“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
EFEK BAHAN TAMBAH ABU BATU 50% BERAT SEMEN TERHADAP KINERJA
BETON POROUS
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Jl. K.H.A Dahlan 6, Purworejo
Email: pugarslametsinergy@gmail.com
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Jl. K.H.A Dahlan 6, Purworejo
Email: agung.wawan.setiawan@gmail.com
3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Jl. K.H.A Dahlan 6, Purworejo
Email: eksiwidyananto@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRAK. Beton Porous merupakan jenis beton khusus dengan porositas tinggi yang dapat
dilewati air sehingga dapat mengalirkan air kedalam tanah. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui efek penambahan bahan tambah abu batu sebanyak 50% terhadap berat semen pada
pembuatan beton porous. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimental di Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purworejo. Abu batu digunakan sebagai filler atau pengisi.
Perbandingan berat semen dan agregat kasar yang digunakan 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, 1:7. Agregat kasar
batuan Clereng berasal dari pemecah batu dengan ukuran lolos ayakan 19 mm tertahan 9,5 mm (A)
dan lolos ayakan 37,5 mm tertahan 19 mm. Pengujian yang dilakukan meliputi kuat tekan, infiltrasi,
permeabilitas, densitas dan porositas. Pemeriksaan karakteristik agregat menunjukkan berat jenis SSD
agregat A sebesar 2,69 dan agregat B sebesar 2,70. Pemeriksaan keausan agregat A sebesar 25,81%
dan agregat B sebesar 24,77%. Hasil pengujian kuat tekan tertinggi pada penggunaan agregat A
dengan rasio perbandingan semen dan agregat kasar 1:3 sebesar 12,88 MPa. Infiltrasi dan
permeabilitas tertinggi pada penggunaan agregat B dengan rasio perbandingan semen dan agregat
kasar 1:7 sebesar 2,21 cm/detik dan 5,70 cm/detik. Nilai kuat tekan optimum yang dihasilkan dari
campuran beton porous tanpa bahan tambah abu batu sebesar 4,61 MPa, sedangkan variasi optimum
dengan penambahan bahan tambah abu batu 50% didapat pada penggunaan agregat A dengan rasio
perbandingan semen dan agregat kasar 1:5 dengan nilai kuat tekan sebesar 5,56 MPa. Penambahan
bahan tambah abu batu 50% dapat meningkat kuat tekan beton porous. Variasi optimum untuk nilai
infiltrasi sebesar 0,46 cm/detik, nilai permeabilitas sebesar 3,70 cm/detik, nilai densitas sebesar
1.883,93 kg/m3 dan nilai porositas sebesar 3,98%. Kuat tekan beton porous meningkat seiring dengan
semakin kecil perbandingan berat semen dan agregat serta semakin kecil ukuran agregat kasar yang
digunakan.
Kata kunci: Abu Batu, Beton Porous, Infiltrasi, Kuat Tekan, Permeabilitas
1. PENDAHULUAN
Meningkatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan mengakibatkan kebutuhan akan sarana dan prasana
semakin tinggi, sehingga makin berkurangnya daerah resapan air hujan karena meningkatnya luas daerah yang
ditutupi oleh bangunan kedap air. Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama akan terjadi
genangan di berbagai titik hingga merugikan masyarakat. Beton Porous merupakan jenis beton khusus dengan
porositas tinggi yang dapat dilewati air sehingga dapat mengalirkan air kedalam tanah serta mengisi cadangan air
tanah.
Beton porous adalah suatu material dengan proporsi tertentu yang terdiri dari campuran semen portland,
agregat kasar, sedikit atau tanpa agregat halus, campuran bahan tambah (admixture) dan air (ACI 522R-06). Beton
porous dapat mengantisipasi terjadinya genangan pada permukaan tanah, hal ini disebabkan karena beton porous
memiliki rongga sehingga air dapat melewatinya. Beton porous dengan bahan tambah abu batu 50% dari berat
semen dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja mekanik serta hidraulik beton porous.
Abu batu dalam penelitian ini berasal dari limbah penggergajian kerajinan batu Gunung Merapi, dimana abu
batu memiliki ukuran butiran yang lembut dan merata, juga bertekstur tajam. Karakteristik abu batu ini diharapkan
bermanfaat sebagai filler atau pengisi dan memperkuat ikatan pada beton porous. Penggunaan abu batu sebagai filler
dalam produksi Self Compacting Concrete (SCC) dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 3,5%, pada
Corresponding Author
E-mail Address :
penambahan abu batu dengan takaran 25% berat semen (Handayani, F. 2019). Adanya abu batu sebagai material
tambah dalam campuran beton diharapkan dapat meningkatkan nilai kuat tekan beton.
(Pratama, A. N, 2016) dalam penelitian “Kajian Jenis Agregat dan Proporsi Campuran Terhadap Kuat Tekan
dan Daya Tembus Beton Porous” menggunakan metode eksperimental. Faktor air semen yang digunakan 0,4 dan
0,5 serta agregat yang digunakan berasal dari Clereng dan Merapi. Hasil pengujian menunjukan agregat kasar
Clereng mampu menghasilkan kuat tekan yang lebih besar dibandingkan agregat kasar Merapi dengan Kuat tekan
yang lebih besar dihasilkan oleh rasio air semen 0,4.
(Erlinawati, L. D, 2022) dalam penelitian “Studi Eksperimental Pemanfaatan Bahan Tambah Abu Batu
Terhadap Beton Porous Menggunakan Agregat Kasar Clereng” Penambahan bahan tambah abu batu sebesar 100 %
dari berat semen dan menggunakan fas 0,4. Variasi campuran perbandingan 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, dan 1:7 untuk
campuran tanpa abu batu dan 1:1:3, 1:1:4, 1:1:5, 1:1:6 dan 1:1:7 untuk campuran dengan penambahan abu batu.
Nilai kuat tekan optimum yang didapat pada variasi tanpa penambahan abu batu sebesar 4,61 MPa dan pada variasi
dengan penambahan abu batu 100% sebesar 6,32 MPa. Penelitiaan ini dilakukan untuk mengetahui kinerja mekanik
serta hidraulik beton porous dengan penambahan abu batu 50% terhadap berat semen dan membandingkan dengan
penelitian sebelumnya.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Beton Porous
Beton porous adalah suatu material dengan proporsi tertentu yang terdiri dari campuran semen portland,
agregat kasar, sedikit atau tanpa agregat halus, campuran bahan tambah (admixture) dan air (ACI 522R-10). Beton
porous memiliki daya resap air yang tinggi berfungsi untuk mengurangi limpasan permukaan atau genangan, dan
meningkatkan muka air tanah. Beton porous biasanya digunakan untuk perkerasan pada lalu lintas yang memiliki
kepadatan ringan, lapangan parkir, perkerasan lapisan atas untuk taman, lapangan olahraga dan tempat untuk pejalan
kaki atau trotoar (NRMCA, 2004).
..................................................................................................(3)
.....................................................................................................................(5)
ƒc’ = ..........................................................................................................................................................................(7)
dengan fc’= Kuat tekan beton (MPa), P = Gaya tekan aksial (N) dan A = Luas penampang yang menerima beban
(mm2).
D= .................................................................................................................................... .............................(8)
dengan D = Densitas (kg/m3), Mc = Massa wadah ukur yang berisi beton (kg), Mm = Massa wadah ukur (kg) dan
Vm = Volume wadah ukur (m3).
P= .......................................................................................................................................................(9)
dengan P = Porositas (%), A = Berat sampel dalam air (gram), B = Berat sampel kodisi SSD (gram) dan C = Berat
sampel kering oven (gram).
I= ........................................................................................................................................... ..........................(10)
dengan I = Laju infiltrasi (cm/detik), V = Volume air (cm3), D = Diameter sampel (cm) dan t = Waktu air surut
(detik).
K= ...................................................................................................................................................(11)
dengan K = Permeabilitas (cm/detik), L = Tinggi sampel (cm), 𝑎 = Luas pipa pengukur (cm2), A = Luas sampel
(cm2), h1 = Tinggi muka air awal tabung (cm), h2 = Tinggi muka air akhir tabung (cm) dan t = Waktu pengukuran
(detik).
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu
percobaan secara langsung di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini yaitu ukuran lolos ayakan 19 mm tertahan 9,5 mm (Agregat A)
dan ukuran lolos ayakan 37,5 mm tertahan 19 mm (Agregat B). Penggunaan faktor air semen (fas) yaitu 0,4 dari
berat semen, variasi semen:agregat yang digunakan yaitu 1:3,1:4,1:5,1:6,1:7 dan rasio penambahan abu batu
sebanyak 50% terhadap berat semen untuk setiap variasi.
Dari Tabel 6 didapat nilai tertinggi pada penggunaan agregat B (KTB;PFB) variasi perbandingan 1:0,5:7
dengan nilai 5,90 cm, serta dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi variasi perbandingan semen:agregat yang
digunakan semakin tinggi pula nilai slump yang didapat.
4.2.2 Pengujian Kuat Tekan Beton Porous
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan mesin uji kuat tekan atau Universal Testing Machine
(UTM). Pengujian dilakukan setelah perawatan benda uji silinder (diameter 150 mm, dan tinggi 300 mm) selama 28
hari. Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 1.
Dari hasil pengujian kuat tekan dengan variasi campuran yang sama, penggunaan (agregat A atau KTA) lolos
ayakan 19 mm tertahan 9,5 mm mendapat nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
(agregat B atau KTB) lolos ayakan 37,5 mm tertahan 19 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil
ukuran agregat yang digunakan maka kuat tekannya semakin tinggi, dikarenakan dengan menggunakan agregat yang
berukuran lebih kecil maka pori-pori beton porous semakin kecil sehingga ikatan antar agregat semakin kuat yang
akan berpengaruh terhadap nilai kuat tekan.
Dari hasil pengujian densitas dengan variasi campuran yang sama, penggunaan (agregat A atau KTA) lolos
ayakan 19 mm tertahan 9,5 mm mendapat densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan (agregat B
atau KTB) lolos ayakan 37,5 mm tertahan 19 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil ukuran agregat
yang digunakan maka densitasnya semakin meningkat, dikarenakan dengan menggunakan agregat yang berukuran
lebih kecil maka pori-pori pada beton porous semakin kecil yang berpengaruh terhadap berat benda uji.
Menurut ACI 552R-10, berat satuan yang dihasilkan beton porous berkisar antara 105 - 120 lb/ft3 atau 1.680
– 1.920 kg/m3. Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa variasi 1:3 dan 1:4 tidak masuk kedalam standar, hal ini
disebabkan karena massa beton terlalu padat, sehingga nilai densitasnya melebihi standar.
Dari hasil pengujian porositas menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan berat semen dan agregat
maka nilai porositas semakin meningkat. Semua variasi mendapat nilai melebihi standar yang telah ditetapkan, hal
ini disebabkan karena tidak meratanya adukan atau kurang padatnya campuran beton pada saat dimasukan kedalam
cetakan. Sehingga rongga atau pori – pori yang dihasilkan pada dinding cetakan beton porous menjadi cukup besar.
Dari hasil pengujian infiltrasi dengan variasi campuran yang sama, penggunaan (agregat B atau PFB) lolos
ayakan 37,5 mm tertahan 19 mm mendapat nilai infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
(agregat A atau PFA) lolos ayakan 19 mm tertahan 9,5 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
ukuran agregat yang digunakan maka nilai infiltrasi semakin tinggi, karena dengan menggunakan agregat yang
berukuran lebih besar maka pori – pori dari beton porous semakin banyak yang berpengaruh pada kemampuan beton
dalam meloloskan air.
Menurut Nassiri (2017), nilai infiltrasi beton porous yang dihasilkan antara 300 hingga 2.000 in/jam atau
0,22 – 1,41 cm/ detik. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa semua nilai infiltrasi pada variasi PFA masuk kedalam
standar nilai infiltrasi beton porous. Sedangkan untuk variasi PFB hanya campuran dengan perbandingan 1:3 dan
1:4 saja yang masuk kedalam standar nilai infiltrasi beton porous.
Dari hasil pengujian permeabilitas menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan berat semen dan agregat
maka nilai permeabilitas semakin meningkat serta semakin besar ukuran agregat yang digunakan maka nilai
permeabilitas semakin meningkat, dikarenakan dengan menggunakan agregat yang berukuran lebih besar maka pori-
pori dari beton porous semakin besar yang berpengaruh terhadap kemampuan beton dalam mengalirkan air.
Menurut ACI 522R-10, tingkat drainase dari perkerasan beton porous bervariasi sesuai ukuran agregat dan
kepadatan campuran, umumnya memiliki permeabilitas 81 hingga 730 l/min/m2 atau 0,14 cm/s – 1,22 cm/s. Pada
Gambar 5 dapat dilihat bahwa semua variasi menghasilkan nilai permeabilitas yang melebihi standar yang telah
ditetapkan. Hal ini dikarenakan rongga beton yang terdapat pada dinding cetakan cukup besar, dikarenakan tidak
meratanya adukan sehingga berpengaruh besar dalam ronga-rongga yang dihasilkan dan berpengaruh pada nilai
permeabilitas.
4.3 Pembahasan
Variasi beton porous yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, dan 1:7 yang merupakan
perbandingan berat semen dan agregat kasar. Rasio penambahan abu batu sebanyak 50% terhadap berat semen.
Setelah dilakukan pengujian pada beton porous meliputi pengujian kuat tekan, densitas, porositas, infiltrasi dan
permeabilitas dapat diketahui variasi campuran yang memiliki nilai optimum. Hasil variasi optimum pada beton
porous dengan rasio penambahan abu batu sebanyak 50% terhadap berat semen yaitu pada penggunaan (agregat A
atau KTA;PFA) ukuran lolos ayakan 19 mm tertahan 9,5 mm dengan variasi perbandingan 1:5 (KTA-5;PFA-5).
Menurut ACI 522R-10, beton porous dapat dihasilkan kuat tekan sebesar 2,8 hingga 28 MPa, permeabilitas
81 hingga 730 l/min/m2 atau 0,14 – 1,22 cm/detik serta berat satuan yang dihasilkan bervariasi berkisar antara 105
hingga 120 lb/ft3 atau 1.680 – 1.920 kg/m3. Menurut ASTM dan Archimedes Rule Metods tingkat porositas beton
porous berkisar antara 0,73% hingga 1,28%. Sedangkan, menurut Nassiri 2017), nilai infitrasi beton porous yang
dihasilkan antara 300 hingga 2.000 in/jam atau 0,21 – 1,41 cm/s.
Pada variasi 1:5 (KTA–5;PFA–5), nilai kuat tekan KTA–5 yang dihasilkan sebesar 5,56 Mpa, nilai densitas
KTA–5 sebesar 1.883,19 kg/m3 , nilai porositas KTA–5 sebesar 3,98%, nilai infiltasi PFA–5 sebesar 0,46 cm/s, dan
nilai permeabilitas PFA–5 sebesar 3,70 cm/s. Akan tetapi, nilai porositas dan permeabilitas melebihi standar.
Gambar 6 menunjukkan perbandingan kinerja mekanik beton porous dari penelitian terdahulu Erlinawati, L.
D (2022) pada rasio semen : agregat (1:4), nilai kuat tekan optimum dari penelitian terdahulu yaitu 4,62 MPa pada
campuran tanpa penambahan abu batu dan 6,32 MPa pada campuran dengan penambahan abu batu 100%,
sedangkan penelitian saat ini pada rasio semen : agregat (1:4) memiliki nilai kuat tekan optimum yaitu 8,44 MPa
pada campuran dengan penambahan abu batu 50%. Maka, dapat disimpulkan bahwa hanya dengan penambahan
bahan tambah abu batu 50% dari berat semen dapat meningkatkan kinerja mekanik beton porous serta lebih
ekonomis, karena dengan penggunaan abu batu yang lebih sedikit dapat memiliki kuat tekan optimum yang masih
memadai dalam standar ACI 522R-10.
Gambar 7 menunjukkan perbandingan kinerja hidraulik beton porous dari penelitian terdahulu Erlinawati, L.
D (2022) pada rasio semen : agregat (1:4), nilai infiltrasi dan nilai permeabilitas optimum dari penelitian terdahulu
yaitu (0,45 cm/detik ; 4,37 cm/detik) pada campuran tanpa penambahan abu batu, dan (0,43 cm/detik ; 2,84
cm/detik) pada campuran dengan penambahan abu batu 100%, sedangkan penelitian saat ini memiliki bahwa nilai
infiltrasi dan nilai permeabilitas optimum yaitu (0,40 cm/detik ; 2,80 cm/detik) pada campuran dengan penambahan
abu batu 50%. nilai permeabilitas optimum ketiga variasi campuran tersebut melebihi standar yang telah ditetapkan.
Umumnya beton porous memiliki permeabilitas 81 hingga 730 l/min/m2 atau 0,14 cm/s – 1,22 cm/s (ACI 522R-10).
Hal ini dikarenakan rongga beton yang terdapat pada dinding cetakan tertalu besar, tidak meratanya adukan, ini
berpengaruh besar dalam ronga-rongga yang dihasilkan dan berpengaruh pada nilai permeabilitas.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian dan menyadari kemungkinan masih ada kekurangan dalam penelitian ini, saran
yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian porositas dan permeabilitas penelitian saat ini masih melebihi standar yang telah ditetapkan.
Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan penggunaan ukuran agregat yang lebih kecil, penambahan bahan
tambah seperti silica foam, fly ash atau abu batu dengan rasio penambahan yang berbeda. Serta pengunaan
metode yang berbeda pada saat memasukan campuran ke dalam cetakan untuk mendapat nilai porositas dan
permeabilitas yang lebih optimal.
2. Penuangan air pada saat pengujian infiltrasi masih menggunakan metode manual. Maka, diperlukan inovasi alat
uji untuk pengujian infiltrasi supaya saat penuangan air menjadi konstan, sehingga data yang dihasilkan lebih
akurat.
3. Peneliti selanjutnya dapat menambah pengujian kuat tarik beton porous agar mengetahui nilai tegangan beton
porous sehingga dapat membantu klasifikasi penggunaan beton porous yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, H. C, (2002). Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K., (2007). Teknologi Beton. Biro Penerbit KMTS FT UGM, Yogyakarta.
Nassiri, S. E. (2017). “Preliminary Study To Develop Standard Acceptance Tests For Pervious Concrete”.
Washington State Department Of Transportation, May 2017., 10-58.
Erlinawati, L. D. (2022). “Studi Eksperimental Pemanfaatan Bahan Tambah Abu Batu Terhadap Beton Porous
Menggunakan Agregat Kasar Clereng”. Jurnal Surya Beton Vol.6, No.2 Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Muhammadiyah Purworejo, Oktober 2022, 88-89.
Handayani, F., (2019). “Manfaat Limbah Abu Batu Sebagai Tambahan Material Bahan Bangunan”. Kisaran,
Seminar Nasional Tahunan VI Program Studi Magister Teknik Sipil ULM, ISBN 978-623-7533-03-0, 59-68.
Khonado, M. F. (2019). “Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton Porous dengan Variasi Ukuran Agregat”. Jurnal Sipil
Statik Vol.7 No.3 Maret 2019 Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado, 351-358.
Pratama, A. N. (2016). “Pengaruh Penggunaan Agregat Kasar Dari Yogyakarta Terhadap Kuat Tekan Beton”.
Repository UMY, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1-9.
ACI 214R-11. (2011). Guide to Evaluation of. ISBN 978-0-87031-423-0.
ACI 522R-10. (2011). Pervious Concrete. ISBN 978-087031-364-6.
ASTM C 1701-09. (2009). Standard Tst Method for Infiltration Rate of in Place Pervious Concrete. ASTM
International.
Committee, N. (2004). NRMCA (National Ready Mixed Concrete Association). [Online] Available at:
http://www.nrmca.org/aboutconcrete/cips/38p.pdf
SNI 1969:2008. (2008). Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.
SNI 1970:2008. (2008). Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus.
SNI 1972:2008. (2008). Cara Uji Slump Beton.
SNI 1973:2016. (2016). Metode Uji Densitas, Volume Produksi Campuran, dan Kadar Udara (Gravimetrik) Beton.
SNI 1974:2011. (2011). Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
SNI 2049-2015. (2015). Semen Portland.
SNI 2417:2008. (2008). Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles.
SNI 7656:2012. (2012). Tata Cara Pembuatan Beton Normal, Beton Berat dan Beton Massa.