Anda di halaman 1dari 15

Prosiding ISBN : 978-602-8605-10-6

Investigasi Perilaku Siklik Pilar Persegi Berongga Jembatan


dengan Beton Berkekuatan Ultra Tinggi Secara Eksperimental
dan Numerik
Mohammad Junaedy Rahman
Mahasiswa S3 Program Pascasarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung, Email: m.junaedy.unm@gmail.com
Bambang Budiono
Guru Besar Teknik Sipil Bidang Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung, Email : b.budiono@lapi.itb.ac.id; b.budiono1995@gmail.com
Awal Surono
Doktor, Dosen Teknik Sipil Bidang Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung, Email: awal1951@hotmail.com
Ivindra Pane
Doktor, Dosen Teknik Sipil Bidang Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung, Email: ivpane@gmail.com
Abstrak: Makalah ini menguraikan perilaku siklik pilar beton bertulang berpenampang
bujursangkar berongga (Hollow Rectangular Section Pier, HRSP) menggunakan material beton
berkekuatan ultra tinggi (Ultra High Strength Concrete, UHSC) jenis Reactive Powder Concrete
(RPC). Pelaksanaan program eksperimental dan numerik menggunakan dua model spesimen
dengan kombinasi gaya aksial tekan konstan dan perpindahan lateral siklik quasi static. Gaya aksial
tekan diaplikasikan pada HRSP-65 dan HRSP-55 masing-masing sebesar 0.10fcAg dan 0.20fcAg.
Hasil ekeperimental menunjukkan bahwa peningkatan rasio gaya aksial tekan berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan kekuatan geser pilar, namun selanjutnya pilar mengalami
degradasi kekuatan lebih cepat yang diikuti oleh penurunan pencapaian drift ratio dan faktor
daktilitas perpindahan. HRSP-65 mampu mencapai drift ratio 4.52% dengan faktor daktilitas
perpindahan 5.03, sedangkan faktor daktilitas perpindahan HRSP-55 menurun menjadi 3.03 pada
drift ratio 2.61%. Hasil investigasi numerik dengan Non-Linear FEM Model melalui Program
ANSYS memberikan pencapaian drift ratio yang sama dengan hasil eksperimen namun dengan
respon kekuatan dari analisis numerik lebih tinggi. Disribusi retak dan kerusakan pada spesimen
pilar hasil eksperimen di akhir siklus memiliki kesamaan pola dengan distribusi tegangan pada
FEM, dimana distribusi tegangan yang besar akan terkonsentrasi pada lebar area yang makin kecil
ketika gaya aksial tekan meningkat pada pilar sehingga mempengaruhi memendeknya panjang
pendekatan daerah sendi plastis pada pangkal pilar.
Kata kunci: HRSP, UHSC/RPC, perilaku siklik, daktilitas perpindahan, disipasi energi, sendi plastis,
dan distribusi tegangan

1. PENDAHULUAN
Perilaku lentur pilar dalam memikul eksitasi gaya lateral sangat dipengaruhi oleh gaya
aksial tekan dimana respon lentur akan menurun setelah sebagian besar kekuatan pilar
terkerahkan untuk memikul tekan. Penggunaan pilar berongga pada jembatan tentunya
akan lebih menurunkan kapasitas tekan aksial pilar akibat berkurangnya luas penampang.
Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas tekan ini adalah dengan menaikkan
kekuatan tekan beton. Namun demikian tingginya kekuatan beton pada elemen pilar juga
akan semakin meningkatkan kebutuhan tulangan pengekang seperti rekomendasi Ash
pada beberapa peraturan yang ada. Penelitian pilar berongga beton bertulang yang
banyak dilakukan, umumnya masih dalam skala beton normal dan penggunaan beton
mutu sangat tinggi untuk jenis pilar ini belum ada, bahkan dalam berbagai peraturan pun
belum direkomendasikan secara khusus aturan penggunaannya.
Penelitian ini adalah inovasi yang mengaplikasikan superioritas material Ultra High
Strength Concrete, (UHSC) berserat polypropylene pada elemen struktur pilar persegi
berongga (Hollow Rectangular Section Pier, HRSP). Kekuatan dan regangan tekan beton
UHSC-berserat yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu tinggi biasa,
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

17

menjadikan pilar HRSP akan memiliki kapasitas tekan yang tinggi pula. Ketika pilar
mengalami gaya lateral siklis, zona tekan penampang masih memiliki kapasitas tekan
berlebih untuk menopang pilar mencapai deformasi inelastik yang lebih panjang. Dengan
demikian tulangan longitudinal pada daerah sendi plastis dapat mengoptimalkan
regangan tarik sampai kondisi batasnya. Ini merupakan indikator meningkatnya kurvatur
penampang, daktilitas serta pendisipasian energi pada daerah sendi plastis.
Program penelitian ini merupakan investigasi secara eksperimental dan numerik terhadap
dua jenis model pilar HRSP dengan mengaplikasikan material beton UHSC jenis Reactive
Powder Concrete (RPC). Masing-masing spesimen diberi kombinasi perpindahan lateral
siklik (quasi static reversal) dengan gaya aksial konstan. Rasio gaya aksial tekan (Pu/fcAg)
diterapkan masing-masing sebesar 0.10 dan 0.20 sehingga memenuhi AASHTO Guide
Specifications for LRFD Seismic Bridge Design, (2011) sec. 8.7.2. Investigasi secara
numerik dengan menggunakan Non-Linear FEM Model melalui Program ANSYS adalah
untuk memvalidasikan perilaku siklik model pilar dan mengamati kecenderungan distribusi
tegangan pilar yang tidak diperoleh dari hasil eksperimen.

2. PILAR BERONGGA DENGAN MATERIAL UHSC


Penggunaan struktur pilar beton bertulang berpenampang persegi berongga merupakan
salah satu alternatif solusi dalam mengatasi problem rangkak (creep) akibat berat sendiri
pada pilar tinggi dan sekaligus mengatasi masalah susut (shringkage) di awal
pelaksanaan (Priestly et al., 1996). Sebagai pilar tinggi, geometrik pilar berongga memiliki
keunggulan terutama dalam peningkatan kekakuan lentur dan torsi serta pengurangan
massa struktur yang signifikan (Priestly et al., 1996, dan Sheikh, 2007). Mander et al
(1983) telah lebih awal membuktikan bahwa dengan mutu beton konvensional, pilar beton
bertulang berongga persegi mampu mencapai daktilitas perpindahan antara 6 sampai 8
dengan sistem pengekangan yang memenuhi kriteria New Zealand Code. Persyaratan
kestabilan pilar berongga terhadap gejala tekuk lokal pada dinding sesuai AASHTOLRFD, Bridge Design Specifications, (2010), sec. 5.7.4.7 sejauh ini masih dianggap
relevan sebagaimana telah dibuktikan sebelumnya oleh Maria, et al., (2006). Sheikh, et
al., (2007) juga telah membuktikan bahwa rasio luas penampang beton terhadap luas
penampang keseluruhan termasuk penampang rongga, (Ag/Aog) hampir tidak berpengaruh
terhadap daktilitas kurvatur pilar, kecuali jika gaya aksial tekan diturunkan menjadi
0.087fcAg dan pada rasio Ag/Aog < 0.3. Hasil penelitian pilar berongga dari Calvi, et al.
(2005) dan Kim, et al. (2012) sama-sama merekomendasikan formulasi kapasitas geser
pilar berongga dengan mempertimbangkan pengaruh aspect ratio pilar.
Semakin tingginya tuntutan kinerja durabilitas dan mekanik serta perkembangan beton
pracetak mendorong lahirnya elemen struktur dengan material beton berkekuatan ultra
tinggi. Reactive Powder Concrete (RPC) merupakan beton generasi baru berbasis semen
Portland yang kekuatannya termasuk dalam varian ultra high strength concrete (UHSC).
RPC pertama diperkenalkan oleh Richard, and Cheyrezy, (1994) dengan meminimalisir
heterogenitas beton melalui pembatasan ukuran agregat maksimum < 600 m dengan
memperbaiki mikrostruktur dengan komposisi silica fume dan semen yang tinggi, sehingga
kekuatan tekannya mampu melebihi 200 MPa. Penambahan micro steel fiber bertujuan
untuk meningkatkan kinerja daktilitasnya dengan elongasi sampai 0.7% dan energi fraktur
yang dapat mencapai 40 kJ/m2.
Pencapaian kinerja daktilitas material yang unggul pada RPC ini menjadi alasan untuk
mengembangkannya sebagai material elemen struktur tahan gempa, termasuk sebagai
pilar berongga. Zhao, et al (2008) melalui serangkaian pengujian dengan beban lateral
siklik pada elemen kantilever persegi berongga RPC berkekuatan tekan 140 Mpa,
menghasilkan rasio daktilitas perpindahan sebesar 4.8 pada drift ratio 6.4% dengan
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

18

disipasi energi 5.3 x 105 kN-mm. Budiono, et al., (2011) telah membuktikan melalui
analisis non-linear finite element bahwa daktilitas perpindahan struktur pilar
berpenampang persegi berongga UHSC dapat mencapai sekitar 1.38 kali lebih besar dari
material beton berkekuatan normal.

3. KARAKTERISTIK MATERIAL UHSC DAN BAJA TULANGAN


Hasil pengujian properti mekanik UHSC/RPC berserat polypropylene diperlihatkan pada
Tabel 1. Regangan tekan beton pada keadaan tegangan puncak meningkat akibat adanya
kontribusi serat. Meskipun demikian elongasi sebesar 0.31% ini masih dalam kategori
rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Graybeal, (2007). Modulus elastisitas
beton yang dihasilkan berselisih 4.07% lebih rendah dari hasil rumusan Graybeal, (2007),
E c 3840 f c ' untuk beton berkekuatan ultra tinggi berserat. Ada empat kategori
diameter nominal baja ulir (deform bar) yang digunakan pada spesimen yang meliputi
diameter D8 untuk tulangan transversal, diameter D10 dan D13 untuk tulangan
longitudinal dan diameter D16 untuk tulangan lentur pada kaki dan kepala pilar seperti
yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengujian property mekanik UHSC dan baja tulangan
Concrete
Mechanical Property
Average strength
Strain at peak strength
Modulus of Elasticity
Poisson ratio
Modulus of Rupture
Steel bars
Deform bar
Nominal
id.
diameters
dsn
mm
D8
8
D10
10
D13
13
D16
16
Poisson ratio : 0.3

Unit
MPa

Results
135
0.0031
42.8
0.2
9.85

GPa
MPa
Actual
diameters
dsa
mm
7.95
9.82
12.88
15.82

Yield
strain

sy
mm/mm
0.00193
0.00193
0.00210
0.00205

Yield
stress
fsy
MPa
348.41
377.90
424.02
440.81

Young
Modulus
Eso
MPa
180525.2
195804.7
201916.2
214716.1

4. KARAKTERISTIK SPESIMEN PILAR HRSP


Peralatan loading frame dalam uji eksperimental menggunakan fasilitas yang ada di
Laboratorium Struktur PUSKIM PU, Cileunyi Kab. Bandung, sehingga spesifikasi dan
mekanisme peralatan menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam desain spesimen.
Setup dan pembebanan spesimen pada loading frame adalah sistem close loop dengan
konfigurasi pilar yang menghasilkan respon double curvature yang tinggi totalnya dibatasi
antara 1.9 3.0 m (sudah termasuk bagian kepala dan kaki pilar). Spesifikasi maksimum
gaya aksial tekan loading frame adalah Pu = 90%(2000) kN, dari dua aktuator vertikal yang
masing-masing berkapasitas 1000 kN, sedangkan perpindahan lateral siklik diterapkan
melalui aktuator horisontal dengan kapasitas maksimum 1000 kN.
Hasil desain dua jenis spesimen pilar yaitu HRSP-65 dan HRSP-55 disajikan pada Tabel
2. Luas penampang gross sebesar Ag = 70400 mm2 dan sudah memenuhi estimasi
minimum dari Wight, and MacGregor, (2009). Rasio penulangan l = 3.29% diperoleh dari
konfigurasi dua lapis tulangan longitudinal 16D10 dan 8D13 pada dinding pilar yang telah
memenuhi AASHTO LRFD Bridge Design Specifications (2010) sec. 5.7.4.2 antara 1%
8%. Desain kapasitas momen pilar adalah hasil analisis melalui diagram interaksi kolom
dengan mempertimbangkan overstrength factor tulangan dan model diagram teganganregangan beton yang mendekati kondisi eksperimen. Dengan gaya aksial tekan rencana
tersebut, kapasitas momen pilar masih berada pada daerah keruntuhan lentur. Aspect
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

19

ratio pilar telah memenuhi Lc 6hco dalam perilaku double curvature yang berdasarkan
kriteria Priestley, et al. (1996) akan dominan berperilaku lentur. Desain geometri pilar ini
tidak mempertimbangkan terjadinya second order effect berupa tekuk struktural maupun
tekuk lokal sesuai kriteria AASHTO_LRFD Bridge Design Specifications (2010) sec.
5.7.4.3. dan sec. 5.7.4.7.
Tabel 2 Tipikal hasil desain dan perlakuan pada tiap spesimen
Specimens

HRSP-65
HRSP-55

Cross section
dimension
Outer
Inner
side
side
(mm)
(mm)
300
140
300
140

Clear
span

Longitudinal
reinforcement
ds
l

Transverse Axial Load


reinforcement
Ratio
dst
s**

(mm)
1800
1800

(mm)
(%) (mm)
13 dan 10 3.29
8
13 dan 10 3.29
8

(mm)
65
55

0.10
0.20

Axial
Load

Moment
capacity*

(kN)
950.4
1900.8

(kN-m)
259.6
343.2

* Diperoleh dari diagram interaksi HRSP dengan memperhitungkan over sterngth factor pada tulangan dan blok tekan beton
dari hubungan tegangan-regangan tekan model yang mendekati kondisi natural
** Untuk semua pilar, spasi sengkang diawali dengan spasi 50 mm pada muka kaki/kepala pilar

Tipikal kedua spesimen pilar yang terdiri dari bagian kaki/kepala dan bagian pilar
berongga serta konfigurasi tulangan longitudinal dan transversal ditampilkan pada
Gambar 1. Penentuan spasi sengkang D8 pada kedua spesimen merujuk pada
rekomendasi Priestley, et al., (1996) seperti pada Persamaan 1. Ach adalah luas inti
dinding pilar terkekang, spasi sengkang dinyatakan sebagai s dan lebar inti terkekang
adalah hc = 174 mm. Tegangan leleh tulangan mempertimbangkan overstrength factor
1.12fsy. Sesuai data material dan geometrik pilar diperoleh parameter fc/ fyh = 0.35 dan
Ag/Ach = 1.48. Hasil perhitungan dalam bentuk Ash/s masing-masing sebesar 4.52 mm2/mm
untuk HRSP-65 dan 5.42 mm2/mm untuk HRSP-55.

A
sh 0.12h f c '
c
s
f yh

0.13 0.01
0.5 1.25Pu l
s

Ag f c '

concentric axial load

(1)

lateral cyclic direction

D10 - 50

hole

lateral cyclic
direction

Web

s
s

Hole

A
s
s

Flange

head
D10 - 70

(c) A-A cross section (d) Longitudinal steel bars configuration


5 legs D10

foot
13D16

(a) Front view

Millimeter unit

(b) Side view


(e) Pier head/foot dimension

Gambar 1 Dimensi dan detail konfigurasi penulangan spesimen HRSP-UHSC

Jika mengacu pada rekomendasi ACI 343R-95, Analysis and Design of Reinforced
Concrete Bridge Structures, sec. 11.6.4.6 (1995) dan AASHTO-LRFD Bridge Design
Specifications sec. 5.10.11.4.1d (2010), kebutuhan tulangan pengekang pilar akan lebih
rapat lagi jika menggunakan material UHSC, sehingga sangat sulit untuk diterapkan pada
pilar berongga dengan dinding yang tipis dan dengan pendetailan tulangan yang cukup
rapat. Konfigurasi tulangan pengekang dengan spasi s pada Tabel 2 tersebut juga telah
melebihi kriteria minimum terhadap kebutuhan tulangan geser berdasarkan AASHTOLRFD Bridge Design Specifications (2010) sec 5.8.2.5.

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

20

5. SETUP DAN INSTRUMENTASI PENGUJIAN


Setup dan instrumentasi pengujian spesimen pilar dengan pembebanan kombinasi gaya
aksial tekan konstan dan perpindahan lateral siklik, ditampilkan pada Gambar 2a dan 2b.
Perpindahan pada beberapa bagian benda uji dan pengontrolan penjepitan kepala/kaki
pilar diidentifikasi melalui sensor LVDTs (Linear Voltage Displacement Transducers).
Perpindahan lateral kepala pilar (Dt) terukur dari LVDTs dengan kode Tr.2 dan Tr.2.

Gambar 2 Setup dan instrumentasi pengujian eksperimental model pilar: a) loading frame, b)
tipikal instrumentasi pengujian dan c) Strain gage pada tulangan longitudinal dan d) strain gage
pada tulangan transversal e) Pola pembebanan lateral siklik sesuai ACI 374.1-05

Sebelum perpindahan lateral siklik bekerja, spesimen HRSP-65 dan HRSP-55 masingmasing sudah mengalami gaya aksial tekan sebesar Pu = 986.3 kN dan Pu = 1882.3 kN
sesuai rencana dan dipertahankan bekerja secara konstan selama pembebanan siklik
berlangsung. Beban lateral siklik diaplikasikan dengan metode displacement control pada
satu buah aktuator horisontal secara quasi static reversal sesuai ACI Committee 374.1-05
(2005) seperti pola pada Gambar 2c.

6. HASIL PENGUJIAN EKSPERIMENTAL


a.

Respon histeresis hubungan gaya - perpindahan lateral dan kekuatan pilar

Diagram respon histeretik hasil pengujian siklik pada kedua pilar diperlihatkan pada
Gambar 3 yang berupa kurva loop tertutup (close loop curve) hubungan gaya-perpindahan
lateral siklis (Fc-Dt) pembacaan rata-rata dari transducer Tr.1 dan Tr.2. Diagram tersebut
menggambarkan kemampuan pilar dapat berdeformasi inelastik melalui beberapa siklus
perpindahan sebelum akhirnya kedua pilar mengalami failure.
HRSP-65 dengan rasio gaya aksial tekan (Pu/fcAg) sebesar 0.10 mampu mengakomodir
respon histeretik lebih banyak seperti terlihat pada Gambar 3a. Kekuatan puncak rata-rata
respon tarik dan dorong mencapai 291.6 kN pada drift ratio 1.5% dan setelah itu kekuatan
menurun secara gradual menjadi 223.5 kN pada drift ratio 4.52%. Pilar ditetapkan telah
mengalami mekanisme failure setelah kekuatan rata-rata pilar turun melampaui 20% di
bawah kekuatan puncak (0.8Fc-peak) sesuai kriteria Priestley, et al, 1996, atau FEMA P750, 2009.

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

21

Drift ratio, Dr (%)


-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0

Lateral forces, Fc (kN)

Perilaku histeretik
hubungan Fc - Dt
HRSP-65 : 0.10fc'Ag

300

150
0.8Fc-peak

0
-0.8Fc-peak

-150

Envelope curve
Drift ratio grid lines
Hysteretic loop
0.8Fc-peak

-300
-4.5%

-3.5%

-1.5%

-450
-144

-108

-72

-36

36

72

Lateral tip displacement, Dt (mm)

108

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0

450

4.5%

3.5%

1.5%

Drift ratio, Dr (%)

(b)
3

450

Lateral forces, Fc (kN)

(a)

1.5% 2.6%

Perilaku histeretik
hubungan Fc -D t
HRSP-55 : 0.20fc'Ag

300

0.8Fc-peak
3.5%

150
0
-150

Envelope curve
Drift ratio grid lines
Hysteretic loop
0.8Fc-peak

-3.5%

-300

-0.8Fc-peak

-2.6% -1.5%

-450
144

-144

-108

-72

-36

36

72

108

144

Lateral tip displacement, Dt (mm)

Gambar 3 Diagram histeretik hubungan gaya - perpindahan lateral hasil uji eksperimental: a)
spesimen HRSP-65, b) spesimen HRSP-55

Gambar 3b memperlihatkan kondisi respon histeretik spesimen HRSP-55 dengan rasio


gaya aksial tekan sebesar 0.20. Nilai rata-rata kekuatan puncak tercapai lebih tinggi dari
spesimen sebelumnya yaitu 339.1 kN pada drift ratio 1.5% dan kemudian kekuatan turun
sampai 296.4 kN pada drift ratio 2.61%. Keadaan perilaku yang getas lebih jelas kelihatan
setelah gaya aksial tekan meningkat pada spesimen ini, dimana respon gaya lateral
meningkat sedangkan deformasi inelastik pilar menurun. Tiga loop histeretik terakhir pada
drift ratio 3.5% dianggap pilar telah mengalami degradasi yang signifikan dan failure.
Setelah terbentuknya retak di daerah sendi plastis, respon histeretik pilar berangsurangsur mengalami pinching effect yang berupa penyempitan kurva respon loop histeretik
atau tidak meningkat secara penuh ketika alur simpangan spesimen berbalik arah dari
keadaaan unloadiang ke reloading berikutnya. Pada Gambar 3a, efek pinching semakin
jelas terbentuk setelah di level drift ratio 1.5% dimana bukaan retak semakin melebar,
kerusakan akibat tekan terbentuk dan bond slip tulangan terjadi. Sedangkan pada Gambar
3b efek pinching baru terbentuk jelas setelah di drift ratio 3.5% pada kondisi pilar diambang
keruntuhan. Kondisi ini diakibatkan oleh gaya aksial tekan yang besar pada HRSP-55
sehingga bukaan retak pilar dapat menutup dengan cepat, meskipun pilar tidak mampu
mencapai drift ratio yang lebih tinggi, karena gagalnya beton akibat tekan
b.

Pola retak spesimen pilar

Sketsa pola retak kedua spesimen hasil eksperimen ditampilkan pada Gambar 4 untuk
HRSP-65 dan Gambar 5 untuk HRSP-55. Retak awal di bagian pangkal kedua spesimen
terbentuk akibat tarik lentur berupa garis melintang terhadap sumbu vertikal pilar di bagian
sisi luar flange. Retak tersebut terjadi pada drift ratio 0.18% kemudian berangsur-angsur
menjalar membentuk retak geser pada bagian web dengan sudut inklinasi terhadap
sumbu vertikal pilar rata-rata sebesar 40 pada HRSP-65 dan 41 pada HRSP-55.
Peningkatan kekuatan pilar masih berlanjut setelah retak pertama terbentuk. Setelah
bukaan retak semakin melebar dan terbentuknya tambahan retak-retak baru, tulangan
mengalami bond slip yang juga berkontribusi pada pinching effect. Kekuatan pilar
berangsur-angsur menurun setelah mulai terkelupasnya selimut beton (cover spalling) di
drift ratio 1.5% pada bagian sudut luar pangkal pilar.
Distribusi retak pilar HRSP-65 rata-rata pada jarak 609 mm, sedangkan HRSP-55 ratarata menyebar sebesar 453 mm dari pangkal ke tengah bentangan. Distribusi retak yang
lebih lebar pada HRSP-65 menandakan disipasi energi yang lebih besar dengan jumlah
retak yang lebih banyak dibanding HRSP-55. Pada kondisi ultimit, pola retak spesimen
HRSP-55 terlihat lebih didominasi oleh cover spalling dalam area yang luas di bagian
flange kedua bagian pangkalnya, yang mengindikasikan terjadinya keruntuhan progresif
akibat gaya aksial tekan yang besar. Pemencaran energi dengan cover spalling lebih
besifat mendadak sehingga pilar tidak mempu mengakomodir terbentuknya retak yang
terdistribusi secara bertahap dan mekanisme keadaan ultimit HRSP-55 tercapai hanya

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

22

sampai pada drift ratio 2.61%. Kerusakan yang signifikan pada spesimen HRSP-65 baru
terlihat setelah memasuki level drift ratio 4.52%.

Gambar 4 Pola retak spesimen HRSP-65: a) Drift Ratio 1.5%, b) Drift ratio 4.5%, c) cover spalling
bagian sudut pilar, d) kondisi failure pangkal bawah pilar, e) keadaan sebelum bagian flange atas
failure, dan f) kondisi failure tulangan mengalami tekuk.

Gambar 5 Pola retak spesimen HRSP-55: a) Drift Ratio 0.85%, b) Drift ratio 2.6%, c) cover
spalling bagian flange atas, d) cover spalling bagian flange bawah, e) keruntuhan tekan bagian
sudut dan f) kondisi failure dengan terjadinya tekuk pada tulangan.

Dowel action tulangan longitudinal dalam menahan gaya geser baru terlihat jelas pada
spesimen HRSP-65 setelah bagian flange mulai remuk akibat konsentrasi gaya tekan di
akhir siklus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4f. Saat kondisi failure terjadi pada
HRSP-55, dowel action yang terbentuk pada tulangan di bagian flange dan di saat yang
bersamaan juga terjadi tekuk pada tulangan di bagian web sebagai akibat gaya aksial
tekan yang besar.
c.

Faktor daktilitas perpindahan pilar

Faktor daktilitas perpindahan (D) adalah perbandingan antara perpindahan kondisi ultimit
Du dengan perpindahan saat leleh pertama Dy dalam pendekatan sebagai garis bilinear
elastoplastis yang diekspresikan sebagai D D u D y . Perpindahan leleh ditentukan sesuai
rekomendasi FEMA P-750, 2009 sec. 14.2.4.7.11 dengan menetapkan proyeksi titik
perpotongan garis kekakuan elastis yang melewati 0.75Fc.peak kurva envelope pada
Gambar 3 dengan garis respon kekuatan puncak Fc.peak. terhadap absis. Perpindahan
kondisi ultimit mengacu pada rekomendasi Priestley, et al, (1996) yang membatasi
degradasi kekuatan tidak lebih dari 20% respon puncak pilar.
Faktor daktilitas perpindahan HRSP-65 dengan gaya aksial tekan 0.10fc Ag mampu
mencapai sebesar D = 5.03. Ketika gaya aksial tekan dinaikkan dua kali lipat pada

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

23

spesimen HRSP-55, faktor daktilitas perpindahan menurun menjadi D = 3.03 atau


berkurang sekitar 40%. Faktor daktilitas perpidahan kedua spesimen tersebut masih
menunjukkan nilai faktor yang berada pada kisaran 3 D 6 sesuai batasan yang
dikemukakan oleh Priestley, et al, (1996). Meski demikian, berdasarkan pola retak
spesimen HRSP-55 yang tidak terdistribusi lebih lebar dan didominasi oleh keruntuhan
tekan, terlihat sudah tidak memenuhi untuk diaplikasikan sebagai elemen struktur tahan
gempa.
Dengan pendekatan kurva elastoplastis ini, kekakuan elastik secant rata-rata dari respon
dorong dan tarik pilar menjadi sebesar 18492.30 kN/m untuk HRSP-55 sedangkan pada
HRSP-65 lebih rendah 20%, yaitu sebesar 14763.10 kN/m. Rendahnya daktilitas
perpindahan dan meingkatnya kekakuan awal pilar menunjukkan terjadinya peningkatan
kegetasan pada spesimen HRSP-55 ketika gaya aksial tekan meningkat.
d.

Degradasi kekakuan pilar

Priestley, et al. (1996) menyatakan kekakuan pilar sebagai kekakuan efektif,


=
D
yaitu perbandingan nilai respon gaya lateral rata-rata dengan dengan
perpindahan lateral rata-rata dorong dan tarik pada spesimen, seperti kemiringan secant
dari kurva static push over yang ditunjukkan pada Gbr. 6a.
Average lateral displacement, Dav (mm)

18

36

54

72

90

108

126

144

Effective stiffness, Keff. (N/mm)

Lateral Force, Fav (kN)

(a) Average Lateral Force-Displacement Curves

400
350
300
250
200

HRSP-65
HRSP-55
0.8Fc-peak
Keff(i)

150
100
50
0
0

Drift ratio, Dr (%)

(x 1000)

Average lateral displacement, Dav (mm)


0

450

18

36

54

72

90

108

126

144

45
40

(b) Stiffness Degradation Curves

35
30
25
HRSP-65
HRSP-55

20
15
10
5
0
0

Drift ratio, Dr (%)

Gambar 6 Kurva hubungan gaya-perpindahan lateral efektif dan kurva degradasi kekakuan pada
model pilar HRSP-65 dan HRSP-55 dibawah pengaruh gaya aksial tekan

Meningkatnya gaya aksial tekan menyebabkan kekakuan efektif spesimen HRSP-55 lebih
tinggi dibandingkan dengan HRSP-65 di beberapa level drif ratio sebagai akibat dari
peningkatan kekuatan geser pilar. Sebelum terjadinya penyebaran retak yang lebih lebar
dan degradasi kekuatan pilar yang lebih banyak akibat cover spalling, degradasi kekakuan
pilar cenderung turun lebih tajam, dari kisaran drift ratio awal sampai kondisi respon
puncak, dan setelah itu menurun lebih landai sampai kondisi ultimit tercapai seperti
nampak pada Gambar 6b.
Degradasi kekakuan secant spesimen HRSP-65 dari keadaan elastik dengan pendekatan
kurva elastoplastis sampai pada level kondisi ultimit, hasilnya lebih tinggi dengan nilai ratarata sebesar 81.37%, sedangkan pada HRSP-55 rata-rata sebesar 65.65%. Ini
menunjukkan bahwa pilar dengan gaya aksial tekan yang lebih besar tidak mampu
mengakomodir pengurangan kekakuan yang lebih besar.
e.

Disipasi energi

Luasan loop cycles ketiga di setiap level perpindahan siklik atau daerah yang diarsir dari
titik A sampai titik B pada Gambar 7a, dinyatakan dalam kriteria ACI Commitee 374.1-05
sebagai besarnya disipasi energi (wi) di suatu siklus perpindahan. Sedangkan total energi
yang terdisipasi sampai mekanisme keruntuhan terjadi diekspresikan sebagai W. Disipasi
energi di setiap level drift ratio beserta dengan nilai komulatifnya sampai keadaan failure
terbentuk diperlihatkan seperti pada Gambar 7b dan 7c.

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

24

Gambar 7 Hubungan disipasi energi - drift ratio: a) Illustrasi metode penentuan besarnya energi
yang terdisipasi pada struktur, b) Spesimen HRSP-65 dan c) Spesimen HRSP-55

Sebelum mencapai respon puncak atau sampai pada drift ratio 1.5%, disipasi energi
masih relatif kecil yang ditunjukkan dengan kemiringan kurva yang masih landai seperti
pada Gambar 7b dan 7c. Pembentukan loop cycles berikutnya berangsur-angsur
membesar seiring dengan semakin bertambahnya crack dan crushing di daerah sendi
plastis dan kontribusi kombinasi efek Bauschinger baja tulangan serta efek pinching.
Akumulasi disipasi energi pada HRSP-65 dengan gaya aksial tekan 0.1fcAg adalah 59.47
kN-m dan setelah gaya aksial tekan meningkat dua kali pada HRSP-55, akumulasi energi
tersebut menurun sekitar 28.5%, yaitu sebesar 42.52 kN-m.

7. ANALISIS NUMERIK
Validasi hasil eksperimen dilakukan melalui analisis numerik dengan metode 3D Finite
Element Model (3D-FEM) pada paket program ANSYS berdasarkan parameterparameter kenonlinearan material beton UHSC dan baja tulangan yang dianggap
berpengaruh signifikan seperti pada Tabel 1. Dengan pola pembebanan yang sama
dengan pelaksanaan uji eksperimental, kajian numerik ini di titik beratkan pada validasi
hubungan gaya-perpindahan lateral model dan distribusi tegangan pada spesimen pilar.
a.

Pemodelan elemen struktur

Elemen beton UHSC tiga dimensi dimodelkan sebagai SOLID65 dengan delapan nodal
yang masing-masing memiliki tiga derajat kebebasan translasi. Elemen ini merupakan
isoparametrik brick element yang dapat memprediksikan failure pada material yang brittle.
Tulangan terkoneksi secara diskrit pada elemen beton dengan menggunakan elemen
LINK180 sebagai 3D spar (truss) element yang perilakunya adalah tekan-tarik uniaxial
tanpa lentur. Elemen link ini memiliki dua nodal yang masing-masing memiliki tiga derajat
kebebasan translasi, Pemodelan diskrit antara elemen solid dan link mengabaikan
pengaruh bond slip. Untuk mendistribusikan gaya-gaya nodal yang berupa reaksi
konstrain pada tumpuan dan pembebanan terpusat, maka elemen SOLID45 digunakan
sebagai tambahan dalam pemodelan struktur ini.
Konstitutif material baja yang dipakai dalam pemodelan 3D-FEM seperti pada Gambar 8a.
Karakteristik material baja mengacu pada Tabel 1 dengan menganggapnya sifat
plastisitas material sebagai bilinear kinematic hardening (KINH). Pendekatan konstritutif
(ascending branch) beton yang dipakai untuk merepresentasikan pola hasil eksperimen
adalah mengacu pada Carreira and Chu (1985) untuk beton mutu tinggi dengan
mengadopsi parameter yang direkomendasikan oleh Popovics (1973), sebagaimana yang
direview oleh Wee, et al., (1996). Model tersebut diteruskan sampai pada bagian
descending branch setelah rumusannya lebih disempurnakan lagi oleh Wee, et al., (1996).
Karena penggunaan model sifat plastisitas beton sebagai Multilinear Isotropic Hardening
(MISO) di dalam ANSYS tidak merekomendasikan adanya cabang kurva dengan
kemiringan tangent yang kurang dari nol, maka model kurva konstritutif pada Gambar 8b
disederhanakan lagi dengan mengadopsi rumusan dari Todeschini (1964) sesuai yang
direview oleh Wight and MacGregor, (2009) dengan menggunakan prinsip kesamaan
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

25

energi disipasi. Kurva konstitutif Todeschini (1964) hanya mencapai kekuatan tekan
puncak sekitar 85% dari kurva sebelumnya namun memiliki regangan tekan yang lebih
panjang sekitar 0.5%. Penggunaan ragangan tekan yang panjang di dalam konstitutif
beton UHSC pada analisis numerik sebelumnya telah terbukti memberikan hubungan
respon gaya-perpindahan lateral yang lebih panjang pula (Rahman, et al., 2013).

Gambar 8 Pemodelan material, 3D-FEM dan pembebanan: a) stress-strain model untuk baja, b)
stress-strain model untuk UHSC, c) diskritisasi element solid pada model pilar, d) diskritisasi
elemen tulangan yang merangka pada model pilar, e) model eksitasi perpindahan lateral.

Diskritisasi model pilar persegi berongga dengan elemen SOLID65, SOLID45 dan
LINK180 diperlihatkan pada Gambar 8c dan 8d. Tumpuan diberikan pada blok kaki pilar
(pier footing) berupa constraint dalam DOF arah UX, UY dan UZ sesuai pendekatan dalam
eksperiemen. Gaya aksial tekan pada spesimen diaplikasikan secara konstan dengan
load control dalam arah global Y yang besarnya sesuai pada Tabel 2. Sedangkan
perpindahan lateral siklik diterapkan secara quasi static reversal dalam arah global X
mengikuti pola pada Gambar 8e. Perpindahan lateral (displacement control) diaplikasikan
secara step by step yang inkrementalnya diinterpolasi secara linear (ramped) oleh
program.
Problem ketidak-konvergenan dalam iterasi khususnya pada level perpindahan elemen
struktur yang lebih tinggi selalu menjadi kendala terutama ketika mempertimbangkan
crack dan crushing pada elemen beton (Si, et al. 2008). Untuk itu digunakan kombinasi
metode Full Newton Raphson and Automatic Linesearch. Parameter yang digunakan
dalam mengaktifkan kapabilitas crack dan crushing pada elemen SOLID65 adalah dengan
menggunakan uniaxial tensile cracking stress (ft) sebesar 9.85 MPa, unixial crushing
stress (fc) sebesar 135 MPa dan dengan menggunakan koefisien transfer geser ketika
retak terbuka dan tertutup masing-masing sebesar 0.5 dan 0.85.
b.

Validasi hasil respon gaya-perpindahan lateral

Kurva histeretik hubungan gaya-perpindahan lateral hasil analisis numerik dan


perbandingan kurva envelope dengan hasil eksperimental dari model spesimen HRSP-65
dan HRSP-55 masing-masing diperlihatkan pada Gambar 9a dan 9b. Loop histeretik
kedua model spesimen ini terlihat memiliki kesamaan pola dengan hasil eksperimen,
terutama pada perilaku pembentukan pinching dari alur loop ketika gaya aksial tekan kecil
atau diperbesar. Selain itu juga teridentifikasi kesamaan dalam pencapaian level drift ratio
ultimit antara hasil eksperimen dengan analisis numerik.
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

26

Tabel 3 Rangkuman perbandingan hasil pengujian eksperimental dan numerik


Specimen

Disp.
Ductility

Drift ratio
peak
response

Stiffness

ultimate

Initial*

ultimate

K1y

Ku

D
HRSP-65
Experimental
5.03
Numerical
3.58
HRSP-55
Experimental
3.03
Numerical
2.90
* Pendekatan elastoplastis

Stiffness
degrad.

Energy
dissipation

Crack
distribution

W (kN-m)

1.5%
3.5%

4.52%
4.50%

14763.10
14495.14

2745.50
4457.02

81.37%
69.09%

59.47
93.06

609
-

1.5%
2.0%

2.61%
2.60%

18492.30
23942.59

6322.20
9411.92

65.65%
60.55%

42.52
48.38

453
-

Perbedaan yg cukup signifikan terlihat pada perbandingan kurva envelope masing-masing


spesimen, dimana kekuatan pilar hasil investigasi numerik lebih besar dibandingkan hasil
eksperimen di semua level drift ratio. Perbandingan hasil pengujian eksperimental dan
numerik diperlihatkan pada Tabel 3. Kedua model numerik ini terlihat mencapai respon
kekuatan puncaknya di drift ratio yang lebih panjang dibanding hasil eksperimen. Karena
identifikasi keadaan perpindahan leleh yang lebih besar maka hasil daktilitas
perpindahannya pun lebih kecil dari hasil eksperimen. Disipasi energi yang dikalkulasi
sesuai metode pada Gambar 8a terhadap hasil numerik menunjukkan nilai selisih yang
lebih tinggi 36% dengan hasil eksperimen pada HRSP-65, sedangkan pada HRSP-55
selisihnya menurun yaitu 12%.

Lateral forces, Fc (kN)

HRSP-65: 0.10fc'Ag

Drift ratio, Dr (%)

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
500
400
300
200
100
0
-100
-200
-300
-400
-500

4.5%

Diagram histeretik analisis 3.5%


numerik hub. Fc -Dt

0.8Fc-peak

-2.6%
-1.5%
2.6%

-4.5%

-144

Envelope curve
Hysteretic loop
Drift ratio grid lines
0.8Fc-Peak

1.5%

-0.8Fc-peak
-3.5%

-108

-72

-36

36

72

108

500
400
300
200
100
0
-100
-200
-300
-400
-500

144

Diagram histeretik analisis


numerik hub. Fc -Dt

0.8Fc-peak
2.6%
1.5%

-2.6%

-144

-108

-72

-36

Envelope curve
Hysteretic loop
Drift ratio grid lines
0.8Fc-Peak
0

36

72

108

Lateral tip displacement, Dt (mm)

3.5%
2.6%

-2.6%

1.5%

Numerical result
Experimental result
Drift ratio grid lines

-4.5%

-108

-72

-36

36

72

108

144

Lateral tip displacement, Dt (mm)

-1.5%

-0.8Fc-peak

4.5%

-3.5%

-144

144

Drift ratio, Dr (%)

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0

Lateral forces, Fc (kN)

Lateral forces, Fc (kN)

-1.5%

HRSP-55 : 0.20fc'Ag

Drift ratio, Dr (%)

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
500
400
300
200
100
0
-100
-200
-300
-400
-500

Perbandingan kurva
envelope hub. Fc -Dt

Lateral tip displacement, Dt (mm)


(b) HRSP-55 : 0.20fc'Ag

Drift ratio, Dr (%)

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0

Lateral forces, Fc (kN)

(a) HRSP-65 : 0.10fc'Ag

500
400
300
200
100
0
-100
-200
-300
-400
-500

Perbandingan kurva
envelope hub. Fc -Dt
2.6%
-1.5%
1.5%
-2.6%

Numerical result
Experimental result
Drift ratio grid lines
-144

-108

-72

-36

36

72

108

144

Lateral tip displacement, Dt (mm)

Gambar 9 Diagram histeretik hasil simulasi numerik dan perbandingan kurva envelope dengan
hasil eksperimental: a) model spesimen HRSP-65 dan b) model spesimen HRSP-55

Perbedaan-perbedaan tersebut selain diakibatkan oleh faktor penetapan parameter yang


mempengaruhi kriteria retak di dalam program, juga akibat dari tidak diperhitungkannya
pengaruh bond slip dalam pemodelan dan pengaruh gaya aksial tekan yang bekerja pada
pilar. Meskipun model konstitutif material beton (model Todeschini, 1964) yang digunakan
sudah menggunakan regangan tekan yang panjang (0.5%) dan telah mereduksi kekuatan
tekan beton sekitar 15% kekuatan hasil eksperimen, namun upaya ini tidak berpegaruh
signifikan dan tetap memberikan respon kekuatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan
oleh penggunaan parameter uniaxial tensile cracking stress (ft) dan unixial crushing stress
(fc) yang sesuai hasil eksperimen, tergolong besar, sehingga kriteria cracking dan
crushing pada material beton untuk mengalami failure juga membesar. Karena kapasitas
tekan pilar meningkat akibat tingginya kriteria crushing maka respon kekuatan pilar dalam
arah lateral juga membesar dalam analisis numerik ini.

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

27

Jika bond slip tidak dipertimbangkan dalam analisis maka konektifitas diskrit antara
elemen link tulangan dengan elemen solid beton akan selalu berada dalam deformasi
yang sama, yakni deformasi elemen beton akan selalu mengikuti deformasi aksial baja
tulangan pada nodal diskritnya tanpa ada reduksi. Secara eksperimental telah terbukti
bahwa setelah pilar beton di zona tarik retak, maka selanjutnya akan terjadi slip tulangan
dari lekatan beton, yang mana akan mengakibatkan deformasi yang panjang pada elemen
struktur namun tidak menyumbang kenaikan kekuatan yang signifikan, atau bahkan
kekuatan akan menurun.
c.

Distribusi tegangan

Distribusi tegangan pada spesimen pilar hanya dapat diperoleh melalui analisis
pemodelan FEM sehingga menjadi bagian penting untuk melengkapi kajian hasil
eksperimental. Distribusi tegangan pada elemen beton pilar pada kondisi ultimit yang
ditampilkan pada Gambar 10a dan 11a merupakan tegangan utama tiga (3) pada titiktitik nodal untuk melihat penyebaran dan daerah yang paling kritis mengalami tekan.
Sedangkan distribusi tegangan pada titik-titik nodal elemen tulangan yang diperlihatkan
pada Gambar 10b dan 11b adalah tegangan utama satu (1) untuk melihat daerah
penulangan yang paling kritis mengalami tarik. Meshing vertikal bagian pilar berongga
dalam pemodelan ini diberi jarak 50 mm dari muka kaki/kepala pilar, kemudian dilanjutkan
dengan mengikuti spasi sengkang masing-masing model sesuai pada Tabel 2.

Gambar 10 Hasil simulasi numerik HRSP-65 pada drift ratio 4.5% (kondisi ultimit): a) Distribusi
tegangan utama 3 pada permukaan depan dan samping pilar dan b) Distribusi tegangan utama
1 pada tulangan

Gambar 11 Hasil simulasi numerik HRSP-55 pada drift ratio 2.6% (kondisi ultimit): a) Distribusi
tegangan utama 3 pada permukaan depan dan samping pilar dan b) Distribusi tegangan utama
1 pada tulangan

Spesimen HRSP-65 dari Gambar 10a terlihat tegangan tekan terbesar terjadi di bagian
flange tekan kedua pangkal (atas dan bawah) pilar, kemudian bergradasi makin mengecil
ke arah tengah bentangan. Tegangan tekan yang melampaui nilai -126,05 MPa terjadi di
kisaran rata-rata 115 mm dari pangkal pilar kemudian berangsur-angsur mengecil
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

28

menjauhi pangkal pilar. Bagian flange tarik selebar 310 mm dari pangkal pilar juga
mengalami konsentrasi tegangan tekan kecil di bagian tengah, diselingi tegangan tarik
bagian sudut yang menyebar sampai sejauh 830 mm dari daerah pangkal.
Distribusi tegangan tekan spesimen HRSP-55 dari Gambar 12a memiliki pola yang tidak
jauh berbeda dengan spesimen HRSP-65. Tegangan flange tekan yang melebihi nilai 125.68 MPa terkonsentrasi pada jarak 50 mm dari pangkal Di daerah flange tarik pangkal
pilar juga terjadi konsentrasi tegangan tekan yang kecil selebar 215 mm kemudian
berubah menjadi dominasi tegangan tarik sampai sejauh 600 mm.
Dengan membesarnya gaya aksial tekan pada HRSP-55 maka cenderung intensitas
tegangan tekan dan tarik juga meningkat namun terdistribusi dalam area yang lebih
pendek dibanding HRSP-65. Peningkatan tegangan ini mengakibatkan elemen-elemen di
bagian pangkal pilar lebih cepat mengalami failure sehingga elemen-elemen yang lebih
jauh dari pangkal belum sempat mengakomodir peningkatan tegangan lebih lanjut. Pola
distribusi tegangan pada kedua spesimen ini juga memiliki kesamaan dengan pola retak
dari hasil eksperimental, dimana secara umum teridentifikasi bahwa meningkatnya gaya
aksial tekan pada spesimen HRSP-55 menyebabkan lebar penyebaran retak maupun
tegangan menjadi berkurang.
Distribusi tegangan tarik tulangan longitudinal dan transversal hasil analisis numerik
terbesar pada kedua spesimen juga terkonsentrasi pada daerah pangkal pilar, yaitu di
bagian baris tulangan terluar daerah flange tarik seperti diperlihatkan pada Gambar 10b
dan 11b. Panjang distribusi pelelehan tulangan yang terjadi sampai di drift ratio 4.5% pada
model spesimen HRSP-65 adalah sejauh 310 mm dari pangkal pilar, sedangkan pada
model spesimen HRSP-55 di drift ratio 2.6% terdistribusi sejauh 270 mm. Dari distribusi
tegangan tarik tulangan pada kedua model spesimen tersebut dikomparasikan dengan
distribusi tegangan tekan pada beton pilar maka dapat diperkirakan panjang daerah sendi
plastis pada pilar, yaitu pada lebar 310 mm pada HRSP-65 dan 270 mm pada HRSP-55
di masing-masing pangkal pilar.

8. KESIMPULAN
Dari rangkaian program eksperimental dan numerik pada spesimen pilar beronggga
HRSP-65 dan HRSP-55 dengan kombinasi gaya aksial tekan konstan dengan
perpindahan lateral siklis secara quasi static diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Ultra High Strength Concrete (UHSC) jenis Reactive Powder Concrete (RPC) dengan
kekuatan tekan 135 MPa serta memiliki daktilitas material yang lebih unggul dari beton
konvensional, dapat dikembangkan sebagai material elemen struktur pilar beton
bertulang, khususnya untuk jembatan tahan gempa, namun dengan gaya aksial tekan
kurang dari 0.2fcAg.
Pilar dengan rasio gaya aksial tekan 0.1 (HRSP-65) menampilkan kinerja yang
memuaskan yang ditandai dengan daktilitas perpindahan pilar yang masih memenuhi
kriteria 3 D 6 sesuai yang dikemukakan oleh Priestley, et al, (1996), dengan dispasi
energi dan degradasi kekakuan yang lebih besar, serta dengan degradasi kekuatan
menurun lebih gradual, dengan pola distribusi retak yang lebih panjang.
Pilar dengan rasio gaya aksial tekan 0.2 (HRSP-55) cenderung sudah berperilaku getas
yang ditandai dengan meningkatnya respon kekuatan geser, jumlah loop histeretik
menurun, pencapaian drift ratio rendah, sehingga berpengaruh pada terbentuknya
dominasi keruntuhan tekan dengan lebar distribusi retak dan kerusakan yang lebih
pendek serta disipasi energi yang lebih kecil.

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

29

Rumusan Priestley, et al. (1996) yang digunakan dalam desain spasi tulangan
pengekang sendi plastis pada pilar dengan beton berkekuatan ultra tinggi sampai 135
MPa, masih tergolong memadai pada HRSP-65 dengan gaya aksial tekan 0.1fc Ag,
namun dengan gaya aksial tekan 0.2fcAg, menghasilkan perilaku yang tidak daktail.
Pola retak spesimen HRSP-65 lebih didominasi oleh kombinasi retak lentur dan geser
di pangkal pilar dengan distribusi yang lebih lebar, sedangkan pada HRSP-55 lebih
didominasi oleh terbentuknya keruntuhan tekan yang mendadak dengan distribusi
retak yang lebih pendek. Kecenderungan hasil eksperimen tersebut memiliki kesamaan
pola dengan distribusi tegangan pada FEM, dimana distribusi tegangan yang besar
akan terkonsentrasi pada lebar area yang makin kecil ketika gaya aksial tekan
meningkat pada pilar.
Perbedaaan respon kekuatan pilar antara hasil analisis numerik dengan hasil uji
eksperimental diakibatkan oleh dua faktor sebagai berikut:
Penggunaan hasil eksperimen material beton RPC sebagai input uniaxial tensile
cracking stress (ft) dan unixial crushing stress (fc) pada karakteristik beton dalam
analisis numerik mengakibatkan kekuatan beton mengalami peningkatan sehingga
kriteria failure (crack dan crushing) beton juga membesar.
Bond slip tidak dipertimbangkan dalam analisis numerik sehingga konektifitas diskrit
antara elemen link tulangan dengan elemen solid beton akan selalu berada dalam
deformasi yang sama, yakni deformasi elemen beton akan selalu mengikuti
deformasi aksial baja tulangan pada nodal diskritnya tanpa ada reduksi.
Distribusi tegangan tarik pasca leleh tulangan dikomparasikan dengan distribusi
tegangan tekan pada beton pilar dapat memberikan prediksi panjang daerah sendi
plastis pada pilar.

9. UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Wijaya Karya Beton yang telah
memberikan dukungan dana penelitian ini melalui kerja sama penelitian dengan Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (FTSL-ITB) dengan nomor
kontrak perjanjian KU.09.09/WB-0A.1356 /2012 dan 2000/I1.C09/DN/2012.

DAFTAR PUSTAKA
AASHTO-LRFD Bridge Design Specifications, (2010), Published by American Association
of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), Fifth Edition, ISBN: 9781-56051-451-0, Pub Code: LRFDUS-5, Washington DC 20001, 2010.
AASHTO Guide Specifications for LRFD Seismic Bridge Design, (2011), Published by
American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO),
Second Edition, ISBN: 978-1-56051-521-0, Pub Code: LRFDSEIS-2, Washington
DC 20001, 2011.
ACI 343.R - 95, (1995) Analysis and Design of Reinforced Concrete Bridge Structures,
Reported by ACI-ASCE Commitee 343, March, 1 1995
ACI 374.1 - 05, (2005), Acceptance Criteria for Moment Frames Based on Structural
Testing and Commentary, Reported by American Concrete Institut (ACI)
Committee 374 adopted ACI T1.1/T1.1R-01 as ACI 374.1-05 on October, 12 2005.
Budiono, B., Kurniawan, R., dan Rahman, M.J., (2011) Perilaku Elemen Struktur Beton
Bertulang Beton Bubuk Reaktif (Reactive Powder Concrete) dengan Beban Lateral
Statik Monotonik, Proceeding 1st Indonesian Structural Engineering and Material
Symposium (1st ISEMS), Department of Civil Engineering - Parahyangan Catholic
University, Bandung, 17-18 November 2011, ISBN: 978-979-97606-5-4, Page 115.
Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

30

Calvi, G.M., Pavese, A., Rasulo, A., and Bolognini, D., (2005), Experimental and
Numerical Studies, on the Seismic Response of R.C Hollow Bridge Piers,
Springer, Bulletin of Earthquake Engineering, 3: 367-297.
FEMA (Federal Emergency Management Agency) P-750, (2009), NEHRP (National
Earthquake Hazards Reduction Program) FEMA of the U.S. Department of
Homeland Security, By the Building Seismic Safety Council of the National
Institute of Building Sciences, 2009 Edition.
Graybeal, A.B., (2007), Compressive Behavior of Ultra-High-Performance FibreReinforced Concrete, ACI Materials Journal, Vol. 104, No. 2, Page 146 152,
March-April 2007.
Mander, J.B., Priestley, M.J.N., and Park, R., (1983), Behavior of Ductile Hollow
Reinforced Concrete Columns, Bulletin of the New Zealand National Society for
Earthquake Engineering, Vol. 16, No. 4, December 1983, 273-290.
Maria, H.S., Wood, S.L., Breen. J.E., (2006), Behavior of Hollow Rectangular Reinforced
Piers Subjected to Biaxial Loading, ACI Materials Journal, Title no. 103-S41, Vol.
103, No. 3, Page 390-398, May-June 2006.
Priestley, M.J.N., Seible, F., and Calvi, G.M., (1996), Seismic Design and Retrofit of
Bridge John Wiley and Sons, Inc, New York.
Rahman, M.J., Budiono, B., Surono, A., dan Pane, I, (2013), Simulasi Numerik Perilaku
Model Pilar Jembatan Berpenampang Persegi Berongga dengan Beton Berkinerja
Ultra Tinggi pada Pembebanan Lateral, Prosiding Konferensi Nasional
Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2013, Bandung, 21 November 2013, ISSN
2354-5755. Hal. 50-64.
Richard, P., and Cheyrezy, M., (1994), Reactive Powder Concretes With High
Ductility and 200 - 800 Mpa Compressive Strength ACI Materials Journal ,

Vol. 144, page 507-518.


Sheikh, M.N., Vivier, A., and Legeron, F., (2007), Seismic Vulnearability of Hollow core
Concrete Bridge Piers, Proceeding of the 5th International Conference on
Concrete under Severe Condition of Environment and Loading (CONSEC07),
France, 2007, 1445-1454.
Si, B.J., Sun, Z.G., Ai, Q.H., Wang, D.S., and Wang, Q.X., (2008), Experiments and
Simulation of Flexural-Shear Dominated RC Bridge Piers Under Reversed Cyclic
Loading, The 14th World Conference on Earthquake Engineering October 12-17,
2008, Beijing, China.
Wee, T.H., Chin, M.S., and Mansur, M.A., (1996), Stress-Strain Relationship of High
Strength Concrete in Compression, Journal of Materials in Civil Engineering, Vol.
8, No. 2, May, 1996, ASCE, ISSN 0899-1561/96/0002-0076, Paper No. 9650.
Wight, J.K. and MacGregor, J.G., (2009), Reinforced Concrete, Mechanics and Design,
Fifth Edition, Prentice-Hall, Inc. USA
Zhao. G.Y., Yan., G.P. and Hao, W.X., (2008), Seismic Performance of RPC Hollow
Rectangular Bridge Columns, The 14th Word Conference on Earthquake
Engineering, October 12-17, 2008 Beijing, China.

Seminar dan Pameran HAKI 2015 Challenges in the Future, Jakarta, 25 26 Agustus 2015

31

Anda mungkin juga menyukai