Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS PELITA BANGSA

Nama : Ahmad Fadli


NIM : 322210006
Kelas : ARS.22.C
Matkul : Bahasa Indonesia
Dosen : Andini Putri Riandani, S.Gz, M.Si
Tugas : Topik – Tema – Judul – Kerangka Ilmiah

Topik : Green Architecture


Tema : Pengolahan Tapak dan Kelestarian Lingkungan
Judul : pengaruh KBD yang Kecil, Kontur Tapak dipertahankan. Ruang
terbuka diHijaukan
BAB I
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan yang terus menerus dilakukan ternyata dapat memberikan
dampak buruk bagi lingkungan. Dampak buruk tersebut perlu ditangani lebih
serius oleh seluruh pihak. Peran arsitektur dalam pembangunan tersebut adalah
dengan menggunakan pendekatan yang hijau dan berkelanjutan didalam desain
pasif sebuah bangunan. Beberapa bangunan di Jakarta, salah satunya Gedung
Kantor Kedutaan Besar Austria, sudah menerapkan desain pasif yang hijau dan
berkelanjutan pada rancangannya. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana arsitektur hijau dan berkelanjutan diterapkan secara pasif pada desain
bangunan. Metode yang digunakan adalah observasi gambar, dan studi literatur
yang bersumber dari cetak maupun non-cetak.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian dan Tujuan Perancangan Tapak?
1.2.2 Bagaimana analisis Tapak pada Arsitektur Hijau?
1.2.3 Apa Pengertian KBD?
1.2.4 Bagaimana Pengaruh KBD yang Kecil bagi Arsitektur hijau ?
1.2.5 Bagaiamana konsep Ruang terbuka Hijau?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian dan Tujuan Perancangan Tapak
1.3.2 Untuk mengetahui analisis Tapak pada Arsitektur Hijau
1.3.3 Untuk mengetahui Pengertian KBD
1.3.4 Untuk mengetahui Pengaruh KBD yang Kecil bagi Arsitektur hijau
1.3.5 Untuk mengetahui konsep Ruangt Terbuka Hijau

1.4 Manfaat Masalah


1.4.1 Diharapkan dapat memberi Pengertian dan Tujuan Perancangan Tapak
1.4.2 Diharapkan dapat memberi analisis Tapak pada Arsitektur Hijau
1.4.3 Diharapkan dapat memberi Pengertian KBD
1.4.4 Diharapkan dapat memberi Pengaruh KBD yang Kecil bagi Arsitektur hijau
1.4.5 Diharapkan dapat memberi Konsep Ruang Terbuka Hijau.
BAB II
2. PEMBAHASAN
Arsitektur hijau atau green architecture merupakan salah satu tema arsitektur yang
sedang berkembang untuk menanggapi suatu isu mengenai dampak pemasana global
(global warming) serta konservasi energi,keberlanjutan pada suatu perancangan
bangunan. Beberapa pendapat tentang definisi green architecture: Green Architecture
atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim
mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air, dan material, serta minim
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. (Karyono, 2010) Menurut Siregar
(2012), green architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan
dengan mengutamakan efisiensi energi/ arsitektur ramah lingkungan. Menurut Pradono
(2008), green (hijau) dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earth
friendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa
sangat baik). Konsep green building yang telah lama berkembang di negara maju dapat
diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan perkotaan.

1) Apa Pengertian dan Tujuan Perancangan Tapak


Tapak adalah sebidang lahan, sebidang kavling dengan ukuran dan batas-batas
yang sah, kelandaian permukaan dan kadang –kadang dengan ciri-ciri istimewa yang
sangat khas (Laure, 1975). Perancanaan tapak adalah suatu seni pengaturan lingkungan
baik buatan maupun alamiah. Sebuah rancangan tapak yang baik meningkatkan nilai
wadah aktifitas manusia sambil mengindahkan kualitas asli tapaknya (Snyder, 1997).
Perancangan tapak/ site planning menurut Harvey. M. Rubenstein (1969) adalah seni dan
ilmu penusunan bagianbagian tanah dengan detail-detailnya.

1.1 Tujuan Perancangan Tapak


Tujuan dari perencanaan tapak adalah agar keseluruhan program ruang dan
kebutuhan- kebutuhannya dapat diwujudkan secara terpadu dengan memperhatikan
kondisi, lingkungan alam, lingkungan fisik buatan dan lingkungan sosial disekitarnya.
2) Analisis Tapak
a. Pemilihan tapak
Pemilihan tapak berada di kota Batu tepatnya berada dikelurahan Sisir di jalan
Abdulgani atas yang lokasinya dikelilingi oleh panorama alam yang masih sangat
natural sehingga dapat menunjang fasilitas yang akan diberikan oleh objek
perancangan itu sendiri yaitu sebuah hotel resort yang syarat akan kebutuhan
rekreatif khususnya tentang potensi alam. Pemilihan tapak pada lokasi tersebut
merupakan pertimbangan dari berbagai hal, antara lain sebagai berikut: - Tapak
berada di daerah yang notabennya merupakan salah satu kota pariwisata yang sudah
dikenal di Jawa Timur maupun Indonesia. - Terdapat banyak lokasi pariwisata di
sekitar tapak berada, sehingga memudahkan para wisatawan berkunjung dan
mengenal objek perancangan. - Pada tapak suhu minimum 18,0 – 20,10 C dan suhu
maksimum antara 26,2 – 27,30 C dengan kelembaban udara sekitar 77 – 86 %
disertai kecepatan angin rata-rata 6,06 km/jam (sumber: Statda Kota Batu 2011), 70
sehingga termasuk sebagai daerah yang sejuk, yang akan menarik minat wisatawan
untuk tempat peristirahatan. - Mempunyai akses pencapain yang mudah dan dekat
dengan pusat kota. - Memiliki view yang menarik dari segala arah keluar tapak. -
Adanya drainase yang baik di sekitar tapak. - Tapak memiliki jenis tanah andosol,
yaitu jenis tanah yang subur sehingga memudahkan dalam perancangan lansekap
sebagai aspek pendukung bangunan.
b. Kondisi tapak
Di dalam perencanaan perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini dibutuhkan
data tentang tapak, yang digunakan untuk menganalisis kondisi yang ada pada tapak,
adapun kondisi tapak dalam perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini antara lain
sebagai berikut:
c. Kondisi Geologis
Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui keadaan tanah layak atau tidaknya
lahan/ tapak tersebut digunakan untuk objek perancangan, dari berbagai sumber
analisis yang didapat tapak memiliki jenis tanah andosol, yaitu jenis tanah 71 yang
subur sehingga memudahkan dalam perancangan lansekap sebagai aspek pendukung
objek perancangan.
d. Kondisi Hidrologi
Dari analisa hidrologi tapak berada, terdapat aliran air mayor atau got kecil
didepan tapak, tepatnya di pinggiran jalan Abdulgani atas, itu akan memberikan
dampak positif dan negatif pada perancangan, salah satu dampak negatifnya adalah
semua pembuangan air kotor dari lingkungan itu akan mengarah ke aliran mayor
tersebut yang akan berdampak pada view tapak jika tidak diambil langkah-langkah
penyelesaian untuk mengatasi air kotor dan air bersih tersebut, dan dampak positifnya
adalah aliran air tersebut bisa dimanfaatkan untuk mempercantik objek perancangan
dengan memperlebar aliran air tersebut atau disertai pembuatan kanal maka aliran air
tersebut akan menjadi multifungsi .
e. Kondisi Klimatologi
Iklim kawasan ini adalah tropis yang mengalami perubahan putaran 2 iklim,
musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2010, musim hujan terjadi sepanjang
tahun. Jumlah hari hujan paling kecil pada bulan Juli dan paling besar pada bulan
Januari. Hal ini menyebabkan kondisi cuaca tahun 2010 lebih basah dibandingkan
sebelumnya ( th 2009). Dari sumber Badan Pusat Statistik Kota Batu Pada tahun
2010, suhu minimum 18,0 – 20,10 C dan suhu maksimum antara 26,2 – 27,30 C
dengan kelembaban udara sekitar 77 – 86 % disertai kecepatan angin rata-rata 6,06
km/jam, sehingga tapak yang berada di Kota Batu ini tidak 72 megalami perubahan
musim yang drastis antara musim kemarau dan musim penghujan.
f. Kondisi Topografi
Tapak berlokasi di jalan Abdulgani Atas dengan luas lahan 22.400 m2 ,
kemiringan tanah ± 5˚, dan lebar jalan ± 7 m. Secara umum lingkungan dilokasi tapak
berbukit-bukit atau berkontur. Daerah utara tapak ini banyak digunakan untuk
perumahan penduduk, wilayah selatan dipenuhi oleh hutan cemara serta dikelilingi
oleh lahan-lahan produktif seperti kebun apel, ladang sawi, dan lainlainnya. View
bangunan dari rencana lokasi tapak sangat menarik, view ke utara akan terlihat
ladang sawi yang hijau dan berbagai macam pohon hutan karena permukaan daerah
utara lebih rendah dari permukaan daerah rencana lokasi tapak
g. Analisis Tapak
Analisis tapak pada perancangan hotel resort ini berfungsi untuk
mengetahui kondisi tapak berada sehingga dapat diambil alternatif-alternatif
pemecahan permasalahan dalam perancangan.
a. Potensi Tapak

Gambar 4.1 Analisis Potensi tapak

(Sumber : Analisa 2012)

Keterangan :

= Batas tapak

Klub Bunga Butik Resort


= Ladang sawi, apel & pegunungan
= Taman Agro Wisata
= Hutan cemara, pegunungan
= Klub Bunga
= Jawa Timur Park
Tanggapan :
- Tapak berada di kawasan objek pariwisata kota batu sehingga
sangat potensial untuk dijadikan lokasi perancangan hotel resort.
- Di sekitar tapak ditumbuhi berbagai macam tanaman sehingga memudahkan
dalam penataan lansek dan mengarahkan view ke luar tapak.
- Tapak berada di daerah pegunungan yang memiliki potensi alam yang
masih terjaga.
Aternatif :
1. Lokasi tapak yang berada di daerah pegunungan dan memiliki tanah berkontur
sangat sesuai untuk perancangan hotel resort dalam bentuk bangunan horizontal
atau datar dengan mengoptimalkan pengolahan lansekap.
2. Menggunakan jenis bangunan tinggi dalam perancangan hotel resort ini,
sehingga dapat mengoptimalkan view di sekitar tapak.
3. Mengembangkan objek wisata yang berhubungan dengan potensi lokal dimana
tapak berada sebagai fasilitas perancangan hotel resort.
b. Analisis Kontur
Kemiringan kontur pada perancangan tapak antara 0,5 meter sampai 1 meter pada
setiap konturnya dari garis horizontal di sepanjang jalan Abdul Gani Atas.
c. Analisis Entrance
Di sekeliling tapak terdapat satu jalan utama dan dua jalan alternatif yang
berhubungan langsung dengan tapak.

Gambar 4.9 Analisis entrance(Sumber : Analisa 2012)


3) Pengertian KBD
Secara sederhana, KDB adalah batas maksimal yang diperbolehkan untuk
dibangun di sebuah lahan. KDB bangunan adalah sebuah peraturan yang sudah diatur
dengan undang-undang dan sangat penting untuk ditaati. Dengan undang-undang yang
sudah tertulis, resiko melanggar KDB adalah sanksi jika dilaporkan. Sanksi ini mulai dari
surat peringatan, penarikan izin, denda hingga pembongkaran jika pelanggaran tetap
berjalan. Sanksi yang tegas ini dibuat karena KDB adalah sebuah hal yang penting,
supaya wilayah kota tetap tertata rapi serta mencegah perkembangan liar di kota.

a. `Fungsi KDB
Sebagai penentu luas bangunan di sebuah lahan, fungsi KDB adalah untuk:
1. Menyisihkan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)
KDB adalah elemen penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keasrian
lingkungan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang bersifat terbuka untuk
tanaman, baik yang di tanam atau yang ada secara alamiah.
RTH berfungsi untuk memberi keseimbangan antara lingkungan alam dan buatan.
Dengan itu, RTH dapat meningkatkan keasrian lingkungan dengan menjaga kualitas
udara dan mengurangi kebisingan kota.
Ketersediaan RTH sudah diatur oleh Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, yang menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus disisihkan untuk
RTH, dengan 20% dari publik dari 10% dari privat. RTH privat adalah yang dimiliki oleh
perorangan atau organisasi.
2. Resapan Air
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran resapan air sangat krusial dalam
pembangunan. Beberapa studi telah memprediksi bahwa pulau Jawa akan kehabisan air
pada tahun 2040 mendatang. Dengan itu, ketersediaan resapan air cukup penting untuk
menambah stok air tanah.Selain itu, resapan air juga bisa meminimalisir aliran air hujan,
sehingga menurunkan kemungkinan banjir. Dengan mengikuti KDB, Anda dapat
mencukupi kebutuhan resapan air untuk bangunan Anda.
3. Menjaga kerapian tata kota
Sistem KDB dibuat untuk menjaga keseimbangan antara bangunan dan lahan
terbuka di sebuah kota. KDB membantu menjaga kerapian kota dengan baik. Dengan
memahami dan menaati KDB, Anda membantu mempertahankan lingkungan dengan
oksigen segar dari tanaman dan resapan air yang mencukupi.
Perbedaan KDB KLB
KDB KLB merupakan dua istilah penting yang berkaitan ketika Anda ingin
membangun rumah atau proyek lainnya. Namun apa perbedaannya?
Secara singkat, kedua persentase ini memiliki fungsi yang berbeda. Koefisien lantai
bangunan (KLB), digunakan pada jumlah lantai maksimal yang boleh dibangun untuk
sebuah bangunan bertingkat. Jika Anda ingin membangun sebuah bangunan bertingkat,
KLB akan membantu Anda menentukan ketinggiannya sesuai dengan peraturan. Di sisi
lain, KDB adalah batas maksimal luas bangunan beratap dengan dinding yang lebih dari
1,2 meter.

4) Pengaruh KBD Kecil Bagi Arsitektur Hijau


4.1 Apa Itu KBD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005, koefisien dasar
bangunan adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai/dimiliki sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
Dengan kata lain, KDB adalah batas maksimal lahan yang boleh dibangun pada
suatu site. Jadi besaran lantai dasar dari rumah yang ingin Anda bangun tidak bisa
sembarangan dan harus mengikuti perhitungan yang berlaku.

4.2 Fungsi KBD


 Menjaga Lahan Terbuka Hijau & Kerapian Tata Kota
Diaturnya KDB dalam proses pembangunan gedung bukan tanpa alasan. Peraturan
tentang KDB dibuat untuk menciptakan ruang tata kota yang tertata dan terkendali
sehingga tidak ada bangunan yang tumbuh secara liar. Selain itu, koefisien dasar
bangunan memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan antara jumlah lahan yang bisa
dibangun dengan lahan terbuka hijau. Bayangkan, jika tidak ada peraturan ini maka
mungkin saja lahan yang ada akan habis dan tidak ada tempat bagi pohon-pohon.
Karena itu setiap kontraktor dan pemilik bangunan sangat diharapkan untuk menaati
peraturan KDB demi menjaga lingkungan dan menciptakan tata kota yang ideal.
 Menjaga Ketersediaan Resapan Air
Isu pulau Jawa akan kehilangan air pada tahun 2040 membuat ketersediaan air begitu
penting. Karena itu, adanya peraturan mengenai KDB bertujuan untuk menjaga resapan
air demi ketersediaan air tanah yang cukup ke depannya.

4.3 Perbedaan KDB dan KLB


Jika KDB merupakan perbandingan antara luas bangunan yang boleh dibangun
dengan luas lahan, maka KLB (Koefisien Lantai Bangunan) berarti angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
Secara sederhana, KDB membatasi luas bangunan yang boleh dibangun
sementara KLB membatasi berapa banyak jumlah lantai yang boleh didirikan dalam satu
bangunan. Hal ini bertujuan untuk menentukan ketinggian dari setiap gedung yang
hendak dibangun.
KLB sendiri ditentukan oleh beberapa faktor seperti tingkat kepadatan penduduk,
daya dukung lahan, harga lahan, budaya, dan keserasian lingkungan. Biasanya sebuah
bangunan tinggi tidak disarankan untuk dibangun di lingkungan yang sempit karena
ditakutkan daya tahan lahan tidak terlalu baik. Sebuah gedung juga tidak boleh didirikan
terlalu tinggi jika bangunan di sekitarnya rendah dan tidak ada yang setara.
Koefisien Dasar Bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam
perencanaan tata ruang. Oleh karena itu hal ini tidak boleh dilupakan. Sama halnya
dengan KDB, Anda juga harus memperhatikan tata ruang yang tepat dalam sebuah
hunian. Temukan rumah di Bandung dengan tata ruang yang cantik dibawah Rp1
miliar di sini!

4.4 Cara Menghitung KDB


Perhitungan KDB harus dilakukan dengan tepat agar hasil bangunan sesuai dan
tidak melanggar aturan. Perlu diingat, jika bangunan melampaui batas maksimal dari
yang diperbolehkan maka sanksi yang ditetapkan dapat berupa surat
peringatan,penarikan izin, denda, hingga pembongkaran paksa pada gedung.
Sebelum melakukan penghitungan, ada beberapa ketentuan berdasarkan
Lampiran I Permen ATR/BPN No. 17 tahun 2017 yang wajib Anda pelajari di antaranya:
 Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai
batas dinding terluar;
 Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang tingginya lebih
dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh 100%;
 Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi sisinya dibatasi oleh
dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50%, selama tidak
melebihi 10% dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
 Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai
teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
 Dalam perhitungan KDB luas tapak yang diperhitungkan adalah yang dibelakang GSJ;
 Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan KDB adalah
dihitung terhadap total seluruh lantai dasar bangunan dalam kawasan tersebut terhadap
total keseluruhan luas kawasan.
Setelah mengetahui apa saja ketentuannya, ini waktunya kita belajar cara
menghitung KDB. Rumus untuk menghitung koefisien dasar bangunan adalah sebagai
berikut: Perlu diingat, setiap daerah memiliki nilai KDB yang berbeda-beda. Bahkan ada
daerah dengan nilai KDB 0 yang berarti daerah tersebut tidak boleh didirikan bangunan
karena masuk ke dalam zona taman atau ruang terbuka hijau. Untuk perhitungannya
sebagai contoh sebuah daerah memiliki nilai KDB 50 itu berarti pada wilayah tersebut
luas lantai yang diijinkan untuk dibangun hanya 50% dari total keseluruhan luas lahan
yang dimiliki. Berarti jika Anda memiliki lahan dengan seluas 100 meter persegi, lahan
yang boleh dibangun hanya sebesar 50 meter persegi.

Pengaruh KBD Kecil Bagi Arsitektur Hijau


Jadi Pengaruh KBD kecil itu berdampak bagi Ruang terbuka Hijau
Koefisien Dasar Bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan tata
ruang. Oleh karena itu hal ini tidak boleh dilupakan. Sama halnya dengan KDB, Anda
juga harus memperhatikan tata ruang yang tepat dalam sebuah hunian.

5) Konsep Ruang terbuka Hijau


Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah sebuah area atau
jalur di dalam kota atau wilayah hunian di mana penggunaannya bersifat terbuka. Seperti
namanya, RTH menjadi tempat tumbuh tanaman, baik secara alamiah ataupun
tidak. Hunian dengan konsep Ruang Terbuka hijau pun memiliki banyak manfaat,
terutama jika terletak di tengah kawasan yang padat penduduk.Seperti yang kita ketahui,
jumlah hunian di kota besar semakin bertambah setiap tahunnya. Di sisi lain, jumlah
ruang terbuka yang tersedia di sekitarnya justru sangat terbatas.Maka dari itu, diperlukan
Ruang Terbuka Hijau, baik di dalam maupun di dekat kawasan pemukiman, demi
menciptakan harmoni antara alam dan manusia yang hidup di dalamnya.Lantas, apa saja
manfaat dan tujuan pembangunan RTH, terutama di lingkungan perumahan? Agar lebih
jelas, mari simak penjelasan di bawah ini!

a) Tujuan Ruang Terbuka Hijau di Tengah Perumahan

Sebagai penjelas, konsep Ruang Terbuka Hijau dapat merujup pada satu wilayah
yang ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman dan pohon yang rimbun. Pemanfaatannya
pun turut diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007, bahwa sekitar 30% kawasan di
perkotaan harus memiliki RTH dengan komposisi sebagai berikut:
 20% untuk ruang publik
 10% untuk privat
Pada umumnya, RTH dikelola oleh pemerintah sebagai ruang publik yang bisa
dikunjungi oleh masyarakat seperti taman kota, hutan terbuka, dan lain sebagainya.
RTH sendiri memiliki tujuan untuk menjaga ketersediaan lahan untuk resapan air dan
menyeimbangkan alam dan lingkungan binaan di sekitar penduduk. Tujuan lainnya adalah
mencegah erosi serta badai, serta menciptakan kualitas visual dari keasrian tumbuhan yang
ditanam. Dengan demikian, pohon maupun bunga yang ditanam biasa dipilih dan
diperhatikan betul karena dapat mempengaruhi nilai estetikanya.

b) 5 Fungsi Ruang Terbuka Hijau di Tengah Kawasan Hunian

b.1 Fungsi Ekologis


Dari segi ekologis, RTH berfungsi sebagai paru-paru kota atau kawasan hunian
seperti perumahan atau mixed use building. Ini karena RTH dapat meningkatkan
penyerapan karbondioksida dan produksi oksigen. Kehadiran RTH juga dapat
menurunkan suhu dan memberikan rasa teduh dari tanaman rimbun, serta meredam
kebisingan khas perkotaan.
b.2 Fungsi Estetika
Sedangkan dari sisi estetis, RTH dapat memperindah kawasan pemukiman,
perkantoran, kota, hingga kompleks perumahan. Bagaimanapun, memandang area kota
atau pemukiman yang asri lebih enak daripada daerah yang gersang tanpa ruang terbuka,
bukan?

b.3 Fungsi Planologi


Ruang Terbuka Hijau dapat menjadi pembatas antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya yang berbeda fungsi dan kegunaannya.

b.4 Fungsi Rekreasi


Penataan RTH yang sedemikian rupa dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Tak
heran, kalau ada banyak RTH perumahan yang tematik seperti desain hunian di
dalamnya. Salah satunya adalah Asya, perumahan di Jakarta Timur yang memiliki ruang
terbuka lengkap dengan danau seluas 15 hektare dengan fasilitas lake-side garden di
dalamnya. Selain dapat dipakai untuk melepas penat, RTH juga dapat dijadikan sebagai
tempat berolahraga atau bersantai sambil mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan.

b.5 Fungsi Ekonomi dan Pendidikan


Fungsi RTH dari segi pendidikan adalah dapat digunakan sebagai sarana belajar
bagi para siswa. Dengan begitu mereka akan belajar untuk mencintai alam sekitar. Ada
pula fungsi ekonomis dari RTH, terlebih jika terdapat bunga, biji-bijian, atau buah yang
dapat dijual sehingga menghasilkan perputaran ekonomi yang baik. Hal ini dijelaskan
langsung dalam Permendagri No.1 Tahun 2007, di mana RTH dapat memberikan
kesegaran, kenyamanan, dan keindahan lingkungan serta lingkungan yang sehat dabersih
serta dapat memberikan hasil berupa produk kayu, bunga, dan buah. Juga pemeliharaan
persediaan air tanah, serta pelestarian fungsi lingkungan dengan flora dan fauna yang
ada.
Selain itu, RTH dengan konsep dan desain yang unik dapat menarik perhatian
dari wisatawan yang datang. Terdapat beberapa konsep Ruang Terbuka Hijau yang
sesuai dengan hal ini. Salah satunya adalah konsep Eco Cultural City yang mengusung
tema budaya sehingga memberikan manfaat dari segi pelestarian budaya sekaligus
pengelolaan limbah di sekitarnya.
6). Pentingnya Ruang Terbuka Hijau di Tengah Perumahan

Tak hanya di pusat kota, kehadiran RTH juga dibutuhkan di tengah lingkungan
perumahan, tak terkecuali perumahan eksklusif seperti Nivara Resort Townhouse
Kemang. Bahkan terdapat peraturan khusus untuk pembangunan RTH di area
perumahan, di mana developer harus menyediakan minimal 30% untuk Ruang Terbuka
Hijau. Hal ini diatur pada Perpres No 60 tahun 2020 tentang Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Jabodetabek-Punjur.
Selain dapat mengurangi polusi yang dihasilkan di lingkungan perumahan,
tumbuhan yang rimbun juga dapat menurunkan suhu panas yang berlebihan sehingga
lingkungan jadi sejuk. Untungnya, mencari hunian dengan RTH tak sesulit dahulu.
Sekarang Anda dapat menemukannya dengan mudah dengan harga yang bervariasi.
Salah satunya adalah Mustika Park Place, sebuah kawasan hunian yang memiliki
lingkungan sehat dengan tanaman hijau di dalamnya.
BAB III

3. KESIMPULAN DAN SARAN


 Kesimpulan dari Pembahasan
1) Apa Pengertian dan Tujuan Perancangan Tapak Tapak adalah sebidang lahan, sebidang
kavling dengan ukuran dan batas-batas yang sah, kelandaian permukaan dan kadang –
kadang dengan ciri-ciri istimewa yang sangat khas (Laure, 1975).
1.1 Tujuan Perancangan Tapak Tujuan dari perencanaan tapak adalah agar keseluruhan
program ruang dan kebutuhan- kebutuhannya dapat diwujudkan secara terpadu dengan
memperhatikan kondisi, lingkungan alam, lingkungan fisik buatan dan lingkungan
sosial disekitarnya.
2) Analisis Tapak
a.Pemilihan tapak Pemilihan tapak berada di kota Batu tepatnya berada dikelurahan
Sisir di jalan Abdulgani atas yang lokasinya dikelilingi oleh panorama alam yang
masih sangat natural sehingga dapat menunjang fasilitas yang akan diberikan oleh
objek perancangan itu sendiri yaitu sebuah hotel resort yang syarat akan kebutuhan
rekreatif khususnya tentang potensi alam.
b.Kondisi tapak Di dalam perencanaan perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini
dibutuhkan data tentang tapak, yang digunakan untuk menganalisis kondisi yang ada
pada tapak, adapun kondisi tapak dalam perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini
antara lain sebagai berikut:
c.Kondisi Geologis Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui keadaan tanah layak
atau tidaknya lahan/ tapak tersebut digunakan untuk objek perancangan, dari berbagai
sumber analisis yang didapat tapak memiliki jenis tanah andosol, yaitu jenis tanah 71
yang subur sehingga memudahkan dalam perancangan lansekap sebagai aspek
pendukung objek perancangan.
3) Pengaruh KBD Kecil Bagi Arsitektur Hijau 4.1 Apa Itu KBD Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 tahun 2005, koefisien dasar bangunan adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai/dimiliki sesuai rencana tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
4) Perbedaan KDB dan KLB Jika KDB merupakan perbandingan antara luas bangunan
yang boleh dibangun dengan luas lahan, maka KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
berarti angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan
luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
5) Konsep Ruang terbuka Hijau Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH)
adalah sebuah area atau jalur di dalam kota atau wilayah hunian di mana
penggunaannya bersifat terbuka.
Hunian dengan konsep Ruang Terbuka hijau pun memiliki banyak manfaat, terutama
jika terletak di tengah kawasan yang padat penduduk.Seperti yang kita ketahui, jumlah
hunian di kota besar semakin bertambah setiap tahunnya.
Di sisi lain, jumlah ruang terbuka yang tersedia di sekitarnya justru sangat
terbatas.Maka dari itu, diperlukan Ruang Terbuka Hijau, baik di dalam maupun di dekat
kawasan pemukiman, demi menciptakan harmoni antara alam dan manusia yang hidup di
dalamnya.Lantas, apa saja manfaat dan tujuan pembangunan RTH, terutama di
lingkungan perumahan?

a) Tujuan Ruang Terbuka Hijau di Tengah Perumahan Sebagai penjelas, konsep Ruang
Terbuka Hijau dapat merujup pada satu wilayah yang ditumbuhi oleh berbagai macam
tanaman dan pohon yang rimbun.

 Saran
Penulis dengan rendah hati masih banyak kekurangan dan belum mencapai target
yang diinginkan. Sehingga penulis akan menyempurnakan Karya Ilmiah ini dengan
beberapa panduan. Selain itu ada beberapa saran agar aktivitas bisa lebih efektif.
Diantaranya adalah perlunya pengetahuan lebih dan wawasan luas serta detail pada
perkara yang di ambil. terutama dalam Hal Green Architecture karena banyak kita
sebagai Mahasiswa yang kurang mengetahui secara detail soal Green Architecture
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/perancangan-alat-
proses/perencanaan-tapak/20847236
2. El-Shimy, R., Armani, & Ghada, R. (2016). Green Architecture: A concept Of Sustainability. Jurnal
of Urban Planning and Architecture Development, 216, 778–787.
3. http://isiarticles.com/bundles/Article/pre/pdf/53509.pdf
4. Republik Indonesia, D. P. R. (2009) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Agkutan Jalan
(2009).
5. www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_22.pdf%0A
6. https://prospeku.com/artikel/kdb-adalah---3137
7. https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-kdb-fungsi-dan-cara-
menghitungnya-59614
8. https://www.rumah123.com/panduan-properti/mengenal-konsep-ruang-terbuka-
hijau-di-lingkungan-perumahan/
9. https://media.neliti.com/media/publications/143180-ID-terciptanya-ruang-terbuka-
hijau-kota-di.pdf

Anda mungkin juga menyukai