Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PERKUATAN METODE NEAR SURFACE


MOUNTED PADA BALOK BETON BERTULANG
MENGGUNAKAN BAMBU PETUNG DENGAN PROGRAM
ATENA

Disusun Oleh:
Agung Ariyadi Nugroho
H1D009072

Pembimbing I

Pembimbing II

Yanuar Haryanto, ST., M.Eng.


NIP. 19810117 200505 1 001

Dr. Eng Agus Maryoto ST., MT


NIP.19710920 200604 1 001

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PURWOKERTO
2016

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan material utama yang sering digunakan pada beberapa
konstruksi bangunan sipil, seperti gedung, jembatan, bendung dan lain sebagainya.
Bahan utama penyusun beton terdiri dari semen, agregat kasar, agregat halus dan
air. Beton memiliki sifat yang dapat menyebabkan terjadinya keruntuhan pada
struktur bangunan akibat beban yang berlebihan ataupun beban kejut yang terjadi
secara tiba-tiba. Untuk itu diperlukan perkuatan sebagai antisipasi dan pencegehan
kegagalan struktur.
Perkuatan menurut Triwiyono (2004) dilakukan untuk bangunan yang riskan
terhadap beban baru yang akan harus didukung, sehinggan perlu meningkatkan
kemampuan bangunan tersebut atau menambahkan elemen struktur baru yang tidak
tersedia atau dianggap tidak ada pada saat struktur di bangun. Metode perkuatan
Near Surface Mounted (NSM) muncul sebagai teknologi yang menjanjikan untuk
memperkuat struktur beton di kedua lentur dan geser. Perkuatan ini memiliki
banyak keuntungan potensial lebih yaitu rentan terhadap kerusakan sifat mekanik
dan ikatan pada suhu yang tinggi. Menurut Burke (2008) dalam Sabatini (2014)
menyatakan perkuatan elemen struktur balok beton bertulang dengan metode NSM
menjadi lebih luas diakui karena efisiensi, efektifitas, dan kemudahan dalam
aplikasinya. Selain itu, NSM juga sering digunakan sebagai perkuatan pada elemen
struktur beton bertulang, karena cara ini telah berhasil untuk memperbaiki dan
meningkatkan kuat lentur beton tanpa perlu adanya penambahan dimensi. Untuk
mengetahui kapasitas gaya yang dibutuhkan sehingga beban yang diterima tidak
melebihi kekuatan yang dimiliki perlulah dilakukan analisis perilaku material
melalui uji laboratorium (eksperimental). Uji laboratorium akan menghasilkan data
yang aktual dari perilaku benda pengujian, namun untuk mendapatkan data
tersebut, dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama dan biaya yang relatif lebih besar
dibandingkan analisis perilaku material menggunakan software. Salah satu
software yang bisa dipergunakan untuk menganalisis perilaku beton bertulang
adalah software ATENA, produksi dari Carvenka Consulting, 2000-2003.

Dalam penelitian kali ini, pemodelan akan dilakukan menggunakan GiD untuk
memodelkan beton bertulang berbentuk persegi ,dengan data sekunder berasal dari
penelitian terdahulu, yang kemudian akan dianalisis menggunakan ATENA Win
dan ATENA3D Post. Data hasil analisis tersebut kemudian akan dibandingkan
dengan hasil analisis eksperimental yang digunakan. Perkuatan elemen struktur
beton bertulang dengan menggunakan metode NSM yang akan digunakan adalah
bambu petung. Dimana bambu petung adalah hasil alam dan memiliki
perkembangan juga pertumbuhan yang cepat sehingga mudah di dapatkan dan
harganya relatif murah. Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya
dapat dipersaingkan dengan baja. Maka dari itu diharapkan penggunaan bambu
petung sebagai perkuatan pada elemen stuktur balok beton bertulang dengan
metode NSM dapat memperbaiki dan meningkatkan kuat lentur pada beton
bertulang.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk meningkatkan kapasitas lentur balok maka diperlukan perkuatan yang
optimum pada tulangannya. Uji eksperimental sangat penting untuk mendapatkan
hasil mengenai respon struktur yang sesuai berdasarkan keadaan nyata, namun
untuk mendapatkan hasil yang akurat diperlukan benda uji yang cukup banyak yang
tentunya memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, maka dari itu dapat
dikedepankan analisis menggunakan software guna menghemat waktu dan biaya.
Software ATENA adalah salah satu software berbasis elemen hingga yang bisa
dipakai untuk menganalisis balok beton bertulang.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan penelitian ini adalah mengetahui
perilaku beton bertulang dengan perkuatan metode near surface mounted pada
balok beton bertulang menggunakan bambu petung dengan program atena terhadap
parameter beton bertulang antara lain kapasitas beban lentur, kekakuan, daktilitas,
dan pola retak serta tipe keruntuhan balok.
1.4 Batasan Penelitian
Untuk membatasi objek penlitian dan memberikan langkah yang sistematis maka
penelitian ini dilakukan dengan batasan batasan sebagai berikut:
3

1. Pemodelan material akan disimulasikan dalam software ATENA 2.1.10 demo


version dan GID versi 7.4 sebagai Pre-Proccessor.
2. Analisis hanya dilakukan terhadap perilaku lentur.
3. Data eksperimental yang digunakan sebagai pembanding diambil dari penelitian
yang dilakukan Olata (2014).
4. Pemodelan menggunakan volume seperempat balok dan setengah bentang yang
artinya volumenya setengah balok.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang analisis beton
bertulang menggunakan program ATENA sehingga membantu para perencana
beton bertulang dalam menganalis dan memodelkan perilaku beton bertulang tanpa
perlu menggunakan biaya yang besar dan waktu yang lama. Hasil penelitian ini
dapat diinformasikan dan disebarluaskan baik untuk kalangan akademisi sebagai
masukan penelitian selanjutnya atau kalangan praktisi sebagai referensi untuk
aplikasi di lapangan.

2. TINJAUAN PUSTAKA & LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka
ATENA merupkan program komputer berbasis elemen hingga khusus untuk
menganalisis permasalahan struktur beton. ATENA kini dalam perkembangannya
telah banyak digunakan untuk analisis material karena memiliki sejumlah kelebihan
berupa efektifitas waktu, biaya maun peralatan.
Dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis menggunakan data
penelitian terdahulu yaitu data penelitian oleh Olata (2014) yang menganalisis
perkuatan menggunakan bambu petung sebagai tulangan pada metode NSM.
Pengggunaan bambu sebagai perkuatan karena bambu memiliki kekuatan yang
dapat dipersaingkan dengan baja.Karena kelenturan dan kekuatannya yang tinggi,
struktur bambu juga merupakan bangunan tahan gempa.
Parameter pengujian yang dilakukan meliputi kapasitas lentur, daktilitas,
kekakuan lentur, dan tipe keruntuhan yang terjadi. Penelitian dilakukan terhadap 3
buah balok beton bertulang, masing-masing adalah 2 balok tanpa perkuatan atau
4

Balok Kontrol (BK), 3 balok perkuatan menggunakan tulangan bambu tanpa


perlakuan khusus (BP 1), dan 3 balok perkuatan menggunakan tulangan bambu
dengan perlakuan khusus (BP 2). Pemberian perkuatan tersebut dimaksudkan untuk
menghindari kegagalan struktur yang bisa terjadi ketika suatu bangunan beralih
fungsi ataupun menambah jumlah lantai. Dengan menggunakan 3 benda uji
tersebut, Olata (2014) melakukan analisis perilaku lentur yang berkaitan dengan
kapasitas beban lentur, daktilitas, kekakuan, pola retak, dan tipe keruntuhan sesuai
data benda uji seperti yang disajikan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4
Tabel 2.3 Spesifikasi Benda Uji
L

Tul. Utama

kode
(mm) (mm) (mm)

Tul.

NSM

Atas

Bawah

Geser

(bawah)

BK

900

100

150

2D6

3D6

P6-48

BP1

900

100

150

2D7

3D6

P6-49

4D6 (polos)

BP2

900

100

150

2D8

3D6

P6-50

4D6 (polos)

Tabel 2.4 Hasil Eksperimen Benda Uji

kode

Kapasitas Beban Lentur


(KN)

Daktalitas

Kekakuan
Awal

Ekivalen

BK

29,45

5,41

7,91

7,60

BP1

40,97

3,54

11,04

7,39

BP2

33,37

2,82

8,99

9,08

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pemodelan Elemen Hingga Tulangan
Pemodelan elemen hingga struktur beton bertulang dan beton prategang pada
dasarnya adalah menggantikan meterial komposit beton, tulangan dan tendon
prategang dengan elemen elemen yang mewakilinya. Menurut Tavarez (2001),

terdapat tiga cara yang bisa digunakan untuk meodelkan tulangan dan tendon
prategang, yaitu model diskrit, model embedded, dan model smeared, seperti
terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pemodelan elemen hingga tulangan dan tendon prategang


(Tavarez, 2001)
Pada model diskrit (Gambar 2.1(a)), tulangan dimodelkan dengan batang
(bar) yang dihubungkan dengan titik nodal elemen beton, sehingga elemen beton
dan tulangan saling berbagi titik nodal. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
model diskrit adalah meshing elemen beton tergantung dari lokasi baja tulangan,
sehingga jika detail penulangan cukup kompleks akan menyulitkan meshing elemen
beton.
Pada model embedded (Gambar 2.1(b)), meshing elemen beton tidak lagi
tergantung dari lokasi tulangan karena kekakuan elemen baja tulangan dievaluasi
secara terpisah dari elemen beton, tetapi displacement tulangan tetap dijaga supaya
kompatibel dengan displacement elemen beton di sekitarnya. Jika penulangan
cukup kompleks, model embedded sangat menguntungkan. Meskipun demikian,
model embedded akan menambah jumlah titik nodal dan derajat kebebasan (degree
of freedom) pada model sehingga akan menambah waktu perhitungan.
Pada model smeared (Gambar 2.1(c)), tulangan diasumsikan tersebar secara
merata dalam elemen beton, sehingga sifat-sifat material dalam elemen dibentuk
dari sifat beton dan tulangan melalui teori komposit. Model ini cocok digunakan
untuk model skala besar, dimana detail penulangan tidak terlalu mempengaruhi
respons struktur secara keseluruhan.
Dalam ATENA, yang dimaksud dengan model diskrit adalah model
embedded menurut Tavarez (2001), sedangkan model smeared adalah sama dengan
definisi Tavarez (2001). Dengan demikian, jika mengikuti definisi Tavarez (2001),

maka sebenarnya dalam ATENA tulangan dimodelkan dengan model embedded


dan model smeared.
2.2.2 Model Konstitutif Beton
Beton merupakan material yang bersifat non-linear bahkan dalam kondisi beban
layan sekalipun. Oleh karena itu model konstitutif khusus untuk analisis elemen
hingga struktur beton perlu dikembangkan. Berikut ini adalah model konstitutif
beton yang dipakai dalam ATENA. Perilaku non-linier beton pada tegangan
biaksial dideskripsikan dengan tegangan efektif cef dan regangan uniaksial
ekivalen eq. Pada umumnya tegangan efektif juga merupakan tegangan prinsipal.
Regangan uniaksial ekivalen diperkenalkan untuk menghilangkan efek Poisson
dalam pernyataan tegangan bidang.
=

(2.1)

Regangan uniaksial ekivalen dapat dianggap sebagai regangan yang akan


dihasilkan oleh tegangan ci dalam pengujian uniaksial dengan modulus Eci pada
arah i. Diagram tegangan-regangan uniaksial ekivalen untuk beton dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hukum tegangan regangan uniaksial beton (Cervenka dkk, 2009)
Puncak tegangan dalam kondisi tekan fcef dan dalam kondisi tarik ftef
dihitung berdasarkan tegangan biaksial. Oleh karena itu, hukum tegangan-regangan
uniaksial ekivalen mewakili tegangan biaksial. Modulus sekan dihitung sebagai
berikut:
=

(2.2)
7

Modulus tangen Ect digunakan dalam matriks material Dc untuk membentuk


matriks kekakuan elemen untuk solusi iterasi. Modulus tangen adalah kemiringan
kurva tegangan-regangan pada regangan yang diberikan, dan nilainya selalu positif.
Untuk kasus dimana kemiringan kurva lebih kecil dari nilai minimum Emint, maka
nilai modulus tangen diambil Ect = Emint. Hal ini terjadi pada daerah softening dan
di dekat puncak tekan.
2.2.3 Model Konstitutif Tulangan
Tulangan dapat dimodelkan dalam dua cara, yaitu diskrit dan smeared.
Tulangan diskrit adalah dalam bentuk batang tulangan dan dimodelkan dengan
elemen truss. Hal yang harus diperhatikan adalah tulangan dalam ATENA
merupakan model embedded dalam definisi Tavarez (2001). Tulangan smeared
adalah material komposit dan dapat dianggap sebagai material tunggal (hanya satu
konstituen) pada elemen maupu satu atau lebih konstituen. Hubungan teganganregangan untuk baja tulangan bias dimodelkan dalam dua cara, yaitu hukum
bilinear dan hukum multi-linear. Hubungan tegangan-regangan bilinear dapat
dilihat pada Gambar 2.13. bagian elastic mempunyai modulus elastisitas Es,
sedangkan bagian selanjutnya adalah kondisi plastis dengan kemiringan kurva
adalah modulus hardening Esh. Untuk kondisi plastis sempurna (perfectly plastic)
nilai Esh = 0. Hukum multi-linear terdiri dari empat garis, seperti terlihat pada
Gambar 2.13. hukum ini mewakili empat bagian perilaku baja, yaitu elastic, yield,
strain hardening, dan fracture. Keempat garis tersebut didefinisikan melalui empat
titil yang telah ditentukan.

Hukum bilinear

Hukum multi-linear

Gambar 2.13 Hukum tegangan-regangan baja tulangan (Cervenka dkk, 2009)

Hukum tegangan-regangan di atas dapat dipakai pada pemodelan tulangan diskrit


maupun smeared. Khusus untuk tulangan semared diperlukan dua parameter lagi,
, seperti terlihat pada Gambar
2.14.

Gambar 2.14 Tulangan smeared (Cervenka dkk, 2009)


3. METODE PENELITIAN
3.1 Model Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan analisis menggunakan program komputer
yang dimaksudkan untuk lebih mengefisienkan waktu dan biaya penelitian
eksperimental yang umumnya digunakan untuk menganalisis kekuatan maupun
mekanika suatu struktur. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang perbedaan perilaku dan pola retak struktur beton bertulang yang
diberi perkuatan dengan bambu petung menggunakan metode Near Surface
Mounted.
Model yang akan digunakan untuk dianalisis berupa balok beton bertulang
berbentuk persegi yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu balok kontrol (BK) tanpa
perlakuan dan balok perkuatan (BP) yang diberi perkuatan menggunakan bambu
petung. Bambu petung yang digunakan pada penelitian ini berupa medium
perkuatan dengan diameter 6 mm dan panjang 1000 mm yang diambil dari bambu
bagian terluar. Bagian bambu yang digunakana adalah bagian pangkal yang
memiliki kekuatan paling tinggi dibandingkan dengan bagian yang lainnya.
Spesifikasi benda uji balok beton polos disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Spesifikasi Benda Uji Balok Beton Bertulang

KODE

(mm)

(mm)

(mm)

Tul.Utama
Atas

Tul.Geser

NSM
Bambu

Bawah

(Bawah)
BK

900

100

150

2D6

3D6

P6-50

BP

900

100

150

2D6

3D6

P6-50

4D6 (polos)

Gambar detail beton bertulang tanpa maupun dengan perkuatan dapat dilihat
pada gambar 3.2 dan 3.3.

Gambar 3.2. Penampang Benda Uji Balok Beton Bertulang Balok Eksisting

Gambar 3.3. Penampang Benda Uji Balok Beton Bertulang Balok Perkuatan

3.2 Peralatan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer, dengan:
1. Processor

: Intel Core 2 Duo T5870 2.0 GHz,

2. Memory

: 2048 MB RAM, dan

3. VGA

: Intel Graphic Media Accelerator X3100, 384 MB.

Pemodelan material akan disimulasikan dalam software ATENA 2.1.10 demo


version dan GID versi 7.4 sebagai Pre-Proccessor. ATENA demo version hanya
bisa menganalisis material dengan meshing tidak lebih dari 200 elemen.

10

3.3 Tahapan Penelitian


Tahapan dalam penelitian ini tersusun atas beberapa hal yang bertujuan agar
penelitian ini berjalan lancer dan memperolah hasil yang optimal. Tahapan
penelitian tersebut antara lain pengumpulan data material benda uji berupa data
sekunder, pembuatan model dalam software GiD sesuai data material yang telah
didapatkan, dan melakukan analisis menggunakan software ATENA untuk
mendapatkan perilaku model. Detail tahapan penelitian disajikan sebagai berikut.
3.3.1 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penelitian
eksperimental terdahulu oleh Olata (2014) berupa model struktur dan data
penampang benda uji seperti yang tertulis pada sub bab sebelumnya. Selain data
penampang benda uji, data hasil analisis penelitian terdahulu juga diperlukan
sebagai data masukan karakteristik material seperti diagram tegangan-regangan
beton, nilai kuat tekan dan modulus elastisitas beton, serta nilai kuat tarik tulangan.
3.3.2 Pemodelan dan Analisis
Pemodelan komponen struktur dilakukan dengan konsep koordinat tiga
dimensi menggunakan GID. Benda uji hanya dibuat setengaht dari panjang bentang
sebenarnya, dan setengah dari lebar sebenarnya, karena jumlah meshing dibatasi
dalam pemodelan. Tumpuan balok adalah sendi dimana tidak ada displacement arah
y sedangkan pembebanan berupa beban terpusat monotonic yang diberikan secara
bertahap sebesar 1 kN yang dilimpahkan pada dua titik hingga mencapai beban
ultimitnya. Data masukan material beton dalam penelitian ini dimodelkan secara
smeared dengan reinforced concrete karena dianggap tulangan sengkang komposit
dengan beton. Sedangkan tulangan dimodelkan secara diskrit menggunakan
material CCReinforcement. Penambahan plat baja pada daerah tumpuan benda uji
dan tumpuan beban karena pemodelan dibuat menyerupai keadaan saat uji
eksperimental. Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat model sampai
menganalisis menggunakan GID-ATENA.

11

a. Penentuan Problem Type


Langkah awal sebelum pembuatan model adalah penentuan problem type.
Problem type adalah kumpulan data yang digunakan untuk mengatur program GiD
agar sesuai dengan jenis program dan analisis yang digunakan
b. Memasukkan Data Material
Material yang digunakan dalam pemodelan ini adalah pelat baja untuk
tumpuan, beton sengkang P6-50 (bagian tepi), beton tanpa sengkang (bagian
tengah) tulangan tarik full (2D6), tulangan tarik half (1D6) dan tulangan tekan
(1D6). Data material disajikan dalam Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan Tabel 3.4.

Tabel 3.2 Data Material Beton


Parameter

Rumus

Kuat tekan, fc'


Modulus Elastisitas, Ec

3320 fc' +

Satuan

Nilai Beton

Mpa

15,45

Mpa

19949.75

6900
Rasio Poisson, v

0,2

Kuat Tarik, ft

0.5 fc'

Mpa

1.97

Energi Fraktur, Gf

0.000025 ft

MN/m

0,0000491

Fixed crack (nilai default)

0,7

Regangan Plastis, cp

fc' / Ec

Onset of crushing, fcu

0.3 fc'

Critical compressive displacement, wd

-7,745E-04
Mpa

-46.2

-0,0005

Eksentrisitas, e (nilai default)

0,52

Direction of plastic flow,

Density,
Thermal expension,

MN/m3

0,024
0,000012

12

Tabel 3.3 Data Material Tulangan Sengkang P6-50


Parameter

Satuan

Nilai

Modulus Elastisitas, Es

MPa

201624

Tegangan leleh, fy

MPa

373.85

Jumlah multi linear

0,003

f2
Density,

MPa
MN/m

375,1521
3

Thermal expansion,
Luas tulangan geser, Av

0,0785
0,000012

0,0008038

Rasio tulangan arah x (1)

Rasio tulangan arah y (2)

0,002828

Rasio tulangan arah z (3)

0.001885

Tabel 3.4 Data Material Tulangan Sengkang P6-100


Parameter

Satuan

Nilai

Modulus Elastisitas, Es

MPa

189200

Tegangan leleh, fy

MPa

353,307

Jumlah multi linear

0,0025

f2

MPa

375,1521

Density,

MN/m3

0,0785

Thermal expansion,
Luas tulangan geser, Av

0,000012
m2

0,0003517

Rasio tulangan arah x (1)

Rasio tulangan arah y (2)

0,002828

Rasio tulangan arah z (3)

0.001885

13

Pemodelan tulangan P6, menggunakan CCReinforcement dengan data-data


yang digunakan diambil dari hasil pengujian tarik tulangan pada uji eksperimental
terdahulu. Diagram tegangan regangan pengujian tulangan bisa dilihat pada
Gambar 3.6 dan data untuk input pemodelan bisa dilihat pada Tabel 3.
800
700

Stress (MPa)

600
500
400
300
200
100

Steel Bar
Bamboo

0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

Strain (mm/mm)

Gambar 3.6 Hubungan Tegangan-Reganagan Hasil Pengujian Kuat Tarik Bambu


Tabel 3.5 Data Material Perkuatan
Parameter

Satuan

Nilai

Modulus Elastisitas, Es

MPa

5269.245

Tegangan leleh, fy

MPa

644.44

Jumlah multi linear

0.042

f2
3

MPa

644.44
0.048

f3
4
f4
Luas tulangan
Density,

MPa

666.66
0.049
600
0.0000286
0.068

MPa
m2
MN/m3

Thermal expansion,

14

c. Melakukan Pemodelan Balok


Ada 3 buah model yang harus dibuat, yaitu balok kontrol, balok perkuatan.
Model dibuat secara 3 dimensi dengan menentukan koordinat masing-masing titik
penampang. Pemodelan dalam penelitian ini akan di modelkan setengah balok dan
seperempat balok karena dengan cara ini ukuran model menjadi lebih kecil
sehingga mesh menjadi lebih halus. Model balok kontrol dan balok perkuatan dapat
dilihat pada Gambar 3.7 (a, b dan c).

Gambar a. Balok Kontrol

Gambar b. Pemodelan Setengah Balok

Gambar c. Pemodelan Seperempat Balok

15

d. Meshing Elemen
Dalam penelitian ini digunakan ATENA demo version yang hanya
menyediakan maksimal 200 elemen untuk analisis 3D, oleh karena itu meshing
harus dilakukan dengan cermat supaya jumlah elemen yang dibuat tidak melebihi
batas jumlah meshing maksimum tersebut.
e. Interval Data
Dalam interval data akan didefinisikan sampai pada beban ke berapa model
akan dianalisis. Untuk mengetahui diagram beban lendutan yang sempurna maka
model akan dianalisis sampai titik keruntuhannya. Dalam menentukan interval data
diperlukan hasil pengujian terdahulu sebagai acuan dalam menentukan nilai
maksimum beban yang akan digunakan dalam interval data.
Pada penelitian ini interval data yang akan digunakan adalah untuk penerapan
beban luar dan digunakan pada semua model dalam penelitian ini. Interval untuk
penerapan beban luar dilakukan secara inkremental sesuai load step dan faktor
pengali sehingga total beban sebesar beban keruntuhannya.
f. Pembebanan
Pemberian beban di sesuaikan dengan analisis yang akan dilakukan
tergantung jenis beban yang akan diberikan.
g. Titik Monitor
Titik monitor merupakan fasilitas dalam software GiD untuk merekam data
respon struktur. Dalam GiD respon yang bisa diukur adalah beban, lendutan dan
reaksi. Untuk balok kontrol, pembebanan dilakukan pada interval yang sama
dengan titik monitor, namun untuk balok perkuatan, pembebanan dilakukan pada
interval kedua menggunakan jenis interval data pertama.
h. Analisis Balok
Setelah model selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis dengan software ATENA Win melalui GID untuk mengaktifkan program
ATENA Win.

16

i. Hasil Analisis Balok


Hasil analisis non-linier program ATENA terdiri dari data numeris dan data
grafis. Data numeris berupa hasil respon struktur yang dipantau oleh titik monitor
dapat dibuka dengan program Notepad, sedangkan data grafis berupa pola retak,
tegangan, regangan dan sebagainya dapat dibuka dengan program ATENA 3D Post.
3.4 Alur Penelitian
MULAI

Studi Literatur

Pengumpulan Data Sekunder

Melakukan Pemodelan

Analisis Load Control

Analisis Displacement Control

Analisis Kombinasi Load


Control dan Displacement
Control

Hasil Analisis

Hasil Numeris dengan Experimental

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

17

DAFTAR PUSTAKA
Faridi, S. A. 2010. Modul Pelatihan Analisis Non-Linier Elemen Hingga Dengan
Atena 2.1.8 Demo. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Olata, V. N. 2014. Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Perkuatan
Metode Near Surface Mounted Menggunakan Bambu Petung. Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
Setiawan, A. A. 2014. Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T
Yang Diperkuat Dengan Wire Rope Yang Diberi Gaya Prategang Awal Pada
Daerah Momen Negatif Menggunakan Atena. Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Sabatini, D. 2014. Perkuatan Balok Beton Bertulang Metode Near Surface
Mounted (NSM) Menggunakan Baja Tulangan. Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Triwiyono, A. 2004. Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton. Topik Bahan Ajar.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai