1
STUDI ANALISIS HUBUNGAN LUAS DAN MUTU BAJA TULANGAN
LONGITUDINAL TERHADAP DAKTILITAS PENAMPANG
KOLOM BETON BERTULANG
Ni Putu Ratih Novyanti Dewi
1
, Dharma Putra
2
, I Wayan Sudarsana
2
1
Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar
e-mail : ratihnovyantidewi@yahoo.com
Abstrak : Daktilitas merupakan kemampuan struktur berdeformasi akibat beban siklik yang diukur dari
kondisi leleh pertama hingga di ambang keruntuhan. Daktilitas struktur ditentukan oleh daktilitas elemen
penyusunnya, salah satunya kolom. Daktilitas kolomditentukan oleh daktilitas penampang kolomyang didapat
dengan membandingkan kurvatur pada kondisi ultimate dengan kurvatur pada kondisi tulangan mulai leleh.
Variabel yang mempengaruhi kurvatur penampang kolom diantaranya adalah luas dan mutu baja tulangan
longitudinal. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara luas dan mutu baja tulangan
longitudinal terhadap daktilitas penampang kolom beton bertulang.
Dimensi penampang kolomyang dianalisis, yaitu 350350 mm
2
, 400400 mm
2
, dan 450450 mm
2
. Variasi
luas tulangan (As) yang digunakan adalah 12D-14 s/d 12D-19 pada dimensi 350350 mm
2
, 12D-16 s/d 12D-
22 pada dimensi 400400 mm
2
, dan 12D-18 s/d 12D-24 pada dimensi 450450 mm
2
. Variasi mutu tulangan
(fy) yang digunakan adalah 300 MPa s/d 500 MPa pada dimensi 350350 mm
2
, 250 MPa s/d 500 MPa pada
dimensi 400400 mm
2
, dan 250 MPa s/d 450 MPa pada dimensi 450450 mm
2
. Gaya aksial (Pu) yang
bekerja pada kolom digunakan sebesar 278416 N. Kurva tegangan-regangan yang digunakan mengikuti model
Hognestaad (1951).
Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa semakin besar luas tulangan, maka daktilitas penampang kolom akan
semakin kecil. Didapat pula bahwa semakin besar mutu tulangan yang digunakan, maka daktilitas penampang
kolom akan semakin kecil.
Kata Kunci : Luas Tulangan, Mutu Tulangan, Daktilitas Kurvatur, Penampang Kolom, Beton Bertulang.
ANALYTIC STUDY OF THE RELATION BETWEEN
THE SECTIONAL AREA AND QUALITY OF LONGITUDINAL
REINFORCEMENT TO THE DUCTILITY OF
REINFORCED CONCRETE COLUMN SECTION
Abstract : Ductility is the ability of structure deforming due to the cyclic load as measured fromthe first yield
conditions to the verge of collapse. Ductility of the structure is determined by ductility of its constituent
elements, especially the column. Ductility of column is affected by the column sections ductility which
obtained by comparing the curvature at the ultimate condition with the curvature on the first yield condition.
Variables affecting the curvature of the column section including sectional area and the quality of the
longitudinal bar. The purpose of this analysis was to determine the relationship between the sectional area and
the quality of longitudinal bar to the ductility of reinforced concrete columns section.
The dimension of the sectional column being analyzed are 350350 mm
2
, 400400 mm
2
, and 450450
mm
2
. The variation of the longitudinal bar sectional area (As) being used are 12D-14 to 12D-19 at the dimension
of 350350 mm
2
, 12D-16 to 12D-22 at the dimension of 400400 mm
2
, and 12D-18 to 12D-24 at the
dimension of 450450 mm
2
. The variations of the longitudinal bar quality (fy) being used are 300 MPa to 500
MPa at the dimension of 350350 mm
2
, 250 MPa to 500 MPa at the dimension of 400400 mm
2
, and 250
MPa to 450 MPa at the dimension of 450450 mm
2
. Teh Axial force (Pu) on the columns used by 278416 N.
Stress-strain curves being used is following the model proposed by Hognestaad (1951).
Based on the results of analysis, it is found that the more sectional area of longitudinal bar are used, the ductility
of the column section is getting decreased. It is also obtained that the more quality of the longitudinal bar being
used will also decreased the ductility
Keyword : Bar sectional area, Bar quality, Curvature ductility, Column section, Reinforced concrete.
Studi Analisis Hubungan Luas dan Mutu Baja Tulangan Longitudinal ... (Dewi, Putra, dan Sudarsana)
2
PENDAHULUAN
Bangunan sebagai tempat tinggal dan
beraktivitas dirancang untuk menerima beban-
beban, salah satunya adalah gempa yang
menyebabkan struktur mengalami simpangan
bolak balik. Apabila struktur bersifat getas maka
dapat menyebabkan keruntuhan total bangunan.
Untuk mengatasinya, struktur dapat didesain agar
memiliki sifat daktail.
Daktilitas adalah kemampuan suatu
struktur atau komponen struktur beton bertulang
untuk memberikan deformasi yang cukup besar
saat melewati batas elastiknya, tanpa mengalami
penurunan kekuatan yang besar (Sumara Putra :
2004). Daktilitas suatu elemen struktur
ditunjukkan oleh rasio antara deformasi pada
kondisi runtuh (ultimate) dengan deformasi pada
kondisi akan mulai leleh (Park & Paulay : 1975).
Struktur yang daktail akan dapat menyerap beban
gempa yang diterima bangunan untuk
didistribusikan ke seluruh elemennya.
Daktilitas struktur ditentukan oleh
daktilitas elemen-elemen penyusunnya, salah
satunya kolom. Daktilitas kolom dipengaruhi oleh
daktilitas penampang kolom yang dihitung dengan
membandingkan kurvatur penampang pada
kondisi ultimate dengan kurvatur penampang pada
kondisi tulangan mulai leleh.
Sifat daktail (ketegaran) beton bertulang
tergantung pada jumlah dan posisi tulangan pada
penampang beton (Amrinsyah Nasution : 2009).
Jumlah tulangan pada penampang beton terkait
dengan luas tulangan longitudinal. Selain luas
tulangan, mutu tulangan juga mempengaruhi nilai
daktilitas karena mutu tulangan menjadi ukuran
kegetasan tulangan, dan juga terkait dengan
tegangan leleh (fy) baja tulangan. Dengan
demikian, kedua parameter ini memiliki hubungan
dengan nilai daktilitas penampang elemen struktur.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai
daktilitas penampang kolombeton bertulang, perlu
dilakukan studi analisis tentang hubungannya
dengan parameter-parameter tertentu. Studi
analisis ini penting dilakukan sehingga hubungan
tersebut dapat diketahui, dan akan membantu
perencana dalam mendisain struktur beton
bertulang.
TINJAUAN PUSTAKA
Model Tegangan-Regangan Beton Tak
Terkekang
Diagram tegangan-regangan beton
biasanya diperoleh dari uji tekan uniaksial silinder
beton. Namun untuk tujuan analisis, perlu suatu
model matematis yang dapat menggambarkan
hubungan antara tegangan dan regangan beton
tersebut. Dalam tulisan ini digunakan Model
Hognestaad (1951) karena model ini sudah dikenal
dengan baik dan menunjukkan prediksi tegangan-
regangan beton normal yang cukup akurat (Park &
Paulay, 1975).
Gambar 1 Model kurva tegangan-regangan
Hognestaad
Model Hognestaad ini terdiri dari dua
kurva, yaitu bagian yang meningkat (daerah AB)
dan bagian yang menurun (daerah BC) seperti
terlihat pada Gambar 1. Hognestaad memodelkan
kedua bagian kurva tersebut ke dalam persamaan
matematika sebagai berikut :
Untuk daerah AB (bagian meningkat)
dengan 0 c 0 :
(1)
Untuk daerah BC (bagian menurun)
dengan 0 c u :
1 100(
) (2)
Analisis Kurvatur Penampang Beton
Bertulang
Gambar 2 menunjukkan diagram
penampang beton bertulang yang menerima beban
aksial. Pada tegangan beton pada serat tekan
terluar cm dan kedalaman garis netral c, maka
tegangan baja s1, s2, s3, dan seterusnya dapat
ditentukan dari persamaan kesebangunan segitiga
dari diagram regangan. Selanjutnya tegangan fs1,
fs2, fs3, dan seterusnya didapat berdasarkan s1, s2, s3
dengan memperhatikan kurva tegangan regangan
baja. Setelah itu gaya-gaya Ts dapat dihitung
dengan persamaan :
(3)
Distribusi tegangan beton atas menekan
bagian dari penampang. Untuk regangan beton cm,
pada serat tekan terluar gaya tekan beton Cc dan
posisinya merupakan fungsi dari dan dimana :
= .
. . (4)
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil
3
Gambar 2 Diagram tegangan-regangan dan kurvatur penampang kolom
Gambar 3 Kurva tegangan-regangan beton
bertulang
Gaya Cc berada pada jarak c dari serat tepi
daerah tekan seperti terlihat pada Gambar 2. Faktor
tegangan rata-rata dan faktor jarak untuk nilai
cc tertentu, nilainya dihitung dari kurva tegangan-
regangan beton bertulang pada Gambar 3. Dengan
melihat segmen di bawah kurva tersebut, maka
didapat persamaan dan sebagai berikut :
=
(5)
= 1
(6)
Untuk menghitung nilai kurvatur
penampang kolombeton bertulang, perlu diketahui
nilai kurvatur baik pada kondisi baja tulangan
mulai leleh, maupun kondisi ultimate. Tahap-tahap
perhitungan kurvatur penampang, yaitu :
a. Kurvatur pada kondisi beton sudah retak, baja
tulangan mulai leleh (yield curvature)
Kurvatur leleh didefinisikan sebagai nilai
kurvatur saat baja tulangan leleh pertama kali.
Nilai kurvatur pada kondisi tulangan mulai
leleh diberikan melalui persamaan:
(7)
b. Kurvatur pada kondisi ultimate (ultimate
curvature)
Kurvatur maksimal pada penampang beton
secara umum ditentukan oleh regangan
maksimal pada serat tepi penampang (cu)
beton. Persamaan untuk kurvatur pada kondisi
ultimate adalah sebagai berikut :
(8)
Tingkat daktilitas suatu struktur atau
komponen struktur beton bertulang yang
dinyatakan dengan kurvatur dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara nilai kurvatur saat
beton mengalami tegangan ultimate-nya dengan
nilai kurvatur saat baja tulangannya pertama kali
leleh. Secara matematis nilai daktilitas diberikan
oleh persamaan berikut :
(9)
METODE ANALISIS
Umum
Secara umum masalah yang dianalisis,
adalah hubungan luas tulangan dengan daktilitas
dan hubungan mutu tulangan dengan daktilitas.
Elemen struktur yang dianalisis adalah penampang
kolom dengan dimensi berbeda. Pu didapat dari
gaya aksial sebuah kolom suatu gedung. Untuk
mendapatkan nilai daktilitas penampang kolom
digunakan analisis kurvatur penampang.
Perhitungan yang digunakan berdasarkan model
hubungan regangan-tegangan menurut
Hognestaad, tanpa memperhitungkan pengaruh
pengekangan.
Model Kasus
Pada analisis ini model kasus dibagi
menjadi dua, yaitu Kasus A untuk mendapat
hubungan luas tulangan longitudinal dengan
daktilitas dan Kasus B untuk mendapat hubungan
mutu tulangan longitudinal dengan daktilitas.
Variasi luas dan mutu tulangan pada masing-
masing penampang dipilih berdasarkan
persyaratan standar kolom beton bertulang sesuai
SNI 03-2487-2002. Dimensi penampang kolom
Studi Analisis Hubungan Luas dan Mutu Baja Tulangan Longitudinal ... (Dewi, Putra, dan Sudarsana)
4
yang dianalisis, seperti yang ditunjukkan pada
gambar dan tabel berikut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Data penampang kolompada Kasus
A dimensi 3535 cm
2
(a), 4040
cm
2
(b), dan 4545 cm
2
(c)
Tabel 1 Variasi luas baja tulangan longitudinal
No
Dimensi
penampang
kolom
Tulangan
Luas
tulangan
longitudin
al (mm
2
)
1
3
5
0
3
5
0
c
m
2
- - 12 D 14 1847,2565
2 - - 12 D 15 2120,5750
3
4
0
4
0
c
m
2
- 12 D 16 2412,7432
4 - 12 D 17 2723,7608
5
4
5
4
5
c
m
2
12 D 18 3053,6281
6 12 D 19 3402,3448
7 - 12 D 20 3769,9112
8 - 12 D 21 4156,3271
9 - 12 D 22 4561,5925
10 - - 12 D 23 4985,7075
11 - - 12 D 24 5428,6721
(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Data-data penampang kolom pada
Kasus B dimensi 3535 cm
2
(a),
4040 cm
2
(b), dan 4545 cm
2
(c)
Tabel 2 Variasi mutu baja tulangan
longitudinal
No.
Dimensi
penampang
kolom
Mutu baja
tulangan
deform
(BJTD)
Tegangan
leleh baja
tulangan = fy
(MPa)
1 -
4
0
4
0
c
m
2
4
5
4
5
c
m
2
25 250
2
3
5
3
5
m
m
2
30 300
3 35 350
4 40 400
5 45 450
6 - 50 500
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil
5
Contoh Analisis Kurvatur Penampang
Kolom
Gambar 6 Diagram regangan-tengan penampang kolom dengan c = 175 mm
Penampang kolom pada Gambar 6 dianalisis untuk
mendapat nilai c yang memenuhi pada kondisi
tulangan mulai leleh dengan fy = 400 MPa.
1. Tinggi efektif penampang (d)
= +
+
1
2
= 57
=
= 293
2. Rasio tulangan ()
=
.
=
1847,257
350 . 293
= 0,018013
3. Regangan tulangan saat akan mulai leleh (y)
=
400
200000
= 0,002
4. Koefisien jarak diagram tegangan ()
Dengan nilai cm = 0,002966 maka
berdasarkan kurva regangan-tegangan beton
tak terkekang menurut Hognestaad (Gambar
1), cm berada di daerah BC (0 cm cu).
Untuk menghitung fc, persamaan yang
digunakan adalah persamaan untuk daerah AB
dan BC.
Untuk daerah AB :
= 21250
5312500
Untuk daerah BC :
1 100(
)
= 25,5 2125
= 0,7595
5. Perhitungan regangan beton dan tulangan ()
Berdasarkan Gambar 1, nilai-nilai
regangan dapat dihitung dengan menggunakan
prinsip kesebangunan segitiga.
. (
) = 0,002
. (
) = 0,000667
. (
+ 2 ) = 0,000667
6. Perhitungan tegangan baja tulangan (fs)
Nilai tegangan dihitung berdasarkan
modulus elastisitas baja tulangan (Es) dan
regangan.
= 0,000667 . 200000
= 133,333
= 0,000667 . 200000
= 133,333
7. Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada
penampang kolom
= .
. .
= 0,7595 . 21,25 . 350 . 175
= 988542,496
= 615,7522 . 400
= 246300,864
= 307,8761 . 133,333
= 41050,144
= 307,8761 .133,333
= 41050,144
= 615,7522 .400
= 246300,864
Untuk mengetahui nilai c yang digunakan
sudah memenuhi, dilakukan kontrol
kesetimbangan gaya-gaya horizontal.
710126,496 278416
( )
Kesetimbangan gaya-gaya horizontal pada
penampang kolom tidak memenuhi sehingga nilai
c = 175 mm salah. Untuk mendapat nilai c yang
tepat dilakukan perhitungan ulang dengan
mencoba-coba nilai c.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
Perhitungan pembebanan pada kolom suatu
gedung ditinjau terdiri dari pembebanan akibat
atap, beban mati, beban hidup, dan beban gempa.
Gaya-gaya dalam dianalisis dengan bantuan
Studi Analisis Hubungan Luas dan Mutu Baja Tulangan Longitudinal ... (Dewi, Putra, dan Sudarsana)
6
Software SAP2000 v.15 sehingga didapat gaya
aksial (Pu) pada kolom yang ditinjau sebesar
278416 N.
Setelah Pu pada penampang kolom didapat
maka nilai kurvatur penampang dapat diketahui
dengan beberapa kali mencoba nilai c (jarak garis
netral dari tepi beton daerah tekan). Berdasarkan
hasil analisis penampang kolom maka didapat
daktilitas kurvatur pada setiap penampang kolom.
Hasil ditunjukkan pada gambar dan tabel berikut.
Gambar 7 Grafik hubungan luas baja tulangan longitudinal dengan daktilitas penampang kolombeton
bertulang
Tabel 3 Hasil analisis dengan variasi luas tulangan pada dimensi 350350 mm
2
No. As (mm
2
)
Kondisi Tulangan Mulai Leleh Kondisi Ultimate
cm c1 (mm)
y
(rad/mm)
cu c2 u (rad/mm)
30 300 0.001302 135.1976 9.628E-06
0.003
102.3347 2.9316E-05 3.0450
35 350 0.001491 133.8963 1.114E-05 114.7751 2.7685E-05 2.4854
40 400 0.00169 133.2671 1.268E-05 114.7751 2.6138E-05 2.0614
45 450 0.001898 133.1649 1.426E-05 121.5751 2.4676E-05 1.7310
50 500 0.00212 133.5317 1.588E-05 125.1071 2.3979E-05 1.5104
Tabel 7 Hasil analisis dengan variasi mutu tulangan pada dimensi 400400 mm
2
BJTD fy (MPa)
Kondisi Tulangan Mulai Leleh Kondisi Ultimate