Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.

7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

ANALISIS PENGHUBUNG GESER BALOK KOMPOSIT PRACETAK


DENGAN PLAT BETON
Franco Michael Sumampouw
Steenie E. Wallah, Bonny M. M. Ointu, Servie O. Dapas
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: franco.sumampouw@gmail.com

ABSTRAK
Struktur beton pracetak banyak digunakan karena dapat dikerjakan dengan cepat, tepat dan efisien
namun masih diperlukan komponen beton cast in situ contohnya plat sehingga balok dan plat harus
disambungkan dengan penghubung geser agar struktur menjadi struktur komposit. Pada struktur
komposit terdapat gaya geser horizontal yang timbul selama pembebanan. Penggunaan elemen
komposit harus memiliki tahanan terhadap geser yang cukup pada bidang singgung agar tidak terjadi
slip antara balok dan plat beton. Mekanisme transfer tegangan geser antara beton dipengaruhi oleh
kekasaran dari permukaan, tahanan tekan dari beton dengan mutu yang lebih rendah, serta jumlah
penghubung geser (shear connector).
Analisis yang digunakan didasarkan pada Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung menurut SNI 2847-2013. Balok Komposit beton pracetak dan plat beton dimodelkan dalam
balok dengan perletakan jepit-jepit dengan panjang bentang 4 meter dan plat selebar balok dengan
penghubung geser (shear connector) berupa takikan dari balok beton dengan variasi bentuk, tinggi dan
lebar. Tahapan analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak Structure Analysis Program
(SAP2000).
Hasil analisis memperlihatkan bahwa penghubung geser (shear connector) memberikan pengaruh
terhadap elemen balok, dalam menahan gaya geser yang terjadi antara balok pracetak dan plat beton.
Penghubung geser yang ditakikan pada plat dengan bentuk yang berbeda walaupun memiliki luas
penghubung geser dan jumlah penghubung geser yang sama akan menghasilkan tegangan yang
berbeda. Penghubung geser pada balok komposit pracetak dan plat beton dengan bentuk persegi
panjang merupakan penghubung geser yang paling efisien dilihat dari tegangan-tegangan dan
lendutan yang dihasilkan.
Kata kunci: balok komposit, penghubung geser (shear connector), beton pracetak

PENDAHULUAN Pekerjaan struktur balok beton pracetak


masih memerlukan komponen beton bertulang
Latar Belakang biasa contohnya plat. Jika penggunaan plat beton
Seiring dengan perkembangan teknologi dan digunakan mutu yang sama dengan elemen balok
kebutuhan yang semakin meningkat, sistem maka pekerjaan struktur tidak akan efisien. Plat
struktur dituntut untuk didisain menjadi lebih beton biasanya di cor di tempat atau cast in situ
efektif dan efisien disegala aspek. Selain dari segi karena dimensi plat yang besar namun tidak
kekuatan yang secara mutlak harus terpenuhi, terlalu tebal yang jika dibuat precast akan
aspek lain seperti aspek ekonomi dan kemudahan menimbulkan masalah dalam pengangkutan. Oleh
pelaksanaan juga harus diperhitungkan. karena itu dibuat solusi dengan membuat elemen
Dalam dunia konstruksi yang menuntut komposit antara plat beton cor in situ dan balok
untuk bergerak cepat, tepat, dan efisien. beton yang dibuat dengan menggunakan sistem
Penggunaan sistem precast atau yang dikenal precast dengan mutu yang berbeda.
dengan beton pracetak banyak digunakan karena Pada struktur komposit terdapat gaya geser
dapat bekerja dengan cepat, tepat, dan efisien. horizontal yang timbul selama pembebanan.
Beton precast mempunyai kualitas yang benar- Penggunaan elemen komposit harus memiliki
benar terjamin karena proses pembuatannya tahanan terhadap geser yang cukup pada bidang
dilakukan dengan metode yang baik dan benar, singgung. Bila struktur komposit bekerja secara
serta perawatannya juga sangat diperhatikan kesatuan maka tidak akan terjadi slip antara plat
sesuai dengan peraturan yang berlaku. dan balok. Mekanisme transfer tegangan geser

449
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

antar beton dipengaruhi oleh kekasaran dari memanjangkan permukaan atas balok. Dengan
permukaan, tahanan tekan dari beton dengan mutu demikian ketidaksinambungan pada bidang
yang lebih rendah, serta jumlah penghubung geser kontak dapat dihilangkan bila perlawanan geser
(shear connector). Plat lantai dan balok pracetak horizontal dapat dikerahkan secukupnya. Dapat
dihubungkan dengan penghubung geser (shear dicatat bahwa lendutan dari sistem gabungan akan
connector) ataupun perlakuan khusus pada bidang jauh lebih kecil dari lendutan sisten tanpa
singgung agar menghasilkan struktur komposit. gabungan.
Dalam perencanaan ini dianalisis parameter
paling effisien untuk struktur komposit beton dan
beton dengan beda mutu.

Rumusan Masalah
Daya lekat efektif antara kedua bagian dari
balok komposit dapat dikembangkan dengan
membuat kasar permukaan singgung dari unit
pracetak sebelum pengecoran beton cor langsung Gambar 1. Balok Bukan Komposit yang Melendut
di tempat, atau dengan menonjolkan tulangan- (Sumber: Wang dan Salmon, 1990)
tulangan dari unit pracetak yang berfungsi sebagai
penyambung geseran. Hal ini akan meningkatkan
tahanan geser pada bidang kontak struktur
komposit. Maka diperlukan analisis penghubung
geser dengan menggunakan software SAP untuk
menentukan penghubung geser paling efektif
untuk penampang komposit balok beton pracetak
dan plat beton cor in situ.

Tujuan Penelitian Gambar 2. Balok Komposit yang Melendut


Tujuan penelitian ini adalah menganalisa (Sumber: Wang dan Salmon, 1990)
pengaruh variasi model penghubung geser dari
balok pracetak yang ditakikan ke dalam plat pada Umumnya struktur komposit berupa :
permukaan antara balok dan plat dengan mutu 1. Kolom baja terbungkus beton / balok baja
beton yang berbeda terhadap tahanan geser yang terbungkus beton (Gambar 3.a/d).
dihasilkan dari suatu penampang komposit balok 2. Kolom baja berisi beton/tiang pancang
beton pracetak dan plat beton bertulang cor di (Gambar 3.b/c).
tempar. 3. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar
3.e)
Manfaat Penelitian 4. Balok beton pracetak (precast) yang menahan
Dapat memberikan informasi tentang model plat beton (Gambar 3.f)
penghubung geser (shear connector) yang efisien
untuk menghasilkan tahanan geser yang optimum

LANDASAN TEORI

Sistem Struktur Komposit


Menurut Wang dan Salmon, (1990), jika
sistem plat dan balok tidak bekerja secara
gabungan (Gambar 1), interaksi hanya diberikan
oleh gesekan; sehingga plat hanya memikul
sebagian kecil aksi longitudinal. Sistem statis
dengan gesekan yang diabaikan. Bila sistem
bekerja secara gabungan (Gambar 2), maka tidak
akan terjadi slip relative antara plat dan balok.
Gaya-gaya horizontal yang timbul akan Gambar 3. Tipe Struktur Komposit
memendekkan permukaan bawah dari plat dan

450
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

Tegangan Lentur
Balok adalah batang yang dominan memikul
beban-beban yang bekerja arah transversal.
Akibat beban ini, balok akan mengalami
deformasi yang berupa lengkungan atau kenturan
yang menimbulkan tegangan. Apabila ukuran
balok bertambah, maka tegangan pada suatu titik
pada balok akan berkurang untuk suatu harga
momen. Besaran ini disebut dengan momen
inersia (I). Tegangan lentur sangat berpengaruh
dari faktor-faktor diatas. Persamaan tegangan
lentur adalah:
𝑀.𝑦
𝜎𝑥 = 𝐼 (1) Gambar 5. Lebar efektif balok komposit
Jika momen lentur disuatu balok adalah positif,
maka tegangan lentur akan positif (tarik) dibagian Perencanaan Kekuatan Plat Beton di Atas
penampang dimana y adalah negatif, artinya Balok Beton Pracetak
dibagian bawah balok. Tegangan dibagian atas Untuk menjamin bahwa tegangan-tegangan
balok akan negatif (tekan), jika momen lentur pada tingkat beban kerja tidak akan melampaui
adalah negatif juga. 75% dari kekuatan leleh yang ditetapkan untuk
tulangan, peraturan ACI mensyaratkan bahwa
Tegangan Geser tinggi efektif dc dari penampang komposit
Persamaan Tegangan geser adalah sebagaimana digunakan untuk menghitung
𝑉.𝑄 kekuatan nominal Mn tidak boleh melebihi
𝜏 = 𝐼.𝑏 (2)
𝑀𝐿
𝑑𝑐 ≤ (1.15 + 0.24 ) 𝑑𝑝 (3)
𝑀𝐷
Dua persyaratan harus dipenuhi. Pertama,
tegangan kerja tanpa perancah tidak boleh
melebihi 0.75fy dalam baja
𝑀𝐷 𝑀𝐿
+ ≤ 0.75𝑓𝑦 (4)
𝐴𝑠 𝐼𝑝 𝑑𝑝 𝐴𝑠 𝐼𝑐 𝑑𝑐
Persyaratan kedua adalah bahwa kekuatan
momen nominal Mn dari penampang gabungan
harus mencukupi
𝜙𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 (5)
𝑎
0.90(𝐴𝑠𝑓𝑦) (𝑑𝑐 − 2 ) ≥ 1.4𝑀𝐷 + 1.7𝑀𝐿 (6)
Dari pada menggunakan beberapa aturan
Gambar 4. Distribusi Tegangan Geser
pada Penampang Komposit
khusus dengan sasaran pada penyediaan
(Sumber: Wang dan Salmon, 1990) kelayanan yang layak secara tidak langsung. ACI-
17.2 secara sederhana menyatakan persyaratan-
Lebar Efektif. persyaratan umum, termasuk ACI-17.2.7 yang
Konsep lebar efektif sangat berguna dalam mensyaratkan agar unsur-unsur komposit
proses desain suatu komponen struktur komposit memenuhi persyaratan pengendalian lendutan
terutama ketika proses desain harus dilakukan dalam ACI-9.5.5. ini berarti bahwa bilamana
terhadap suatu elemen yang mengalami distribusi lendutan yang berlebihan dapat menimbulkan
tegangan yang tidak seragam. Besarnya lebar kerusakan, lendutan harus diperhitungkan.
efektif (Gambar 5) dari suatu komponen struktur Untuk menjamin aksi gabungan, maka geser
komposit dapat ditentukan sebagai berikut: horizontal harus dipindahkan melewati bidang
1. Untuk gelagar luar (tepi). kontak. Untuk perencanaan biasa, menggunakan
beff < L/8 kekuatan nominal geser horizontal Vnh yang
beff < L1/2 + b’ dihitung dengan
2. Untuk gelagar dalam. 𝑉𝑛ℎ = 𝑣𝑛ℎ 𝑏𝑣 𝑑𝑐 (7)
beff < L/4 . harga-harga maksimum untuk vnh dapat dilihat
beff < (L1 + L2)/2 dalam SNI 2847-2013
Lebar efektif yang dipakai dipilih yang terkecil.

451
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

dengan demikian, persyaratan perencanaan pada Permukaan kasar adalah permukaan yang
SNI 2487.2013 dapat dinyatakan sebagai paling tidak memiliki amplitude 3 mm dan spai
𝜙𝑉𝑛ℎ ≥ 𝑉𝑢 (8) 20 mm karena adanya agregat kasar yang
timbul di permukaan. atau sengaja dikasarkan
Konsep Kekuatan sehingga mencapai amplitude 3 mm
Menurut Wang dan Salmon (1990), jika 4. Bertakuk
digunakan konsep kekuatan, maka penghubung Permukaan Bertakik dapat dilihat pada
geser terbagi secara merata dalam memikul gaya Gambar 6. dimana permukaan sengaja dikasar-
tekan total yang terjadi dalam plat beton dengan kan dengan amplitude diatas 6 mm.
dicapainya kekuatan momen nominal Mu. Ini
berarti, diperlukan penghubung geser untuk
memindahkan gaya tekan yang timbul pada
tengah bentang ke balok precast dengan jarak L/2,
karena gaya tekan tidak boleh ada dalam plat
beton pada ujung bentang dimana tidak ada
momen. Gaya tekan pada kekuatan Mn yang harus
disalurkan tidak boleh melebihi apa yang dapat
dipikul oleh beton, Gambar 6. Permukaan Bidang Sentuh Bertakuk
𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0.85 𝑓 ′ 𝑐 𝑏𝐸 𝑡 (9) (Sumber: Pedro Santos, 2009)
atau, jika gaya Tarik di sisi bawah plat pada
kekuatan Mn lebih kecil dari Cmaks Tegangan tekan rencana pada bidang sentuh
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (10) antara vbeton dan beton (Vu) adalah sebagai
Dengan demikian untuk penghubung berikut:
individual yang masing-masing mempunyai 𝑉𝑢 = 𝑐 𝑓𝑐𝑡 + 𝜇𝜎𝑛 + 𝜌𝑓𝑦(𝜇𝑠𝑖𝑛𝛼 + 𝑐𝑜𝑠𝛼) ≤ 0.5𝑣𝑓′𝑐
kekuatan qult pada ambang pintu keruntuhan, (12)
jumlah total N penghubung yang diperlukan
Tabel 1. Koefisien Kohesi dan Friksi Berdasarkan
antara titik-titik dengan lentur maksimum dan nol
Eurocode 2 (2004)
adalah Koefisien Kohesi dan Friksi
𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑁 = 𝑞𝑢𝑙𝑡 atau 𝑞𝑢𝑙𝑡
(11) Berdasarkan Eurocode 2
tergantung nilai terkecil koefisien koefisien
Tipe Kohesi friksi
Juga dapat diperhatikan bahwa hubungan Permukaan
plat dan balok harus mempunyai momen nominal c μ
Mn. Namun dibawah beban kerja, balok memikul Sangat Halus 0.25 0.5
beban mati dan beban hidup, tapi penghubung Halus 0.35 0.6
hanya memikul beban yang ada setelah plat Kasar 0.45 0.7
mencapai kekuatannya. Jika hubungan
Bertakuk 0.5 0.9
direncanakan untuk memikul beban hidup saja,
(Sumber: Pedro Santos, 2009)
harus digunakan faktor keamanan yang lebih
tinggi. Secara pendekatan hasil yang sama
Jenis penghubung geser:
diperoleh jika penghubung direncanakan memikul
Menurut Wang dan Salmon (1987), jenis-
beban mati di samping beban hidup dengan
jenis penghubung geser adalah sebagai berikut:
provisi keamanan yang lazim.
1. Sengkang Baja tulangan dari balok pracetak,
diangkurkan sepenuhnya ke dalam plat.
Permukaan Bidang Sentuh
2. Gesekan atau lekatan dalam kombinasi dengan
Menurut Pedro Santos (2009), permukaan
pengikat vertikal, untuk plat di atas balok
bidang sentuh dapat diklasifikasikan sebagai
beton pracetak.
berikut :
3. Kunci geser, untuk semua kasus aksi gabungan
1. Sangat halus
beton-ke-beton di mana gesekan atau lekatan
Permukaan yang dikategorikan halus seperti,
tidak cukup.
permukaan baja, plastik, atau kayu.
4. Pemberian takuk-takuk dalam unit pracetak
2. Halus
atau dengan membuat kasar permukaan
permukaan yang dikategorikan halus seperti
singgung dari unit pracetak sebelum
beton yang hanya dibiarkan setelah di cor
pengecoran beton cor langsung di tempat.
3. Kasar

452
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

METODOLOGI PENELITIAN 𝜌𝑏 = 0.0612


- 𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0.75 × 𝜌𝑏
Metode yang digunakan dalam penyelesaian 𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0.75 × 0.0612
proposal ini adalah dengan cara analitis yang 𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0.04593
difokuskan untuk perhitungan penghubung geser - Misalkan diambil setengah dari 𝜌𝑚𝑎𝑥
yang cukup kaku agar mendapatkan penampang 𝜌 = 0.04593/2
yang sepenuhnya komposit sehingga mampu 𝜌 = 0.02296
menahan gaya geser yang terjadi. Analisis yang 𝑓𝑦
- 𝑚 = 0.85×𝑓′𝑐
digunakan didasarkan pada Tata Cara Perhitungan
320
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung menurut 𝑚 = 0.85×50
SNI 2847-2013. 𝑚 = 7.529
Penelitian ini dibagi didalam 3 tahapan yaitu: 1
- 𝑅𝑛 = 𝜌 𝑓𝑦 (1 − 2 𝜌 𝑚)
Tahapan Input data berupa penyediaaan data gaya
1
aksial, gaya momen, dan juga gaya geser. 𝑅𝑛 = 0.02296 × 320 (1 − 2 × 0.02296 ×
Tahapan analisis data yaitu berupa perencanaan
dimensi balok struktur menggunakan perangkat 7.529)
lunak Structure Analysis Program (SAP). 𝑅𝑛 = 6.712 𝑀𝑃𝑎
Tahapan Output yang didalamnya membahas - 𝑀𝑈 = 1.2 × 𝑀𝐷
tentang hasil perencanaan penghubung geser 𝑀𝑈 = 1.2 × 3.333
(shear connector). 𝑀𝑈 = 4 𝑘𝑁𝑚
𝑀𝑢
- 𝑏 × 𝑑2 (𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢) = ∅𝑅𝑛
4 𝑘𝑁𝑚
HASIL DAN PEMBAHASAN 𝑏 × 𝑑2 (𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢) = 0.9×6.712×1000𝑘𝑁/𝑚2
𝑏 × 𝑑2 (𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢) = 0.000662 𝑚3
Hasil Penelitian 𝐿
- ℎ𝑚𝑖𝑛 =
Plat gabungan selebar balok diatas balok 16
4
beton bertulang pracetak diletakkan diatas ℎ𝑚𝑖𝑛 = 16
tumpuan jepit-jepit dengan data dibawah ini : ℎ𝑚𝑖𝑛 = 0.25 𝑚
- Bentang =4m Diambil ℎ = 500 𝑚𝑚
- Tebal plat = 12 cm, - Misalkan dipakai tulangan ∅ = 16 𝑚𝑚
- Beban hidup = 50 kN/m2 𝜋
𝐴𝑠 = 4 𝑑2
- f’c untuk plat = 25 MPa 𝜋
- f’c untuk balok = 50 MPa 𝐴𝑠 = 4 162
- fy = 320 MPa. 𝐴𝑠 = 201.062 𝑚𝑚2
∅𝑡𝑢𝑙
- 𝑑 = ℎ − 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 − 2
Pembebanan 16
• Beban pada penampang non komposit 𝑑 = 500 − 50 − 2
Taksiran berat plat = 1 𝑘𝑁/𝑚 𝑑 = 442 𝑚𝑚
Taksiran berat balok= 4 𝑘𝑁/𝑚 0.000662 𝑚3
- 𝑏𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
Beban mati =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑙𝑎𝑡 (0.442𝑚)2
= 1 + 4 = 5 𝑘𝑁/𝑚 𝑏𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0.003388 𝑚
• Momen akibat beban mati dan beban hidup Dipakai 𝑏 = 0.3 𝑚 = 30 𝑐𝑚 = 300 𝑚𝑚
1 - 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑
MD = 24 × 𝑤𝐷 × 𝐿2
1 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0.02296 × 300 × 442
= 24 × 5 × 42 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 3045.68 𝑚𝑚2
= 3.333 𝑘𝑁𝑚
Menentukan tulangan untuk penampang
Menentukan dimensi balok pracetak komposit
0.05
- 𝛽1 = 0.85 − (𝑓 ′ 𝑐 − 30) 7 • Beban pada penampang komposit
𝛽1 (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑓 ′ 𝑐 = 50𝑀𝑃𝑎) = 0.85 − (50 − - Beban sementara = 2 𝑘𝑁/𝑚2 × 0.3 𝑚
30)
0.05
= 0.707 = 0.6 𝑘𝑁/𝑚
7
0.85×𝛽1 ×𝑓′𝑐 600 - Beban hidup =50 𝑘𝑁/𝑚2 × 0.3𝑚
- 𝜌𝑏 = ( 𝑓𝑦
) (600+𝑓𝑦) = 15 𝑘𝑁/𝑚
0.85×0.707×50 600 1
𝜌𝑏 = ( ) (600+320) - ML = × 𝑤𝐿 × 𝐿2
320 24

453
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

1 𝑀𝑛 = 257.2288 𝑘𝑁(562 𝑚𝑚 − 0.5 ×


= 24 × 15 × 42
= 10 𝑘𝑁𝑚 40.35𝑚𝑚)
- 𝑀𝑈 = 1.2 𝑀𝐷 + 1.6𝑀𝐿 𝑀𝑛 = 92667.17 𝑘𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑀𝑈 = 1.2 × 3.333 + 1.6 × 10 22222.2 𝑘𝑁𝑚𝑚 OK
𝑀𝑈 = 20 𝑘𝑁𝑚 - Periksa dc. Tinggi effektif maksimum dc dari
𝑀𝑢 penampang komposit tidak boleh melebihi
- 𝑀𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = ∅ 16
20 o 𝑑𝑝 = 500 − 50 − 2 = 442 𝑚𝑚
𝑀𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0.9
𝑀
𝑀𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 22.2222 𝑘𝑁𝑚 o (1.15 + 0.24 𝑀 𝐿 ) 𝑑𝑝 > 𝑑𝑐
𝐷
- Lebar efektif bE= 0.3 𝑚 (1.15 + 0.24
10
) 0.442 > 562 𝑚𝑚
- Dengan memisalkan garis netral berada dalam 3.333
plat saat dicapainya kekuatan nominal Mn 826.54𝑚𝑚 > 562 𝑚𝑚 OK
o 𝐶 = 0.85 × 𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏𝐸 × 𝑎 - Periksa beban-beban konstruksi
𝐶 = 0.85 × 25 𝑀𝑃𝑎 × 0.3 𝑚 × 𝑎 𝑀𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 =
1
(5 + 0.6)44
𝐶 = 6375 𝑎 (𝑘𝑁⁄𝑚) 24
o 𝑇 = 𝑓𝑦 × 𝐴𝑠 = 3.7333 𝑘𝑁𝑚
𝑇 = 320 𝑀𝑃𝑎 × 𝐴𝑠 Untuk penampang pracetak
𝑇 = 320000𝐴𝑠 (𝑘𝑁/𝑚2 ) o 𝐶 = 0.85 × 𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏𝐸 × 𝑎
o 𝐶=𝑇 𝐶 = 0.85 × 50 𝑀𝑃𝑎 × 0.3 𝑚 × 𝑎
6375 𝑎 (𝑘𝑁⁄𝑚) = 320000𝐴𝑠 𝐶 = 12750 𝑎 (𝑘𝑁⁄𝑚)
6375 𝑎 (𝑘𝑁⁄𝑚) o 𝑇 = 𝑓𝑦 × 𝐴𝑠
𝐴𝑠 = 320000(𝑘𝑁/𝑚2 )
𝑘𝑁
𝐴𝑠 = 0.019922𝑎 (𝑚) 𝑇 = 320 × 1000 2 × 0.00803.84 𝑚2
19 𝑚
o 𝑑𝑐 = 620 − 50 − 2 𝑇 = 257.2288 (𝑘𝑁/𝑚2 )
257.2288𝑘𝑁
𝑑𝑐 = 562 𝑚𝑚 o 𝑎 = 12750𝑘𝑁/𝑚
o 𝑀𝑛 = 𝐶(𝑑𝑐 − 0.5𝑎) jika a umumnya lebih
𝑎 = 0.020175 𝑚 = 2.0175 𝑐𝑚
kecil dari t/2
o 𝑀𝑛 = 𝐶(𝑑𝑐 − 0.5𝑎)
22.2222 = 6375 𝑎 (0.562 − 0.5𝑎)
𝑀𝑛 = 257.2288 𝑘𝑁(442 𝑚𝑚 − 0.5 ×
22.2222 − 3582.8𝑎 + 3187.5𝑎2 = 0
20.175𝑚𝑚)
a2 = 0.006237 m = 6.237 mm
𝑀𝑛 = 111.1004 𝑘𝑁𝑚𝑚
o 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 19.922𝑎 1.2×3.7333
o 𝑀𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = 4.9778 𝑘𝑁𝑚 <
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 19.922 × 6.237 0.9
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 124.2561 𝑚𝑚2 111.1004 𝑘𝑁𝑚 OK
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
o 𝑛= 𝐴𝑠 ∅16 Periksa Pemindahan Geser
124.2561 1
𝑛= = 0.618 ≈ 4 𝑏𝑢𝑎ℎ o 𝑉𝑢 = 2 (1.2(5) + 1.6(15))42 = 240 𝑘𝑁
200.96
𝜋 𝑉𝑛ℎ 𝑉𝑢 238.69
o 𝐴𝑠𝑎𝑑𝑎 = 4 × 4 162 o 𝑣𝑛ℎ = 𝑏𝑣 𝑑𝑐 = 𝜙 𝑏𝑣 𝑑𝑐 = 0.85×300×562
𝐴𝑠𝑎𝑑𝑎 = 803.84 𝑚𝑚2 = 0.00080384 𝑚2 = 1.665581 𝑁/𝑚𝑚2
- karena vnh>0.55 N/mm2, gesekan saja tidak
Kontrol dapat diandalkan untuk memindahkan geser
- Periksa momen nominal penampang ada horizontal,
o 𝑇 = 𝑓𝑦 × 𝐴𝑠 - namun karena vnh <3.5 N/mm2, permukaan
𝑇 = 320 × 1000 (𝑘𝑁/𝑚) × harus sengaja dikasarkan
0.00080384𝑚2
𝑇 = 257.2288 𝑘𝑁
Variasi Bentuk
o 𝐶 = 𝑇 = 6375 𝑎 (𝑘𝑁⁄𝑚)
Variasi pertama adalah balok pracetak
257.2288 𝑘𝑁 = 6375 𝑎 (𝑘𝑁⁄𝑚) dengan plat beton dimana balok pracetak
257.2288𝑘𝑁
𝑎= ditakikan ke plat dengan bentuk penghubung
6375𝑘𝑁/𝑚
geser yang berbeda meskipun dengan tinggi
𝑎 = 0.04035 𝑚 penghubung geser dan luas penghubung geser
o 𝑀𝑛 = 𝐶(𝑑𝑐 − 0.5𝑎) yang sama.

454
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

Tegangan Normal di Bagian Tengah Bentang -560


-570

Tegangan Normal (kN/m2)


Tabel 2. Nilai Tegangan (Smax) di Bagian Tengah -580
Bentang Variasi Bentuk penghubung geser -580.74
-590 -582.29
Variasi Bentuk Tegangan
-600
No Penghubung Bagian Normal
Geser kN/m2 -610
Persegi Panjang bawah 486.9 -620 -611.29 -613.59
-616.85
1 4 cm, lebar 20 tengah -611.29
Variasi Bentuk Penghubung Geser
cm atas -2027.81
Trapesium bawah 489.01 Gambar 10. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan
2 Dengan tengah -616.85 Variasi Bentuk Prnghubung Geser Pada Bagian
Kemiringan 14 Tengah Daerah Tengah Bentang
atas -2063.43
Trapesium bawah 489.5
3 Dengan tengah -582.29 -2000

Tegangan Normal (kN/m2)


Kemiringan 27 atas -2080.75 -2020
Trapesium bawah 489.02
-2040 -2027.81
4 Terbalik Dengan tengah -613.59
Kemiringan 14 atas -2054 -2060
-2054
Trapesium bawah 489.45 -2080 -2063.43
5 Terbalik Dengan tengah -580.74 -2080.75 -2077.7
-2100
Kemiringan 27 atas -2077.7
Variasi Bentuk Penghubung Geser
Gambar 11. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan
Variasi Bentuk Penghubung Geser pada Bagian
Bawah Daerah Tengah

Tegangan Geser Bagian Tumpuan


Gambar 7. Show Stress S11
Tabel 3. Nilai Tegangan Geser di Bagian Tumpuan
Variasi Bentuk Penghubung Geser
Variasi Bentuk Tegangan
No Penghubung Bagian Geser
Geser kN/m2
Gambar 8. Show Stress S13
bawah -241.06
Persegi Panjang
tengah 439.87
1 4 cm, lebar 20
interface 433.71
cm
490 489.5 489.45 atas 137.13
489.01 489.02 bawah -265.2
Tegangan Normal (kN/m2)

489 Trapesium
tengah 665.88
2 dengan
interface 641.77
488 Kemiringan 14
atas 100.53
486.9
487 bawah -279.74
Trapesium
tengah 737.07
486 3 dengan
interface 694.51
Kemiringan 27
485 atas -0.85
Variasi Bentuk Penghubung Geser Trapesium bawah -259.29
Terbalik tengah 673.65
4
dengan interface 641.51
Kemiringan 14 atas 104.19
Trapesium bawah -277.62
Terbalik tengah 747.89
5
Gambar 9. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan dengan interface 697.42
Variasi Bentuk Penghubung Geser pada Bagian Atas Kemiringan 27 atas -7.16
Daerah Tengah Bentang

455
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

Variasi Tinggi
747.89
Tegangan Geserl (kN/m2)
800 737.07
665.88 673.65 Variasi tinggi penghubung geser didasarkan
600
pada Eurocode 2 2004 dimana tinggi penghubung
439.87 geser harus lebih besar dari 5 mm (Gambar 5) dan
400 tingginya disesuaikan dengan tebal plat dimana
pada penelitian ini tidak diambil lebih dari 1/3
200
tebal plat.
0
Variasi Bentuk Penghubung Geser Tegangan Normal Bagian Tengah Bentang
Gambar 12. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan
Variasi Bentuk Penghubung Geser pada Bagian Tabel 5. Nilai Tegangan Normal di Bagian Tengah
Tengah Daerah Tumpuan Bentang Variasi Tinggi
Variasi Tinggi Tegangan
No Penghubung Bagian Normal
Geser kN/m2
800 694.51 697.42 bawah 482.55
641.77 641.51
Tegangan Geser (kN/m2)

700 1 2 cm x 20 cm tengah -666.7


600 atas -1964.77
500 433.71 bawah 484.84
400 2 3 cm x 20 cm tengah -646.07
300 atas -2004.58
200 bawah 486.9
100
3 4 cm x 20 cm tengah -611.29
0
Variasi Bentuk Penghubung Geser atas -2027.81
Gambar 13. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan
Variasi Bentuk Penghubung Geser pada Bagian
Bidang Sentuh Daerah Tumpuan -1960
-1970 1.5 2.5 3.5 4.5
Tegangan Normal (kN/m2)

Lendutan di Tengah Bentang -1980


-1990
Tabel 4. Lendutan di Tengah Bentang Variasi Bentuk -2000
Penghubung Geser
-2010
Variasi Bentuk
No Lendutan (m) -2020
Penghubung Geser
1 Kotak -0.012476 -2030
Trapesium Dengan -2040
2 Tinggi (h) (cm)
Kemiringan 14 -0.012572
Trapesium Dengan Gambar 15. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan
3
Kemiringan 27 -0.012456 Variasi Tinggi Penghubung Geser pada Bagian Atas
Trapesium Terbalik Daerah Tengah Bentang
4
Dengan Kemiringan 14 -0.01257
Trapesium Terbalik
5
Dengan Kemiringan 27 -0.012541 -600
1.5 2.5 3.5 4.5
Tegangan Normal (kN/m2)

-610

-0.01235 -620

-0.0124 -630
Lendutan (m)

-640
-0.01245
-0.012456 -650
-0.0125 -0.012476
-660
-0.01255
-0.012541 -670
-0.0126 -0.012572 -0.01257 Tinggi (h) (cm)

Variasi Bentuk Penghubung Geser Gambar 16. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan
Gambar 14. Grafik Hubungan Lendutan dan Variasi Variasi Tinggi Penghubung Geser pada Bagian
Bentuk Penghubung Geser pada Daerah Tengah Tengah Daerah Tengah Bentang
Bentang

456
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

487.5 580
Tegangan Normal (kN/m2)
487 560

Tegangan Geser (kN/m2)


486.5
540
486
485.5 520
485 500
484.5 480
484
460
483.5
483 440
482.5 420
482 400
1.5 2.5 3.5 4.5 1 2 3 4 5
Tinggi (cm) Tinggi (h) (cm)
Gambar 17. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Gambar 19. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan
Variasi Tinggi Penghubung Geser pada Bagian Variasi Tinggi Penghubung Geser pada Bagian
Bawah Daerah Tengah Bentang Bidang Sentuh Daerah Tumpuan

Tegangan Geser Bagian Tumpuan Lendutan di Tengah Bentang

Tabel 6. Nilai Tegangan Geser di Bagian Tumpuan Tabel 7. Lendutan di Tengah Bentang Variasi Tinggi
Variasi Tinggi Penghubung Geser
Variasi Tinggi Tegangan Variasi Tinggi
No Penghubung Bagian Geser No Lendutan (m)
Penghubung Geser
Geser kN/m2 1 2 cm x 20 cm -0.012167
bawah -240.51 2 3 cm x 20 cm -0.012329
tengah 574.28 3 4 cm x 20 cm -0.012476
1 2 cm x 20 cm
interface 568.34
atas 201.01
bawah -240.8
tengah 497.72
2 3 cm x 20 cm
interface 491.74 -0.01215
atas 163.2 1.5 2.5 3.5 4.5
-0.0122
bawah -241.06
-0.01225
Lendutan (m)

tengah 439.87
3 4 cm x 20 cm
interface 433.71 -0.0123
atas 137.13 -0.01235
-0.0124
-0.01245
-0.0125
600 Tinggi (h) (cm)
Tegangan Geser (kN/m2)

580
560 Gambar 20. Grafik Hubungan Lendutan dan Variasi
540 Tinggi Penghubung
520
500
480 Variasi Lebar
460 Variasi lebar penghubung geser didasarkan
440 pada Eurocode 2 (2004) dimana lebar peng-
420
400
hubung geser tidak boleh diambil lebih besar dari
1 2 3 4 5 10 kali tinggi penghubung geser (Gambar 5)
Tinggi (h) (cm) dimana pada variasi ini diambil tinggi takikan
sebesar ¼ tebal plat yaitu 3 cm dan lebar
Gambar 18. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan
Variasi Tinggi Penghubung Geser pada Bagian penghubung geser tidak boleh lebih besar dari 30
Tengah Daerah Tumpuan cm.

457
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

Tegangan Normal Bagian Tengah Bentang


485

Tegangan Normal (kN/m2)


Tabel 8. Nilai Tegangan Normal di Bagian Tengah 484.8
Bentang Variasi Lebar
484.6
Variasi Lebar
Tegangan Normal 484.4
No Penghubung Bagian
kN/m2
Geser 484.2
bawah 483.9 484
1 3 cm x 10 cm tengah -490.95
atas -2090.53 483.8
5 15 25 35
bawah 484.84
Lebar (b) (cm)
2 3 cm x 20 cm tengah -646.07
atas -2004.58 Gambar 23. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan
bawah 483.93 Variasi Lebar Penghubung Geser pada Bagian Bawah
3 3 cm x 30 cm tengah -141.19 Daerah Tengah Bentang
atas -2093.21
Tegangan Geser Bagian Tumpuan Geser

Tabel 9. Nilai Tegangan Geser di Bagian Tumpuan


Variasi Lebar
Variasi Lebar Tegangan
Tegangan Smax (kN/m2)

-2000
5 15 25 35 No Penghubung Bagian Geser
-2020
Geser kN/m2
-2040 bawah -241.13
tengah 513.97
-2060 1 3 cm x 10 cm
interface 509.73
-2080 atas 167.43
bawah -240.8
-2100
tengah 497.72
Lebar (b) (cm) 2 3 cm x 20 cm
interface 491.74
Gambar 21. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan atas 163.2
Variasi Lebar Penghubung Geser pada Bagian Atas bawah -241.68
Daerah Tengah Bentang tengah 497.13
3 3 cm x 30 cm
interface 491.07
atas 168.14

0
5 15 25 35
-100
Tegangan Normal (kN/m2)

-200 516
514
Tegangan Geser (kN/m2)

-300 512
510
-400
508
-500 506
504
-600 502
-700 500
Lebar (b) (cm) 498
496
Gambar 22. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan 0 10 20 30 40
Variasi Lebar Penghubung Geser pada Bagian Tengah Lebar (b) (cm)
Daerah Tengah Bentang Gambar 24. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan
Variasi Lebar Penghubung Geser pada Bagian Tengah
Daerah Tumpuan

458
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

maksimum 1/3 dari tebal plat, dan lebar


-240.6
0 10 20 30 40
penghubung geser (shear connector) yang
Tegangan Geser (kN/m2)

-240.8 diambil tidak lebih besar dari 10 kali tinggi


-241 penghubung geser, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
-241.2
a) Penghubung geser yang berupa takikan pada
-241.4 plat dengan bentuk yang berbeda walaupun
-241.6
memiliki luas penghubung geser dan jumlah
penghubung geser yang sama akan
-241.8 menghasilkan tegangan yang berbeda.
Lebar (b) (cm)
b) Penghubung geser pada balok komposit
Gambar 25. Grafik Hubungan Tegangan Geser dan pracetak dan plat beton dimana penghubung
Variasi Lebar Penghubung Geser pada Bagian Bawah gesernya berupa takikan ke plat dengan bentuk
Daerah Tumpuan
persegi panjang, tinggi penghubung geser
diambil 1/3 dari tebal plat yaitu 4 cm dan lebar
Lendutan di Tengah Bentang
penghubung geser 20 cm merupakan
Tabel 10. Lendutan di Tengah Bentang Variasi Lebar penghubung geser yang paling efisien dilihat
Penghubung Geser dari tegangan-tegangan dan lendutan yang
dihasilkan.
No Variasi Lebar Bagian Lendutan
c) Semakin tinggi takikan balok ke plat dengan
Penghubung Geser (m)
1 3 cm x 10 cm bawah -0.012279
maksimum tinggi takikan 1/3 tebal plat maka
2 3 cm x 20 cm bawah -0.012329 akan semakin kecil tegangan geser yang terjadi
3 3 cm x 30 cm bawah -0.012358 pada bagian tengah pada daerah tumpuan.
d) Semakin tinggi penghubung geser ke maka
lendutan akan semakin besar.
e) Semakin lebar penghubung geser maka
-0.01226 lendutan akan semakin besar.
5 15 25 35
-0.01228
Saran
Lendutan (m)

-0.0123
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal
-0.01232 yang patut diperhatikan, yaitu:
-0.01234 a) Dalam merencanakan penghubung geser
-0.01236
(shear connector) disarankan untuk memilih
penghubung geser dengan bentuk persegi.
-0.01238
Lebar (b) (cm) b) Memperhatikan standar desain penghubung
Gambar 26. Grafik Hubungan Lendutan dan Lebar geser menurut Eurocode 2 2004, namun tetap
Penghubung Geser pada Daerah Tengah Bentang mempertimbangkan persentase dimensi
penghubung geser terhadap terhadap tebal plat
c) Melakukan penelitian lebih lajut di
PENUTUP laboratotium struktur mengenai penghubung
geser (shear connector).
Kesimpulan d) Pada penelitian berikutnya tentang struktur
Berdasarkan hasil analisa struktur yang telah komposit, peneliti bisa meneliti tentang
diperoleh, yaitu pemodelan balok pracetak dan korelasi antara gaya geser arah memanjang dan
plat beton dengan variasi bentuk dengan tinggi 1/3 arah lebar balok dan meneliti tentang
dari tebal plat, variasi tinggi dengan tinggi sambungan geser balok komposit ke kolom.

DAFTAR PUSTAKA

ACI Committee 363. 1995. State of The Art Report on High Strength Concrete (ACI 363R).

Badan Standarisasi Nasional, 2013. Persyaratan Beton Bertulang Struktural untuk Bangunan Gedung
(SNI 2847-2013). Jakarta.

459
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (449-460) ISSN: 2337-6732

Santos P, 2009. Assessment of the Shear Strength between Concrete Layers. Coimbra

Tumimomor M. E., Dapas, S. O., Mondoringin, M. R. I. A. J., 2016. Analisis Penghubung Geser (Shear
Connector) Pada Balok Baja dan Pelat Beton. Jurnal Sipil Statik Vol 4 No. 8, Agustus 2016
(461-4700, Manado.

Wang, C.K. & Salmon, C. 1990. Disain Beton Bertulang. Jilid 2. Terjemahan oleh Binsar Hariandja.
Erlangga. Jakarta.

460

Anda mungkin juga menyukai