Anda di halaman 1dari 5

PEMETAAN MENGGUNAKAN

UNNAMED AERIAL VEHICLE (UAV)


KAWASAN PESISIR PULAU HIRI

Oleh:
Ni Putu Ratih Novyanti Dewi, S.T.
199111262018022001
Teknik Tata Bangunan dan Perumahan
Ahli Pertama
Kelompok 6C

OJT BALITBANG PUSKIM


CPNS KEMENTERIAN PUPR FORMASI 2017
AGUSTUS 2018
Pada laporan ini akan ditunjukkan hasil pengolahan foto udara untuk membuat suatu
pemetaan. Lokasi yang akan dibuat pemetaannya adalah kawasan pesisir pantai Pulau Hiri. Setelah
menggunakan UAV / Drone maka didapat foto-foto udara sebagai berikut.

Gambar 1 Foto-foto udara Pulau Hiri kawasan pesisir diambil dengan Drone

Foto-foto hasil pengambilan Drone ini kemudian diolah menggunakan software Agisoft
Photoscan Profesional 1.2.0 sehingga didapat Digital Elevation Model (DEM) dan Orthomosaic
dengan format .tiff. Setelah itu pembacaan pemetaan dilakukan dengan bantuan software Global
Mapper sehingga didapat informasi mengenai kondisi kawasan pesisir Pulau Hiri.

1. Hasil Olahan Digital Elevation Model (DEM)


Foto-foto hasil pengambilan drone yang telah diolah menghasilkan Digital Elevation Model
seperti gambar berikut.

Gambar 2 Tampilan Elevasi dengan Atlas Shader Gambar 3 Tampilan Slope dengan Custom Shader (van Zuidam, 1985)

HALAMAN 1
Gambar 4 Bentuk kontur tanah

2. Hasil Olahan Orthomosaic


Foto-foto hasil pengambilan drone yang telah diolah menghasilkan Orthomosaic seperti
gambar berikut.

Gambar 5 Hasil olahan orthomosaic

HALAMAN 2
3. Interpretasi DEM
Dari hasil olahan DEM ada 3 informasi yang bisa didapat, yaitu:
a. Elevasi / Ketinggian
Sesuai dengan Gambar 2 di atas, kawasan pesisir Pulau Hiri ini memiliki perbedaan elevasi
yang cukup bervariasi. Pada area di sekitar garis pantai elevasi berkisar antara 5 - 30 m di
atas permukaan laut. Sedangkan pada area hijau yang terlihat seperti hutan atau
perkebunan, elevasinya terlihat mencapai ±70m di atas permukaan laut. Perbedaan elevasi
ini mengakibatkan adanya keanekaragaman vegetasi maupun sumber daya, yaitu di
daerah pantai akan kaya dengan hasil laut, dan di daerah hijau akan kaya dengan hasil
kebun.
b. Slope / Kemiringan
Sesuai dengan Gambar 3 di atas, kawasan pesisir Pulau Hiri memiliki perbedaan kemiringan
yang cukup besar. Pada area garis pantai kemiringan sebesar 0o-10 o. Sedangkan pada area
hijau (hutan / perkebunan) kemiringannya 50 o-90 o. Dengan besarnya kemiringan di area
hijau ini diperkirakan bagian tengah pulau terdapat gunung/bukit sehingga area hijau ini
merupakan bagian dari lereng gunung/bukit tersebut. Untuk memastikannya diperlukan
foto udara hingga ke bagian tengah pulau.
c. Garis kontur
Sesuai dengan Gambar 4 di atas, garis kontur sekitar pantai terlihat relatif renggang yang
menunjukkan bahwa pada area pantai terdapat lahan yang cukup luas dengan ketinggian
yang sama. Sedangkan melihat garis kontur pada area hijau yang relatif sangat rapat maka
area hijau diindikasikan memiliki topografi yang cukup curam. Oleh sebab itu area pantai
masih dapat dimanfaatkan untuk permukiman dan aktivitas manusia, sedangkan area hijau
sementara ini hanya dapat dimanfaatkan untuk perkebunan atau hanya hutan biasa.

4. Interpretasi Orthomosaic
Berdasarkan model orthomosaic pada Gambar 5, terdapat beberapa hal yang dapat
dijelaskan, yaitu:
a. Penggunaan lahan
Secara umum penggunaan lahan terdiri dari 2 jenis, yaitu untuk permukiman dan
perkebunan/hutan. Penggunaan lahan untuk permukiman sebagian besar hanya di dekat
garis pantai. Hal ini dikarenakan elevasi dan kemiringan di area pesisir ini memudahkan
masyarakat untuk bermukim dan beraktivitas. Untuk area hijau/perkebunan/hutan masih

HALAMAN 3
agak susah untuk dibangun karena perlu alat yang lebih canggih untuk melaksanakan
galian maupun timbunan tanah.
b. Kepadatan bangunan
Bangunan yang ada di area pesisir sebagian besar merupakan rumah penduduk dilihat dari
bentuk atap yang sederhana dan batas lahannya belum jelas. Jika mempertimbangkan luas
lahan yang tersedia maka dapat dikatakan kepadatan bangunan relatif masih rendah.
Namun jika dilihat dari posisi masing-masing bangunan, maka ada beberapa titik yang
jarak antar bangunannya terlalu dekat. Hal ini akan mempengaruhi kenyamanan dan
kesehatan masyarakat yang tinggal di bangunan tersebut. Sebaiknya jarak antar bangunan
diperhatikan pada saat perencanaan, mengingat lahan yang tersedia juga masih luas.
c. Ruang Terbuka Hijau
Suatu kawasan permukiman, maupun perumahan idealnya harus memiliki ruang terbuka
hijau, seperti taman, jalur hijau, dan pekarangan di setiap rumah. Pada kawasan
permukiman di pesisir Pulau Hiri ini masih belum terdapat ruang terbuka hijau. Bangunan-
bangunan rumah memang dekat dengan pepohonan, namun tidak tertata sehingga belum
dapat dikatakan memiliki ruang terbuka hijau yang layak.
d. Pola Perumahan
Dilihat dari posisi bangunan-bangunan yang ada maka pola perumahan yang diterapkan
masih belum teratur. Beberapa rumah berjarak sangat jauh dan ada pula yang jaraknya
terlalu dekat. Selain itu akses menuju setiap rumah atau bangunan juga kurang memadai
sehingga beberapa rumah tidak terjangkau oleh kendaraan bermotor, terutama kendaraan
roda 4.
e. Sempadan Pantai
Setiap daerah yang berbatasan langsung dengan laut memiliki peraturan daerah yang
mengatur tentang garis sempadan pantai. Dilihat dari Gambar 5 jarak bangunan terluar
sangat dekat dengan garis pantai sehingga belum memenuhi ketentuan sempadan pantai
sesuai Peraturan Daerah yang berlaku. Hal ini sangat berkaitan dengan keamanan
bangunan terkait pasang surut air laut dan abrasi pantai.

HALAMAN 4

Anda mungkin juga menyukai