi kerucut tersebut maka selanjutnya
kita membalikkan kerucut tersebut ke atas tanah. Segera setelah itu kerucut
diangkat secara vertikal untuk mengetahui sifat atau bentuk slump yang
terjadi(Yuris K. 2008).
Dalam Peraturan Beton Indonesia tahun 1971, ditetapkan nilai-nilai
slump berikut untuk berbagai pekerjaan beton:
Tabel 2.3 Nilai-nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan Beton
Slump (cm)
Uraian
maksimum Minimum
P a g e 26 | 51
Adapun jenis-jenis beton adalah sebagai berikut :
a. Beton Ringan
b. Beton Normal
c. Beton Berat
beton maka suhu didalam beton semakin tinggi. Bila perbedaan suhu
P a g e 27 | 51
Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage)
struktural.
2. Ferosemen (ferrocement)
lelah, daktilitas, fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari
beton biasa.
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat,
P a g e 28 | 51
beton biasa, dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan
4. Beton Siklop
5. Beton Hampa
Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa
6. Beton Ekspose
(misal baja dan multiplek film). Beton ini sering dijumpai pada
memikul beban pada struktur bangunan. Kinerja beton keras yang baik
ditunjukkan oleh tekan beton yang tinggi, kuat tarik yang lebih baik,
perilaku yang lebih daktail, kekedapan air dan udara, ketahanan terhadap
P a g e 29 | 51
Kuat tekan beton merupakan kekuatan tekan maksimum yang
dapat dipikul beton per satuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20
(water cement ratio = w/c), sifat dan jenis agregat, jenis campuran,
beton. Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah airnya sedikit yang
akan menghasilkan kuat tekan beton yang besar. Sifat dan jenis
dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. Selain itu susunan besar
kondisi optimum yang menghasilkan beton padat dan kuat tekan yang
tinggi.
beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan tujuan agar
P a g e 30 | 51
Apabila beton terlalu cepat mongering, akan timbul retak-retak pada
Tabel 2.1 Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Umur
Beton
3 7 14 21 28 90 365
Umur Beton (Hari)
Semen Portland
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
dengan kekuatan awal
yang tinggi
sebagai berikut :
P
F’c =
A
Keterangan :
P a g e 31 | 51
F’c = Kuat tekan beton (Mpa)
∑f ' c
F’crata-rata =
N
Keterangan :
(slope dari garis lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan nol ke kondisi
beton, faktor air semen, umur beton dan temperaturnya. Secara umum,
elastisitasnya.
(s 2−s 1)
Ec =
ε 2−0,000050
P a g e 32 | 51
∑ Ec
Ecrata-rata =
N
Keterangan :
P2
S2= Tegangangan yang terjadi saat beban 40% P maksimum, S2 =
A
P1
0,000050 Mpa, S1 = (Mpa)
A
P a g e 33 | 51
Dengan membelah silinder beton terjadi pengalihan tegangan
tarik melalui bidang tempat kedudukan salah satu silinder dan silinder
2P
Fct =
π LD
Keterangan :
adalah :
2.4.1 Semen
P a g e 34 | 51
dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. (SNI
15-2049-2004).
dari semen itu sendiri adalah sebagai bahan pengikat untuk agregat.
komposisinya.
P a g e 35 | 51
b. Jenis II Semen Portland untuk kontruksi yang agak tahan terhadap
terhadap sulfat.
kapur (CaO), silika (SiO2), alumina (Al2O3), besi (Fe2O3) dan sulfur
kurang 4 mm, contoh agregat halus seperti pasir alami dan buatan.
agregat halus yang baik untuk digunakan dalam campuran beton harus
bebas bahan organic, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan
P a g e 36 | 51
nomor 100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran
beton.
Contoh agregat kasar seperti kerikil, batu pecah, atau split. Sifat
a. Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori serta mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau
P a g e 37 | 51
reaktif terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan
dari tebal pelat atau ¾ dari dari jarak bersih minimum antara
2.4.4 Air
beton. Disamping harga yang sangat murah, air juga diperlukan untuk
akan berpengaruh pada kuat tekan beton, dan pada penggunaan fas
P a g e 38 | 51
pori yang nantinya berdampak pada kuat tekan beton yang rendah
1.)Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas
3.)Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
b.) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum
90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat
diminum.
P a g e 39 | 51
2.5 Workability
1. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. makin banyak air
yang dipakai, makin mudah beton segar itu dikerjakan. Tetapi pemakaian
3. Gradasi campuran pasir dan kerikil, jika campuran pasir dan kerikil
cara pengerjaan.
P a g e 40 | 51
7. selain itu, beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah
kadar udara yang terdapat di dalam beton dan penggunaan bahan tambah
diambil. Batasan slump bagi jenis elemen struktur dinyakan dalam Tabel
2.2. Nilai pada Tabel 2.2 berlaku untuk pemadatan dengan alat pengetar.
lebih besar.
Tabel 2.2 Ukuran slump yang dianjurkan bagi berbagai jenis konstruksi
Nilai Slump
Uraian Maksimu
Minimum
m
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak
80 25
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
80 25
konstruksi dibawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 100 25
Perkerasan jalan 80 25
Pembetonan massal 50 25
(sumber: Rulli Ranastra Irawan, 2012)
Agus Salim (2018) dengan judul “Agregat Halus Slag Nikel Pengganti
P a g e 41 | 51
mengetahui kuat tekan dan kuat lentur beton pada variasi tanpa kadar slag,
dan pada kadar slag 20%, 40%, 60%, serta 80%, serta untuk mengetahui
persentase yang tepat kadar slag nikel sebagai agregat halus di dalam
campuran beton. Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada grafik
berikut :
Gambar 2.2 Hubungan antara kuat tekan rata-rata beton dengan kadar slag
nikel
(Sumber : agregat halus slag nikel sebagai pengganti sebagian pasir pada
pembuatan beton,2018)
Berdasarkan Gambar 2.2, terlihat bahwa terjadi penurunan dari
beton tanpa kadar slag ke kadar 20%, namun meningkat secara signifikan
dari kadar slag 20 hingga 60%, namun menurun pada kadar 80%. Berat
volume beton yang tertinggi diperoleh pada kadar slag 60%. Beton dengan
kadar slag 40 hingga 80% menunjukkan bahwa semakin besar kadar slag
nikel di dalam campuran beton, maka berat volumenya semakin besar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Susilowati, Ida
Nugroho, Aryanti Nurhidayati (2013) dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Terak Sebagai Pengganti Agregat Kasar Terhadap Kuat
Lentur Dan Berat Jenis Beton Normal Dengan Metode Mix Design”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terak sebagai
P a g e 42 | 51
pengganti sebagian agregat kasar terhadap kuat lentur dan berat jenis pada
beton normal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan variasi
penggantian terak sebagai pengganti sebagian agregat kasar menyebabkan
kuat lentur beton menurun serta diperoleh berat jenis beton normal pada
variasi penggantian terak 0%, 20%,40% 80%. Penggantian terak 100%
tidak menghasilkan beton normal karena berat jenis yang dihasilkan >
2500 kg/m3.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wayan Mustika, I M.
Alit K. Salain, I K. Sudarsana dengan judul “Penggunaan Terak Nikel
Sebagai Agregat Dalam Campuran Beton”. Dengan variasi campuran
Variasi 01, 100% agregat alami, variasi 02, terak nikel sebagai agregat
kasar, variasi 03, terak nikel sebagai agregat halus, dan variasi 04, terak
nikel sebagai agregat kasar dan agregat halus. Adapun Hasil Penelitian
ialah dapat dilihay pada gambar berikut
Gambar 2.3 Nilai slump pada berbagai jenis variasi benda uji
P a g e 43 | 51
Gambar 2.4 Nilai kuat tekan beton pada berbagai jenis variasi benda uji
P a g e 44 | 51
yaitu pada variasi campuran 1:2 dengan nilai 31,29 Mpa,1:4 sebesar 13,28
Mpa,1:6 sebesar 6,39 Mpa, 1:8 sebesar 3,10 Mpa,1:10 sebesara 1,96 Mpa
dan untuk nilai berat volume yang di dapat pada variasi 1:2 sebesar 2,44
kg/m3,1:4 sebesar 2,25 kg/m3, 1:6 sebesar 2,25 kg/m3 ,1:8 sebesar 2,25
kg/m3 dan 1:8 sebesar 2,25 kg/m3.Mutu beton non pasir berkisar antara 4
MPa – Pa, sehingga untuk pengaplikasianya pada variasi 1:2,1: 4 dan 1:6
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yakni, batako sampai
dengan dinding penahan tanah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khalifa S. Al-Jabri,
Makoto Hisada, Abdullah H. Al-Saidy Dan S.K. Al-Oraimi dengan judul
“Performance of high strength concrete made with copper slag as a fine
aggregate”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja beton mutu
tinggi (high strength concrete / HSC) yang dibuat dengan slag tembaga
sebagai agregat halus dengan kemampuan kerja konstan dan untuk
mempelajari efek superplasticizer tambahan pada sifat-sifat HSC yang
dibuat dengan copper slag. Campuran beton dengan proporsi slag tembaga
yang berbeda (mulai dari 0% hingga 100% penggantian) disiapkan dan
sampel beton diuji untuk menilai sifat-sifat menghasilkan beton pada usia
pemeraman yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya kerja
meningkat secara substansial dengan peningkatan kandungan tembaga
terak dalam campuran beton karena penyerapan air rendah dan permukaan
dari terak tembaga dibandingkan dengan pasir. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada workability konstan mempunyai kuat tekan
beton yang lebih tinggi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.2 Kuat Tekan HSC Pada Workability konstan
P a g e 45 | 51
(Sumber : Performance of high strength concrete made with copper slag
as a fine aggregate,2008)
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Sebagai
variabel terikat adalah perilaku beton segar dan beton keras yang terdiri
dari : nilai slump, dan kuat tekan beton mkenggunakan terak nikel sebagai
P a g e 46 | 51
pengganti agregat halus. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
1. Pengujian material berupa berat jenis dan berat isi material berupa terak
nikel
test machine
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Ayakan, dengan lubang berturut – turut 1,00 mm, mm, 1,20 mm,
0,6 mm, 0,3 mm, 0,015 mm yang dilengkapi dengan tutupan dan
nikel.
3. Mould digunakan untuk memeriksa berat isi meliputi berat isi lepas
dan padat.
P a g e 47 | 51
4. Tongkat besi digunakan untuk meratakan bahan dan pemadatan
akan diteliti.
sebagai berikut :
1. Air yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah air yang
lainnya.
P a g e 48 | 51
3. Agregat halus yang akan digunakan dalam penelitian ini slag
nikel.
moramo.
P a g e 49 | 51
4.5 Diagram Alur Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Persiapan
Material
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
P a g e 50 | 51
P a g e 51 | 51